Anda di halaman 1dari 24

TOLERANSI SOSIAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah IPS Ekonomi dan Koperasi
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Tutuk Ningsih, S.Ag, M.Pd.

Oleh :

1. Lulu Uljanah (1717405112)


2. Nur Cholifah (1717405115)
3. Pratiwi Dwiyanti Hartina (1717405119)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkat,
rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak
menemukan kesulitan sehingga penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Hj. Tutuk Ningsih, S.Ag, M.Pd. yang telah memberikan berbagai
pengarahan kepada penulis.
2. Orangtua penulis yang telah memberikan dukungan, doa dan kepercayaan
yang begitu besar
3. Rekan-rekan penulis yang telah membantu menyelesaikan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
setiap pembaca.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i


KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah.........................................................................1
B. RumusanMasalah..................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
D. SistematikaPenulisan............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Toleransi.............................................................................3
B. Urgensi Toleransi..................................................................................5
C. Macam-macam Toleransi.....................................................................6
D. Hubungan Toleransi Dalam Upaya Mempererat Hubungan Manusia
Dengan Manusia
..............................................................................................................
14
..............................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi
dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam
menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan
dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya salah
satunya adalah perbedaan agama.

Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada


gesekan-gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik
yang berkaitan dengan ras maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan
dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati
dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan
pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak
dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.

Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya


kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin
ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap
manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada
seorang pun yang boleh mencabutnya.

Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara


agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan
toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah
penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang
mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan
toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan
keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan

1
toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam
kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.

Budi pekerti berarti sikap dan perilaku yang baik. Sifat-sifat yang akan
mendatangkan kebaikan dan sebaliknya hal yang buruk akan menghasilkan
keburukan pula. Oleh karena itu kita perlu menjunjung tinggi nilai budi
pekerti yang luhur. Ajaran budi pekerti menuntut kita agar selalu berbuat
kebaikan, kebenaran, serta memupuk keharmonisan gabungan manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan, yang
sering disebut dengan konsep tri hita karana. Salah satu bagian dari konsep tri
hita karana adalah hubungan manusia dengan manusia. Hal ini sangat perlu
dilakukan oleh umat manusia, karena manusia sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal ini dilakukan
bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat
perlu usaha manusia untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antar umat
manusia. Salah satu caranya yaitu mengembangkan sikap toleransi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan toleransi?
2. Apa urgensi toleransi?
3. Apa saja macam-macam toleransi?
4. Bagaimana hubungan toleransi dalam upaya mempererat hubungan
manusia dengan manusia

C. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Untuk memberikan wawasan mengenai pengertian toleransi
2. Untuk mengetahui urgensi toleransi
3. Untuk memberikan penjelasan terkait macam-macam toleransi
4. Untuk memberikan pemahaman mengenai hubungan toleransi dalam
upaya mempererat hubungan manusia dengan manusia
D. Sistematika Penulisan

2
Penulis membuat makalah ini yang terdiri atas 3 bab. Untuk bab I
terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta sistematika
penulisan.
Untuk bab II terdiri atas pengertian toleransi, urgensi toleransi,
macam-macam toleransi sosial serta hubungan toleransi dalam upaya
mempererat hubungan manusia dengan manusia.
Pada bab III penulis membagi menjadi 2 bagian yaitu kesimpulan dan
saran.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Pengertian Toleransi
Sebelum mendeskripsikan toleransi secara terminologi, Mari kita kaji
toleransi melalui kebahasaan.Dalam bahasa Arab, kata Tasamuh adalah yang
paling umum digunakan dewasa ini untuk arti toleran.Rasamu berakar dari
kata samhan yang memiliki arti mudah.Kemudahan atau memudahkan,
sebagaimana dijelaskan bahasawan Persia; Ibnu Faris dalam Mu'jam Maqayis
Al-Lughat menyebut bahwa kata tasamuh, secara harfiah berasal dari kata
samhan yang memiliki arti 'kemudahan atau memudahkan. Sementara itu,
Kamus Besar Bahasa Indonesia memaknai toleransi sebagai berikut: bersifat
atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Jadi, toleransi secara
bahasa adalah sikap menghargai pendirian orang lain. Dan menghargai bukan
berarti membenarkan apalagi mengikuti.1
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin
yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi
secara luas adalah suatu sikap atauperilakumanusia yang tidak menyimpang
dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan
yang orang lain lakukan.Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam
kontekssosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang
melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda
atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.Contohnya
adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu
masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi
juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas ,
misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih
banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari

Ahmad Syarif Yahya. Ngaji Toleransi, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,


1

2017), 2.

4
kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti
suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan,
untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama,
bertaqwa kepada tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing
adalah mutlak.Semua agama menghargai manusia maka dari itu semuaumat
beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian antar umat
beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa arti kata
‘toleransi’ berarti sifat atau sikap toleran.3
Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai “bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda
atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Toleransi merupakan kata yang diserap dari bahasa Inggris ‘tolerance’
yang berarti sabar dan kelapangan dada, adapun kata kerja transitifnya adalah
‘tolerate’ yang berarti sabar menghadapi atau melihat dan tahan terhadap
sesuatu, sementara kata sifatnya adalah ‘tolerant’ yang berarti bersikap
toleran, sabar terhadap sesuatu.4
Sedangkan menurut Abdul Malik Salman, kata tolerancesendiri berasal
dari bahasa Latin: ‘tolerare’ yang berarti berusaha untuk tetap bertahan hidup,
tinggal atau berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai atau
disenangi.5
Dengan demikian, pada awalnya dalam makna tolerance terkandung
sikap keterpaksaan.Pemahaman tentang toleransi tidak dapat berdiri sendiri,
karena terkait erat dengan suatu realitas lain yang merupakan penyebab
2
Sri Suryati, Ni Luh dkk. Panduan Budi Pekerti Denpasar,(Denpasar: Dwi Jaya
Mandiri, 2008), 13.
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 1065.
4
Jhon M. Echol dan Hassan Shadily, An English-Indonesian Dictinary (Kamus Inggris
Indonesia), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003),595.
5
Abdul Malik Salman, al-Tasâmuh Tijâh al-Aqaliyyât ka Darûratin li al-Nahdah(Kairo:
The International Institute of Islamic Thought,1993), 2.

5
langsung dari lahirnya toleransi, yaitu pluralisme. Dengan demiki-an untuk
mendapatkan pengertian tentang toleransi yang baik, maka pemahaman yang
benar mengenai pluralisme adalah suatu keniscayaan.Kajian tentang hadis-
hadis tentang toleransi kata samâhah dalam bahasa Arab (yang artinya
mempermudah, memberi kemurahan dan keluasan).Akan tetapi, makna
memudahkan dan memberi keluasan di sini bukan mutlak sebagaimana
dipahami secara bebas, melainkan tetap bersandar pada Al-Qur’an dan Hadis.

B. Urgensi Toleransi
Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena :
1. Karena kita sebagai makhluk social, tidak bisa lepas dari bantuan orang
lain. Jadi sikap toleransi itu sangatlah perlu dilakukan , sebagai makhluk
social yang memerlukan bantuan terlebih dahulu maka kitalah yang
hendaknya terlebih dahulu mengembangkan sikap toleransi itu, sebelum
orang lain yang bertoleransi kepada kita . jadi jika kita memerlukan
bantuan orang lain, maka dengan tidak ragu lagi orang itu pasti akan
membantu kita, karena terlebih dahulu kita sudah membina hubungan baik
dengan mereka yaitu saling bertoleransi
2. Sikap toleransi akan menciptakan adanya kerukunan hidup. Jika dalam
suatu masyarakat masing - masing individu tidak yakin bahwa sikap
toleransi akan menciptakan adanya kerukunan, maka bisa dipastikan jika
dalam masyarakat tersebut tidak akan tercipta kerukunan. Sikap toleransi
dapat diartikan pula sebagai sikap saling menghargai, jika kita sudah
saling menghargai otomatis akan tercipta kehudupan yang sejahtera.

C. Macam-macam Toleransi
1. Toleransi Dalam Praktek Sejarah Islam
Sejarah Islam adalah sejarah toleransi.Perkembangan Islam ke
wilayah wilayah luar Jazirah Arabia yang begitu cepat menunjukkan
bahwa Islam dapat diterima sebagai rahmatan lil alamin (pengayom semua
manusia dan alam semesta).Ekspansi ekspansi Islam ke Syiria, Mesir,
Spanyol, Persia, Asia dan ke seluruh dunia dilakukan melalui Jalan

6
Damai.Islam tidak memaksakan agama kepada mereka (penduduk
taklukan) sampai akhirnya mereka menemukan kebenaran Islam itu sendiri
melalui interaksi intensif dan dialog.Kondisi ini berjalan merata hingga
Islam mencapai wilayah yang sangat luas ke hampir seluruh dunia dengan
Amat singkat dan fantastik.
Memang perlu diakui bahwa perluasan wilayah Islam itu sering
menimbulkan peperangan.Tapi peperangan itu dilakukan hanya sampai
pembelaan sehingga Islam tak mengalami kekalahan.Peperangan itu bukan
karena memaksakan keyakinan kepada mereka tapi karena ekses-ekses
politik sebagai konsekuensi logis dari sebuah pendudukan.Pemaksaan
keyakinan agama adalah dilarang dalam Islam.Bahkan sekalipun Islam
telah berkuasa, banyak agama lokal yang tetap dibolehkan hidup.
Demikianlah, sikap toleransi Islam terhadap agama agama dan
keyakinan keyakinan lokal dalam sejarah kekuasaan Islam menunjukkan
garis kontinum antara prinsip syariah dengan praktiknya di
lapangan.Meski praktik toleransi sering mengalami interupsi, namun
secara doktrin tak ada dukungan syariah. Ini berarti kekerasan yang terjadi
atas nama Islam bukanlah otentisitas ajaran Islam itu sendiri. Bahkan
bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa pemerintah Pemerintah muslim
membiarkan, bekerjasama, dan memakai orang-orang Kristen, Yahudi,
Shabi'un, dan penyembah berhala dalam pemerintahan mereka atau
sebagai pegawai dalam pemerintahan.
Lebih lanjut kesaksian seseorang Yahudi bernama Max I. Dimon
menyatakan bahwa salah satu akibat dari toleransi Islam adalah bebasnya
orang-orang Yahudi berpindah dan mengambil manfaat dengan
menempatkan diri mereka di seluruh pelosok Imperium Islam yang amat
besar itu. Lainnya ialah bahwa mereka dapat mencari penghidupan dalam
cara apapun yang mereka pilih, karena tidak ada profesi yang dilarang bagi
mereka, juga tak ada keahlian khusus yang diserahkan kepada mereka.
Pengakuan Max I. Dimon batas toleransi Islam pada orang-orang
Yahudi di Spanyol adalah pengakuan yang sangat tepat. Iya tah kan

7
menyatakan bahwa dalam peradaban Islam, masyarakat Islam membuka
pintu masjid, dan kamar tidur mereka, untuk pindah agama, pendidikan,
maupun asimilasi. Orang-orang Yahudi, kata Max I. Dimon selanjutnya,
tidak pernah mengalami hal yang begitu bagus sebelumnya.
Kutipan ini saya tegaskan karena ini dapat menjadi kesaksian dari
seorang non muslim tentang toleransi Islam. Dan toleransi ini secara relatif
terus dipraktikkan di dalam sejarah Islam di masa masa sesudahnya oleh
orang-orang Muslim di kawasan lain, termasuk di nusantara. Melalui para
pedagang Gujarat dan Arab, para raja di nusantara Indonesia masuk Islam
dan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya Islam di sini.
Selanjutnya, dalam sejarah penyebaran Islam di nusantara
dilakukan melalui perdagangan dan interaksi kawin mawin.Iya tidak
dilakukan melalui kolonialisme atau penjajahan sehingga sikap
penerimaan masyarakat nusantara sangat apresiatif dan dengan sukarela
memeluk agama Islam. Sementara penduduk lokal lain yang tetap pada
keyakinan lamanya juga tidak dimusuhi. Di sini, perlu dicatat bahwa
model akulturasi dan enkulturasi budaya juga dilakukan demi toleransi
dengan budaya budaya setempat sehingga tidak menimbulkan konflik.Apa
yang dicontohkan para Wali Songo di Jawa, misalnya, merupakan contoh
sahih peta penyebaran Islam dilakukan dengan pola-pola toleransi yang
amat mencengangkan bagi keagungan ajaran Islam.
Secara perlahan dan pasti, Islamisasi di seluruh Nusantara hampir
mendekati sempurna yang dilakukan tanpa konflik sedikitpun.Hingga hari
ini kegairahan beragama Islam dengan segala gegap gempitanya menandai
keberhasilan toleransi Islam. Ini membuktikan bahwa jika tak ada
toleransi, yakni Sikap menghormati perbedaan budaya maka
perkembangan Islam di nusantara tak akan sefantastik sekarang.6
2. Toleransi dalam Dunia Pendidikan

6
Aslati, “Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Perspektif Islam”. Didaktika Religia.
Vol. 2 No. 1, 2014, 6-8.

8
Untuk membentuk peserta didik yang memiliki rasa toleransi
terhadap sesama tentu tidak mudah.Namun, ada beberapa poin penting
yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam memulai dan berinovasi.
Beberapa poin yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam membentuk
sikap toleransi peserta didik, sebagai berikut:
a. Memerhatikan ranah afektif
Mengubah orientasi pembelajaran dengan memberikan
perhatian lebih pada ranah afektif.Pendidikan yang selama ini hanya
menekankan pada aspek kognitif saja, tentu tidak dapat di andalkan
untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mencerminkan sikap
toleransi terhadap sesama.Sudah saatnya ranah afektif mendapatkan
perhatian lebih besar.Dengan memberikan perhatian lebih kepada
ranah afektif Maka sebagai konsekuensinya, guru harus merencanakan
kegiatan pembelajaran yang dirumuskan dalam RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), dengan mengakomodasikan beberapa
indikator pembelajaran dari ranah afektif tersebut. Indikator tersebut
harus terdefinisikan secara jelas maksud dan tujuannya serta
bagaimana cara penilaiannya. Guru harus sedih dalam
mengintegrasikan antara indikator kognitif dan afektif. apabila suatu
materi membutuhkan kegiatan diskusi kelompok atau debat maka guru
dapat memasukkan indikator afektif yang dapat mengukur sikap
toleransi peserta didik dalam menghargai dan menerima pendapat
orang lain. Hal ini penting karena melalui pembiasaan menghargai dan
menghormati perbedaan pendapat tersebut, sikap toleransi peserta
didik akan terbentuk sedikit demi sedikit.
Penerapan indikator afektif tersebut juga harus dibarengi
dengan sosialisasi peserta didik karena sebagian besar peserta didik
mungkin masih menganggap pengetahuan dalam menyelesaikan soal-
soal ulangan dan tugas adalah yang paling penting dalam kegiatan
belajar mengajar.Untuk itu, peserta didik harus diberikan informasi
bahwa sikap dan perilaku mereka juga ikut dinilai.Hal ini diharapkan

9
mampu memotivasi peserta didik untuk bersikap lebih baik dengan
guru maupun dengan sesama temannya.Mekanisme penilaian yang
logis untuk mengukur ketercapaian indikator afektif tersebut adalah
dengan metode observasi oleh guru dan metode angket oleh peserta
didik. Guru membuat instrumen pengamatan singkat yang didalamnya
memuat poin-poin penilaian dengan skala tertentu beserta dengan
rubrik penilaiannya. Poin-poin penilaian tersebut misalnya dapat
berupa pernyataan seperti: "Siswa mampu menghargai pendapat orang
lain, Siswa tidak memotong pembicaraan orang lain selama proses
siswa tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Siswa
mampu mengutarakan pendapat dengan sopan. Siswa tidak
menyinggung perasaan orang baik dalam perkataan maupun perbuatan
dan lain sebagainya." Teknis penilaiannya adalah guru mengamati
sikap siswa selama proses diskusi satu persatu dan memberikan
penilaian pada instrumen yang telah disiapkan.
b. Pembiasaan terhadap perbedaan
Membiasakan peserta didik menghargai perbedaan. Sikap
toleransi terhadap sesama tidak muncul begitu saja tetapi dibentuk
melalui sebuah proses panjang. Oleh karena itu, guru harus
menempatkan peserta didik pada kondisi yang menghadirkan banyak
perbedaan-perbedaan.Pada kondisi demikian guru dapat melatih
peserta didik agar bisa menghargai setiap perbedaan yang ada, sebagai
contoh sederhana guru dapat memberikan sebuah permasalahan untuk
diselesaikan peserta didik secara berkelompok. Guru kemudian
mengadu pendapat antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.
Dengan perbedaan pendapat tersebut peserta didik dilatih untuk tetap
saling menghormati dan menghargai dengan sama temannya.
Cara lainnya yaitu guru sebaiknya tidak memberikan bentuk
soal pilihan ganda kepada peserta didik.Soal bentuk pilihan ganda
terlalu sempit untuk pola pikir peserta didik.Pada soal bentuk pilihan
ganda yang ada hanyalah jawaban benar dan sisanya adalah jawaban

10
yang salah. Jika terus dilatih dengan bentuk soal tersebut, pola pikir
peserta didik akan menjadi kaku. Mereka tidak akan bisa menghargai
perbedaan jawaban karena sudah terlatih dengan jawaban yang pasti
dan tidak dapat berubah. Guru sebaiknya menggunakan bentuk soal
uraian karena lebih efektif untuk mengukur tingkat nalar dan
pemahaman peserta didik. Selain itu, pada bentuk soal uraian peserta
didik lebih bisa berkreasi dengan jawabannya. Peserta didik
menggunakan kata-kata yang berbeda satu sama lain, namun pada
akhirnya maksud dan tujuannya tetap sama. Hal ini secara tidak
langsung akan menanamkan pola pikir kepada peserta didik bahwa
perbedaan bukanlah suatu permasalahan yang besar, melainkan justru
sebuah keindahan dalam mendefinisikan sesuatu.7
3. Toleransi Antar Umat Beragama
Bagi sebagian kalangan, keragaman merupakan ancaman.NAMUN
bagi sebagian yanglain, keragaman meruntuhkan paham monisme yang
melekat dalam baju kesukuan, kebangsaan dan keagamaan. Bila ada pihak
lain yang berbeda dengan komunitasnya, biasanya hal tersebut dianggap
sebagai musuh yang harus dihadapi dengan tindakan kursif/miring.
Karenanya pada tataran horizontal harus diakui ada semacam ketakutan
yang bersifat massal untuk hidup bersama.Hanya sekedar ucapan yang
mudah diucapkan tapi dalam praktiknya sulit didapatkan.Sedangkan
keangkuhan dan ketamakan merupakan fenomena yang melekat dalam
setiap orang, setiap kelompok dan masyarakat.
Di sinilah, keragaman harus di lirik kembali sebagai sebuah
keniscayaan.Sebab keragaman bukanlah semata-mata kehendak alam,
tetapi juga kehendak Tuhan.Jikalau Tuhan menghendaki, niscaya umat
manusia seragam, satu dan monolitik.Tuhan berkehendak sebaliknya, yaitu
Menciptakan makhluk dalam bentuknya yang beraneka ragam.Karenanya,

7
Syamsul Kurniawan. Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Implementasinya Secara
Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2017), 132-134.

11
keragaman mempunyai landasan teologis dan landasan etik yang amat
kuat dan kukuh.
Tapi sekali lagi, sebagian pihak masih belum mau dan belum siap
menerima keragaman tersebut. Banyak carayang digunakan untuk
menentang fitrah dan takdir Tuhan tersebut, yaitu diantaranya dengan cara
membentuk sebuah paham keagamaan yang menolak berbagai macam
bentuk pemahaman yang mengarah kepada keragaman, termasuk di
dalamnya keragaman ideologi dan teori pemikiran modern kontemporer,
apalagi perlawanan tersebut didukung oleh sebuah lembaga keagamaan
yang mempunyai otoritas politik dan otoritas keagamaan.
Di sinilah, diperlukan sebuah pemikiran alternatif untuk
memberikan selayang pandang tentang pentingnya keragaman serta
perlunya membangun komunikasi dan sinergi di antara keragaman
tersebut. Sebab bila keragaman dianggap sebagai barang haram atau
dilarang, maka akan melawan takdir Tuhan dan kenyataan historis agama
agama dalam perbuatannya dengan umat.
Setiap agama pasti mempunyai berbagai macam corak umat, yang
mana antara satu kelompok dengan kelompok yang lain mempunyai
perbedaan. Agama yang mampu memahami perbedaan dan keragaman
pada akhirnya merupakan agama yang dapat membawa pesan pencerahan
dan jalan kebenaran dunia dan akhirat. Dalam bahasa yang sangat
sederhana, bahwa agama yang mengajarkan kasih sayang dan toleransi
pada akhirnya akan menjadi agama yang paling banyak diminati oleh
pengikutnya. Agama agama mempunyai keistimewaan tersendiri karena
mempunyai dokumen penting perihal tuntutan dan tuntunan untuk
menjadikan kasih sayang dan toleransi sebagai ekspresi ketuhanan yang
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.8
Sebagai makhluk sosial manusia tentunya harus hidup sebuah
masyarakat yang kompleks akan nilai karena terdiri dari berbagai macam

Zuhairi Misrawi. Al-Qur’an Kitab Toleransi, (Jakarta: Pustaka Oasis, 2017), 271-271.
8

12
suku dan agama. Untuk menjaga persatuan antar umat beragama maka
diperlukan sikap toleransi. Toleransi sendiri terbagi atas 3 yaitu :
a. Negatif
Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai.Isi ajaran dan
penganutnya hanya dibiarkan saja karena menguntungkan dalam
keadaan terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang beraliran komunis
di Indonesia pada zaman Indonesia baru merdeka.
b. Positif
Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.
Contoh Anda beragama Islam wajib hukumnya menolak ajaran agama
lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama anda, atau manusianya
anda hargai.
c. Ekumenis
Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran
mereka itu terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk dalam
pendirian dan kepercayaan sendiri.Contoh Anda dengan teman Anda
sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau
paham.Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini sangatlah
dibutuhkan, karena dengan sikap toleransi ini kehidupan antar umat
beragama dapat tetap berlangsung dengan tetap saling menghargai dan
memelihara hak dan kewajiban masing-masing.
Mengingat pentingnya toleransi, maka ia harus diajarkan kepada
anak-anak baik di lingkungan formal maupun lingkungan informal. Di
lingkungan formal contohnya siswa dapat dibekali tentang nilai-nilai
yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama melalui bidang studi
Agama, kewarganegaraan, ataupun melalui aspek pengembangan diri
seperti Pramuka, PMR, OSIS, dan sebagainya.hal yang sama dapat juga
dilakukan di lingkungan informal oleh orang tua kepada anak-anaknya
melalui pengajaran nilai-nilai yang diajarkan sedini mungkin di rumah.
Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan
menanamkan sikap toleransi, manfaat tersebut adalah:

13
1. Hidup bermasyarakat akan lebih tentram
2. Persatuan bangsa Indonesia akan terwujud
3. Pembangunan negara akan lebih mudah
Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beragam suku dan
agama, dengan adanya sikap toleransi dan sikap menjaga hak dan
kewajiban antar umat beragama, diharapkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan syarat tidak muncul ke permukaan. Dalam kehidupan
masyarakat sikap toleransi ini harus dibina, jangan sampai bangsa
Indonesia terpecah antara satu sama lain.
Toleransi hak dan kewajiban dalam umat beragama telah tertanam
dalam nilai-nilai yang ada pada Pancasila. Indonesia adalah negara
majemuk yang terdiri dari berbagai macam etnis dan agama, tanpa adanya
sikap saling menghormati antara hak dan kewajiban maka akan dapat
muncul berbagai macam gesekan-gesekan antar umat beragama.
Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk
sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu
berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu
akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengan
nya salah satunya adalah perbedaan agama.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri
akanada gesekan-gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok
masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras maupun agama. Dalam rangka
menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap
saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan
yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari.Masyarakat juga
dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban di antara mereka antara
yang satu dengan yang lainnya.Kita sebagai warga negara sudah
sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama
dan saling menghormati antara hak dan kewajiban yang ada di antara kita
demi keutuhan negara.

14
Kebebasan beragama pada hakekatnya adalah dasar bagi
terciptanya kerukunan antar umat beragama.Tanpa kebebasan beragama
tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama.Kebebasan beragama
adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh
Tuhan, dan tidak ada seorangpun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antar umat beragama adalah
cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan
dan toleransi tidak dapat diabaikan.Namun yang sering kali terjadi adalah
penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang
mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan
toleransi dengan membelenggu kebebasan.Untuk dapat
mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai
kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan
sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.9

E. Hubungan Toleransi Dalam Upaya Mempererat Hubungan Manusia


Dengan Manusia
Hubungan sosial internal dan eksternal individu membawa dalam
dirinya sikap maupun respon sosial berupa toleransi dan pengendalian diri
untuk menjaga keseimbangan dalam interkasi sosial. Perilaku toleransi dan
pengendalian diri berlangsung selama proses internalisasi dan sosialisasi peran
sosial dalam keluarga, masyarakat, organisasi dan lingkungan sosial yang lain.

Transformasi sosial berlangsung dalam intensitas dan dinamika yang


beragam. Toleransi dan kendali terjadi ibarat orang menabur, berharap menuai
hasil. Seseorang yang berperilaku toleran di masyarakat berperilaku
mengendalikan diri. Karena kepentingan/kebutuhannya terakomodasi selama
proses interaksi sosial.

Sedangkan perilaku menyimpang timbul ketika ada kontradiksi


perilaku toleran dengan pengendalian diri. Misalnya, korupsi terjadi dalam

9
Sukini. Toleransi Beragama, (Yogyakarta: Relasi Inti Media, 2017), 3-6.

15
interaksi sosial yang timpang. Ia berlangsung ketika nilai toleransi dan kendali
lemah fungsi kontrol normatifnya, kendor ikatan nilai kejujuran, kebaikan, dan
kebersamaan serta sikap abai terhadap norma sosial dan hukum yang mestinya
dijaga dan dihormati. Karena dorongan egoisme yang menguat.

Perilaku menyimpang yang lain, seperti misalnya: kekerasan


individual remaja, kekerasan dalam keluarga, pertikaian antar siswa-siwa
sekolah menengah juga mahasiswa di perguruan tinggi, antar kelompok
pemuda di masyarakat dan sebagainya mengindikasikan sistem sosial, sistem
kekuasaan (politik) dan sistem hukum secara saling terkait cenderung kurang
kondusif berfungsi menabur sikap peduli, toleransi dan kendali warga
masyarakat, sehingga tidak efektif memupuk spirit kebersamaan. Ego
sentrisme individu dan kelompok menjadi sumber konflik sosial. Beberapa
fenomena sosial di atas mengartikulasikan tentang dampak perubahan sosial
dan terpenuhinya harapan masyarakat. Perubahan sosial berlangsung cepat di
masyarakat. Perubahan status dan peran sosial seseorang maupun kelompok
orang tidak mesti berlangsung vertikal. Misalnya makin tinggi tingkat
pendidikan, tidak mesti dapat bekerja sesuai dengan status dan jenjang
pendidikan yang dicapai.10

Disini terlihat jelas bahwa upaya untuk mempererat hubungan manusia


dengan manusia tidak bisa lepas dari usaha toleransi, karena seperti apa yang
sudah kita ketahui bahwa sikap toleransi sama pengertiannya dengan saling
menghormati dan menghargai satu sama lain dan saling gotong royong
membantu masyarakat lainnya.

Kehidupan gotong royong dapat kita lihat baik dari lingkungan didesa
maupun kota.Sebagai contohnya : Jika ada anggota keluarga yang meninggal
dunia, tanpa diundang tetangga - tetangga pasti akan datang turut
berbelasungkawa. Hal tersebut sudah menunjukkan bahwa sudah terjalinnya
sikap toleransi dalam bermasyarakat.

RB Soemanto, “Menghidupi Toleransi, Membangun Kebersamaan”. Jurnal Sosiologi. Vol. 2


10

No. 1, 2018, 50-51.

16
Adapun hidup saling membantu dan tolong menolong antar sesama
umat manusia dengan penuh tenggang rasa bersumber dari rasa kemanusiaan
dan merupakan perbuatan yang luhur. Maka dari itu dapat ditarik kesimplan
bahwa toleransi sangat erat hubungannya dengan usaha menpererat hubungan
manusia dengan manusia, karena adanya toleransi dalam kehidupan sehari-
hari akan tercipta kehidupan yang harmonis, sejahtera dan damai.11

11
Sri Suryati, Ni Luh dkk. Panduan Budi Pekerti Denpasar,(Denpasar: Dwi Jaya
Mandiri, 2008), 14.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin
yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi
secara luas adalah suatu sikap atauperilakumanusia yang tidak menyimpang
dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan
yang orang lain lakukan.Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam
kontekssosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang
melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda
atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.Contohnya
adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu
masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi
juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas ,
misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih
banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari
kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti
suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan,
untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain. Urgensi
toleransi sosial sangat diperlukan karena kita sebagai makhluk social, tidak
bisa lepas dari bantuan orang lain dan akan menciptakan adanya kerukunan
hidup. Ada berbagai macam toleransi diantaranya toleransi dalam praktik
sejarah Islam, toleransi dalam dunia pendidikan serta toleransi antar umat
beragama. Hubungan toleransi dalam upaya mempererat hubungan manusia
dengan manusia contohnya jika ada anggota keluarga yang meninggal dunia,
tanpadiundang tetangga - tetangga pasti akan datang turut
berbelasungkawa. Hal tersebut sudah menunjukkan bahwa sudah terjalinnya
sikap toleransi dalam bermasyarakat.

B. Saran
Demikian pembuatan makalah ini. Kritik dan saran dari pembaca
sangat mendukung untuk perbaikan makalah ini, mohon maaf jika banyak
terdapat kesalahan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aslati. 2014. Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Perspektif Islam. Didaktika
Religia. 1 (2): 6-8.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1991. Kamus


Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Echol, Jhon M. dan Hassan Shadily. 2003. An English-Indonesian Dictinary


(Kamus Inggris Indonesia). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, Syamsul. 2017. Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Implementasinya


Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan
Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Misrawi, Zuhairi. 2017. Al-Qur’an Kitab Toleransi. Jakarta: Pustaka Oasis.

Salin, I Made dkk. 2009. Pengembangan Materi Budi Pekerti. Denpasar: Dwi
Jaya Mandiri.

Salman, Abdul Malik. 1993. al-Tasâmuh Tijâh al-Aqaliyyât ka Darûratin li al-


Nahdah. Kairo: The International Institute of Islamic Thought.

Soemanto, RB. 2018. Menghidupi Toleransi, Membangun Kebersamaan. Jurnal


Sosiologi. 1 (2): 50-51.
Sri Suryati, Ni Luh dkk. 2008. Panduan Budi Pekerti Denpasar. Denpasar: Dwi
Jaya Mandiri.

Sukini. 2017. Toleransi Beragama. Yogyakarta: Relasi Inti Media.

Yahya, Ahmad Syarif Yahya. 2017. Ngaji Toleransi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

19
20

Anda mungkin juga menyukai