Disusun oleh :
Ratu Persada P. P. M. 12030119420065
Myra Shafira Priyandani 12030119420066
Farrasnanda Noni A. 12030119420071
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
FINANCIAL REPORTING ENVIRONMENT
1. PENDAHULUAN
Sistem pembukuan dan akuntansi double-entry ini telah ditemukan sejak abad
13-14 dalam buku karya Lucas Paciolli, Summa de Arithmetica. Dalam sistem ini,
debit berada di kiri dan kredit berada di kanan. Terdapat pula jurnal dan buku besar.
Debit kredit digunakan pada zaman dahulu karena penggunaan (-) atau pengurangan
belum umum digunakan dalam matematika sampai abad 17. Walau demikian, T
account masih tetap digunakan hingga sekarang untuk pembukuan akuntansi.
Walaupun anggota badan sering dipanggil untuk melakukan audit pada kondisi
tertentu dan badan-badan ini juga secara umum dibutuhkan untuk menyiapkan subjek
laporan akuntansi berkaitan dengan hukum untuk perusahaan dan persyaratan stock
exchange, terdapat ketiadaan regulasi mengenai apa yang seharusnya dilaporkan
dalam laporan atau bagaimana angka akuntansi harus digabungkan.
Peraturan dan Prinsip Akuntansi pada awal abad ke 20 masih belum banyak
disusun. Dan juga, hanya terdapat sedikit kesamaan antara metode-metode akuntansi
yang digunakan oleh tiap-tiap organisasi. Baru pada 1930, para akuntan di Amerika
Serikat bekerja sama dengan New York Stock Exchange (NYSE) mengembangkan
daftar prinsip akuntansi yang digunakan secara luas. Hal ini menjadi pondasi dari
penyusunan dan penerimaan atas prinsip akuntansi secara umum.
Pada tahun 1934, dibentuk Securities Exchange Act oleh Securities Exchange
Commission (SEC) yang menetapkan pengungkapan atas informasi keuangan
spesifik. SEC diberi kewenangan untuk menetapkan prinsip akuntansi dan praktik
pelaporan. Kemudian pada 1973, Financial Accounting Standards Board (FASB)
bertanggungjawab mengeluarkan standar akuntansi yang wajib digunakan.
Pembentukan aturan atas pengungkapan berbeda-beda setiap negara dan kontinen. Di
Inggris, penetapan standar akuntansi profesional terjadi di tahun 1970 oleh
Accounting Standards Board. Sementara di Australia, Institute of Chartered
Accountants in Australia mengeluarkan lima Recommendations on Accounting
Principles pada tahun 1946.
Inti dari proses akuntansi adalah ekspektasi bahwa akuntan objektif dan bebas
dari bias saat menjalankan tugasnya. Informasi yang disajikan harus apa adanya,
netral, dan tanpa kesalahan. Regulasi dan standar akuntansi yang ditetapkan dan
digunakan secara luas memiliki dampak sosial dan ekonomi secara keseluruhan. Hal
ini menyebabkan pernyataan regulasi akuntansi yang netral menjadi susah diterima.
Contoh kasus yang nyata terjadi karena creative accounting adalah Toshiba Corp
pada tahun 2015. Dikeluarkannya laporan independen dari tim yang disewa
perusahaan yang menemukan bahwa manajemen senior terlibat dalam skandal
mengejar laba selama bertahun-tahun membuat CEO dan tujuh eksekutif Toshiba
Corp mengundurkan diri. Para manajer terlibat dalam penggembungan laba secara
sistematis selama bertahun-tahun hingga mencapai 1,2 Milyar USD. Hal ini karena
Toshiba memiliki budaya korporat, di mana karyawan tidak dapat melawan
keputusan manajemen yang berkuasa yang ingin meningkatkan laba dengan resiko
apapun. Pada dasarnya, CEO tidak memberikan instruksi apapun mengenai
penyimpangan, namun memasang target yang tinggi sehingga membuat karyawan
dan manajemen harus memutar otak hingga akhirnya menyusun laporan keuangan
dengan profit yang tinggi meskipun itu tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya.
Selain Toshiba Corp, di Indonesia juga pernah terjadi kasus serupa yakni
penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan PT Kimia Farma pada tahun
2001.
a. Hasil dari proses akuntansi seperti laporan keuangan, nilai keuntungan dan
nilai aset per lembar saham mempengaruhi banyak keputusan seperti
keputusan berinvestasi, memberikan pinjaman, peningkatan gaji karyawan.
b. Informasi akuntansi dapat menunjukkan aspek kinerja perusahaan sehingga
dapat memicu berbagai tindakan atau keputusan yang dapat menguntungkan
atau bahkan merugikan perusahaan.
c. Ketika badan berwenang menyusun dan menetapkan standar dan peraturan
akuntansi baru, konsekuensi nyata terhadap kondisi ekonomi dan sosial pun
muncul.
THE REGULATION FINANCIAL ACCOUNTING
1. PENDAHULUAN
Akuntansi keuangan banyak diatur di berbagai negara, dengan tingkat regulasi
yang umumnya meningkat setelah adanya krisis perbankan dan diduga sebagai
kegagalan akuntansi. Tetapi peristiwa tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam
pertumbuhan regulasi. Penting juga untuk mengetahui berbagai teori yang
menjelaskan apa yang mendorong penerapan regulasi. Dengan mempertimbangkan
teori tersebut, kita akan memahami mengapa presepsi akuntansi yang pada akhirnya
menjadi peraturan formal. Beberapa peraturan akuntansi yang diusulkan tidak
memiliki dukungan dari pihak yang memiliki pengaruh atas proses pengaturan. Yang
menjadi masalah yaitu apakah masalah 'kekuasaan' dapat berdampak pada
implementasi peraturan, termasuk peraturan akuntansi ? Kita akan melihat bahwa
proses penetapan standar akuntansi adalah proses yang sangat politis.
Dalam mempertimbangkan peraturan akuntansi, banyak di antaranya
mengusulkan bahwa informasi akuntansi harus diperlakukan sama seperti yang
lainnya dimana permintaan dan penawaran berlaku secara bebas untuk memberikan
informasi tentang entitas yang optimal. Para pendukung pendekatan 'pasar bebas' ini
(yaitu, para pendukung pandangan bahwa penyediaan informasi akuntansi harus
didasarkan pada hukum penawaran dan permintaan, bukan pada peraturan) terkadang
bergantung pada karya abad ke-18. Ekonom Adam Smith, dan banyak mengutip
gagasan tentang 'tangan tak terlihat'. Namun, Smith sebenarnya mengusulkan
perlunya beberapa peraturan untuk mendukung kepentingan individu-individu yang
sebaliknya akan dirugikan oleh berfungsinya sistem pasar yang tidak diatur.
2. APA ITU REGULASI ?
Menurut kamus Oxford regulasi adalah :
Aturan atau prinsip yang mengatur perilaku atau praktik; esp. arahan yang didirikan
dan dikelola oleh otoritas.
Sedangkan definisi regulator menurut kamus Oxford adalah :
Pejabat atau lembaga yang memiliki tanggungjawab dalam mengendalikan dan
mengawasi industri tertentu, kegiatan bisnis, bidang kepentingan umum, dll.
Dalam Kamus Macquarie regulasi didefinisikan sebagai aturan perintah,
tindakan, kepatuhan terhadap pihak berwenang, petunjuk pelaksanaan atau hukum
yang berlaku. Sehingga, atas dasar pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa
regulasi diciptakan untuk mengendalikan atau mengatur perilaku. Regulasi
berhubungan dengan akuntansi keuangan yaitu peraturan yang dikembangkan oleh
badan independen berwenang serta tindakan dalam membatasi pemilihan akuntasi
yang sesuai.
6. CAPTURE THEORY
Merupakan suatu keadaan ketika badan regulasi awalnya bertujuan untuk
melindungi kepentingan publik, mekanisme regulasi seringkali dikendalikan atau
diambil alih untuk melindungi kepentingan dari kelompok-kelompok tertentu di
dalam masyarakat, khususnya pihak-pihak yang aktivitasnya paling banyak
terpengaruh regulasi. Sebagai contoh, diyakini bahwa pendirian DSAK IAI sebagai
badan regulator akuntansi merupakan contoh dari capture theory. Alasannya ialah
profesi akuntansi dianggap paling mampu dalam mengembangkan standar akuntansi
dengan superioritas pengetahuan akuntansi mereka, dan memiliki kemungkinan yang
lebih besar diterima oleh komunitas bisnis. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa :
1. Mau tidak mau akan sulit bagi regulator untuk tetap independen dari pihak-pihak
atau industri yang diatur, karena kelangsungan hidup badan pengawas selama
periode waktu sering tergantung pada dapat atau tidaknya mereka dalam
memuaskan harapan pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang diatur.
2. Semakin besar total sumber daya industri dibandingkan dengan regulator, semakin
besar kemungkinan bahwa regulator pada akhirnya tidak akan dapat tetap
independen.
3. Anggota non-industri, termasuk konsumen dan masyarakat umum, secara
individual tidak terlalu dapat dipengaruhi oleh undang-undang yang diusulkan, dan
mereka akan memiliki sedikit kesempatan untuk bertindak (melakukan penolakan,
atau menginginkan sebuah perubahan). Bahkan jika mereka secara khusus prihatin
dengan undang-undang yang potensial, walaupun mereka bertindak secara
individu atau dalam kelompok-kelompok kecil, kemampuan mereka untuk
mempengaruhi undang-undang itu mungkin rendah.
Menurut Mitnick (1980) Industri yang teregulasi akan dapat mengambil alih badan
regulasi jika :
1. Kepentingan yang diatur mengendalikan regulasi dan badan regulasi
2. Pihak yang diatur berhasil mengkoordinasi (mengatur suatu kegiatan sehingga
tidakan yang dilaksanakan tidak saling bertentangan) kegiatan badan regulasi
dengan kegiatan mereka sehingga kepentingan mereka terpenuhi
3. Pihak yang diatur entah bagaimana berhasil dinetralkan atau memastikan non-
kinerja (kinerja menengah) oleh badan pengatur (regulator).
4. Dalam suatu proses interaksi dengan para regulator, pihak yang teregulasi berhasil
(mungkin bahkan tidak dengan sengaja) dalam mengkooptasi para regulator untuk
melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (pihak yang teregulasi), dengan
demikian memberi mereka peraturan yang mereka inginkan.
5. Terlepas dari formal atau tidaknya keinginan regulator atau pihak yang diregulasi,
struktur dasar atas sistem penghargaan yang tidak dapat disuap atau tidak
kompeten, regulator mau tidak mau menuju ke komunitas yang berkepentingan
dengan pihak yang diatur.
Meskipun capture theory ini dianut oleh beberapa peneliti, akan ada peneliti
lain yang menentang, salah satunya adalah Posner (1974), seorang yang mengacu
pada teori regulasi (kepentingan pribadi) ekonomi. Posner memberikan kritik atas
capture theory, ia menyatakan bahwa :
1. Tidak ada alasan bahwa pihak yang (akan) diatur harus merupakan satu-satunya
kelompok kepentingan untuk mempengaruhi badan regulasi
2. Tidak ada alasan bahwa industri yang (akan) diatur hanya akan memanfaatkan
atau mengambil alih lembaga yang sudah ada dan bukannya menciptakan lembaga
baru
3. Tidak ada alasan mengapa industri yang (akan) diatur tidak bisa mencegah
terbentuknya badan regulasi.
Sebagai contoh, pelobian yang dilakukan beberapa bank Eropa terhadap revisi
ketentuan dalam Standar Akuntansi Internasional (IAS). Bank-bank di beberapa
negara Eropa, seperti di Australia, berpendapat bahwa beberapa ketentuan IAS 39
(yang sekarang telah digantikan oleh IFRS 9) akan merusak stabilitas keuangan yang
dirasakan oleh bank. IASB membuat beberapa perubahan dalam menanggapi
kekhawatiran bank, tetapi menolak untuk mengubah IAS 39 secara substansial. Mulai
1 Januari 2005 standar akuntansi yang dikeluarkan oleh IASB menjadi peraturan
akuntansi yang harus diikuti oleh perusahaan-perusahaan Australia dan juga semua
perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek di Uni Eropa (UE). Namun,
sebagai bagian dari proses regulasi akuntansi Uni Eropa, untuk setiap peraturan
akuntansi yang diamanatkan untuk digunakan oleh perusahaan Uni Eropa, peraturan
tersebut harus disahkan terlebih dahulu oleh 2/3 anggota Komisi Eropa. Pengesahan
setiap IAS / IFRS mengikuti saran dari Komite Regulasi Akuntansi (ARC), yang
masing-masing memiliki satu anggota dari 25 negara anggota UE. Pada pertemuan
ARC di bulan Juli 2004, empat negara anggota (dari 25 negara yang saat itu menjadi
anggota) memberikan suara menentang pengesahan penuh IAS 39, dan enam negara
lainnya abstain, sedangkan negara telah melobi 15 negara yang memberikan suara
mendukung pengesahan penuh tidak cukup untuk mendapatkan persetujuan karena
kurang dari 2/3. Selanjutnya, IASB menggantikan IAS 39 dengan Instrumen
Keuangan IFRS 9. Implementasi perubahan yang dilakukan IFRS 9 terhadap
ketentuan IAS 39 dipercepat sebagai respons terhadap tekanan dari G-20 setelah
krisis perbankan sub-prime dan krisis keuangan global yang terjadi. Namun, sebagai
tanggapan terhadap lobi dari kepentingan di negara-negara anggota UE tertentu, UE
menunda pengakuan IFRS 9 sehingga perusahaan yang terdaftar di bursa efek di UE
tidak dapat menggunakannya untuk menyiapkan laporan keuangan mereka. Kasus
tersebut menunjukkan bahwa sementara beberapa perusahaan di negara UE
menentang ketentuan IFRS 9, yang lain mendukung mereka dan tidak senang dengan
tindakan UE yang melobi untuk melawan pengakuan ketentuan dalam IFRS 9.
Jika kita menerima bahwa penetapan standar akuntansi adalah proses politik,
maka pandangan bahwa akuntansi keuangan harus objektif, netral dan apolitis (tidak
berpolitik) adalah sesuatu yang mudah ditentang. Hal tersebut terjadi karena
akuntansi keuangan mempengaruhi distribusi kekayaan di dalam masyarakat maka
akibatnya akan bersifat politis. Badan-badan penetapan standar biasanya mendorong
berbagai pihak yang terkena dampak regulasi untuk membuat pengajuan dalam versi
konsep standar akuntansi yang diusulkan. Pengungkapan yang diusulkan tersebut
harus bermanfaat untuk pengambilan keputusan saja tidak cukup. Persyaratan yang
diusulkan harus dapat diterima oleh berbagai pihak, dan manfaat yang diperoleh dari
usul tersebut harus melebihi biaya yang mungkin timbul.