Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prinsip-prinsip akuntansi maupun teknik-teknik akuntansi dibuat untuk menghasilkan


suatu informasi akuntansi yang relevan, akurat, serta dapat dipertanggungjawabkan sehingga
menghasilkan informasi yang dapat membantu pengambilan keputusan yang tepat. Prinsip-
prinsip akuntansi tersebut disusun berdasarkan teori akuntansi yang ada dan mengacu pada
suatu kerangka konsep yang jelas sehingga teori tersebut cukup kuat sebagai dasar untuk
membentuk prinsip dan teknik akuntansi.

Dalam merumuskan suatu teori akuntansi harus ada suatu tujuan dan alasan kuat dan
dapat diterima umum yang mendasari penentuan kerangka konseptual yang menjadi pondasi
perumusan teori tersebut. Kerangka kerja konseptual memaparkan tujuan dari pelaporan
keuangan dan karakteristik dari informasi akuntansi yang baik, mendefinisikan dengan tepat
istilah-istilah yang biasa digunakan seperti asset dan pendapatan serta menyediakan petunjuk
untuk pengakuan, pengukuran, dan pelaporan keuangan yang tepat.

Dengan adanya suatu tujuan yang jelas dan diterima umum, maka dapat dihasilkan
prinsip dan teknik akuntansi yang komprehensif. Serta dengan adanya kerangka konseptual
yang cukup kuat untuk akuntansi dan pelaporan keuangan, akan menjadi dasar yang kuat dan
meyakinkan bahwa informasi akuntansi yang disajikan dalam pelaporan keuangan telah
sesuai. Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Kerangka Konseptual”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari kerangka konseptual?
2. Apa tujuan dari kerangka konseptual?
3. Bagaimana perkembangan kerangka konseptual?
4. Apa saja kritik terhadap proyek kerangka konseptual?
5. Bagaimana kerangka konseptual untuk standar audit?

A Conceptual Framework | 1
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa pengertian dari kerangka konseptual.
2. Mengetahui apa tujuan dari kerangka konseptual.
3. Mengetahui bagaimana perkembangan kerangka konseptual.
4. Mengetahui apa saja kritik terhadap proyek kerangka konseptual.
5. Mengetahui bagaimana kerangka konseptual untuk standar audit.

A Conceptual Framework | 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerangka Kerja Konseptual

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai :


“ a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that presecribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”

Definisi FASB, menyatakan bahwa kerangka konseptual akutansi adalah : suatu


sistem yang koheren; sub-sub sistemnya adalah (1) tujuan (objectives) dan (2) Konsep
fundamental yang saling terkait. Yang dimaksud tujuan adalah konsep-konsep yang
mendasari akutansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan trasaksi, kejadian, dan
keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara
meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Institut
Akuntan Indonesia pada bulan September 1994 memutuskan mengadopsi kerangka
konseptual yang disusun oleh International Accounting Standard Committee (IASC) sebagai
dasar penyusunan dan informasi keuangan di Indonesia. Sedangkan Negara-negara Amerika
dan Australia sudah memiliki kerangka konseptual sendiri. Kerangka konseptual yang akan
dibahas dalam teori akutansi akan mengacu pada kerangka konseptual yang dikembangkan di
USA.

1. The role of A Conceptual Framework (Peran Kerangka Konseptual)


Peran kerangka kerja konseptual dari tingkat akuntansi, bertujuan untuk
menyediakan struktur teori akuntansi. Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai
teori akutansi yang terstruktur (Belkaoui, 1993), karena struktur kerangka konseptual
sama dengan struktur teori akutansi yang didasarkan pada proses penalaran logis. Yang
dapat digambarkan dalam bentuk hierarki yang memiliki beberapa tingkatan yaitu :
a) Pada tingkat tertinggi yang teoritis : Kerangka konseptual menyatakan ruang
lingkup dan tujuan pelaporan keuangan.
b) Pada tingkatan selanjutnya : Kerangka konseptual mengidentifikasi dan
mendefinisikan karakteristik kualitatif informasi keuangan (seperti relevansi,
keandalan, komparatif, dan dimengerti) dan elemen dasar akuntansi (seperti
aktiva, kewajiban, ekuitas, biaya pendapatan, dan keuntungan).

A Conceptual Framework | 3
c) Pada tingkat operasional yang lebih rendah : Kerangka konseptual berkaitan
dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan (Rules) tentang pengukuran dan
pengakuan elemen laporan keuangan dan tipe informasi yang perlu disajikan.
2. Objectives of Conceptual Framework (Tujuan Kerangka Konseptual)
Tujuan kerangka konseptual adalah untuk memberikan pedoman dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum (General purposes
financial statements). IASB dan FASB mempertimbangkan kerangka tujuan utama
pelaporan keuangan adalah untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada
pengguna. informasi tersebut akan dipilih salah satu dasar kegunaannya dalam proses
pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan ini terlihat ingin dicapai akan pelaporan
yaitu:
 Berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi
 Berguna dalam menilai prospek arus kas
 Tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya dan perubahan
di dalamnya.

Kerangka IASB dikembangkan mengikuti jejak dari pembuat standar AS,


FASB, pada periode 1987-2000 FASB menerbitkan laporan konsep tujuh mencakup
topik-topik berikut:

 Tujuan dari pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis dan organisasi non-
profit
 Karakteristik kualitatif informasi akuntansi akuntansi yang berguna
 Unsur-unsur laporan keuangan
 Kriteria untuk pengakuan dan pengukuran unsur-unsur
 Penggunaan arus kas dan menyajikan informasi nilai dalam pengukuran
akuntansi.

Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang :

a) Bermanfaat dalam membuat keputusan kredit dan investasi oleh pihak yang
ingin memahahi kegiatan ekonomik dan bisnis perusahaan.
b) Membantu kreditor dan investor yang ada atau yang potensial, serta pemakai
lain dalam menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian aliran kas di masa
yang akan datang.

A Conceptual Framework | 4
c) Mengenai sumber – sumber ekonomik, tuntutan terhadap sumber ekonomik,
dan perubahan di dalamnya.

B. TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL


Tujuan kerangka konseptual adalah untuk memberikan pedoman dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan eksternal harus memberikan informasi yang
berguna kepada investor maupun calon investor dan kreditor dan pengguna lainnya dalam
membuat investasi yang rasional, kredit, dan keputusan serupa. IASB dan FASB
mempertimbangkan kerangka tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pengguna. Informasi tersebut akan dipilih
salah satu dasar kegunaannya dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang
didapatkan pihak eksternal dalam laporan keuangan berguna untuk :

1. Pengambilan keputusan ekonomi

2. Menilai prospek arus kas

3. Memuat tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut dan
perubahan didalamnya.

Agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan, informasi akuntansi harus


mempunyai ciri-ciri tertentu. Tujuan-tujuan kualitatif dengan ciri-ciri nya harus melekat pada
informasi akuntansi, dan merupakan dasar dalam pemilihan alternatif prinsip akuntansi.
Berikut ini digambarkan hierarki karakteristik kualitatif informasi akuntansi.

Kerangka IASB dikembangkan mengikuti jejak dari pembuat standar AS, FASB, pada
periode 1987-2000 FASB menerbitkan laporan konsep tujuh mencakup topik-topik berikut :

1. Tujuan dari pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis dan organisasi non-profit

2. Karakteristik kualitatif informasi akuntansi akuntansi yang berguna

3. Unsur-unsur laporan keuangan

4. Kriteria untuk pengakuan dan pengukuran unsur-unsur

5. Penggunaan arus kas dan menyajikan informasi nilai dalam pengukuran akuntansi.

A Conceptual Framework | 5
C. PERKEMBANGAN KERANGKA KERJA KONSEPTUAL

1. Isu yang Mempengaruhi Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual

Perkembangan dari rerangka konseptual dipengaruhi oleh dua isu seperti yang akan di
bahas berikut.

1) Pengaturan standar dengan pendekatan berbasis prinsip (Principles-Based) dan


berbasis aturan (Rule-Based).

Pengaturan standar ada yang dipengaruhi prinsip dan ada yang dipengaruhi aturan dari
lingkungan pengambilan keputusan.

Perbedaan Principles-Based dan Rule-Based :

Principles-Based

 Standar berdasar prinsip – prinsip akuntansi

 Baku dan berlaku umum

 Prinsip adalah keyakinan yang kuat dan tidak dapat diubah

 Dampaknya harus membuat estimasi misalnya : Jika terjadi banjir maka rumahnya
akan digenangi sehingga harus pindah rumah ( mengungsi )

Rule-Based
 Standar berdasar aturan/ persyaratan rinci
 Lingkupnya hanya untuk kelompok tertentu dimana akuntansi dilaksanakan
 Konsisten
 Akurat (siapapun yang mengukur hasilnya sama sehingga informasinya netral )
 Ada adjusment karena lingkungan para stakeholdernya berbeda – beda
 Dipengaruhi politik ( pihak yang dominan seperti pada teori Private Interst )

Contoh Principle based : IFRS termasuk principle karena digunakan semua negara
(standarnya berlaku secara internasional)
Contoh Rules Based : seperti PSAK di Indonesia atau USGAAP di Amerika

A Conceptual Framework | 6
2) Informasi untuk Pembuatan Keputusan dan Pendekatan Teori Keputusan
Dalam banyak hal penekanan dalam pembuatan keputusan berdampak pada
penggunaan current value. Jika memungkinkan, pengguna akan memiliki informasi
actual tentang peristiwa-peristiwa masa depan yang akan mempengaruhi perusahaan.
Namun demikian kita hanya dapat memprediksi peristiwa-peristiwa tersebut.
Pendekatan teori keputusan dalam akuntansi berguna dalam menguji akuntansi
apakah telah mencapai targetnya. Teori harus berperan sebagaimana standar dimana
praktik akuntansi akan diterapkan.
2. Enam Statement tentang Konsep Akuntansi Keuangan
Kerangka kerja konseptual yang baik berlandaskan dan berhubungan dengan
serangkaian  konsep serta tujuan fundamental. Hal ini akan memungkinkan FASB
menerbitkan standar-standar yang lebih baik dari waktu kewaktu. Sehingga masalah-
masalah praktis yang baru akan dapat di pecahkan secara cepat jika mengacu pada
kerangka teori dasar yang telah ada.
Pada perkembangannya, FASB pada tahun 1976 telah mengembangkan kerangka kerja
konseptual yang menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan
kontroversi pelaporan keuangan. Sejak saat itu FASB telah menerbitkan enam
SFACs (Statement Of Financial Accounting Concepts) yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan entitas, yaitu:
1) SFACs No.1, “Objectives Of financial Reporting by Bussines Enterprises” yang
berisi tentang tujuan dan sasaran akuntansi.
2) SFACs No.2 “Qualitative Characteristic of Accounting Information” yang
menjelaskan karakteristik, yang membuat informasi akuntansi ini bermanfaat.
3) SFACs No.3 “Element of Fnancial Statements of Business Enterprises”yang
memberikan definisi dan pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan, seperti
aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
4) SFACs No.5 “Recognition and Measurement in financial statements of Business
Enterprises” yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental
serta pedoman tetang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan dalam laporan
keuangan dan kapan waktunya.
5) SFACs No.6 “Element of Financial Statements” yang memperluas lingkup SFACs
no.3 dengan memasukkan anggota-anggota nirlaba. Dalam SFACs ini di jelaskan
terdpat sepuluh macam element dalam laporan keuangan, yaitu:
a. Aset (assets)
A Conceptual Framework | 7
b.  Utang (liabitilies)
c. Ekuitas/Hak sisa (Equity/Residual Interest)
d. Investasi pemilik (Investment  by Owner)
e. Distribusi pada Pemilik (Distibution to owner)
f.  Laba komperhensif ( comprehensive Income)
g. Pendapatan (Revenue)
h. Biaya (Expenses)
i. Keuntungan (Gains)
j. Kerugian (Losses)
6) SFACs No. 7” Using Cash Flow Information and Present Value in Accountin
Measurement” yang memberikan kerangka kerja bagi pemakai arus kas masa depan
yang diharapkan dan nilai sekarang sebagai dasar pengukuran.

D. Keritik Terhadap Kerangka Konseptual

Di Amerika Serikat, berbagai kritik banyak ditujukan pada proyek konseptual. Karena
banyak proyek ini yang gagal, meskipun tidak semua, tetapi sebagian dapat dikatakan
berhasil dalam proyek rerangka konseptual ini, namun keberhasilan proyek rerangka
konseptual tersebut berjalan agak lambat. Analisis terhadap kritik tersebut akan
memungkinkan dalam membantu memahami alasan mengapa rerangka konseptual tersebut
berkembang lambat. Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian dan membantu
pengembangannya di Indonesia atau memperbaiki bagian-bagian yang masih memiliki
kelemahan tersebut secara terencana dan kontinyu. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE
Indonesia Banjarmasin) 25 Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam analisis
tersebut. Pertama adalah dengan menganggap bahwa rerangka konseptual seharusnya
merupakan Pendekatan “Ilmiah” (scientific), yang didasarkan pada metoda-metoda yang
umumnya digunakan dalam penelitian ilmiah dan kedua Pendekatan Profesional (Godzali,
2001,147).

1. Kerangka konseptual seharusnya merupakan pendekatan ilmiah yang mampu


membenarkan observasi berdasarkan logika dan bukti empiris. Focus dalam kritik
ilmiah terbagi dalam 3 bagian yaitu:
 Asumsi ontology dan epistimologi
 Kerancuan penalaran

A Conceptual Framework | 8
 Disiplin yang tidak ilmiah
2. Pedekatan yang dipusatkan pada pemilihan tindakan yang dianggap paling baik
berdasarkan nilai-nilai professional riset positif. Focus nilai professional dibagi 3
bagian yaitu:
 Riset positif
 Kerangka konseptual sebgai dokumen kebijakan
 Self preservation

E. Kerangka Konseptual untuk Standar Auditing

Menurut Mautz dan Sharaf Auditing bukanlah subdivisi dari akuntansi melainkan suatu
disiplin berdasarkan logika. Pemikiran ini menjadi dasar bahwa auditor tidak dibatasi secara
natural dalam memverifikasi informasi akuntansi. Oleh karena itu pada sekitar tahun 1970
Mautz dan Sharaf mengembangkan ASOBAC (statement of basic auditing concepts) yang
diterbitkan oleh ikatan akuntan amerika. ASOBAC berfokus pada proses pengumpulan
bukti , dan evaluasi bukti. Seiring berjalannya waktu perkembangan jasa audit mulai
mengalami perubahan seiring berjalannya COSO, auditor semakin berhati hati dalam
mengaudit perusahaan dan mulai memperthatikan pengendalian internal. Klien dengan
pengendalian internal yang baik menyediakan kesempatan untuk mengefisienkan proses audit
dan memperkecil biaya. Tidak hanya rerangka konseptual yang diperhatikan tetapi juga
memperhatikan risiko bisnis. Di sini lebih mengutamakan bagaimana karakter bisnis dari
organisasi klien dan bisa membantu jasa konsultasi dalam standart akuntansi (menjadi audit
internal) yang tugasnya meyakinkan bahwa laporan keuangan sudah sah.

Dalam akuntansi juga hal yang perlu dilakukan auditor adalah memeriksa laporan
keuangan dan memberi pendapat. Tujuannya untuk meyakinkan laporan keuangan disusun
sesuai aturan yang berlaku .Karena ada kritikan maka ada masalah yang ditimbulkan yaitu,
karena standarnya banyak terdapat kelemahan (padahal tugas auditor adalah memberi
pendapat tentang kesesuaian laporan keuangan dengan standar) maka dengan pendapat wajar
pun tidak dapat dijadikan pedoman utama. Pekerja auditor tidak cukup hanya memberi
pendapat kewajaran sehingga akuntan publik harus melakukan hal - hal berikut agar laporan
audit masih dapat digunakan:
1. Pengambil keputusan mendapat informasi yang lengkap
2. Harus mempertimbangkan atau melibatkan resiko bisnis klien

A Conceptual Framework | 9
3. Menekankan kegiatan internal auditor yang bertujuan untuk lebih meyakinkan
keabsahan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kerangka konseptual memiliki peran yaitu untuk memberikan dasar atau acuan bagi
praktik akuntansi sehari-hari dalam pembuatan pelaporan keuangan. Karena output dari
proses akuntansi adalah laporan keuangan yang tentunya akan digunakan oleh bermacam
pihak yang membutuhkannya salah satunya pihak eksternal yaitu investor, calon investor,
kreditur dan lainnya maka akuntansi pun harus memiliki kerangka konseptual yang mengatur
pelaporan keuangan agar dapat bermanfaat, dan memberikan informasi yang dibutuhkan para
pengguna dalam pengambilan keputusan.
Pengembangan kerangka kerja konseptual dipengaruhi oleh prinsip pendekatan berbasis
aturan untuk pengaturan standar dan informasi untuk pengambilan keputusan dan pendekatan
pengambilan teori.
Perkembangan kerangka konseptual tidak lepas dari kritik berbagai pihak. Kritik ini
membuat kerangka konseptual mengalami perkembangan yang lambat serta menjadi pemicu
terselenggaranya proyek IASB/FASB. Dalam melakukan analisis atas kritik yang terjadi,
terdapat dua pendekatan yang bisa digunakan yaitu pendekatan ilmiah dan pendekatan
professional.

Kerangka konseptual ini juga membahas tentang standar audit. Meneorikan auditing
berawal pada 1961. Miller dan Sharaf berupaya membuat teori atas audit yang selama ini
hanya praktik. Mereka berpendapat bahwa audit bukanlah bagian dependen dari akuntansi,
tetapi sebuah disiplin logis, sehingga audit tidak dibatasi pada informasi akuntansi semata.
Pada tahun 1990-an audit terkendala oleh kekuatan lain yang berusaha
menghalanginya, oleh karena hal itu maka muncullah audit resiko bisnis. Audit risiko bisnis
merupakan audit atas risiko klien bagian dari proses audit yang menuntut auditor untuk
menilai risiko inheren dan risiko lain yang tidak terdeteksi sistem.
A Conceptual Framework | 10
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, kami dapat memberikan saran bahwa
kerangka konseptual yang nantinya menciptakan pedoman dalam pelaksanaan praktik
akuntansi sudah semetinya dijadikan acuan dalam pelaksanaan praktik akuntansi itu sendiri.
Sehingga output dari proses akuntansi yaitu laporan keuangan dan lainnya, dapat memberikan
informasi yang seseuai dengan karakeristik kualitatif yaitu andal, dapat dibandingkan,
relevan, mudah dipahami oleh para penggunanya. Juga untuk meminimalisir ketidak
konsistenan dalam praktik akuntansi sehari-hari.

A Conceptual Framework | 11

Anda mungkin juga menyukai