Anda di halaman 1dari 22

FINANCIAL REPORTING ENVIRONMENT DAN THE

REGULATION OF FINANCIAL ACCOUNTING

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi


Puji Harto, S.E., M.Si., Akt., Ph.D.

Disusun oleh :
Ratu Persada P. P. M. 12030119420065
Myra Shafira Priyandani 12030119420066
Farrasnanda Noni A. 12030119420071

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
FINANCIAL REPORTING ENVIRONMENT

1. PENDAHULUAN

Akuntansi keuangan adalah proses yang meliputi pengumpulan dan pemrosesan


informasi keuangan untuk membantu pembuatan berbagai keputusan oleh pihak
internal maupun eksternal perusahaan. Seperti karyawan, direksi, investor, kreditor,
supplier, pemerintah, masyarakat, dan bahkan media. Akuntansi keuangan berkaitan
dengan penyediaan informasi untuk pihak-pihak yang tidak terlibat dalam kegiatan
harian perusahaan, dan karena pihak eksternal memiliki perbedaan atas permintaan
dan kebutuhan informasi, maka menyelaraskan bentuk laporan keuangan akan
memuaskan kebutuhan spesifik dari seluruh pihak.

Laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan informasi spesifik disebut


dengan special purpose financial reports. Dan laporan keuangan yang mengarah pada
penyusunan untuk umum disebut sebagai general purpose financial statements. IASB
dalam Conceptual Framework for Financial Reporting menyatakan bahwa:

“Tujuan dari general purpose financial reporting adalah menyediakan


informasi keuangan tentang laporan perusahaan yang berguna bagi investor yang ada
dan mendatang, debitor dan kreditor dalam membuat keputusan untuk menyediakan
sumber daya bagi perusahaan. Keputusan itu meliputi pembelian, penjualan, atau
kepemilikan ekuitas dan instrument pinjaman, dan menyediakan atau menetapkan
pinjaman dan bentuk kredit lain.”

Laporan keuangan yang secara umum digunakan dan telah terstandarisasi


adalah meliputi:

a. Laporan Posisi Keuangan


b. Laporan Laba/Rugi
c. Laporan Perubahan Ekuitas dan Penghasilan Komprehensif Lainnya
d. Laporan Arus Kas
e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Apabila terjadi perubahan regulasi, maka akan berpengaruh terhadap bentuk


laporan di atas dan pos-pos keuangan di dalamnya seperti aset, beban, liabilitas, dan
sebagainya.

Idealnya, pengguna laporan keuangan harus memiliki kemampuan dan


pengetahuan atas standar akuntansi dan regulasi akuntansi agar bisa membaca laporan
keuangan dengan baik. Karena akan susah untuk menginterpretasikan apa yang ditulis
dalam laporan apabila tidak memiliki pengetahuan tersebut. Selain itu, akuntansi
keuangan memiliki perbedaan dengan akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen
berfokus pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan untuk pihak-pihak
yang bekerja bagi perusahaan dan ditujukan bagi pihak internal perusahaan, serta
tidak diatur secara luas.

2. PERKEMBANGAN DAN REGULASI DALAM PRAKTIK AKUNTANSI

2.1 Double-Entry Accounting

Sistem pembukuan dan akuntansi double-entry ini telah ditemukan sejak abad
13-14 dalam buku karya Lucas Paciolli, Summa de Arithmetica. Dalam sistem ini,
debit berada di kiri dan kredit berada di kanan. Terdapat pula jurnal dan buku besar.
Debit kredit digunakan pada zaman dahulu karena penggunaan (-) atau pengurangan
belum umum digunakan dalam matematika sampai abad 17. Walau demikian, T
account masih tetap digunakan hingga sekarang untuk pembukuan akuntansi.

2.2 Perkembangan Awal Badan Akuntansi Profesional

Society of Accountant dibentuk pada 1854 di Edinburgh. Diikuti dengan


Institute Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) pada tahun
1880. Semenjak awal berdirinya, mereka sangat mengutamakan kompetensi dan
reputasi anggotanya, sehingga mereka menilai tingkat pendidikan anggotanya bahkan
mengadakan penilaian menengah dan akhir pada berbagai subjek. American
Association of Public Accountants dibentuk pada 1887 di Amerika Serikat dan
kemudian menjadi dasar dari American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA).

Walaupun anggota badan sering dipanggil untuk melakukan audit pada kondisi
tertentu dan badan-badan ini juga secara umum dibutuhkan untuk menyiapkan subjek
laporan akuntansi berkaitan dengan hukum untuk perusahaan dan persyaratan stock
exchange, terdapat ketiadaan regulasi mengenai apa yang seharusnya dilaporkan
dalam laporan atau bagaimana angka akuntansi harus digabungkan.

2.3 Awal Penyusunan Peraturan Akuntansi

Peraturan dan Prinsip Akuntansi pada awal abad ke 20 masih belum banyak
disusun. Dan juga, hanya terdapat sedikit kesamaan antara metode-metode akuntansi
yang digunakan oleh tiap-tiap organisasi. Baru pada 1930, para akuntan di Amerika
Serikat bekerja sama dengan New York Stock Exchange (NYSE) mengembangkan
daftar prinsip akuntansi yang digunakan secara luas. Hal ini menjadi pondasi dari
penyusunan dan penerimaan atas prinsip akuntansi secara umum.

2.4 Perkembangan Regulasi Pengungkapan

Pada tahun 1934, dibentuk Securities Exchange Act oleh Securities Exchange
Commission (SEC) yang menetapkan pengungkapan atas informasi keuangan
spesifik. SEC diberi kewenangan untuk menetapkan prinsip akuntansi dan praktik
pelaporan. Kemudian pada 1973, Financial Accounting Standards Board (FASB)
bertanggungjawab mengeluarkan standar akuntansi yang wajib digunakan.
Pembentukan aturan atas pengungkapan berbeda-beda setiap negara dan kontinen. Di
Inggris, penetapan standar akuntansi profesional terjadi di tahun 1970 oleh
Accounting Standards Board. Sementara di Australia, Institute of Chartered
Accountants in Australia mengeluarkan lima Recommendations on Accounting
Principles pada tahun 1946.

Perubahan signifikan terhadap standar akuntansi terjadi di banyak negara setelah


terjadinya kegagalan audit dan akuntansi di Amerika Serikat di tahun 2001-2002 yang
menjadikan penurunan tingkat investasi, hingga akhirnya dikeluarkan US Sarbanes-
Oxley Act of 2002. Tekanan politik terhadap perubahan regulasi akuntansi kembali
terjadi pada sub-prime banking crisis dan krisis ekonomi dunia pada 2007-2008 yang
kemudian melahirkan Konvergensi standar FSAB dan IASB pada 2011 sebagai
standar akuntansi yang digunakan secara luas di seluruh dunia.

3. ALASAN MEREGULASI PRAKTIK AKUNTANSI KEUANGAN

Ketika regulasi diperkenalkan, terdapat berbagai teori yang menjelaskan


keuntungan regulasi tersebut. Terdapat public interest theory yang menyatakan
bahwa tujuan regulasi adalah untuk melindungi publik karena pasar yang inefisien.
Namun demikian, terdapat capture theory yang menyatakan bahwa walaupun regulasi
diperkenalkan untuk melindungi publik, namun mekanisme regulasi seringkali diatur
untuk melindungi kepentingan kelompok dalam masyarakat yang aktivitasnya sangat
terpengaruh oleh regulasi. Selain itu, terdapat private interest theory yang
menyatakan bahwa regulasi dibentuk karena kelompok tertentu mencoba untuk
melindungi kepentingan ekonominya dengan cara melobi pemerintah atau regulator.

4. PERAN PENILAIAN PROFESIONAL DALAM AKUNTANSI KEUANGAN

Inti dari proses akuntansi adalah ekspektasi bahwa akuntan objektif dan bebas
dari bias saat menjalankan tugasnya. Informasi yang disajikan harus apa adanya,
netral, dan tanpa kesalahan. Regulasi dan standar akuntansi yang ditetapkan dan
digunakan secara luas memiliki dampak sosial dan ekonomi secara keseluruhan. Hal
ini menyebabkan pernyataan regulasi akuntansi yang netral menjadi susah diterima.

Perspective of Objectivity adalah pandangan di mana perusahaan memilih


metode akuntansi yang dapat menampilkan kinerja mereka, hal ini disebut juga
efficiency perspective. Perspektif ini menjelaskan bahwa karakteristik organisasi yang
berbeda menjelaskan mengapa suatu perusahaan menggunakan metode A, dan
perusahaan lain menggunakan metode B.

Perspektif alternatif untuk menjelaskan kenapa metode akuntansi tertentu terpilih


adalah Opportunistic Perspective yang mengasumsikan bahwa itu diatur oleh
kepentingan pribadi. Perspektif ini juga menjelaskan praktik Creative Accounting
yang merupakan pendekatan dimana objektivitas akuntansi tidak digunakan,
melainkan situasi di mana ketika orang yang bertanggungjawab untuk penyusunan
laporan keuangan memilih metode akuntansi yang dapat menyediakan hasil akuntansi
yang sesuai dengan keinginan penyusun.

Contoh kasus yang nyata terjadi karena creative accounting adalah Toshiba Corp
pada tahun 2015. Dikeluarkannya laporan independen dari tim yang disewa
perusahaan yang menemukan bahwa manajemen senior terlibat dalam skandal
mengejar laba selama bertahun-tahun membuat CEO dan tujuh eksekutif Toshiba
Corp mengundurkan diri. Para manajer terlibat dalam penggembungan laba secara
sistematis selama bertahun-tahun hingga mencapai 1,2 Milyar USD. Hal ini karena
Toshiba memiliki budaya korporat, di mana karyawan tidak dapat melawan
keputusan manajemen yang berkuasa yang ingin meningkatkan laba dengan resiko
apapun. Pada dasarnya, CEO tidak memberikan instruksi apapun mengenai
penyimpangan, namun memasang target yang tinggi sehingga membuat karyawan
dan manajemen harus memutar otak hingga akhirnya menyusun laporan keuangan
dengan profit yang tinggi meskipun itu tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya.
Selain Toshiba Corp, di Indonesia juga pernah terjadi kasus serupa yakni
penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan PT Kimia Farma pada tahun
2001.

Terlepas dari efisiensi dan perspektif oportunis, terdapat beberapa teori


perspektif lain yang menjelaskan kenapa perusahaan memilih kebijakan akuntansi
dan pengungkapan tertentu seperti teori legitimasi, teori politik ekonomi, teori
institusional, dan teori stakeholder. Bagaimanapun juga, walaupun terdapat banyak
regulasi akuntansi yang telah dibentuk, terdapat banyak keputusan akuntansi lain
yang tidak diatur.

5. KEKUATAN YANG DIMILIKI AKUNTAN

Walaupun akuntan seringkali disebut membosankan dan tidak imajinatif, terdapat


beberapa pernyataan mengenai seberapa kuat posisi akuntan berdasarkan beberapa
perspektif, antara lain:

a. Hasil dari proses akuntansi seperti laporan keuangan, nilai keuntungan dan
nilai aset per lembar saham mempengaruhi banyak keputusan seperti
keputusan berinvestasi, memberikan pinjaman, peningkatan gaji karyawan.
b. Informasi akuntansi dapat menunjukkan aspek kinerja perusahaan sehingga
dapat memicu berbagai tindakan atau keputusan yang dapat menguntungkan
atau bahkan merugikan perusahaan.
c. Ketika badan berwenang menyusun dan menetapkan standar dan peraturan
akuntansi baru, konsekuensi nyata terhadap kondisi ekonomi dan sosial pun
muncul.
THE REGULATION FINANCIAL ACCOUNTING

1. PENDAHULUAN
Akuntansi keuangan banyak diatur di berbagai negara, dengan tingkat regulasi
yang umumnya meningkat setelah adanya krisis perbankan dan diduga sebagai
kegagalan akuntansi. Tetapi peristiwa tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam
pertumbuhan regulasi. Penting juga untuk mengetahui berbagai teori yang
menjelaskan apa yang mendorong penerapan regulasi. Dengan mempertimbangkan
teori tersebut, kita akan memahami mengapa presepsi akuntansi yang pada akhirnya
menjadi peraturan formal. Beberapa peraturan akuntansi yang diusulkan tidak
memiliki dukungan dari pihak yang memiliki pengaruh atas proses pengaturan. Yang
menjadi masalah yaitu apakah masalah 'kekuasaan' dapat berdampak pada
implementasi peraturan, termasuk peraturan akuntansi ? Kita akan melihat bahwa
proses penetapan standar akuntansi adalah proses yang sangat politis.
Dalam mempertimbangkan peraturan akuntansi, banyak di antaranya
mengusulkan bahwa informasi akuntansi harus diperlakukan sama seperti yang
lainnya dimana permintaan dan penawaran berlaku secara bebas untuk memberikan
informasi tentang entitas yang optimal. Para pendukung pendekatan 'pasar bebas' ini
(yaitu, para pendukung pandangan bahwa penyediaan informasi akuntansi harus
didasarkan pada hukum penawaran dan permintaan, bukan pada peraturan) terkadang
bergantung pada karya abad ke-18. Ekonom Adam Smith, dan banyak mengutip
gagasan tentang 'tangan tak terlihat'. Namun, Smith sebenarnya mengusulkan
perlunya beberapa peraturan untuk mendukung kepentingan individu-individu yang
sebaliknya akan dirugikan oleh berfungsinya sistem pasar yang tidak diatur.
2. APA ITU REGULASI ?
Menurut kamus Oxford regulasi adalah :
Aturan atau prinsip yang mengatur perilaku atau praktik; esp. arahan yang didirikan
dan dikelola oleh otoritas.
Sedangkan definisi regulator menurut kamus Oxford adalah :
Pejabat atau lembaga yang memiliki tanggungjawab dalam mengendalikan dan
mengawasi industri tertentu, kegiatan bisnis, bidang kepentingan umum, dll.
Dalam Kamus Macquarie regulasi didefinisikan sebagai aturan perintah,
tindakan, kepatuhan terhadap pihak berwenang, petunjuk pelaksanaan atau hukum
yang berlaku.  Sehingga, atas dasar pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa
regulasi diciptakan untuk mengendalikan atau mengatur perilaku. Regulasi
berhubungan dengan akuntansi keuangan yaitu peraturan yang dikembangkan oleh
badan independen berwenang serta tindakan dalam membatasi pemilihan akuntasi
yang sesuai.

3. PRESPEKTIF PASAR BEBAS


Asumsi mendasar dari perspektif pasar bebas dalam regulasi akuntasi bahwa
informasi akuntansi diperlakukan seperti benda-benda lainnya, kekuatan permintaan
dan penawaran berlaku secara bebas untuk memberikan informasi tentang entitas
yang optimal. Argumen yang mendukung mengenai persepktif ini adalah dalam
keadaan tidak adanya regulasi, mendorong organisasi untuk menyediakan  informasi
terpercaya tentang operasi dan kinerjanya kepada pihak-pihak tertentu di luar
organisasi, sebaliknya biaya operasi dari organisasi akan meningkat. Yang mendasari
pandangan ini, bahwa dalam keadaan tidak adanya informasi tentang operasi, pihak-
pihak lain termasuk pemilik perusahaan yang tidak terlibat dalam manajemen
organisasi akan menganggap bahwa para manajer mungkin mengelola bisnis untuk
kepentingan mereka sendiri.  Daripada beroperasi dengan tujuan memaksimalkan
nilai organisasi, para manajer diasumsikan mengelola organisasi untuk keuntungan
pribadi mereka sendiri. Pemegang saham akan mengharapkan para manajer untuk
bertanggung jawab, tanpa adanya jaminan akan mengurangi jumlah mereka dalam
membayar nilai saham.  Dalam ekonomi berbasis rasionalitas (kepentingan diri)
pemberi pinjaman (bank dan pemegang obligasi) mengharapkan manajer untuk
bertanggung jawab atas dana pinjaman tanpa adanya jaminan bahwa pemberi
pinjaman akan mengenakan biaya tinggi atas dana pinjamannya.
Dalam situasi di mana manajer memiliki investasi besar dalam saham
organisasi mereka, kepentingan manajer untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Mereka akan mendapatkan peningkatan nilai ekonomis lebih dari nilai investasi. 
Untuk mencapai nilai saham maksimal, manajer akan melakukan hubungan dengan
para pemegang saham dan pemberi pinjaman untuk membuat komitmen yang jelas
tentang strategi manajemen, seperti yang mungkin bertentangan dengan kepentingan
pemegang saham dan kreditur, tidak akan dilaksanakan.  Sebagai contoh, manajemen
akan membuat kesepakatan dengan pemberi hutang bahwa mereka akan menjaga
tingkat hutang di masa yang akan datang di bawah persentase tertentu dari total aset
(dalam pandangan ini, segala sesuatunya sama, semakin rendah rasio utang terhadap
aset, semakin rendah risiko bahwa organisasi akan gagal dalam melunasi hutang
kepada kreditur).  Untuk melindungi aset kreditur, organisasi akan memastikan
bahwa keuntungan menutupi beban bunga dengan jumlah  tertentu.  Dalam kaitannya
dengan kekhawatiran bahwa manajer mungkin iri (yang mungkin menjadi perhatian
khusus kepada pemegang saham, mengingat bahwa pemegang saham akan berbagi
keuntungan yang dihasilkan oleh tindakan manajer) organisasi mungkin memerlukan
manajer yang dihargai atas dasar bonus terkait dengan keuntungan, sehingga semakin
tinggi keuntungan maka penghargaan yang tinggi akan dibayarkan kepada para
manajer. Mengingat teori ekonomi, berdasarkan asumsi manajer akan berperilaku
untuk kepentingannya sendiri, akan ada juga permintaan kerjasama untuk memiliki
laporan akuntansi yang diaudit oleh pihak eksternal.  Kegiatan tersebut akan
meningkatkan keandalan data, ini dapat diharapkan untuk mengurangi risiko yang
dirasakan oleh pemangku kepentingan eksternal, dengan demikian dapat mengurangi
biaya modal organisasi (Francis & Wilson, 1988; Watts & Zimmerman, 1983).  Audit
atas laporan keuangan juga dapat diharapkan, bahkan tanpa adanya regulasi dan bukti
menunjukkan banyak organisasi memiliki laporan keuangan yang telah diaudit
sebagai persyaratan legislatif untuk melakukannya (Morris, 1984).
Berdasarkan pada perpsektif hubungan sektor swasta, terdapat pendapat lain
untuk mengurangi atau mengeliminasi regulasi akuntansi berdasarkan pada
bermacam insentif yang berhubungan dengan pasar, terutama terkait dengan pasar
bagi para manajer dan pasar untuk pengambil alihan perusahaan. Pasar bagi para
manajer berpendapat bergantung pada asumsi dari pasar yang efisien bagi manajer
dan kinerja sebelumnya akan berdampak pada berapa besar remunerasi (pembayaran
untuk jasa) di masa mendatang.  Mengadopsi dari perspektif ini, diasumsikan bahwa,
meskipun tanpa adanya perilaku pengendalian regulasi manajemen dan adanya
persyaratan kontrak lainnya, managemen terdorong untuk mengadopsi strategi untuk
memaksimalkan nilai organisasi mereka dan strategi ini termasuk memberikan jumlah
informasi akuntansi keuangan yang optimal.  Bagaimanapun pendapat ini
berdasarkan asumsi bahwa pasar tenaga kerja manajerial beroperasi secara efisien.
Pendapat Pasar untuk pengambilalihan perusahaan berasumsi bahwa suatu
organisasi yang memiliki kinerja rendah akan diambil alih oleh perusahaan lain dan
kemudian akan menggantikan manajemen yang ada.  dengan anggapan, manajer
dapat termotivasi untuk memaksimalkan nilai perusahaan serta dapat meminimalkan
kemungkinan bahwa orang luar bisa menguasai organisasi dengan biaya rendah.
Pasar untuk pengambilalihan perusahaan dan argumen pasar untuk manajemen
mengasumsikan bahwa informasi akan dibentuk untuk meminimalkan biaya modal
organisasi dengan demikian dapat meningkatkan nilai organisasi. Oleh karena itu,
dapat diasumsikan bahwa manajemen akan tahu biaya marjinal dan manfaat marjinal
yang terlibat dalam memberikan informasi, dan sesuai dengan teori-teori ekonomi
tentang produksi barang, manajemen akan memberikan informasi ke titik di mana
biaya marjinal sama dengan manfaat marjinal.  sedangkan pengungkapan informasi
akuntansi akan kepentingan pemegang saham, juga akan berada dalam kepentingan
manajer-akan ada keselarasan kepentingan. Namun, bekerja di luar biaya marjinal
dan manfaat marjinal penyediaan informasi akan sulit, dan menganggap bahwa
mayoritas manajer perusahaan memiliki keahlian untuk menentukan biaya dan
manfaat tersebut.
Perspektif tanpa adanya regulasi, sebuah orgaisasi akan tetap termotivasi
untuk mengungkapkan hal baik dan buruk tentang posisi keuangan dan kinerjanya.
perspektif seperti ini sering disebut sebagai perspektif 'pasar untuk lemon’. Oleh
karena itu, meskipun perusahaan  khawatir tentang mengungkapkan berita buruk,
pasar mungkin membuat penilaian yang menyiratkan bahwa organisasi memiliki
berita yang sangat buruk untuk diungkapkan (kalau tidak mereka akan
mengungkapkannya). Perspektif 'pasar untuk lemon’ memberikan insentif bagi
manajer untuk memberikan informasi tanpa adanya peraturan, kegagalan untuk
melakukannya akan berimplikasi terhadap kekayaan manajer (mungkin dalam bentuk
remunerasi yang lebih rendah saat ini dan nilai penurunan di pasar untuk manajer )
yaitu, 'pemilik non-lemon atau manajer memiliki dorongan untuk berkomunikasi'
(Spence, 1974).

4. PRESPEKTIF PRO REGULASI


Salah satu argumen yang paling sederhana adalah bahwa jika seseorang
benar-benar menginginkan informasi tentang organisasi mereka akan siap untuk
membayar (mungkin dalam bentuk mengurangi tingkat keuntungan/rate of return
yang mereka inginkan), dan kekuatan penawaran dan permintaan berlaku untuk
memastikan jumlah informasi yang dihasilkan. Perspektif lainnya adalah bahwa jika
informasi tidak dihasilkan akan ada ketidakpastian yang lebih besar tentang kinerja
entitas dan ini akan diterjemahkan ke dalam peningkatan biaya bagi organisasi.
(misalnya, dengan tidak adanya informasi yang cukup tentang organisasi, organisasi
semacam itu akan dianggap memiliki risiko yang lebih tinggi, dan organisasi berisiko
merasa relatif lebih mahal untuk penanaman modal) dengan pemikiran ini, organisasi
akan dipilih  untuk yang memberikan informasi yang mengurangi biaya tersebut.
Namun, pendapat yang mendukung 'pasar bebas' bergantung pada pengguna yang
membayar untuk barang atau jasa yang diproduksi dan dikonsumsi. argumen tersebut
tidak berlaku ketika kita membahas konsumsi barang 'bebas' atau barang ‘publik'.
Informasi akuntansi adalah barang publik. Yang artinya setelah tersedia, orang dapat
menggunakannya tanpa membayar dan bisa menyebarkannya kepada orang lain.
Pihak yang menggunakan barang atau jasa tanpa menimbulkan beberapa biaya
produksi yang terkait disebut sebagai 'pendompleng'. Dengan adanya pendompleng,
permintaan semakin berkurang, karena orang tahu mereka dapat memperoleh barang
atau jasa tanpa membayar untuk mereka. Beberapa orang akan memiliki dorongan
untuk membayar barang atau jasa, karena mereka tahu bahwa mereka sendiri
mungkin bisa bertindak sebagai pendompleng gratis. Kurangnya dorongan bagi
produsen dari barang atau jasa tertentu, yang pada gilirannya mengarah ke rendahnya
produksi informasi.
Untuk mengurangi kekurangan produksi ini, regulasi diperlukan untuk
mengurangi dampak kegagalan pasar.  Namun, seperti yang sering diharapkan, ada
pendapat berbeda untuk perspektif bahwa pasokan 'barang bebas' harus diatur.
beberapa ekonom berpendapat bahwa barang gratis sering secara berlebihan sebagai
akibat dari regulasi. Argumen adalah bahwa segmen masyarakat (pengguna barang
jasa), mengetahui bahwa mereka tidak harus membayar untuk barang bebas, akan
melebihkan kebutuhan mereka untuk barang atau jasa.  Argumen ini mungkin dapat
diterapkan untuk analis investasi. Analis investasi biasanya akan menjadi pengguna
utama informasi akuntansi. Jika melakukan pendekatan untuk peraturan tambahan
yang memerlukan pengungkapan lebih lanjut, mereka akan cenderung untuk
menerima jumlah yang tidak proporsional manfaat relatif terhadap biaya produksi
informasi ini lebih lanjut.  ketika mempertimbangkan konsumsi barang bebas itu
dikatakan oleh beberapa orang bahwa non-pengguna secara efektif mensubsidi
konsumen barang publik, seperti pihak lain, non-pengguna membayar ke arah
produksi yang baik tanpa mendapatkan manfaat dari konsumsinya. hasil lobi bersama
oleh pihak tertentu, seperti analis, pada gilirannya dapat menyebabkan adanya apa
yang telah disebut standar akuntansi yang berlebihan yang menciptakan biaya bagi
perusahaan dalam hal kepatuhan.  Namun, jika tidak diatur, maka di hadapan
'pendompleng' kita dikatakan tidak produktif dalam penyediaan informasi akuntansi.
Bukan hal yang mudah untuk menyeimbangkan dan bisa mulai memahami posisi sulit
di mana regulator menemukan diri mereka.
Regulator sering menggunakan pendapat 'tempat yang setara/level playing
field' untuk membenarkan penempatan regulasi. dari perspektif akuntansi keuangan,
ini berarti bahwa setiap orang harus (atas dasar keadilan) memiliki akses informasi
yang sama. Yang tidak menerima pandangan ini, atau mungkin tidak boleh, transfer
antara pihak-pihak, hanya karena satu pihak memiliki akses ke informasi, yang lain
tidak. Menempatkan pengungkapan peraturan di tempat yang lebih besar akan
meningkatkan kepercayaan pemegang saham yang mereka berada di 'tempat yang
setara/level playing field'. Apakah ini membantu membangun atau mempertahankan
kepercayaan di pasar modal, maka sering dianggap 'kepentingan publik’. namun kami
akan selalu meninggalkan isu seperti tingkat 'kebenaran' sosial informasi. Banyak
teori yang menyatakan mendukung pendekatan akuntansi pasar bebas dalam karya
ekonom abad kedelapan belas, Adam Smith. Adam Smith terkenal dengan gagasan
tentang ‘invisible hand/tangan yang tidak terlihat’. Pendukung pasar bebas tertarik
pada gagasan dari 'invisible hand' untuk memperkenalkan pendapatnya 'pasar
berkuasa/market omnipotence', dengan alasan melawan keterlibatan negara karena
'mengganggu perintah spontan dan masyarakat spontan' (Lehman, 1991). Yang tanpa
keterlibatan regulasi, sumber daya produktif sebagai akibat dari individu mengejar
kepentingan diri sendiri akan seolah-olah oleh 'tangan tak terlihat' menemukan jalan
ke penggunaan yang paling produktif.

5. TEORI KEPENTINGAN PUBLIK


Teori kepentingan publik 'berpegang pada regulasi itu untuk menanggapi
permintaan masyarakat untuk memperbaiki praktik pasar yang tidak efisien atau tidak
adil'. Regulasi awalnya disiapkan untuk menguntungkan masyarakat secara
keseluruhan, bukan kepentingan tertentu, dan badan pengawas dianggap sebagai
penengah netral yang mewakili kepentingan masyarakat di mana ia beroperasi, bukan
untuk kepentingan pribadi dari regulator. Diberlakukannya undang-undang dianggap
tindakan penyeimbangan antara manfaat sosial dan biaya sosial dari peraturan
tersebut. menerapkan pendapat ini dengan akuntansi keuangan dan menerima
keberadaan ekonomi kapitalis, masyarakat membutuhkan keyakinan bahwa pasar
modal efisien secara langsung (atau mengalokasikan) sumber daya untuk aset
produktif. Banyak orang yang kritis pada perspektif sederhana ini mengapa regulasi
diperkenalkan (misalnya Peltzman, 1976; Posner, 1974; Stigler, 1971). Posner (1974)
mempertanyakan 'asumsi bahwa pasar ekonomi sangat rapuh dan cenderung
beroperasi sangat tidak efisien (atau tidak adil) jika dibiarkan, Pendapat lain
menyatakan bahwa bahwa peraturan pemerintah sebenarnya murah. Pendukung
asumsi ekonomi berbasis 'kepentingan sendiri' akan menentang undang-undang
apapun diberlakukan oleh pihak tertentu karena mereka benar-benar percaya bahwa
itu adalah untuk kepentingan umum. Sebaliknya, mereka menganggap bahwa
legislator akan memberlakukan undang-undang hanya untuk meningkatkan kekayaan
mereka sendiri (dengan harapan kemungkinan mereka terpilih kembali), dan orang-
orang akan melobi undang-undang tertentu hanya jika berkenaan dengan kepentingan
mereka sendiri. jelas, seperti kebanyakan asumsi teoritis, asumsi kepentingan sendiri
ini adalah salah satu yang (mudah-mudahan) tidak selalu dipegang.

6. CAPTURE THEORY
Merupakan suatu keadaan ketika badan regulasi awalnya bertujuan untuk
melindungi kepentingan publik, mekanisme regulasi seringkali dikendalikan atau
diambil alih untuk melindungi kepentingan dari kelompok-kelompok tertentu di
dalam masyarakat, khususnya pihak-pihak yang aktivitasnya paling banyak
terpengaruh regulasi. Sebagai contoh, diyakini bahwa pendirian DSAK IAI sebagai
badan regulator akuntansi merupakan contoh dari capture theory. Alasannya ialah
profesi akuntansi dianggap paling mampu dalam mengembangkan standar akuntansi
dengan superioritas pengetahuan akuntansi mereka, dan memiliki kemungkinan yang
lebih besar diterima oleh komunitas bisnis. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa :
1. Mau tidak mau akan sulit bagi regulator untuk tetap independen dari pihak-pihak
atau industri yang diatur, karena kelangsungan hidup badan pengawas selama
periode waktu sering tergantung pada dapat atau tidaknya mereka dalam
memuaskan harapan pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang diatur.
2. Semakin besar total sumber daya industri dibandingkan dengan regulator, semakin
besar kemungkinan bahwa regulator pada akhirnya tidak akan dapat tetap
independen.
3. Anggota non-industri, termasuk konsumen dan masyarakat umum, secara
individual tidak terlalu dapat dipengaruhi oleh undang-undang yang diusulkan, dan
mereka akan memiliki sedikit kesempatan untuk bertindak (melakukan penolakan,
atau menginginkan sebuah perubahan). Bahkan jika mereka secara khusus prihatin
dengan undang-undang yang potensial, walaupun mereka bertindak secara
individu atau dalam kelompok-kelompok kecil, kemampuan mereka untuk
mempengaruhi undang-undang itu mungkin rendah.
Menurut Mitnick (1980) Industri yang teregulasi akan dapat mengambil alih badan
regulasi jika :
1. Kepentingan yang diatur mengendalikan regulasi dan badan regulasi
2. Pihak yang diatur berhasil mengkoordinasi (mengatur suatu kegiatan sehingga
tidakan yang dilaksanakan tidak saling bertentangan) kegiatan badan regulasi
dengan kegiatan mereka sehingga kepentingan mereka terpenuhi
3. Pihak yang diatur entah bagaimana berhasil dinetralkan atau memastikan non-
kinerja (kinerja menengah) oleh badan pengatur (regulator).
4. Dalam suatu proses interaksi dengan para regulator, pihak yang teregulasi berhasil
(mungkin bahkan tidak dengan sengaja) dalam mengkooptasi para regulator untuk
melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (pihak yang teregulasi), dengan
demikian memberi mereka peraturan yang mereka inginkan.
5. Terlepas dari formal atau tidaknya keinginan regulator atau pihak yang diregulasi,
struktur dasar atas sistem penghargaan yang tidak dapat disuap atau tidak
kompeten, regulator mau tidak mau menuju ke komunitas yang berkepentingan
dengan pihak yang diatur.
Meskipun capture theory ini dianut oleh beberapa peneliti, akan ada peneliti
lain yang menentang, salah satunya adalah Posner (1974), seorang yang mengacu
pada teori regulasi (kepentingan pribadi) ekonomi. Posner memberikan kritik atas
capture theory, ia menyatakan bahwa :
1. Tidak ada alasan bahwa pihak yang (akan) diatur harus merupakan satu-satunya
kelompok kepentingan untuk mempengaruhi badan regulasi
2. Tidak ada alasan bahwa industri yang (akan) diatur hanya akan memanfaatkan
atau mengambil alih lembaga yang sudah ada dan bukannya menciptakan lembaga
baru
3. Tidak ada alasan mengapa industri yang (akan) diatur tidak bisa mencegah
terbentuknya badan regulasi.

7. DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL DARI REGULASI AKUNTANSI

Banyak orang mungkin berpendapat bahwa regulasi akuntansi hanya


mempengaruhi bagaimana transaksi dan peristiwa ekonomi yang mendasarinya
tercermin dalam laporan keuangan, tanpa adanya dampak pada sifat atau bentuk
realitas ekonomi yang mendasarinya. Ada banyak bukti bahwa regulasi akuntansi
memiliki dampak sosial dan ekonomi yang nyata bagi banyak organisasi dan
masyarakat.

Sebagai contohnya, sebelum dirilisnya IFRS 2 pada tahun 2005, banyak


perusahaan yang menggunakan sejumlah besar opsi saham sebagai bagian dari
remunerasi manajemen dan rencana intensif mereka, dengan mengabaikan biaya
yang terkait dengan penerbitan opsi saham kepada karyawan ketika mengitung laba
atau rugi tahunan mereka. Namun, IASB berpandangan bahwa dengan memberikan
opsi saham kepada karyawan (sebagai tambahan gaji), perusahaan dapat membayar
karyawan ini dengan jumlah uang yang lebih rendah daripada jika mereka tidak
diberikan opsi saham. Karena opsi saham ini dapat digunakan sebagi imbalan atas
pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan perusahaan, sehingga berdasarkan
IFRS 2 dan AASB 2, nilai wajar opsi saham sekarang harus diakui sebagai beban
(mengurangi penghasilan) dalam laporan laba rugi komprehensif. Dalam
pengimplementasiannya, IFRS 2 seharusnya tidak memiliki dampak langsung pada
arus kas yang mendasarinya, namun, selama pengembangannya, dikatakan bahwa hal
itu jika diterapkan, secara tidak langsung akan memiliki banyak konsekuensi ekonomi
dan sosial negatif bagi banyak orang. Karena beberapa perusahaan akan diminta
untuk mengenali potensi biaya opsi saham yang besar setiap tahun, sehingga
perusahaan-perusahaan ini akan cenderung menggunakan opsi saham sebagai bagian
dari paket gaji dan hadiah mereka. Jika opsi saham adalah cara yang efektif untuk
memotivasi manajer dan membantu menyelaraskan kepentingan pribadi mereka
dengan kepentingan pemegang saham, pengurangan penggunaan bentuk insentif
(dalam bentuk opsi saham) ini dapat menyebabkan eksekutif yang kurang termotivasi
(atau tenaga kerja yang kurang termotivasi secara keseluruhan jika opsi saham
diberikan kepada banyak karyawan). Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja
perusahaan yang mendasarinya, hanya karena IFRS 2 mengubah cara di mana item
tertentu tercermin dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, sebagian oang
berpendapat bahwa IFRS 2 seharusnya tidak boleh mengarah pada perubahan
langsung dalam kinerja bisnis atau arus kas yang mendasari, karena konsekuensi
ekonomi tidak langsungnya dapat berpotensi besar dan negatif.

Beberapa studi akademik, yang dibahas pada bagian berikutnya, telah


menggambarkan bagaimana pertimbangan konsekuensi ekonomi potensial dari
standar akuntansi yang diusulkan memotivasi organisasi tertentu untuk melobi
regulator, baik yang menentang atau mendukung standar akuntansi tertentu. Lobi ini
berupaya untuk membentuk peraturan yang akan memaksimalkan dampak positif atau
meminimalkan dampak negatif dari regulasi akuntansi baru untuk organisasi yang
melobi.
8. LOBI DAN TEORI KEPENTINGAN EKONOMI KELOMPOK

Teri peraturan kelompok kepentingan menunjukkan bahwa individu


membentuk koalisi, atau konstituensi, untuk melindungi dan mempromosikan
kepentingan mereka dengan melobi pemerintah. Koalisi ini dipandang saling
bertentangan untuk mendapatkan bagian manfaat dari regulasi. Perspektif teori ini
tidak mengadopsi gagasan tentang kepentingan publik, melainkan, kepentingan
pribadi yang dianggap mendominasi proses legislatif. Dalam perspektif ini, regulasi
secara efektif dipandang sebagai ‘produk’ yang dialokasikan untuk konstituen
tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar ‘penawaran dan permintaan’. Dalam
kaitannya dengan akuntansi keuangan, kelompok industri tertentu dapat melobi
regulator (penentu standar akuntansi) untuk menerima atau menolak standar
akuntansi tertentu.

Sebagai contoh, pelobian yang dilakukan beberapa bank Eropa terhadap revisi
ketentuan dalam Standar Akuntansi Internasional (IAS). Bank-bank di beberapa
negara Eropa, seperti di Australia, berpendapat bahwa beberapa ketentuan IAS 39
(yang sekarang telah digantikan oleh IFRS 9) akan merusak stabilitas keuangan yang
dirasakan oleh bank. IASB membuat beberapa perubahan dalam menanggapi
kekhawatiran bank, tetapi menolak untuk mengubah IAS 39 secara substansial. Mulai
1 Januari 2005 standar akuntansi yang dikeluarkan oleh IASB menjadi peraturan
akuntansi yang harus diikuti oleh perusahaan-perusahaan Australia dan juga semua
perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek di Uni Eropa (UE). Namun,
sebagai bagian dari proses regulasi akuntansi Uni Eropa, untuk setiap peraturan
akuntansi yang diamanatkan untuk digunakan oleh perusahaan Uni Eropa, peraturan
tersebut harus disahkan terlebih dahulu oleh 2/3 anggota Komisi Eropa. Pengesahan
setiap IAS / IFRS mengikuti saran dari Komite Regulasi Akuntansi (ARC), yang
masing-masing memiliki satu anggota dari 25 negara anggota UE. Pada pertemuan
ARC di bulan Juli 2004, empat negara anggota (dari 25 negara yang saat itu menjadi
anggota) memberikan suara menentang pengesahan penuh IAS 39, dan enam negara
lainnya abstain, sedangkan negara telah melobi 15 negara yang memberikan suara
mendukung pengesahan penuh tidak cukup untuk mendapatkan persetujuan karena
kurang dari 2/3. Selanjutnya, IASB menggantikan IAS 39 dengan Instrumen
Keuangan IFRS 9. Implementasi perubahan yang dilakukan IFRS 9 terhadap
ketentuan IAS 39 dipercepat sebagai respons terhadap tekanan dari G-20 setelah
krisis perbankan sub-prime dan krisis keuangan global yang terjadi. Namun, sebagai
tanggapan terhadap lobi dari kepentingan di negara-negara anggota UE tertentu, UE
menunda pengakuan IFRS 9 sehingga perusahaan yang terdaftar di bursa efek di UE
tidak dapat menggunakannya untuk menyiapkan laporan keuangan mereka. Kasus
tersebut menunjukkan bahwa sementara beberapa perusahaan di negara UE
menentang ketentuan IFRS 9, yang lain mendukung mereka dan tidak senang dengan
tindakan UE yang melobi untuk melawan pengakuan ketentuan dalam IFRS 9.

9. REGULASI AKUNTANSI SEBAGAI HASIL DARI SUATU PROSES


POLITIK

Jika kita menerima bahwa penetapan standar akuntansi adalah proses politik,
maka pandangan bahwa akuntansi keuangan harus objektif, netral dan apolitis (tidak
berpolitik) adalah sesuatu yang mudah ditentang. Hal tersebut terjadi karena
akuntansi keuangan mempengaruhi distribusi kekayaan di dalam masyarakat maka
akibatnya akan bersifat politis. Badan-badan penetapan standar biasanya mendorong
berbagai pihak yang terkena dampak regulasi untuk membuat pengajuan dalam versi
konsep standar akuntansi yang diusulkan. Pengungkapan yang diusulkan tersebut
harus bermanfaat untuk pengambilan keputusan saja tidak cukup. Persyaratan yang
diusulkan harus dapat diterima oleh berbagai pihak, dan manfaat yang diperoleh dari
usul tersebut harus melebihi biaya yang mungkin timbul.

Dalam menghadapi konflik antara kepentingan yang bertentangan, rasionalitas


dan juga kehati-hatian tidak terletak pada hasilnya, tetapi lebih kepada komprominya,
hal tersebut pada dasarnya adalah proses politik. Sebagai, contoh, pada kasus
sebelumnya, keberatan yang dibuat oleh bank-bank di beberapa negara Uni Eropa
terhadap ketentuan dalam IAS 39, kegagalan IASB untuk berkompromi atau
mengakui keinginan bank-bank ini, dan kemauan pemerintah-pemerintah UE tertentu
untuk melawan kasus bank, menyebabkan konfrontasi antara dua regulator — UE dan
IASB. Pada saat itu, konfrontasi ini dipandang sangat berpotensi merusak kedua
regulator. Jika UE menyetujui revisi peraturan UE tentang akuntansi untuk instrumen
keuangan yang memiliki perbedaan penting (walaupun mungkin hanya kecil) dari
IAS 39, maka aturan yang mendasari akun perusahaan UE akan berbeda dari aturan
yang mendasari akun perusahaan non-UE , dan ini akan menggagalkan tujuan
standardisasi akuntansi internasional. Peraturan akuntansi umum mengharuskan
kedua belah pihak untuk berkompromi. Hambatan untuk mencapai kompromi antara
dua badan pengatur internasional adalah bahwa, standar akuntansi (dan karenanya
laporan akuntansi keuangan sendiri) adalah hasil dari berbagai pertimbangan sosial
dan ekonomi. Oleh karena itu, mereka sangat terikat pada nilai-nilai, norma-norma
dan harapan masyarakat di mana standar dikembangkan. Sehingga dipertanyakan
apakah akuntansi keuangan dapat mengklaim netral atau objektif (Hines, 1988, 1991).

Anda mungkin juga menyukai