Anda di halaman 1dari 29

SEJARAH STANDAR AKUNTANSI DAN KERANGKA KERJA

KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN DI INDONESIA

Mata Kuliah : Analisis & Penggunaan Laporan Keuangan

Dosen : Hesti Juni Tambuati Subing. S.E., M.Ak

Disusun Oleh :

Nama : Ade Indriani Siregar


NPM : 0118101300
Kelas : G

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah
Standar Akuntansi dan Kerangka Kerja Konseptual Penggunaan Laporan
Keuangan di Indonesia” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Analisis &
Penggunaan Laporan Keuangan di Universitas Widyatama. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Sejarah Standar Akuntansi dan Kerangka Kerja Konseptual Penggunaan Laporan
Keuangan di Indonesia .

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Hesti Juni


Tambuati Subing. S.E., M.Ak selaku dosen mata kuliah Analisis & Penggunaan
Laporan Keuangan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Sejarah Perkembangan Akuntansi Di Indonesia.................................................3
2.2 Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju Standar
Akuntansi Internasional..............................................................................................6
2.3 Dampak dari harmonisasi SAK..........................................................................11
2.4 Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan......................................................11
2.5 Perlunya kerangka konseptual............................................................................13
2.6 Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual.....................................................14
2.7 Tujuan Pelaporan Keuangan..............................................................................14
2.8 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan.....................................................15
2.9 Kendala Pelaporan Informasi Akuntansi...........................................................21
BAB III...........................................................................................................................22
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................22
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan akuntansi dan laporan keuangan pada dasarnya untuk menyediakan


informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan oleh berbagai pihak
yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan suatu keputusan ekonomi. Untuk
itu dibutuhkan suatu Standar Akuntansi Keuangan yang baik dan dapat dimengerti
oleh berbagai pihak pengguna laporan keuangan.Praktik akuntansi di Indonesia
dapat ditelusuri pada era penjajahan Belanda sekitar tahun 1642.. Kesempatan
bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan
mundurnya Belanda dari Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke


adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS). Pengadopsian Standar
Akuntansi Internasional ke dalam Standar Akuntansi Domestik bertujuan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi,
persyaratan akan item–item pengungkapan akan semakin tinggi, sehingga nilai
perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat
akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan
menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan
akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk
aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban perusahaan.

Kerangka kerja konseptual memberikan adaptasi sistematik dalam standar


akuntansi bagi lingkungan bisnis yang terus berubah. FASB menggunakan
kerangka kerja konseptual untuk membekali perkembangan standar akuntansi
yang baru secara terorganisasi dan konsisten. Disamping itu, mempelajari
kerangka kerja konseptual FASB akan memudahkan seseorang untuk mengerti

1
dan mengantisipasi standar masa depan. Kerangka kerja konseptual menyebutkan
tujuan dari pelaporan keuangan dan karakteristik dari informasi akuntansi yang
baik, mendefinisikan dengan tepat istilah-istilah yang biasa digunakan seperti
asset dan pendapatan serta menyediakan petunjuk untuk pengakuan, pengukuran,
dan pelaporan keuangan yang tepat. Dengan adanya Standard Akuntansi
Keuangan (SAK) yang baru, memberikan petunjuk-petunjuk dan aturan-aturan
pelaporan keuangan yang berbeda dari sebelumnya. Sehingga diperlukan adanya
publikasi kepada seluruh pelaku akuntansi di Indonesia agar menyesuaikan
dengan peraturan baru yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di
Indonesia?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan ilmu akuntansi di dunia sebagai
suatu bidang ilmu pengetahuan?
3. Mengapa kerangka konseptual pelaporan keuangan diperlukan?
4. Bagaimana perumusan kerangka konseptual?
5. Apa tujuan pelaporan keuangan?

1.3 Tujuan
1. Memahami sejarah perkembangan Standar Akuntansi Keuangan dari
masa penjajahan sampai sekarang ini.
2. Memberikan kontribusi pemikiran kepada para pemakai agar dapat
memahami SAK di Indonesia dalam adaptasi Standar Akuntansi
Internasional.
3. Memahami peran kerangka konseptual pelaporan keuangan
4. Mengetahui dan memahami perumusan kerangka konseptual
5. Mengetahui tujuan pelaporan keuangan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Akuntansi Di Indonesia

Sejarah akuntansi di Indonesia tentu tidak lepas dari perkembangan


akuntansi di negara asal perkembangannya. Dengan kata lain, negara luarlah yang
membawa akuntansi itu masuk ke Indonesia. Untuk memberikan gambaran
bagaimana perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, maka dapat
dilihat pada :

Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia

Zaman Kolonial Zaman Penjajahan Zaman Penjajahan Jepang Zaman


(1602-1799) Belanda (1800-1942) (1942-1945) Kemerdekaan (1945-
Sekarang)
Pencatatan Sederhana Pencatatan debit dan Pencatatan debit dan kredit Harmonisasi ke
kredit (tidak ada perubahan) standar akuntansi
internasional (IFRS)

SAK yang berkualitas merupakan salah satu pedoman pokok untuk


menyusun dan menyajikan laporan keuangan bagi perusahaan. Dengan adanya
standar akuntansi yang baik, maka laporan keuangan dapat menjadi lebih berguna
dan menciptakan transparasi bagi perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia, senantiasa berusaha untuk tanggap
terhadap perkembangan yang terjadi, baik dalam lingkup nasional, regional,
maupun global, khususnya dalam hal yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi
akuntansi.

3
Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar
akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat
tiga tonggak sejarah yang pernah dicapai sebelumnya dalam pengembangan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia:

1. Menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973.


Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI berhasil melakukan kodifikasi
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku
”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).” pada tahun 1973.

2. Tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara
mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip
Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan
akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.

3. Tahun1994, setelah berlangsung selama 10 tahun IAI kembali


melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku
”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” IAI mengadopsi
pernyataan International Accounting Standard Committee (IASC) sebagai dasar
acuan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia

IAI didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957. Pengembangan SAK


di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1973 dengan dibentuknya Panitia
Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari pada GAAP dan GAAS.
Selanjutnya pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia yang
bertugas menyusun dan mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan, kemudian
komite PAI tersebut pada tahun 1994 diubah menjadi Komite Standar Akuntansi
Keuangan.

Pada kongres VIII 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah
kembali namanya menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) untuk
masa bakti 1998–2002 dan diberi otonomi khusus untuk menyusun dan
mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi
Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK).

4
Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk pada tanggal 18 Oktober 2005 untuk
menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakukan
akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK.

Tiga Pilar Standar Akuntansi Indonesia

a. Standar Akuntansi Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan adalah SAK yang telah berlaku sekarang, Dengan
SAK yang telah terkonvergensi ke IFRS diharapkan akan memberikan perpektif
pemahaman yang sama bagi investor asing dalam membaca laporan keuangan
perusahaan Indonesia ataupun investor Indonesia yang ingin ekspansi ke luar
negeri.

b. Standar Akuntansi Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)

IAI pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, telah menerbitkan SAK untuk
Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) atau The Indonesian Accounting
Standars for Non-Publicly-Accountable Entities, dan telah disahkan oleh DSAK
IAI pada tanggal 19 Mei 2009. Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektif,
maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu membuat laporan keuangan
menggunakan PSAK. SAK-ETAP memberikan banyak kemudahan untuk
perusahaan dibandingkan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih
kompleks. Sesuai ruang lingkup SAK-ETAP maka standar ini dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik (entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan; dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum).

c. Standar Akuntansi Syariah

IAI sebagai lembaga yang berwenang dalam menetapkan SAK dan audit
bagi berbagai industri merupakan elemen penting dalam pengembangan
perbankan syariah di Indonesia, dimana perekonomian syariah tidak dapat
berjalan dan berkembang dengan baik tanpa adanya SAK yang baik. Untuk itulah
maka pada tanggal 25 Juni 2003 telah ditandatangani nota kesepahaman antara

5
Bank Indonesia dengan IAI untuk kerjasama penyusunan berbagai standar
akuntansi di bidang perbankan Syariah, termasuk pelaksanaan kerjasama riset dan
pelatihan pada bidang yang sesuai dengan kompetensi IAI. Badan yang
menerbitkan Standar Akuntansi Islam saat ini adalah the Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions yang didirikan 1991 di Bahrain.
Sampai saat ini telah diterbitkan 56 Standar Akuntansi Islam dalam bidang
akuntansi, auditing, governance dan etika. Saat ini juga sedang disusun program
Certified Islamic Public Accountant (CIPA) yang akan segera disebarluaskan ke
beberapa negara (Alchaar, 2006)

Perbandingan SAK

SAK IFRS SAK ETAP SAK Syariah


Digunakan oleh Digunakan oleh Digunakan oleh
perusahaan yang listing perusahaan UKM perusahaan berbasis
di Bursa Efek Indonesia syariah

2.2 Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju Standar


Akuntansi Internasional

a. Perbandingan Rerangka Konseptual FASB dan Rerangka Konseptual IASC


Rerangka Konseptual FASB

Dewan penyusun standar akuntansi di Amerika Serikat dibentuk pada tahun


1936 dengan nama Committee on Accounting Procedure (CAP). Dewan ini
bekerja sampai tahun 1959 dan berganti nama menjadi Accounting Princilpes
Booard (APB). APB bekerja sampai dengan tahun 1973, kemudian digantikan
oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) sampai sekarang ini.Setelah
mengalami beberapa titik waktu (Juncture) dalam merumuskan prinsip-prinsip
akuntansi (Zeff 1984), FASB akhirnya berhasil membuat sebuah model rerangka
konseptual yang mapan disebut, Statement of Financial Accounting Concepts
(SFAC).

6
Rerangka ini merupakan dasar teoritis bagi FASB dalam mengembangkan
Standard Akuntansi Keuangan di Amerika Serikat. Standar-standar tersebut
berkenaan dengan pengukuran aktivitas ekonomi, penentuan waktu kapan
pengukuran dan pencatatan harus dilakukan, ketentuan pengungkapan mengenai
aktivitas tersebut, penyiapan dan penyajian ringkasan aktivitas ekonomi tersebut
dalam bentuk laporan keuangan.

Kerangka Konseptual IASC

Pembentukan IASC terjadi pada tanggal 23 Juni 1973 di Inggris yang


diwakili oleh organisasi profesi akuntansi dari sembilan negara (Nobes dan
Parker 1995: 9; dan Solomons,1986: 60). Tujuan pembentukan IASC adalah
memformulasi standar dan mendorong keberterimaan dan ditaatinya IFRS secara
luas di dunia.(Solomons 1986: 60). Sampai saat ini IASC beranggotakan sekitar
150 organisasi atau badan penyusun standard akuntansi dari 113 negara (media
akuntansi, 2000), dan telah berhasil merumuskan model teoritis yang juga
mengadopsi meta teori dengan menempatkan tujuan sebagai top level. Model ini
disebut Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements
(FPPFS) (naskah asli terdapat di IAI, SAK, Oktober 2004).

b. Tujuan Mengganti Standar Akuntansi Keuangan

Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas


(kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan–batasan seberapa
besar praktik–praktik tersebut dapat beragam (Choi, etal. 1999). Beberapa pihak
yang diuntungkan adalah perusahaan multinasional, kantor akuntan internasional,
oraganisasi perdagangan, serta IOSCO (International Organization of Securities
Commissions).

7
Perbedaan antara Adaptasi, Kovergensi, dan Full adopsi

Perbedaan Adaptasi Konvergensi Full Adopsi

Arti harfiah Penyelarasan Pertemuan pada Pemakaian


suatu titik

Standart Membuat standar Membuat standar Mentranslet


akuntansi yang benar-benar baru dengan standar lama
baru mempertimbangkan menjadi standar
keadaan yang baru
berlaku

Contoh Negara Indonesia Indonesia setelah Australia,


sebelum IFRS 2012 Hongkong

International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai


referensi utama pengembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia karena
IFRS merupakan standar yang sangat kokoh. Sebelumnya IFRS ini lebih dikenal
dengan nama International Accounting Standards (IAS) yang diterbitkan antara
tahun 1973 dan 2001 oleh Board of the International Accounting Standards
Committee (IASC). Mengadopsi IFRS berarti mengadopsi bahasa pelaporan
keuangan global yang akan membuat suatu perusahaan dapat dimengerti oleh
pasar global. Beralih ke IFRS bukan hanya sekedar pekerjaan mengganti angka-
angka di laporan keuangan, tetapi mengubah pola pikir dan cara semua elemen di
dalam perusahaan. Penerapan standar akuntansi yang sama di seluruh dunia akan
mengurangi masalah-masalah terkait daya banding dalam pelaporan keuangan.

Dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi dikenal dengan dua


pendekatan (Hoesada, 2008) yaitu:

8
 Principle – Based Accounting Standards:

1. Mengatur prinsip–prinsip akuntansi untuk suatu jenis transaksi,


khususnya terkait dengan pengakuan dan pegukuran, dan tidak mengatur untuk
suatu jenis industri tertentu.

2. Kelebihannya : principle based system tidak atau sedikit memberi


peluang untuk melakukan kreativitas negatif atas peraturan akuntansi. Dua
transaksi yang secara substansi sama akan diperlakukan dan dicatat sama oleh dua
perusahaan yang berbeda. Serta pengaturan akuntansi yang ada berlaku untuk
seluruh perusahaan.

3. Memerlukan banyak professional judgement yang menuntut kompetensi


dan integritas yang tinggi, kesiapan profesi pendukung dengan semakin
dominannya fair value accounting.

4. Digunakan oleh International Accounting Standards Board (IASB)

 Ruled – Based Accounting Standards:

1. Mengatur secara lebih detail dan biasanya hanya berlaku untuk suatu
industri tertentu.

2. Kelebihannya: lebih mudah diterapkan karena peraturannya lebih


eksplisit.

3. Tidak banyak memerlukan professional judgement. Namun, membuka


peluang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan sempit.

4. Digunakan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB)

FASB mereflesikan tingkat kecanggihan dan adidaya ekonomi dan


keuangan Amerika Serikat, sebaliknya IAS berupaya merangkul seluas-luasnya
semua negara-negara di dunia dari yang paling kaya-canggih sampai pada negara
yang paling terbelakang-miskin (Hoesada, 2008).

Konvergensi IFRS terhadap PSAK akan menyebabkan PSAK yang


tadinya bersifat Ruled–Based menjadi bersifat Principle–Based. Compliance

9
terhadap IFRS menyebabkan laporan keuangan perusahaan Indonesia akan dapat
diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan dari negara lain, sehingga
akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang lebih baik dan dapat
meningkatkan kualitas SAK.

Selain itu, program konvergensi juga bermanfaat untuk mengurangi biaya


modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global,
meningkatkan investasi global, dan mengurangi beban penyusunan laporan
keuangan, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan Laporan Keuangan,
meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan, dan menciptakan efisiensi
penyusunan laporan keuangan.

Di sisi lain tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan keuangan


berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan
keuangan berdasarkan IFRS dan kalaupun ada diupayakan hanya relatif sedikit
sehingga pada akhirnya laporan auditor menyebut kesesuaian dengan IFRS.
Radebaugh (1975:41) mengemukakan bahwa banyak sekali faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap pengembangan tujuan, standar, dan praktik akuntansi.

Karakteristik dan tingkatan yang berbeda antar negara merupakan


hambatan mendasar yang dihadapi dalam proses harmonisasi Standar Akuntansi
Keuangan. Hambatan lain yang muncul adalah adanya perbedaan kebutuhan dan
keinginan antara negara maju dengan yang belum maju dan antara negara yang
tingkat pertumbuhan ekonominya sangat tinggi dan negara dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi lebih rendah bahkan sangat rendah. Apa yang tepat
diterapkan di Amerika Serikat, belum tentu cocok diterapkan di negara lain
dengan karakteristik lingkungan dan perkembangan ekonomi yang berbeda.
Demikian pula apa yang dirancang oleh G4+1 belum tentu cocok diterapkan
untuk seluruh anggota IASC. Yang harus dilakukan oleh IASC sebagai badan
penyusun Standar Akuntansi Internasional adalah membuat para anggota merasa
butuh menerapkan IFRS.

10
2.3 Dampak dari harmonisasi SAK

Dampak dari harmonisasi SAK salah satunya adalah globalisasi profesi


akuntansi. Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, profesi akuntan
dituntut untuk lebih berkembang yang mendorong profesi akuntan untuk semakin
mengembangkan wawasan, keterampilan, pendidikan, dan etika menjadi tanggung
jawab penuh dari profesi akuntan.Masalah muncul setiap ada standar baru yang
diterbitkan untuk menyempurnakan keberadaan standar tersebut. Peran akuntansi
akan semakin sentral sebagai pengelolah informasi. Bahkan banyak yang belum
memahami transformasi di pasar keuangan.Profesi ini tampaknya semakin
bergerak sehingga setiap data semakin berati di dalam pengambilan keputusan.
Dengan adanya harmonisasi Standar Akuntansi Keuangan maka profesi akuntansi
lulusan Indonesia berkesempatan untuk bekerja di mana saja di dunia, karena
program pendidikan akuntansi yang mereka tempuh adalah program yang sesuai
dengan standar internasional (Hadibroto, 2007).

2.4 Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan

Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan


pengaturan yang merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan untuk pengguna eksternal. Kerangka Konseptual bukan
merupakan PSAK sehingga tidak mendefinisikan standar untuk pengukuran atau
isu pengungkapan tertentu. Kerangka Konseptual ini tidak mengungguli PSAK
tertentu. Jika terdapat perbedaan antara PSAK dan KKPK, maka persyaratan yang
ada dalam PSAK mengungguli persyaratan yang ada dalam Kerangka Konseptual.

Revisi Kerangka Konseptual merupakan bagian dari wujud komitmen


konvergensi IFRS di Indonesia. DSAK IAI pada tanggal 28 September 2016 telah
mengesahkan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) yang
merupakan adopsi dari the Conceptual Framework for Financial Reporting per 1
Januari2016. KKPK ini menggantikan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

11
Laporan Keuangan (KDPPLK) (Penyesuaian 2014) yang berlaku efektif per 1
Januari 2015. KKPK berlaku efektif sejak tanggal pengesahan.

Tujuan Kerangka Konseptual adalah untuk:


1. Membantu Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAK IAI) dalam mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yang berdasarkan konsep yang konsisten
2. Membantu penyusun laporan keuangan untuk mengembangkan kebijakan
akuntansi yang konsisten ketika tidak ada Standar yang berlaku untuk
transaksi tertentu atau peristiwa lain, atau ketika Standar memberikan
pilihan kebijakan akuntansi.
3. Membantu semua pihak untuk memahami dan menginterpretasikan
Standar. Kerangka Konseptual bukan merupakan Standar.
Kerangka Konseptual ini tidak ada yang mengungguli Standar atau
persyaratan dalam Standar tertentu. Untuk memenuhi tujuan pelaporan keuangan
bertujuan umum, DSAK IAI terkadang dapat menentukan persyaratan yang
berbeda dari aspek Kerangka Konseptual. Jika DSAK IAI melakukannya, DSAK
IAI akan menjelaskan perbedaan dalam Dasar Kesimpulan tentang Standar
tersebut. Kerangka Konseptual akan direvisi dari waktu ke waktu berdasarkan
pengalaman DSAK IAI dalam penggunaan Kerangka Konseptual tersebut. Revisi
Kerangka Konseptual tidak akan secara otomatis mengarah pada perubahan atas
Standar. Setiap keputusan untuk mengubah Standar akan mengharuskan DSAK
IAI untuk melalui due process dengan menambahkan proyek ke dalam agendanya
dan mengembangkan amendemen terhadap Standar tersebut.

Kerangka Konseptual menyediakan landasan bagi Standar yang:


1. Berkontribusi terhadap transparansi dengan meningkatkan komparabilitas
internasional dan kualitas informasi keuangan, yang memungkinkan
investor dan pelaku pasar lainnya untuk membuat keputusan ekonomik
berdasarkan informasi.
2. Memperkuat akuntabilitas dengan mengurangi kesenjangan informasi
antara penyedia modal dan orang-orang yang telah mempercayakan

12
uangnya ke pihak tersebut. Standar berdasarkan Kerangka Konseptual
memberikan informasi yang diperlukan dalam meminta
pertanggungjawaban manajemen. Sebagai sumber informasi yang dapat
diperbandingkan secara global, Standar tersebut juga sangat penting bagi
para regulator di seluruh dunia.
3. Berkontribusi pada efisiensi ekonomik dengan membantu investor untuk
mengidentifikasi peluang dan risiko di seluruh dunia, sehingga
meningkatkan alokasi modal. Untuk bisnis, penggunaan bahasa akuntansi
tunggal yang tepercaya yang berasal dari Standar berdasarkan Kerangka
Konseptual menurunkan biaya modal dan mengurangi biaya pelaporan
internasional.
2.5 Perlunya kerangka konseptual:
 Pembuatan standar seharusnya berlandasan dan berhubungan pada
sebuah pendirian serangkaian konsep dan tujuan.
   Memungkinkan IASB untuk mengeluarkan pernyataan yang lebih
berguna dan konsisten dari waktu ke waktu serta menghasilkan
suatu standar yang saling berhubungan.
 Tanpa kerangka standar yang jelas ini maka setiap orang akan
membangun konsep individu yang berbeda-beda.
  Kerangka kerja mampu meningkatkan kemampuan memahami
dan kepercayaan pengguna laporan keuangan terhadap laporan
keuangan
 Meningkatkan kemampuan membandingkan laporan keuangan
perusahaan
 Para profesional mampu memecahkan secara cepat praktik
permasalahan yang baru dan mendadak dengan mengacu pada
kerangka kerja sebagai teori dasarnya.

13
2.6 Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual

FASB (Financial Accounting Standard Board) telah menerbitkan enam


statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan entitas bisnis, yaitu:
1.      SFAC no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”, yang
menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
2.      SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
3.      SFAC no. 3 “element of financial statement of business enterprises”, yang
memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti
aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
4.      SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial statement of business
enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental
serta pedoman tentang informasi.
5.      SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan SFAC no. 3
dan memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
6.      SFAC no. 7 “using cash flow information and present value in accounting
measurement”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa
depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar
pengukuran
 2.7 Tujuan Pelaporan Keuangan

Tujuan dari diadakannya pelaporan keuangan adalah sebagai berikut.


 Menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan untuk pengambilan keputusan ekonomi
 Disusun untuk tujuan memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pemakainya, walau tidak menyediakan semua informasi yang dibutuhkan
pemakai tersebut.
 Menyajikan informasi keuangan dan tidak diwajibkan menyajikan
informasi non keuangan.

14
 Menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) dan
pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya yang telah
dipercayakan kepadanya.

Kerangka konseptual pelaporan keuangan dibagi ke dalam tiga level yaitu,


1. First level :  Basic Objective
Menyediakan informasi tentang pelaporan yang berguna untuk potensial
investor, dan kreditur dalam membuat keputusan sebagai penyedia modal.
2. Second level : Fundamental Concept
Menyediakan “bangunan” konseptual yang menjelaskan karakterisik
kualitatif  informasi akuntansi dan mendefinisikan elemen laporan
keuangan.Level kedua ini merupakan penghubung level pertama “why
accounting” (tujuan) dan level ketiga “how accounting” (pengakuan,
pengukuran, dan penyajian laporan keuangan).
3. Third Level : Recognition, Measurement, and Disclosure Concept
Konsep ini menjelaskan bagaimana perusahaan harus mengakui, mengukur,
dan melaporkan elemen finansial dan kegiatannya.

2.8 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyaratan normatif yang


diperlukan agar laporan keuangan dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
a. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan,
serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan
demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan
maksud penggunaannya. Informasi dapat dikatakan relevan jika memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:

15
1.      Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), Informasi memungkinkan
pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
2.      Memiliki manfaat prediktif (predictive value), Informasi dapat membantu
pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu
dan kejadian masa kini.
3.      Tepat waktu, Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna dalam pengambilan keputusan.
4.      Lengkap, Informasi akuntansi keuangan disajikan selengkap
mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang
melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan
keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi
tersebut dapat dicegah.
Agar informasi yang disajikan dapat relevan maka informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan harus didasarkan pada kebutuhan informasi para pengguna
laporan keuangan.
b.  Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan
dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya
tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan dan merugikan pengguna laporan keuangan. Informasi yang andal
memenuhi karakteristik:
 Penyajian Jujur, Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan.
  Dapat diverifikasi (verifiability), Informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh
pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda
jauh.

16
 Netralitas, Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak
pada kebutuhan pihak tertentu.
c. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan serta
membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja dan perubahannya secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran
dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa
dilakukan secara konsisten. Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan
lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Sedangkan
perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas menerapkan
kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang
diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya
perubahan. Agar informasi yang disajikan dapat dibandingkan maka penyajian
laporan keuangan minimal harus disajikan dalam 2 (dua) periode atau 2 (dua)
tahun anggaran
d. Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dikatakan dapat
dipahami jika pengguna mengerti dengan informasi-informasi yang disajikan dan
mampu menginterpretasikannya. Hal ini dapat terlihat dari manfaat informasi
yang disajikan tersebut terhadap pengambilan keputusan. Untuk itu, penyajian
informasi dalam laporan keuangan pemerintah harus menggunakan format/bentuk
serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

17
Elemen Dasar Laporan Keuangan
Elemen yang secara langsung berhubungan dengan penilaian posisi
finansial adalah:
1. Aset
Sebuah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari
peristiwa masa lampau dan memiliki manfaat ekonomi masa depan yang
diharapkan mengalir ke entitas.
2.  Kewajiban
Kemungkinan pengorbanan sumber daya ekonomi yang timbul dari
kewajiban saat ini dari entitas tertentu untuk mentranfer aktiva atau
menyediakan jasa ke entititas lain di masa depan sebagai hasil dari
kegiatan/transaksimasa lalu,
3. Ekuitas
Keuntungan atas aset suatu entitas yang tersisa setelah dikurangi
kewajibannya.
4.  Investasi Pemilik
Peningkatan aset netto karena tranfer dari entitas lain untuk meningkatkan
kepentingan kepemilikan atau modal. Aset yang diterima tidak hanya sebagai
investasi pemilik tapi juga termasuk jasa  atau konversi dari kewajiban
perusahaan.
5. Distibusi ke Pemilik
Penurunan aset netto dari transfer aset, atau timbulnya kewajiban oleh
perusahaan kepada pemilik. Distribusi ke pemilik ini mengurangi kepentingan
pemilik atau modal di perusahaan.
6. Pendapatan Komprehensif
Perubahan ekuitas (aset netto) dari suatu entitas sepanjang satu periode
dari transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain dari pemilik. Termasuk semua

18
perubahan dalam ekuitas selama satu periode kecuali yang dihasilkan dari
investasi dari pemilik atau distribusi ke pemilik.

7.  Pendapatan
Aliran masuk dari aset sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban atau
kombinasinya selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang,
penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan hasil operasional perusahaan.
8. Beban
Aliran keluar dari penggunaan aset, atau muncunya kewajiban atau
kombinasi keduanya selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang,
penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasional perusahaan.
9. Keuntungan
Peningkatan aset bersih dari transaksi insidental atau sampingan dari suatu
entitas dan dari semua transaksi dan kegiatan lain akibat entitas selama satu
periode kecuali yang dihasilkan dari pendapatan dan investasi pemilik.
10.  Kerugian
Penurunan aset bersih dari transaksi insidental atau sampingan dari suatu
entitas dan dari semua transaksi dan kegiatan lain akibat entitas selama satu
periode kecuali yang dihasilkan dari pendapatan dan investasi pemilik.

  Asumsi-Asumsi Dasar Akuntansi
Dalam penyusunan laporan keuangan digunakan lima asumsi
dasar akuntansi, yaitu:
a. Economic Entity
Asumsi ini menjelaskan bahwa kekayaan pemilik harus dipisahkan dengan
kekayaan perusahaan. Perusahaan memisahkan kegiatan mereka dari pemilik dan
unit bisnis lai1.nnya.
b. Going Concern
Asumsi ini menjelaskan bahwa entitas didirikan untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan untuk mencapai tujuan dan komitmennya.

19
c. Monetary Unit
Asumsi ini menjelaskan bahwa transaksi yang terjadi harus dapat diukur
dengan satuan uang.

d.  Periodicity
Asumsi ini menjelaskan bahwa laporan keuangan dilaporkan dalam suatu
jangka waktu tertentu
e. Accrual Basic
Asumsi ini menjelaskan bahwa segala transaksi yang terjadi harus dicatat saat
itu juga.

Penerapan Prinsip Dasar Akuntansi


Untuk mencatat dan melaporkan transaksi ada empat prinsip dasar
akuntansi, yaitu:
1. Pengukuran
Ada dua jenis pengukuran yaitu cost principle, dimana aset dicatat pada saat
harga perolehan, dan fair value, yaitu aset dinilai sesuai nilai saat ini yang
berlaku. IASB memberikan opsi ke perusahaan untuk menggunakan fair value
untuk mengukur aset dan kewajiban finansial.
2.  Pengakuan pendapatan
Pendapatan diakui ketika keuntungan ekonomis mungkin masuk  ke
perusahaan dan pengukuran yang reliabel dari jumlah pendapatan dapat diukur.
Pengakuan pendapatan ketika direalisasikan dam ketika diterima. Pengakuan
pendapatan ketika proses produksi, pada saat selesai produksi dan saat menerima
uang tunai.
3. Pengakuan beban
Pengakuan beban diklasifikasikan sebagai biaya produk, dan biaya periode.
Biaya produk yang berhubungan langsung dengan produksi, seperti bahan baku,
upah karyawan dan pemeliharaan. Biaya produk berhubungan langsung dengan
biaya dan pendapatan, pengakuannya dalam satu periode. Biaya periode, yang

20
tidak berhubungan langsung dengan produksi, seperti gaji karyawan kantor dan
biaya administratif lainnya.
4. Pengungkapan penuh
Segala informasi yang bersangkutan dengan laporan keuangan dan dapat
mempengaruhi keputusan harus diungkapkan. Penyediaan informasi melalui
laporan keuangan, catatan laporan keuangan, dan informasi supplementary
2.9 Kendala Pelaporan Informasi Akuntansi

Kendala yang terjadi dalam menyusun laporan keuangan adalah sebagai


berikut.
1.      Biaya
Biaya menyediakan informasi harus diukur dan dibandingkan dengan keuntungan
yang didapatkan dari penggunaan laporan keuangan.Banyak orang mengira bahwa
informasi akuntansi itu gratis, mereka salah, karena dalam penyusunan laporan
keuangan terdapat biaya yang dikeluarkan agar menjadi informasi yang berguna,
misal : nilai aset harus diaudit terlebih dahulu agar nilainya sesuai, biaya yang
dikeluarkan untuk membayar auditor menjadi biaya untuk menyusun laporan
keuangan, sehingga entitas harus lebih selektif dalam menyusun laporan
keuangan, dan tidak sembarangan.
2.      Materialitas
Materialitas merupakan salah saji yang terjadi dalam penyusunan laporan
keuangan, sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Misal : nilai
piutang yang tidak dapat ditagih sebesar 60% dari total penjualan, hal ini tentu
saja dapat mempengaruhi pengguna dalam mengambil keputusan.

21
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan

Standar akuntansi tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan dan kondisi hukum,
sosial dan ekonomi suatu negara.Dan adanya era globalisasi dan semakin aktifnya
pasar modal di Indonesia menyebabkan Prinsip Akuntansi Indonesia yang berlaku
umum tidak dapat lagi menampung dan menjawab permasalahan yang timbul
dalam praktik.Ikatan Akuntan Indonesia memutuskan untuk mengadopsi penuh
International Accounting Standards sebagai dasar acuan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia. Globalisasi yang tampak antara lain dari
kegiatan perdagangan antar negara dan munculnya perusahaan–perusahaan
multinasional. Salah satu usaha harmonisasi standar akuntansi, yaitu dengan
membuat perbedaaan–perbedaan antar standar akuntansi di berbagai negara
menjadi semakin kecil, sehingga standar akuntansi antar negara tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Standar Akuntansi Keuangan yang lengkap dan
komprehensif merupakan dambaan semua pihak yang berkepentingan dengan
laporan keuangan. Oleh karena itu, standar akuntansi keuangan ini dari waktu ke
waktu akan terus dilengkapi dan disempurnakan sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan praktik bisnis dan profesi akntansi.
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan
pengaturan yang merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan untuk pengguna eksternal. Kerangka Konseptual bukan
merupakan PSAK sehingga tidak mendefinisikan standar untuk pengukuran atau
isu pengungkapan tertentu. Kerangka Konseptual ini tidak mengungguli PSAK
tertentu. Jika terdapat perbedaan antara PSAK dan KKPK, maka persyaratan yang
ada dalam PSAK mengungguli persyaratan yang ada dalam Kerangka Konseptual.

22
DAFTAR PUSTAKA

REFERENSI Alchaar, M.N., 2006. Newsletter AAO-IFI.AAO-IFI website


diunduh 27 April 2012. Ans, S.S., Sejarah Akuntansi di Indonesia, Arja, S., 1999,
Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standardisasi, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol.1, No.2, November: 144–161.Akuntan Indonesia, 2008, Prinsip
Akuntansi: Sejarah SAK, (http://www.iaiglobal.or.id). Ikatan Akuntan Indonesia,
2009, Program Konvergensi IFRS 2009, (http://www.iaiglobal.or.id, Kwik, K.G.,
1994).

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/tentang-5-kerangka-dasar-
sakumum#:~:text=Kerangka%20Konseptual%20Pelaporan%20Keuangan
%20(KKPK,pengukuran%20atau%20isu%20pengungkapan%20tertentu.

http://anekatulisankoe.blogspot.com/2015/01/kerangka-konseptual-untuk-
laporan.html

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai