Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

TINJAUAN KASUS

4.1 Identitas Pasien


Nama : Ny WI
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. RTM RT 004/009 Kel.Tugu, Cimanggis
Tanggal Periksa : 03 Agustus 2020

4.2 Anamnesis
Keluhan Utama : demam, mual, diare
Keluhan Tambahan : pegal-pegal
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan utama panas tinggi sejak 5 hari
sebelum masuk puskesmas perawatan. Panas timbul mendadak tinggi
0
hingga 38 C, bersifat naik turun dan panas mulai meninggi ketika sore
menjelang malam hari, panas tidak disertai kejang. Saat panas, pasien
sampai menggigil, menggigau dan tidak mengalami penurunan kesadaran.
Pasien belum berobat hanya minum obat panas. Namun belum ada
perbaikan dan panas kembali meninggi. Pasien mengeluh nyeri sendi,
tidak ada mimisan ataupun gusi berdarah dan tidak timbul bintik merah
pada kulit.
Hari pertama panas, pasien mengeluhkan mual, nyeri pada ulu hati
dan tidak ada muntah. Pasien juga mengeluh diare pada hari ketiga.
Konsistensi cair, tidak ada darah, tidak ada lender dan tidak ada busa.

Riwayat Makan:
Sebelum sakit pasien makan banyak 3 kali sehari atau lebih, porsi
cukup dan bervariasi. Terkadang, pasien suka jajan makanan dan minuman

29
di luar rumah seperti nasi uduk dan makanan bersantan. Namun, saat sakit
nafsu makan pasien berkurang.

Riwayat BAB :
Sebelum sakit, bab pasien lancar teratur 1 kali sehari, konsistensi
lunak, warna coklat kekuningan, darah (-), lendir (-) saat sakit pasien
mengeluh diare.

Riwayat Penyakit Sebelumnya :

 Tidak ada.

Riwayat Penyakit yang diderita :

Penyakit Keterangan

Penyakit Jantung Tidak ada


Diabetes Tidak ada
Hepatitis Tidak ada
Gastritis Tidak ada
Heamopolis Tidak ada
Riwayat Penyakit Lain Ada
Alergi Obat Tidak ada

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Dikeluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit tertentu,
sekarang tidak ada yang menderita penyakit yang serupa dengan pasien.

Pemeriksaan Fisik
Tanggal 03 Agustus 2020 : Jam 09.00 WIB

Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis

30
Tanda Vital :
Frekuensi nadi : 60 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 38 °C
Mata : Palpebra superior tidak edema, mata tidak
cekung, konjunctiva, tidak anemis, sclera
tidak ikterik, pupil bulat 1 sokor, diameter 3
mm reflek cahaya +/+.
Telinga : bentuk normal, membran tymphani,
intake, secret tidak ada.
Hidung : bentuk normal, tidak ada septum deciasi,
tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
Mulut : bentuk normal, bibir tidak kering, tidak
ada sianosis, tidak keluar darah dari mulut,
lidah kotor dibagian tengah, tepi lidah
hipermis, tidak ada tremor lidah.
Tenggorokan : Faring tidak hipermis, kelenjar tiroid tidak
teraba, kelenjar submandebula supra-infra
clavicula dan cervical tidak teraba.
Thorax :
Paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris dalam keadaan
statis dan dinamis, tidak terdapat retraksi
intercostae dan suprasternal
Palpasi : sama dengan kanan
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Aukultasi : suara pernapasan veskuler, ronchi neg/neg,
wheexing neg/neg
Jantung
Infeksi : iktus cordis tidak nampak
Palpasi : iktus cordis tidak teraba

31
Perkasi : batas jantung normal
Auskultas : bunyi jantung normal pesuler I-II

Abdomen
Infeksi : tampak datar
Palpasi : hepar teraba 2 cm dibawah arcus costae
dextia konsistensi kenyal, tepi tajam,
permukaan licin, nyeri tekan (+), lien tidak
teraba, defans muscular (-)
Perkusi : tymphoni
Auskultas : bising usus normal
Anus fektum : tidak tampak kelainan dari luar
Extremitas : akral hangat, tidak siagnosis, tidak ada
edema, tidak ada deformis
Kulit : tugor baik, patechiae (-)
KGB : submandebula, cervical, supra infra
clacula, axilla inguinal tidak teraba

Pemeriksaan Neurologis
Reflex fisiologis
Tendon Achilles : +/+ normal
Lutut : +/+ normal
Biceps : +/+ normal
Triceps : +/+ normal

Refleks fisiologi
Bobinski : -/- normal
Chaddock : -/- normal
Oppenheim : -/- normal
Gordon : -/- normal

32
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 02 Juni 2020

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hematologi
Hemaglobin 12,0 gr/dl L:13.0-16.0 gr/dl
Hematokrit 39 % L:40-48 %
Trombosit 308 /mm 150.000-450.000
Leucosit 10,7 h 5000-10000 h
Serologi Widal
S. Typhi O 1/160

S. Typhi H 1/320

Resume
Telah diperiksa seorang perempuan berumur 50 tahun datang ke
Puskesmas Tugu melalui Poli Umum dengan keluhan utama demam tinggi
mendadak yang hilang timbul sejak 5 hari. Demam bersifat naik turun terutama
sore menjelang malam hari, menggigil dan mengigau. Saat panas terkadang pasien
menderita mual dan diare. BAK pasien normal. Pasien tidak pernah mengalami
sakit seperti ini sebelumnya. Pasien sering makanan diluar rumah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, tampak sakit
sedang, dengan kesadaran compos mentis.
Tanda vital:
Frekuensi nadi :60 kali/menit Isi cukup, teraba kuat
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 38 ºC
Pada pemeriksaan sistematis didapatkan lidah yang kotor pada permukaan
dan hipereinis pada tepi lidah. Cor dan Pulmo dalam batas normal. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan hepatomegali 2ccm dibawah arcus costae, tepi
tajam, konsistensi kenyal dan nyeri tekan (+). Pemeriksaan laboratorium pada
tanggal 9 Desember 2019 didapatkan hasil positif pada serologi salmonella
typhoid O (+) 1/320 Diagnosa.

33
Susp demam tifoid
Diagnosa Banding
DHF
ISK
Bronkitis
Influenza
TB Paru
Demam para tifoid
Bronk opreumonia

Penatalaksanaan
Tirah baring selama ±2 minggu
Diet makanan lunak cukup kalori, cukup protein, rendah serat
Chlorompenicol 4x500 mg
Paracetamol 3x500 mg

Anjuran pemeriksaan
Prognosa : Baik
Advitas : Baik
Ad Fungtionom : Baik
Ad Sanationom : Baik

34
BAB V
PEMBAHASAN

Penyakit demam typhoid banyak terjadi di negara berkembang meski


sering ditemukan pada anak-anak, penyakit ini ternyata bisa menjangkiti siapa
saja termasuk orang dewasa. Penyebaran bakteri penyebab typhoid cenderung
cepat dan biasanya terjadi melalui makanan/minuman yang sudah terkontaminasi
dan dikonsumsi sehari-hari. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat penyakit
ini bisa berbahaya dan mengancam jiwa.
Demam typhoid pada biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan
bahkan asimptomatis. Walaupun gejala klinis sangat bervariasi, namun gejala
yang timbul setelah inkubasi dapat dibagi dalam (1) demam, (2) gangguan saluran
pencernaan, (3) gangguan kesadaran.
Pada kasus khas terdapat demam yang turun secara berangsur-angsur pada
minggu ketiga. Pada pasien ini ditegakkan diagnosa demam typhoid tanpa
komplikasi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis:
1. Pasien demam 5 hari yang remitten. Demam menjelang sore hari dan
demam turun pagi harinya sehingga pasien dapat bersekolah pada pagi
harinya (aktivitas pasien tidak terganggu)
2. Demam disertai dengan gangguan pencernaan berupa mual dan diare
3. Pasien sering makanan dan minumam di luar rumah, yang tidak jelas
kebersihannya
4. Didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, keadaan umum yang
sedang, tanpa gangguan kesadaran
5. Pada lidah pasien ditemukan kotor pada tengahnya dan hiperemis pada
pinggirnya, tremor (-)
6. Hepatomegali 2 cm dibawah arcus costae, tepi tajam, permukaan licin,
konsistensi kenyal, dan nyeri tekan (+)

35
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa demam typhoid
dibagi dalam 3 kelompok, yaitu (1) isolasi kuman penyebab demam typhoid
melalui biakan kuman dari spesimen penderita seperti darah, sumsum tulang, urin,
tinja, cairan duodenum dan rose spot, (2) uji serologis untuk mendeteksi antibodi
terhadap antigen, (3) pemeriksaan melacak DNA kuman S. Tyhpi.
Diagnosis demam typhoid dengan biakan kuman sebenarnya amat
diagnostik, namun identifikasi kuman memerlukan waktu 3-5 hari. Biakan darah
positif pada 40-60% kasus yang diperiksa pada minggu pertama sakit, sedangkan
biakan feses atau urin akan positif setelah minggu pertama. Biakan dari sumsum
tulang akan positif pada penyakit stadium lanjut, dan merupakan pemeriksaan
yang paling sensitif. Biakan darah positif memastikan demam typhoid, tetapi
biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam typhoid. Hal ini disebabkan
karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor, antara lain (1) jumlah
darah yang diambil, (2) perbandingan volume darah dan media empedu, (3) waktu
pengambilan darah.
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan kultur darah karena
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui hasilnya dan
pemeriksaan melacak DNA tidak dilakukan karena biaya yang mahal dan fasilitas
Puskesmas perawatan yang terbatas.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan serologis dan didapatkan hasil
positif pada serologi Salmonella typhi 1/320 Walaupun uji serologi Widal untuk
menunjang diagnosis demam typhoid telah luas digunakan namun manfaatnya
masih menjadi perdebatan.
Penatalaksanaan penderita dengan demam typhoid, terutama pada pasien
ini dengan perawatan bed rest, pemberian diet yang lunak yang mudah dicerna
dengan kalori dan protein yang cukup dan rendah serat. Pemberiaan obat-obatan
diberikan selain itu diberikan antipiretik anti mual (antasida syruf), dan
ekspektorant (Gliseril) sebagai pengobatan.
Untuk memastikan diagnosa dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
kultur darah atau urin atau feses. Pasien tidak memerlukan perawatan dan
dianjurkan untuk istirahat, diet makanan lunak, dan minum antibiotik sampai 5
hari bebas demam.

36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
a. Demam tifoid atau typhus abdominalis merupakan penyakir infeksi
sitemik terutama mengenai sistem retikuloedotelial, jaringan limfoid
intestinal dan kantung empedu yang disebabkan oleh kuman basil gram
negatif salmonella typhi maupun salmonella paratyphi
b. Utama dari manifestasi klinik demam tifoid adalah adanya demam lebih
dari 5 hari, gangguan gastrointestinal dan gangguan kesadaran
c. Penegakkan diagnosis dari demam tifoid adalah didasarkan atas
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
d. Gold standar dalam penegakan diagnosis demam tifoid adalah
pemeriksaan kultur
e. Penatalaksanaan kasus demam tifoid memerlukan upaya mediskamentosa
dan medika mentosa

4.2 SARAN
a. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar dokter Puskesmas dapat menengakan diagnosa dan berikan terapi
dengan baik.
b. Bagi Masyarakat
Selalu menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan
sehari-hari.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku ajar ilmu


kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis., ed 1. Jakarta : Ikatan
Dokter Anak Indonesia: h.367-75.
2. Rampengan TH. Penyakit infeksi tropik pada anak, ed 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008: h.46-62.
3. Pusponegoro HD, dkk. Standar pelayanan medis kesehatan anak, ed
1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004: h.91-4.
4. NN. Mengenal demam typhoid. Available from :
http://abughifari.blogspot.com/2008/11/mengenal-demam-
typhoid.html (updated 2008 November 1st, cited : 2009 July 28th).
5. Hassan R, dkk. Buku kuliah ilmu kesehatan anak 2, ed 11.
Jakarta : Percetakan Infomedika, 2005: h.592-600.
6. NN. Demam typhoid. Available from :
http://cetrione.blogspot.com/2008/11/demam-typhoid.html
(updated 2008 November 13th, cited : 2009 July 28th).
7. NN. Demam tifoid (typhoid fever). Available from :
http://www.jevuska.com/2008/05/10/demam-tifoid-typhoid-fever
(updated 2008, cited : 2009 July 28th).
8. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson
textbook of pediatrics, 18th ed. Philadelphia, 2007: p.1186-1190.
9. Partini P. Tritanu dan Asti Proborini. Demam Tifoid. Pediatrics
Update. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003: h.37-43.
10. Hartoyo E, Yunanto A, Budiarti L. UJi sensitivitas salmonella
typhi terhadap berbagai antibiotik di bagian anak RSUD Ulin
Banjarmasin. Sari Pediatri. September 2006;8(2):118-121.
11. NN. Demam tifoid. Available from: http://www.medicastore.com
(cited : 2009 August 5th).

38

Anda mungkin juga menyukai