Anda di halaman 1dari 112

Pengukuran Index Massa Tubuh

No Aspek yang dinilai 0 1 2


1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
6 Meminta pasien dengan benar (pakaian minimal,
melepas alas kaki, mengeluarkan isi kantong,
posisi berdiri sesuai tujuan)
7 Melakukan penimbangan berat badan dengan
benar
8 Melakukan pengukuran tinggi badan dengan
benar
9 Melakukan perhitungan IMT dengan benar sesuai
dengan rumus:

10 Menyimpulkan interpretasi hasil perhitungan


IMT sesuai rujukan.

Keterangan:

0: Tidak dilakukan sama sekali


1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna

PEMERIKSAAN DIABETES MELITUS


TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL

No. Aspek Yang Dinilai 0 1 2


1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memberikan edukasi yang harus dilakukan sebelum
pemeriksaan TTGO, yaitu 3 hari sebelum
pemeriksaan, pasien tetap makan seperti kebiasaan
sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap
melakukan kegiatan jasmani seperti biasa. Berpuasa
paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum
pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap
diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75
gram/kgBB (anak-anak), dilarutkan dalam 250 ml air
dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah
untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan
glukosa selesai

6 Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah


beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa
tetap beristirahat dan tidak merokok
10. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis
pakai ke tempat sampah medis.
11. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.

TOTAL NILAI

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
No. Aspek Yang Dinilai 0 1 2
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri
2 Memperkenalkan diri

3 Melakukan anamnesis mengenai riwayat penyakit


sekarang ( gejala klasik DM seperti polifagi, polidipsi,
poliuri) atau penurunan berat badan. Riwayat keluarga,
riwayat pengobatan, dan faktor risiko yang mungkin
ditemukan pada pasien.
4 Melakukan cuci tangan
5 Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien
6. Memberikan edukasi tentang pemeriksaan penunjang
yang akan dilakukan yaitu pemeriksaan gula darah
puasa atau gula darah sewaktu di pembuluh darah vena
7 Melakukan evaluasi hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan
diagnosis pasien tersebut.

8 Melakukan pemeriksaan gula darah ulang jika


didapatkan hasil gula darah normal

9 Melakukan pemeriksaan 2 jam pp jika hasil


pemeriksaan gula darah masih normal untuk
menunjang diagnosis DM
10 Menjelaskan ke pasien hasil pemeriksaan yang terlah
dilakukan
11 Mengucapkan salam

TOTAL NILAI
DM GESTASIONAL
No. Aspek Yang Dinilai 0 1 2
1. Mengucapkan salam.

2 Memperkenalkan diri
3 Melakukan anamnesis DM gestasional mengenai ibu
hamil faktor risiko yang mungkin ditemukan pada ibu
hamil
4. Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil
5 Edukasi untuk persiapan pemeriksaan gula darah
6 Melakukaan pemeriksaan gula darah
Jika tidak ada faktor resiko, dilakukan pemeriksaan
TTGO pada usia kehamilan 24-48 mgg
7 Melakukan evaluasi hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan
diagnosis pasien tersebut.

8 Menjelaskan ke pasien hasil pemeriksaan yang terlah


dilakukan
9 Mengucapkan salam

TOTAL NILAI

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

GULA DARAH KAPILER


No. Aspek Yang Dinilai 0 1 2
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan
identitas pasien, menjelaskan dan meminta persetujuan
tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
4. Desinfeksi (antisepsis) jari tangan pasien dengan
alcohol swab pada sisi samping jari, cukup usap 1-2 kali
satu arah. Biarkan mengering 5-10 detik.
5. Sambil menunggu alkohol mengering, pasang jarum
pada lancet pen lalu kokang lancet pen. Lakukan
desinfeksi alcohol swab pada kepala lancet pen.
6 Mengambil satu glucose strip dari tabung dan
memasang strip ke glucometer serta menutup tabung
strip rapat-rapat.
7. Menempelkan kepala lancet pen pada sisi samping jari,
lalu menekan tombol jarum lancet pen.
8. Menempelkan sampel darah ke glucose strip, lalu
menunggu hingga hasil muncul di layar.

9. Menginstruksikan pasien untuk menekan luka bekas


tusukan lancet dengan alcohol swab sampai darah tidak
keluar lagi.
10. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis pakai
ke tempat sampah medis.
11. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.

TOTAL NILAI

Keterangan :
TEKNIK INJEKSI INSULIN DENGAN INSULIN PEN

No. Aspek Yang Dinilai 0 1 2


1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat dan memastikan insulin
tidak kadaluarsa.
3. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
4. Bila menggunakan insulin intermediate atau premixed,
posisikan pen secara horizontal, lalu memilin pen
dengan kedua telapak tangan atau mengayunkan pen
insulin sampai cairan insulin tampak homogen.
5. Memasang jarum pada pen insulin setelah
membersihkan karet pada ujung pen dengan alcohol
swab.
6. Dengan posisi pen insulin terbalik, membuka tutup
jarum, lalu memutar 1-2 unit dan menekan plunger pen
untuk membuang gelembung udara dalam cartridge
pen insulin.
7. Memutar sejumlah dosis sesuai dengan yang
diperlukan.
8. Menggenggam pen insulin dengan ke-4 jari dan
meletakkan ibu jari pada ujung pen sebagai penekan
plunger.
9. Menentukan lokasi penyuntikan.

10. Membersihkan lokasi suntikan dengan alcohol swab


dan menunggu sampai kering.
11. Fiksasi daerah suntikan dengan menggunakan ibu jari
dan jari telunjuk atau mencubit 1 sampai 2 inci bagian
kulit dan lemak dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk apabila pasien kurus.
12. Menusukkan jarum secara tegak lurus ke permukaan
kulit dengan gerakan cepat. Memastikan jarum sudah
masuk sepenuhnya dan pertahankan posisi tangan.
13. Menekan plunger pen dengan ibu jari sampai dengan
skala unit kembali ke 0 (nol).
14. Membiarkan jarum tetap di kulit selama 10 detik.
15. Menarik jarum dari kulit.
16. Melepaskan cubitan kulit.
17. Melepaskan jarum dari pen dengan klem, lalu
membuang ke sharp container.
18. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis
pakai ke tempat sampah medis.
19. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.
TOTAL NILAI

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

Pemeriksaan Tiroid + Grave’s Opthalmopati

No Aspek yang dinilai 0 1 2


1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan dan meminta persetujuan tindakan
yang akan dilakukan
3 Memeriksa ketersediaan alat
4 Mencuci tangan.
5 Mempersilahkan pasien duduk
6 Meminta pasien melihat ke atas dan pemeriksa
menarik kedua kelopak mata bawah dengan
kedua ibu jari.
Inspeksi nodul, pembengkakan, warna sklera dan
konjungtiva palpebra serta pola vaskularisasi di
sklera.
7 Inspeksi sklera dan konjungtiva bulbar dengan
cara menarik kelopak mata bawah dengan ibu jari
dan alis dengan jari telunjuk.
Melakukan Pemeriksaan Fisik sehubungan penyakit kelenjar tiroid
8 Mempersilahkan pasien duduk dan sedikit
mengekstensikan kepala.
9 Melakukan inspeksi dari depan pada daerah
kelenjar tiroid dengan cara menginstruksikan
pasien melakukan gerakan menelan dan
mengidentifikasi adanya simetrisitas kanan dan
kiri, kelainan kelenjar tiroid berupa pembesaran,
pulsasi, dan tanda peradangan.
10 Pemeriksa berdiri di belakang pasien.
11 Melakukan palpasi pada kelenjar tiroid dengan
menggunakan ujung jari dari kedua tangan
dengan cara menginstruksikan pasien melakukan
gerakan menelan
dan merasakan kelenjar tiroid pada saat kelenjar
tersebut bergerak.
Mengidentifikasi adanya: thrill, ukuran,
konsistensi, jumlah nodul, simetrisitas kanan dan
kiri, kontur permukaan, pulsasi, dan nyeri.
12 Apabila teraba pembesaran, pemeriksa berpindah
ke depan pasien untuk mengukur ukuran nodul,
dengan menggunakan kaliper atau pita pengukur.
13 Memeriksa adanya bruit pada kelenjar tiroid
dengan menggunakan stetoskop.
14 Mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan
meliputi: Menentukan difus/noduler, konsistensi
kelenjar, adanya nyeri tekan, ukuran kelenjar,
Suhu dan Warna kulit, Perlengketan ke
sekitarnya
15 Mencuci tangan
TOTAL

Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
ORKIDOMETER

No Aspek yang dinilai 0 1 2


1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
5 Mencuci tangan
6 Meminta pasien untuk melepaskan celana dan
celana dalam. Pasien diposisikan berbaring
terlentang
7

Melakukan pemeriksaan dengan membandingkan


ukuran testis dengan orkidometer
8

Melakukan konversi ukuran testis sesuai dengan


skala
9 Melakukan pemeriksaan pada testis berikutnya
10 Merapikan alat.
11 Mencuci tangan.
Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna

Hirsutism
No Aspek yang dinilai 0 1 2
1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
5 Mencuci tangan
6 Meminta pasien untuk melepaskan pakaian dan
pakaian dalam. Pasien diposisikan berbaring
terlentang
7 Melakukan pemeriksaan dimulai dengan atas
bibir, dagu, dada, kaki, paha, lengan atas, lengan
bawah, punggung atas, punggung bawah, perut
atas, perut bawah dan perineum.
8 Mencuci tangan.

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

Skill Lab Pemeriksaan Kaki diabetik ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) + Arteri
dorsalis pedis

No. Aspek yang dinilai 0 1 2


1 Memberi salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan
pada pasien
4 Meminta persetujuan tindakan yang akan
dilakukan
5 Memeriksa ketersediaan alat
6 Mencuci tangan
7 Memposisikan pasien dalam keadaan
berbaring
terlentang dan memasang manset pengukur
tekanan darah yang sesuai di salah satu
lengan
8 Palpasi dan temukan pulsasi arteri brakialis
lalu
mengoleskan gel di atas area tersebut.

9 Menyalakan alat USG doppler dan


meletakkan
probe doppler berlawanan dengan arah
aliran
darah membentuk sudut 45-60 derajat;
menggerakkan perlahan di daerah arteri
brakialis
sampai terdengar suara pulsasi yang paling
jelas.

10 Mengembangkan manset tekanan darah


sampai
suara pulsasi menghilang dan naikkan 10-20
mmHg dari tekanan saat suara pulsasi
menghilang.
80 | Panduan Teknis Pemeriksaan dan
Prosedur Teknis IPD
8. Menurunkan tekanan manset perlahan (2
mm/detik) sampai suara pulsasi arteri
kembali
terdengar. Mencatat tekanan darah saat suara
pulsasi arteri tersebut mulai kembali
terdengar.
Setelah suara arteri terdengar jelas, manset
dikendurkan dan dilepas.
Membersihkan gel di fossa cubiti.
11 Mengulang langkah 4 - 8 pada lengan sisi
yang lain
dan mencatat hasil pemeriksaan.
Menggunakan
tekanan sistolik lengan yang tertinggi untuk
dimasukkan dalam rumus menghitung ABI.

12 Jika terdapat luka/ulkus di kaki,


lindungi/tutup
luka/ulkus dengan kasa steril agar tidak
mengontaminasi manset.
Mengukur tekanan pada tungkai yang sehat
lebih
dulu dengan memasang manset pengukur
tekanan
darah 2 cm diatas malleolus lateral
12 Palpasi dan temukan pulsasi arteri dorsalis
pedis lalu mengoleskan gel di atas area
tersebut.

13 Meletakkan probe doppler berlawanan


dengan arah aliran darah membentuk sudut
45-60 derajat; menggerakkan perlahan di
daerah arteri dorsalis pedis sampai terdengar
suara pulsasi yang paling jelas.

14 Mengembangkan manset tekanan darah


sampai
suara pulsasi menghilang dan naikkan 10-20
mmHg dari tekanan saat suara pulsasi
menghilang
15 Menurunkan tekanan manset perlahan (2
mm/detik) sampai suara pulsasi arteri
kembali
terdengar. Mencatat tekanan darah saat suara
pulsasi arteri tersebut mulai kembali
terdengar.
Setelah suara arteri terdengar jelas, manset
dikendurkan dan dilepas.
16 Menggunakan hasil pemeriksaan yang
tertinggi
antara arteri dorsalis pedis untuk
dimasukkan
dalam rumus ABI.
17 Mengulang langkah 12-15 pada kaki sisi
yang lain.
18 Menghitung ABI kaki kanan dan kiri dengan
membagi tekanan sistolik ankle yang paling
tinggi dari masing-masing kaki dengan
tekanan sistolik
brakial yang paling tinggi dari kedua lengan.

19 Merapikan alat dan membuang bahan medis


habis
pakai ke tempat sampah medis.
20 Mencuci tangan

Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
Vibration Sensation Testing dengan garpu Tala 128 Hz

No Aspek yang dinilai 0 1 2


1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
5 Mencuci tangan
6 Meminta pasien untuk melepaskan alas kaki dan
kaos kaki. Pasien diposisikan berbaring
terlentang
7 Pasien diminta untuk tidak melihat ke lokasi
pemeriksaan dengan mengalihkan pandangan ke
tempat lain atau memejamkan mata
8 Menggetarkan garpu tala dengan tangan
pemeriksa
9 Meletakan pangkal garpu tala pada prosesus
styloideus ulnaris di pergelangan tangan pasien
atau daerah frontal wajah (dahi). Getaran yang
dirasakan pasien dijadikan standar pemeriksaan
10 Meletakan garpu tala secara tegak lurus dengan
tekanan konstan pada bagian tulang yang
menonjol pada daerah dorsal falang jari pertama
kaki

11 Menanyakan kepada pasien apakah merasakan


geratan di kakinya sama seperti yang dirasakan
pada getaran standar. Apabila pasien menjawab
“ya”, lalu mintalah pasien memberi tahu apabila
getaran sudah tidak dirasakan lagi
12 Jika pasien tidak dapat merasakan getaran pada
ibu jari kaki, tes dilakukan kembali pada tempat
yanglebih proksimal seperti maleolus atau
tuberositastibia.
13 Melakukan pemeriksaan serupa pada kaki yang
lain.
14 Merapikan alat.
15 Mencuci tangan.
Keterangan:

0: Tidak dilakukan sama sekali


1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
Semmes-weinstein Monofilament Test 10 g

No Aspek yang dinilai 0 1 2


1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
5 Mencuci tangan
6 Meminta pasien untuk melepaskan alas kaki dan
kaos kaki. Pasien diposisikan berbaring
terlentang
7  Melakukan contoh pemeriksaan pada
lengan atau tangan pasien dengan cara
pemeriksa memegang monofilamen tegak
lurus dengan lengan atau tangan pasien,
kemudian dengan gerakan stabil sentuh
kulit lengan atau tangantersebut hingga
monofilamen bengkok tidaklebih dari 2
detik. Selanjutnya, menahan
monofilamen selama 2 detik.
 Meminta pasien untuk memberikan
respon atau mengatakan ‘ya’ apabila
pasien merasakan bagian lengan atau
tangan tersentuh monofilamen.
8 Memegang monofilamen tegak lurus dengan
kaki, kemudian dengan gerakan stabil sentuh
kulit kaki hingga monofilamen bengkok tidak
lebih dari 2 detik.
Selanjutnya, menahan monofilamen selama 2
detik.

Meminta pasien untuk memberikan respon atau


mengatakan ‘ya’ apabila pasien merasakan
bagian kakinya tersentuh monofilamen.
9 Menggunakan monofilamen untuk menilai 3 titik
pada setiap kaki secara acak untuk menghindari
pasien menebak urutan pemeriksaan.

10 Melakukan tes pada titik-titik sekitar lesi ketika


terdapat ulkus, kalus, atau jaringan parut
(menghindari paparan langsung pada lesi).
11 Merapikan alat.

12 Mencuci tangan.
Keterangan:

0: Tidak dilakukan sama sekali


1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
BIOTHESIOMETER
No Aspek yang dinilai 0 1 2
1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
5 Mencuci tangan
6 Meminta pasien untuk melepaskan alas kaki dan
kaos kaki. Pasien diposisikan berbaring
terlentang
7  Melakukan contoh pemeriksaan pada
lengan atau tangan pasien dengan cara
pemeriksa memegang prob
biothesiometer tegak lurus dengan lengan
atau tangan pasien, kemudian dengan
gerakan stabil sentuh kulit lengan atau
tangan tersebut hingga pasien dapat
merasakan getaran dari prob
 Meminta pasien untuk memberikan
respon atau mengatakan ‘ya’ apabila
pasien merasakan bagian lengan atau
tangan tersentuh prob.
8 Memegang prob tegak lurus dengan kaki,
kemudian dengan gerakan stabil sentuh kulit kaki
hingga pasien dapat merasakan getaran. Getaran
dapat ditingkatkan dari 0 hingga 50 volt hingga
pasien dapat merasakan getaran prob.

Meminta pasien untuk memberikan respon atau


mengatakan ‘ya’ apabila pasien merasakan
getaran pada kakinya tersentuh prob.
9 Menggunakan prob untuk menilai 3 titik pada
setiap kaki secara acak untuk menghindari pasien
menebak urutan pemeriksaan.

10 Melakukan tes pada titik-titik sekitar lesi ketika


terdapat ulkus, kalus, atau jaringan parut
(menghindari paparan langsung pada lesi).
11 Merapikan alat.

12 Mencuci tangan.
Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna

Contoh Form Food Recall 24 Hours


Bahan Makanan
Waktu
Nama Masakan Banyaknya
Makan Jenis
URT gram
         
         
         
         
         
       

Food Recall 24 jam

No Aspek yang dinilai 0 1 2


1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pada pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
6 Petugas atau pewawancara menyakan kembali
dan mencatat semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi responden dalam ukuran rumah
tangga selama kurun waktu 24 jam yang lalu
7 Konsumsi multivitamin dan mineral juga dicatat.

8 Petugas melakukan konversi dari URT ke ukuran


berat (gram)

9 Petugas menentukan intake rata-rata


10 Dari perolehan berat makanan yang dikonsumsi,
maka dibandingkan dengan standar

11 Memberikan salam

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

MUSKULO...

PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN TULANG BELAKANG SAAT TIDAK


BERGERAK
0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan (mis.
Riwayat instabilitas, vertigo posisional, sinkop, hipotensi
ortostatik, nyeri pada posisi berdiri, dll).
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
bajunya.
7 Mencuci tangan
8 Meminta pasien berdiri pemeriksa dengan berdiri tegak
dengan posisi biasa; tungkai sejajar dan kaki dibuka selebar
bahu; kedua lengan menjuntai di samping badan; kepala
berada di tengah, sebidang dengan sakrum, dan memandang
ke depan; bahu dan pelvis tidak terpuntir atau miring bila
memungkinkan.
9 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari inspeksi
yaitu deformitas/abnormalitas bentuk tulang dan otot,
jaringan parut, dan efloresensi kulit.
10 Melakukan inspeksi dari belakang dan menilai:
a. Bentuk kurva tulang belakang
b. Simetrisitas bahu, scapula, pelvis
c. Ada tidaknya kelainan kulit, scar, sinus
12 Melakukan inspeksi dari samping dan menilai:
d. Bentuk kurva tulang belakang
e. Adakah deformitas seperti gibus
13 Melakukan inspeksi dari depan dan menilai:
f. Simetrisitas
g. Ada tidaknya kelainan kulit, scar, sinus
14 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
15 Mengucapkan terima kasih.
15 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin
ditemui seperti tinggi bahu yang tidak sama; tinggi pinggul
yang tidak sama; gangguan kurva tulang belakang: kifosis,
lordosis, skoliosis; gangguan trofi otot seperti distrofi dan
waisting, tanda lahir seperti port wine stains, cafe au lait,
neurofibroma, nevus dan hairy nevus; gibus; lipoma dan
lipoma yang menutupi defek tulang pada spina bifida; jejas;
vulnus; dan efloresensi kulit lain.

PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN TULANG BELAKANG SAAT SEDANG


BERGERAK

0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan (mis.
Riwayat instabilitas, vertigo posisional, sinkop, hipotensi
ortostatik, nyeri pada posisi berdiri, dll).
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
bajunya.
7 Mencuci tangan
8 Meminta pasien untuk berjalan dan pemeriksa menilai.
Penilaian dapat dilakukan dari depan dan dari belakang
pasien
Komponen yang dinilai adalah:
h. Nilai gait pasien (Limping gait, antalgic gait,
trendelenburg gait, adakah neurological
claudicatio?)
i. Nilai simetris bahu dan panggul
j. Nilai juga keluhan yang timbul dari pasien
9 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari inspeksi
dari tulang belakang pada saat bergerak
10 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
11 Mengucapkan terima kasih.
12 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin
ditemui seperti tinggi bahu yang tidak sama; tinggi pinggul
yang tidak sama; gangguan kurva tulang belakang: kifosis,
lordosis, skoliosis. Penilaian gait seperti limping gait
mungkin karena ada leg length disrapancy. Trendelenburg
gait mungkin adanya kelemahan otot otot panggul. Adanya
neurological claudication berhubungan dengan lumbal canal
stenosis

PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN PALPASI PADA TULANG BELAKANG


(pengetahuan anatomi tulang belakang adalah dasar utama untuk melakukan palpasi pemeriksaan
tulang belakang)

No Aspek yang dinilai 0 1 2 3


1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan
menjelaskan bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan
mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan (mis. Riwayat
instabilitas, nyeri pada posisi berdiri, dll)
6 Mencuci tangan dan memakai sarung tangan kalau diperlukan
7 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
bajunya
8 Menjelaskan hal-hal yang akan dicari dengan palpasi seperti
nyeri tekan prosesus spinosis, nyeri tekan sendi faset leher,
nyeri radikular, pergeseran vertebra, spasme dan nyeri tekan
otot-otot paravertebra, dll.
9 Meminta pasien untuk duduk membelakangi pemeriksa di atas
tempat tidur periksa. Melakukan palpasi prosesus spinosus
setiap vertebra dari bagian servikal hingga sakrum dengan ibu
jari.
Di setiap segmen pemeriksa menanyakan bila terasa nyeri. Bila
terasa nyeri, seperti apa nyerinya, menjalar atau tidak, dan bila
menjalar, ke arah mana penjalarannya.

Bagian servikal:
Di bagian servikal, selain meraba vertebra, pemeriksa juga
meraba sendi-sendi faset yang terletak di antara vertebra
servikal sekitar 2,5 cm lateral dari prosesus spinosus C2 – C7.
(Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil
memeriksa.)

Bagian torakal:
Di daerah torakal pemeriksa melakukan palpasi prosesus
spinosus setiap vertebra torakal.

Bagian lumbal:
Di daerah lumbal, pemeriksa memeriksa bila terdapat
pergeseran vertebra. Pemeriksa memeriksanya dengan meraba
prosesus spinosus. Bila ada prosesus spinosus yang terasa lebih
menonjol ke luar atau masuk ke dalam dibandingkan prosesus
spinosus di atas dan di bawahnya, maka mungkin telah terjadi
pergeseran. (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil
memeriksa.)

Bagian sakral:
Pemeriksa mengidentifikasi daerah sakroiliaka dengan mencari
sepasang lesung kulit di atas tepi medial bokong yang menjadi
penanda spina iliaka superior posterior. Kemudian melakukan
palpasi di daerah tersebut. (Pemeriksa harus menyebutkan hal
tersebut sambil memeriksa.)

Pemeriksaan otot-otot paravertebra:


Selanjutnya pemeriksa melihat dan meraba otot-otot
paravertebra untuk mengetahui adanya spasme atau nyeri
tekan. Pemeriksaan ini dilakukan pada posisi berdiri atau
duduk yang normal.
Pemeriksa menjelaskan bahwa spasme akan merubah kurva
tulang belakang hingga menjadi lebih datar di sekitar daerah
spasme. Otot-otot yang mengalami spasme akan terasa tegang
dan mungkin akan terlihat.

Pemeriksa menanyakan apabila terasa nyeri pada penekanan


dan bila ya, apakah menjalar atau tidak. Nyeri otot sifatnya
tidak menjalar.
10 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya
11 Mengucapkan terima kasih
12 Mencuci tangan
13 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin ditemui
seperti nyeri tekan akibat fraktur atau dislokasi karena trauma,
infeksi, atau radang sendi; nyeri tekan sendi faset akibat radang
sendi; radikulopati servikal dan lumbosakral yang mungkin
karena hernia nukleus pulposus servikal; pergeseran vertebra
karena spondilolistesis yang berpotensi menekan medula
spinalis; nyeri tekan sendi sakroiliaka pada sakroilitis atau
ankylosing spondylitis; spasme otot karena proses degenerasi
dan inflamasi otot, kontraksi lama karena abnormalitas postur,
atau kecemasan.
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GERAK TULANG BELAKANG

No Aspek yang dinilai 0 1 2 3


1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan
menjelaskan bahwa pemeriksaan ini mungkin menimbulkan rasa
tidak nyaman atau nyeri
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan (mis. Riwayat
instabilitas, vertigo posisional, sinkop, hipotensi ortostatik, nyeri
pada posisi berdiri, dll)
6 Mencuci tangan
Pemeriksaan Gerak Tulang Belakang
1 Pemeriksa memeriksa gerak fleksi lumbal dengan meminta
pasien mencoba menyentuh jari-jari kakinya.
Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan, lingkup gerak sendi,
dan simetrisitas kedua sisi punggung saat menekuk. (Pemeriksa
harus menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.)

Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila


nyeri, gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau
tidak.

Pada orang normal, sudut fleksi lumbal adalah sekitar 90O.


(Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.)

Pemeriksa memeriksa ekstensi lumbal dengan meminta pasien


menekukkan badan ke belakang sambil tangan pemeriksa berada
di spina iliaka posterior superior dengan jari-jari menghadap
garis tengah.
Mengamati kehalusan gerakan dan lingkup gerak sendi.
Rata-rata orang dewasa normal dapat melakukan ekstensi
lumbal hingga sudut 30O. (Pemeriksa harus menyebutkan hal
tersebut sambil memeriksa.)

Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila


nyeri, gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau
tidak.

Memeriksa laterofleksi dengan meminta pasien menekukkan


badan ke samping kanan lalu kiri. Sebelum pasien
melakukannya, pemeriksa menempatkan tangannya di pinggul
pasien untuk menstabilisasi pelvis.
Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan dan simetrisitas saat
menekuk ke kanan dan ke kiri.

Orang dewasa normalnya mampu melakukan gerakan ini hingga


sudut 30 – 45O. (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut
sambil memeriksa.)
Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila
nyeri, gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau
tidak.
3 Memeriksa gerak leher yang mencakup fleksi, ekstensi,
laterofleksi ke kanan dan ke kiri, serta rotasi ke kanan dan ke
kiri.
Untuk fleksi, pemeriksa meminta pasien menempelkan dagu ke
dada.
Untuk ekstensi pemeriksa meminta pasien mendongak ke langit-
langit.
Untuk laterofleksi pemeriksa meminta pasien untuk melakukan
gerakan menempelkan telinga kanan di bahu kanan dan telinga
kiri di bahu kiri.
Untuk rotasi pemeriksa meminta pasien melihat bahu kanan dan
kiri.
Pada orang dewasa normal, sudut fleksi normal adalah 75 –
90O, ekstensi 45O, laterofleksi 45 – 60O, dan rotasi 75O.
(Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.)

Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan dan simetrisitas saat


melakukan gerakan ke kanan dan ke kiri.
Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila
nyeri, gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau
tidak.
4 Pemeriksaan Saat Duduk:
Pemeriksa minta pasien untuk duduk di tepi tempat tidur
menghadap dirinya tanpa bersandar.

Pemeriksa meminta pasien untuk memutar badannya ke sisi


kanan lalu kiri.
Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan dan simetrisitas saat
menekuk ke kanan dan ke kiri.
Orang dewasa normalnya mampu melakukan gerakan ini hingga
sudut 45O. (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil
memeriksa.)

Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila


nyeri, gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau
tidak.
5 Pemeriksa menjelaskan kemungkinan diagnosis banding jika
ditemukan kelainan pada pemeriksaan inspeksi tulang belakang
saat bergerak seperti kekakuan leher berhubungan dengan
artritis, tegang otot, atau proses patologis lain yang harus dicari
dengan pemeriksaan lebih lanjut. Deformitas toraks saat
membungkuk berhubungan dengan skoliosis.

Pendataran kurva tulang belakang dan menetapkan kurva


lordotik lumbal saat fleksi menandakan spasme otot atau
ankylosing spondylitis. Harus diingat bahwa artritis atau infeksi
di tulang panggul, rektum, atau pelvis dapat menimbulkan gejala
di bagian lumbal. Penurunan mobilitas tulang belakang paling
sering terjadi pada osteoartritis dan ankylosing spondylitis.

Penutup
1 Pemeriksa memberitahukan bahwa pemeriksaan telah selesai
dan meminta pasien mengenakan pakaiannya kembali.
2 Pemeriksa mengucapkan terima kasih.
3 Mencuci tangan

Total Nilai

PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN KHUSUS PADA TULANG BELAKANG


No Aspek yang dinilai 0 1 2 3

1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang


sopan
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan
menjelaskan bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan
mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan (mis. Riwayat
instabilitas, nyeri pada posisi berdiri, dll)
6 Mencuci tangan
7 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
bajunya
8 Meminta pasien untuk duduk membelakangi Anda di kursi.
Jelaskan bahwa tindakan Anda mungkin akan menimbulkan
rasa tidak nyaman atau nyeri.
9 Tes Lhermitte:
Dengan menggunakan kedua tangan yang saling
ditangkupkan, pemeriksa menekan kepala pasien ke bawah.
Pemeriksa menanyakan apakah terdapat nyeri seperti dialiri
aliran listrik. Jika ya, ke arah mana penjalarannya.

10 Tanda Spurling:
Pemeriksa memegang kepala pasien kemudian ditekan ke
bawah dan dianterofleksikan ke salah satu sisi.
Pemeriksa menanyakan apabila timbul nyeri yang menjalar.
Jika ya, ke arah mana penjalarannya
11 Tes schober
Tes ini bertujuan untuk memeriksa adanya kekakuan pada
lumbal, biasanya berhubungan dengan ankylosing spondylitis.
Pada ankylosing spondylitis, kekakuan menyebabkan
penderita tetap dapat membungkuk ke depan, karena
memiliki panggul yang fleksibel. Dengan tes ini kekakuan
lumbal dapat di deteksi.
Pada level lumbal 5, tandai, kemudian ke bawahnya dibuat
tanda 5cm dari tanda awal, dan 10 cm dibuat tanda ke atas,
total jarak 15 cm. Kemudian mintakan pasien untuk
membungkuk ke depan menyentuh jari – jari kaki. Jika tidak
terdapat perpanjangan jarak setidaknya 5cm (total 20 cm) bisa
dikatakan terdapat kekakuan pada daerah lumbal.
12 Adam forward bending test
Tes ini digunakan untuk melihat adanaya scoliosis pada
seseorang, ataupun dapat digunakan untuk menilai apakah
scoliosis yang di miliki seseoranga adalah scoliosis structural
atau postural.
Mintalah penderita pada posisi berdiri, pemeriksa duduk
dibelakang penderita, kira – kira pandangan pemeriksa sejajar
dengan pelvis penderita. Mintalah penderita membungkuk
kedepan. Pada seseorang yang memiliki scoliosis akan
terlihat adanya bony prominent karena kurva pada tulang
belakang.
Pada pengecekan untuk membedakan apakah seseorang
memiliki structural scoliosis atau postural scoliosis, mintalah
penderita yang memiliki scoliosis untuk membungkuk ke
depan. Jika kurva nya tetap ada, kemungkinan ini adalah
scoliosis structural, tapi jika kurvanya menghilang,
kemungkinan ini adalah scoliosis postural
13 Tanda Laseque/straight leg test
Tes ini dilakukan untuk menilai iritasi nerve root lumbal 5,
biasanya disebabkan oleh HNP lumbal.
Pada posisi supine, penderita tetap mempertahankan salah
satu tungkai untuk dalam posisi ekstensi. Kemudian
pemeriksa akan mengangkat tungkai satunya. Normalnya
tungkai bisa diangkat sampai kurang lebih 80-90 0. Jika ada
root tension, penderita akan merasakan nyeri, dari belakang
menjalar ke bokong, trus ke bagian paha belakang pada sudut
300
14 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
15 Mengucapkan terima kasih.
16 Mencuci tangan
17 Memberi contoh beberapa kemungkinan diagnosis yang
berhubungan dengan hasil yang positif seperti radikulopati
servikal dan mielopati oleh berbagai sebab seperti proses
degenerasi, trauma, neoplasma, dll.

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN INSPEKSI PANGGUL

0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya
keadaan nyeri yang tidak memungkinkan pasien untuk
duduk dan berjalan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
pakaian bagian bawah.
7 Mencuci tangan
8 Pemeriksaan panggul saat bergerak dilakukan secara
terintergasi dengan pemeriksaan tulang belakang, bahu dan
lurut pada waktu pasien disuruh berjalan
Mintalah pasien berjalan, dan pemeriksa mengamati dari
belakang, nilailah:
- Apakah posisi panggul simetris?
- Adakah atrofi otot, khususnya otot gluteal
- Bagaimana gerak panggul saat berjalan?
(pemeriksa menyebutka prosedur ini sambil memeriksa)
9. Selanjutnya pemeriksaan panggul dilakukan dalam keadaan
diam, umumnya pasien diperiksa dalam keadaan supine,
dan pastikan posisi bahu, maleolus untuk dalam posisi
simetris
Pada keadaan supine dalam diperiksa:
- Bagaimana posisi tubuh secara
keseluruhan?
- Adakah kontraktur otot panggul?
- Apa posisi panggul simetris?
- Bagaimana kondisi kulitnya?
- Adakah sinus?
- Adakah tanda – tanda inflamasi?
- Adakah scar bekas operasi?
- Apakah posisi kedua extremitas bawah
simetris?
- Apakah ada bengkak?
- Bagaimana pergerakkan sendi pada saat
pasien baru mulai berjalan
(pemeriksa menyebutkan apa yang diperiksa sambil
mendemonstrasikannya)

Pemeriksaan selalu harus membandingkan antara kedua sisi


panggul.
(ini pun disebutkan oleh pemeriksa)
9 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari inspeksi
dari panggul
10 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
11 Mengucapkan terima kasih.
12 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin
ditemui seperti tinggi bahu yang tidak sama; tinggi pinggul
yang tidak sama; Penilaian gait seperti limping gait
mungkin karena ada leg length disrapancy. Melihat apakah
adanya drain sinus atau scar bekas operasi dan temuan –
temuan lainnya

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN PALPASI PANGGUL

0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang
prosedur yang akan di lakukan
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya
keadaan nyeri pada panggul yang tidak mau di tekan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
pakaian bagian bawah.
7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan
8 Pemeriksaan palpasi panggul di lakukan saat pasien dalam
posisi supine di atas tempat tidur
(mahasiwa harus menyebutkan hal ini)
9. Selanjutnya pemeriksaan panggul dilakukan dalam keadaan
diam, umumnya pasien di mana panggul di tempatkan
dalam posisi simetris. Pemeriksaan di lakukan dari panggul
yang tidak sakit.
1. Lakukan palpasi secara smooth and gentle dari
anterior, lateral dan pada daerah panggul, rabalah
kulitnya, bagaimana temperaturnya? Bandingkan
dengan sisi yang sakit
2. Lakukan palpasi untuk menilai adanya pembengkakan
3. Lakukan palpasi apakah teraba massa? Bagaimana
konsistensinya?
4. Lakukan perabaan adakah spasme otot – otot
panggul?
5. Lakukan perabaan adakah kontraktur pada otot
panggu?
6. Lakukan perabaan untuk menilai nyeri, dimanakah
posisi nyerinya, anterior atau lateral
7. Lakukan penilaian hard tissue, mulai dari daerah illiac
wing, greater trochanter, lakukan penekanan secara
lembut dan selalu tanyakan kepada pasien adakah
terasa nyeri atau tidak nyaman
8. Lakukan pemeriksaan apparent length. Pastikan
pakaian bagian bawah pasien cukup bebas, tandai
daerah umbilikus pada bagian proximal dan maleolus
medialis pada bagian distal. Selanjutnya dengan alat
ukur, ukur panjang dari umbilkus ke medial maleolus.
Bandingkan kiri dan kanan, catat hasil pengukuran
9. Lakukan pemeriksaan true length. Tandai greater
trochanter dan medial maleolus. Lakukan pengukuran
dengan dari greater trochanter ke maleolus medialis,
dan bandingkan antara kedua sisi. Catat hasil
pengukuran.
(semua prosedur ini diucapkan oleh mahasiswa sambil
melakukan pemeriksaan)
10 Pemeriksaan panggul bagian posterior bisa dilakukan
dengan menyuruh pasien berbaring pada posisi lateral atau
pronasi, tergantung kenyamanan pasien
11 Pemeriksaan dilakukan sama dengan proses yang dijelaskan
di atas. Pemeriksaan bisa lanjutkan dengan menilai
Sacroilliac joint. Lakukan penekanan dengan kedua ibu jari
untuk menilai adanya nyeri.
12 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari palpasi
pada daerah panggul
13 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
14 Mengucapkan terima kasih.
15 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin
ditemui antara lain, perabaan kulit yang hangat mungkin
ada hubungan dengan proses infeksi, kontraktur otot bisa di
raba, atrofi otot mungkin ada hubungan dengan kelemahan
gluteus medius, adanya nyeri tekan bisa ada hubungan
dengan infeksi, atau bursitis.

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN LINGKUP GERAK SENDI PANGGUL

0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang
prosedur yang akan di lakukan
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya
keadaan nyeri pada panggul sehingga tidak bisa di gerakkan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
pakaian bagian bawah.
7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan
8 Pemeriksa meminta pasien untuk tidur dalam posisi supine,
pastikan kedua hip pada posisi yang sejajar, dan ekstensi
penuh
9. Pemeriksa meminta pasien untuk melakukan fleksi panggul
secara aktif pada sisi yang sehat dan selanjutnya dilanjutkan
dengan sisi yang sakit. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan goniometer dan hasilnya di tulis dalam
satuan derajat.

Gerak sendi diukur dari posisi hip pada saat supine sampai
posisi hip maksimal untuk fleksi. Setelah gerak aktif, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan secara pasif
Normal fleksi panggul 125-1350
10 Pemeriksa meminta pasien untuk melakukan abduksi
panggul pada sisi yang sehat dan selanjutnya dilanjutkan
dengan sisi yang sakit. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan goniometer.
Nilai normal abduksi panggul 40-500
11 Pemeriksa meminta pasien untuk melakukan adduksi
panggul pada sisi yang sehat dan selanjutnya dilanjutkan
dengan sisi yang sakit. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan goniometer.
Nilai normal adduksi panggul 20-300
12 Pemeriksaan lingkup gerak sendi ekstensi dilakukan dengan
posisi pronasi. Pasien diminta melakukan ekstensi secara
aktif dilanjutkan dengan pasif. Pengukuran dilakukan
dengan goniometri
Nilai normal ekstensi panggul 20-300
Pemeriksaan lingkup gerak sendi panggul rotasi internal
dan eksternal, dilakukan dengan hip fleksi 900
Pada pusisi supine, hip di fleksikan 900, dengan salah satu
tangan melakukan fiksasi pada lutut, sendi panggul dibawa
pada posisi internal rotasi, begitu sebaliknya pada posisi
eksternal rotasi
Nilai normal internal maupun eksternal rotasi panggul
pada posisi hip 900 sekitar 450
Bandingkanlah selalu antara kedua panggul
13 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari
pemeriksaan lingkup gerak sendi pada daerah panggul
14 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
15 Mengucapkan terima kasih.
16 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin
ditemui pada keterbatasan gerak sendi misalnya: adanya
keluahan nyeri pada sendi yang diperiksa, adanya
kontraktur otot, adanya mal union fraktur, adanya massa,
dan proses – proses lain

4) Pemeriksaan Khusus pada panggul


Pemeriksaan khusus pada panggul adalah pemeriksaan provokasi yang dilakukan untuk
membangkitkan tanda pada panggul. Ada banyak pemeriksaan khusus pada panggul. Dipilih yang
umum dikerjakan
KETRAMPILAN PEMERIKSAAN KHUSUS PADA PANGGUL
0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang
prosedur yang akan di lakukan
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya
keadaan nyeri pada panggul sehingga tidak bisa di gerakkan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
pakaian bagian bawah.
7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan
8 Pemeriksa meminta pasien untuk tidur dalam posisi supine,
pastikan kedua hip pada posisi yang sejajar, dan ekstensi
penuh
9. 1. Tes Thomas
Tes thomas untuk menilai ada tidaknya flexion contracture.
Pasien tidur dalam posisi supine di tempat tidur, tidak
menggunakan bantal.
Pada posisi supine pemeriksa meminta kedua panggul pada
posisi ekstensi. Sisi yang akan diperiksa dibiarkan tetap
dalam posisi ekstensi, kemudian pemeriksa akan meminta
pasien melakukan fleksi panggul penuh pada sisi panggul
yang sehat. Selanjutnya pemeriksa akan memasukkan
tangan di bawah lumbal untuk memastikan lordosis lumbal
telah terkoreksi. Jika ada fleksi kontraktur pada sisi
panggul yang sakit, maka panggul akan terangkat pada
posisi fleksi
2. Tes Faber (Fleksi, abduksi, external rotasi)
panggul/ tes patric/tes provokatif SI joint
Tes ini untuk menilai kondisi Sacro illiac joint.
Pasien dalam posisi supine. Selanjutnya pemeriksa
memposisikan panggul yang ingin diperiksa dalam posisi
fleksi, abduksi dan eksternal rotasi. Jika ada kelainan,
maka pasien akan mengeluhkan nyeri di daerah sacro illiac
joint.
3. Trendelenburg tes
Tes ini bertujuan untuk menilai kelemahan Otot Gluteus
medius. Pasien diminta berdiri. Pada sisi yang panggul
sakit, pasien diminta mengangkat kakinya. Otot gluteus
yang pada sisi yang sehat, akan kuat untuk menahan pelvis
tetap sejajar. Pada saat pasien diminta berdiri sambil
mengangkat sisi yang sehat, maka otototot gluiteus medius
yang lemah akan gagal mempertahakan posisi pelvis,
sehingga pelvis akan terjatuh ke sisi yang sakit, dan tubuh
pasien akan miring untuk kompensasi ke sisi yang sehat
10 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari
pemeriksaan lingkup gerak sendi pada daerah panggul
11 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
12 Mengucapkan terima kasih.
13 Tes thomas positif pada keadaan kontraktur otot fleksi
panggul. Patrick tes akan positif pada OA Sacroilliac joint,
dan Trendelenburg tes akan positif pada kelemahan otot
gluteus medius, misalnya pada Developmental Dysplasia
Hip

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN INSPEKSI PADA LUTUT


0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang
prosedur yang akan di lakukan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
pakaian bagian bawah.
7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan
8 Pemeriksaan awal dilakukan pada saat pasien berdiri,
mintakan pasien berdiri dengan santai, pastikan posisi
bahu, panggul dan ankle terposisi dengan baik. Amati pada
posisi berdiri bentuk dari lutut, adakah deformitas? Varus?
Valgus? Apakah kedua lutut mengalami deformitas?
9. Pemeriksaan inspeksi bisa dilanjutkan sambil duduk atau
tidur. Pada modul ini latihan diberikan saat pasien tidur.
Dari posisi anterior amati:
- adakah sinus?
- Warna kulit bagaimana?
- Adakah tanda inflamasi?
- Adakah edema?
- Adakah massa?
- Adakah bekas operasi?
- Adakah atrofi otot?
- Jika patela bisa dilihat, amati, apakah
patela alta?
- Apakah patela baja?
Atrofi otot bisa dilihat secara subjektif, nanti dikonfirmasi
secara obejektif pada pemeriksaan palpasi
Dari posisi lateral amati:
- adakah recurvatum.?
Untuk melihat daerah posterior, kita bisa mintakan pasien
untuk memposisikan tubuh lateral atau pronasi
10 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari
pemeriksaan lingkup gerak sendi pada daerah panggul
11 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
12 Mengucapkan terima kasih.

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN PALPASI PADA LUTUT


0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
Jelaskan bahwa pemeriksaan palpasi lutut ini pasien bisa
merasakan nyeri atau tidak nyaman. Saat pasien nyeri maka
pemeriksa akan menghentikan tindakan
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang
prosedur yang akan di lakukan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
pakaian bagian bawah.
7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan
8 Pemeriksaan palpasi di lakukan pada saat pasien tidur.
Mintalah pasien untuk berbaring pada posisi supine
9. Pada posisi supine, mulailah memeriksa dengan lutut yang
tidak nyeri, kemudian bergantian dengan lutut yang nyeri.

Palpasilah kulit di daerah lutut. Bandingkan temperaturnya


dengan bagian lain dari tubuh. Palpasilah soft tissue
disekitar lutut. Palpasilah daerah patelofemoral joint,
adakah nyeri tekan? Palpasi joint line pada sisi medial
maupun lateral dari lutut. Adakah nyeri tekan? Palpasilah
kalau ada massa? Bagaimana kalua ada, bagaimana
konsistensinya, adakah nyeri?

Atrofi otot bisa kita periksa pada pemeriksaan ini. Dari


superior pole patella, ukur 10 cm ke arah proksimal pada
daerah paha. Tandai dengan spidol. Kemudian
menggunakan sentimeter, ukur lingkar ototnya. Bandingkan
dengan sisi kontralateral.

Pemeriksaan pada daerah posterior dapat dilakukan dengan


cara pasien di minta berbaring pada posisi lateral atau posisi
pronasi
Hasil pemeriksaan selalu dibandingkan dengan sisi kontra
lateralnya
10 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari
pemeriksaan palpasi pada daerah panggul
11 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
12 Mengucapkan terima kasih.

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN RUANG LINGKUP SENDI LUTUT


0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
Jelaskan bahwa pada pemeriksaan ruang lingkup sendi lutut
ini pasien bisa merasakan nyeri atau tidak nyaman. Saat
pasien nyeri maka pemeriksa akan menghentikan tindakan
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang
prosedur yang akan di lakukan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
pakaian bagian bawah.
7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan
8 Pemeriksaan ruang lingkup sendi lutut di lakukan pada
posisi supine. Mintalah pasien untuk berbaring pada posisi
supine
9. Pada posisi supine, sendi lutut akan berada pada keadaan
ekstensi penuh. Pada kasus – kasus tertentu, dimana
terdapat flexion kontraktur pada lutut, maka pasien tidak
bisa mencapai ekstensi penuh. Pemeriksa bisa melakukan
konfirmasi dengan meletakkan telapak tangan di bawah
lutut pasien, dan meminta pasien untuk menekan tangan
pemeriksan dengan bagian posterior dari lutut. Jika terdapat
fleksi kontraktur pada lutut, maka lutut pasien tidak dapat
menyentuh tangan pasien. Besaran sudut yang dapat dicapai
oleh sendi lutut diukur dengan goniometer

Ruang lingkup sendi lutut bisa diukur fleksi dan ekstensi.


Mintakan pasien untuk melakukan fleksi secara aktif. Jika
geraknya terbatas, bisa dilakukan secara pasif. Hasilnya di
ukur dengan goniometer. Pada posisi ekstensi penuh, ditulis
posisi lutut 00 (nol derajat), jika bisa fleksi sampai 1350
ditulis lingkup gerak sendi lutut 00-1350

Pada saat melakukan fleksi ekstensi lutut, pemeriksa juga


bisa mendengar adanya bunyi krepitasi atau bisa merasakan
gerak sendi yang tidak harus lagi

Pada posisi full ekstensi, rotasi lutut sangat minimal. Pada


posisi fleksi 900, eksternal rotasi dapat dilakukan 45 0 dan
internal rotasi 350. Jangan dilupakan untuk selalu
menanyakan apakah pasien merasakanya nyeri. Jika nyeri,
hentikan pemeriksaan.
10 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari
pemeriksaan lingkup gerak sendi pada lutut
11 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
12 Mengucapkan terima kasih.

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN KHUSUS PADA LUTUT


0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
Tindakan khusus ini mungkin menimbulkan keluhan nyeri
dan rasa tidak nyaman pada pasien, jika pasien merasa nyeri
dan tidak nyaman, maka pemeriksaan akan di hentikan.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang
prosedur yang akan di lakukan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
pakaian bagian bawah.
7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan
8 Pemeriksaan tes khusus pada lutut di lakukan pada posisi
supine. Mintalah pasien untuk berbaring pada posisi supine
9. Tes stabillitas
Tes stabilitas bisa mendeteksi adanya rupture ligamen –
ligamen yang menyokong stabilitas sendi lutut.
1. Tes lachman’s
Pasien dalam posisi supine. Untuk memeriksa lutut kanan
pemeriksa berada di samping kanan pasien, menghadap ke
pasien. Lutut di fleksikan 300. Tangan kiri pemeriksa
melakukan fiksasi pada bagian paha pasien, tangan kanan
pemeriksan memegang bagian proksimal dari daerah cruris,
kemudian dengan lembut melakukan gerakan translasi ke
anterior dan posterior. Normalnya tidak terdapat translasi
antara femur dan tibia. Adanya translasi kemungkinan
berhubungan dengan rupture Anterior cruciate ligament.

2. Anterior drawer test


Pasien tidur dalam posisi supine. Untuk lutut kanan,
pemeriksa berdiri disamping kanan pasien dan menghadap
ke pemeriksa. Pasien kemudian melakukan fleksi lutut 90 0
kemudian pemeriksa melakukan fiksasi agar lutut pasien
tidak bergerak saat dilakukan pemeriksaan. Dengan kedua
tangan pemeriksa memegang bagian proximal dari cruris
dan melakukan gerakkan translasi. Normalnya tidak ada
translasi antara tibia terhadap femur. Adanya translasi dapat
dihubungkan dengan kemungkinan rupturnya anterior
cruciate ligament.

3. Posterior sag sign


Pada posisi pasien supine dan kedua lutut fleksi 900,
pemeriksa berdiri dari sisi lateral, kemudian mengamati
posisi tuberositas tibia. Pada keadaan normal, tuberositas
tibia akan tampak segaris. Jatuhnya tibia ke arah belakang
pada salah satu lutut mungkin dihubungkan dengan ruptur
posterior cruciate ligament

4. Tes Mac murray


Pasien dalam posisi supine dengan lutut yang diperiksa kira
– kira 900 Pemeriksan kemudian memegang kaki pasien
sementara tangan yang satunya ada di lutut pasien. Untuk
mengevaluasi meniscus medial, pemeriksa melakukan
eksternal rotasi tibia secara pasif sambil memberikan
tekanan secara valgus pada lutut pasien. Kemudian lakukan
ekstensi lutut. Adanya keluhan nyeri dan bunyi “pop”
mungkin berhubungan dengan cedera meniscus medial

Untuk mengevaluasi meniscus lateral, pemeriksa


melakukan internal rotasi tibia secara pasif sambil
memberikan tekanan secara varus pada lutut pasien.
Kemudian lakukan ekstensi lutut. Adanya keluhan nyeri
dan bunyi “pop” mungkin berhubungan dengan cedera
meniscus lateral.

5. Tes Varus valgus


Tes varus valgus pada lutut dilakukan untuk menilai
stabilitas lutut pada bidang coronal. Stabilitas ini dibangun
oleh dua ligament, yaitu lateral collateral ligament dan
medial collateral ligament
Pada posisi supine, posisi lutut yang akan diperiksa 20-30 0.
Salah satu tangan pemeriksa memegang tungkai bawah dan
salah satu tangan melakukan fiksasi pada lutut penderita.
Untuk menilai stabilitas valgus, tangan yang satunya
memberikan tahanan pada sisi lateral lutut, kemudian tangan
yang melakukan fiksasi akan membawa tungkai pada posisi
valgus. Untuk menilai varus, dilakukan sebaliknya.
Normalnya tidak aka nada pergeseran pada sendi lutut.
Bandingkan dengan sisi kontralateral.
10 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari
pemeriksaan khusus pada lutut
11 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
12 Mengucapkan terima kasih.

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN INSPEKSI BAHU


0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan

2 Memperkenalkan diri pada pasien

3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya

5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya


keadaan nyeri yang tidak memungkinkan pasien untuk
duduk dan berjalan

6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan


pakaian bagian atas

7 Mencuci tangan dan memakai handskun (pilihan)

8 Penilaian bahu secara umum dilakukan dalam keadaan


berjalan, menilai :
- Bagaimana posisi tubuh secara keseluruhan?
- Adakah kontraktur otot ekstremitas atas?
- Bagaimana pergerakkan sendi bahu pada saat pasien
baru mulai berjalan ?

Pemeriksaan selalu harus membandingkan antara kedua sisi


bahu

9. Pemeriksaan bahu saat diam dilakukan secara terintegrasi


dengan menilai aspek berikut :
(pasien bisa duduk atau berdiri)

- Apakah ada kelainan kulit ? tanda


peradangan ? sinus ?
- Apakah ada skar ?
- Menilai posisi bahu waktu diam simetris
atau tidak ?
- Apakah ada udem ?
- Apakah ada atrofi otot ?
- Apakah terdapat hipertrofi otot ?
- Apa ada kelainan Scapular winging

10 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari inspeksi


dari panggul

11 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya


12 Mengucapkan terima kasih

13 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin


ditemui seperti tinggi bahu yang tidak sama (akibat
kelainan bawaan scoliosis)

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN PALPASI BAHU


0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan

2 Memperkenalkan diri pada pasien

3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang


prosedur yang akan di lakukan

5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya


keadaan nyeri pada bahu yang tidak mau di tekan

6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan


pakaian bagian atas

7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan

8 Pemeriksaan palpasi bahu di lakukan saat pasien dalam


posisi supine di atas tempat tidur atau bisa dalam posisi
duduk

9. Pemeriksaan yang di lakukan :

1. Lakukan palpasi secara halus bagian shoulder dari


anterior medial ke lateral rabalah kulitnya, bagaimana
temperaturnya? Bandingkan dengan sisi yang sakit

2. Lakukan palpasi untuk menilai adanya pembengkakan

3. Lakukan palpasi apakah teraba massa? Bagaimana


konsistensinya?

4. Lakukan perabaan adakah spasme otot – otot bahu?

5. Lakukan perabaan untuk menilai nyeri, dimanakah


posisi nyerinya, anterior atau lateral

6. Lakukan penilaian bony prominence, sternoclavicular


joint, clavicula, AC joint, greater tuberosity, dan
biceps tendon groove

10 Pemeriksaan bahu bagian posterior (posisi duduk) :


- Menilai otot trapezius
- Menilai tulang scapula

11 Pemeriksaan neurovascular : axilarry nerve dermatome,


meraba bagian distal arteri radialis dan ulnaris, pemeriksaan
sensasi radial, ulnar dan median nerve

12 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya

13 Mengucapkan terima kasih

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN LINGKUP GERAK SENDI BAHU


0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan

2 Memperkenalkan diri pada pasien

3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang


prosedur yang akan di lakukan

5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya


keadaan nyeri pada bahu sehingga tidak bisa di gerakkan

6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan


pakaian bagian atas

7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan

8 Pemeriksa meminta pasien untuk duduk atau berdiri dan


pastikan posisi penderita seimbang atau simetris dengan
sebelahnya

9. Pemeriksa meminta pasien menggerakkan secara aktif,


gerakan fleksi shoulder / forward elevation (150-180
normal), diukur dengan goniometer dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan pasif

10 Pemeriksa meminta pasien menggerakkan secara aktif,


gerakan eksternal rotasi pada 90 derajat abduksi, diukur
dengan goniometer dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
pasif

11 Pemeriksa meminta pasien menggerakkan secara aktif,


gerakan internal rotasi pada 90 derajat abduksi, diukur
dengan goniometer dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
pasif
12 Pemeriksa meminta pasien menggerakkan secara aktif,
gerakan abduksi, diukur dengan goniometer dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan pasif

13 Pemeriksa meminta pasien menggerakkan secara aktif,


gerakan ekstensi bahu, diukur dengan goniometer dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan pasif

14 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari


pemeriksaan lingkup gerak sendi pada daerah bahu

15 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya

16 Mengucapkan terima kasih

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN KHUSUS PADA PANGGUL


0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan

2 Memperkenalkan diri pada pasien

3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang


prosedur yang akan di lakukan

5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya


keadaan nyeri pada bahu sehingga tidak bisa di gerakkan

6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan


pakaian bagian atas

7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan

8 Pemeriksa meminta pasien untuk berdiri atau duduk ,


pastikan posisi tubuh simetris

9.
1. Tes Kekuatan supraspinatus
Tes ini positif ketika bahu dibawa ke abduksi 90 derajat
dan lengan jatuh sendiri

2. Tes Subscapularis (Lift off test)


Tes ini untuk menilai otot subscapularis, dengan
membawa lengan ke bagian belakang dan telapak
tangan menghadap ke luar, dan pemeriksa meminta
untuk mendorong kearah luar, tes positif bila penderita
tidak dapat melakukannya
3. Tes impingement
Pemeriksa menaruh tangannya dibahu penderita yang
sakit untuk menghambat gerakkan naik scapula pada
waktu melakukan passive elevasi abduksi bagian
shoulder yang diperiksa

4. Tes Labrum injury / Crank test


Pemeriksa secara pasif menahan posisi abduksi dan
memberikan tekanan secara axial ke glenohumeral joint
dan sambal dirotasikan, positif nyeri bila ada cedera
labrum

5. Tes Yergason
Untuk memeriksa biceps tendon, Elbow fleksi 90
derajat, lengan bagian bawah pronasi, pemeriksa
memberi tahanan resisten ke bagian pergelangan tangan
ditahan, kemudian meminta pasien melakukan gerakan
supinasi, positif bila nyeri terprovokasi

6. Tes Instability
Ada dua yaitu anterior dan posterior test, prinsipnya
sama, pemeriksa menaruh tangannya utk memfiksasi
shoulder dengan cara menahan di atas scapula.
Kemudian berikan gaya dorong ke head humerus ke
bagian anterior dan posterior, untuk menilai apakah
bahu tetap di posisinya atau ada suatu instability
gerakan sehinggan bahu bisa masuk-keluar

10 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari


pemeriksaan lingkup gerak sendi pada daerah bahu

11 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.

12 Mengucapkan terima kasih.

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN INSPEKSI PERGELANGAN


TANGAN
0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.

2 Memperkenalkan diri pada pasien.

3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.

5 Mencuci tangan dan memakai handskoen


6 Pemeriksaan secara umum pergelangan tangan dilakukan
dalam keadaan duduk, Pada keadaan duduk meminta pasien
untuk memperlihatkan tangan keduanya untuk dapat
membandingkan kiri-kanan :

- Apakah ada kelainan di sendi lain, selain pergelangan


tangan?

- Bagaimana posisi jari-jari tangan ? Bagaimana posisi


sendi pergelangan tangan saat posisi rileks ?

- Menanyakan tangan apa yang dominan ?

7. Pemeriksaan pergelangan tangan saat diam dilakukan


secara terintegrasi dengan menilai aspek berikut :
(pasien duduk)

- Apakah ada kelainan kulit ? tanda


peradangan ? sinus ?
- Apakah ada skar ?
- Menilai posisi pereglangan tangan waktu
diam simetris atau tidak ?
- Apakah ada udem ?
- Apakah ada benjolan ?
- Apakah ada atrofi otot thenar dan
interosseous tangan ?
- Apakah terdapat deformitas pergelangan
tangan ?

8 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari inspeksi


dari pergelangan tangan

9 Mengucapkan terima kasih.

10 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin


ditemui seperti tampak otot atrofi pada tangan, atau terdapat
benjolan pada dorsal pergelangan tangan, atau kontraktur
jari tangan, udem ekstensor tendon

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN PALPASI PERGELANGAN


TANGAN
0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.

2 Memperkenalkan diri pada pasien.

3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang


prosedur yang akan di lakukan
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya
keadaan nyeri pada pergelangan tangan yang tidak mau di
tekan

6 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan

7 Pemeriksaan palpasi pergelangan tangan dilakukan pada


posisi pasien duduk

8 Palpasi secara umum dilakukan :

1. Lakukan palpasi secara halus bagian punggung


pergelangan tangan, rabalah kulitnya, bagaimana
temperaturnya? Bandingkan dengan sisi yang normal

2. Lakukan palpasi untuk menilai adanya pembengkakan


atau berupa efusi sendi (cairan)

3. Lakukan palpasi apakah teraba massa? Bagaimana


konsistensinya?

4. Lakukan perabaan adakah spasme otot – otot lengan


dan tangan?

5. Lakukan perabaan untuk menilai nyeri, dimanakah


posisi nyerinya ?

6. Lakukan perabaan pada daerah tendon sesuai anatomi

9 Palpasi mencari nyeri tekan daerah radial styloid (De


quervain tenosynovitis)

10 Palpasi anatomical snuffbox (Cedera scaphoid)

11 Palpasi ulnar tyloid untuk mencari kemungkinan cedera


TFCC dan ulnar tendinitis

12 Pemeriksaan neurovascular : radial medial dan ulnar nerve


dermatome, meraba bagian distal arteri radialis dan ulnaris,
pemeriksaan sensasi radial, ulnar dan median nerve

13 Mengucapkan terima kasih

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN LINGKUP GERAK SENDI


PERGELANGAN TANGAN
0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.

2 Memperkenalkan diri pada pasien.

3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang


prosedur yang akan di lakukan

5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya


keadaan nyeri pada lengan dan tangan sehingga tidak bisa
di gerakkan

7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan

8 Pemeriksa meminta pasien untuk duduk ,siku diatas meja


dengan jari-jari menghadap ke atas langit

9. Pemeriksa meminta pasien menggerakkan secara aktif,


gerakan fleksi wrist (0-80), diukur dengan goniometer dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan pasif

10 Pemeriksa meminta pasien menggerakkan secara aktif,


gerakan ekstensi wrist (0-80), diukur dengan goniometer
dan dilanjutkan dengan pemeriksaan pasif

11 Pemeriksa meminta pasien menggerakkan secara aktif,


gerakan ulnar deviasi (0-40), diukur dengan goniometer
dan dilanjutkan dengan pemeriksaan pasif

12 Pemeriksa meminta pasien menggerakkan secara aktif,


gerakan radial deviasi (0-10), diukur dengan goniometer
dan dilanjutkan dengan pemeriksaan pasif

13 Pemeriksa meminta pasien menggerakkan secara aktif,


gerakan pronasi dan supinasi wrist, diukur dengan
goniometer dan dilanjutkan dengan pemeriksaan pasif

14 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari


pemeriksaan lingkup gerak sendi pada daerah pergelangan
tangan

15 Mengucapkan terima kasih

4) Pemeriksaan khusus pada sendi pergelangan tangan


Pemeriksaan khusus pada sendi pergelangan tangan adalah pemeriksaan provokasi yang dilakukan
untuk mengetahui ada gangguan di pergelangan tangan. Ada banyak pemeriksaan khusus. Dipilih
yang umum dikerjakan

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN KHUSUS PADA SENDI


PERGELANGAN TANGAN
0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan

2 Memperkenalkan diri pada pasien

3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang


prosedur yang akan di lakukan

5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya


keadaan nyeri pada lengan dan tangan sehingga tidak bisa
di gerakkan

6 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan

7 Pemeriksa meminta pasien untuk duduk, siku berada diatas


meja dan posisi jari-jari mengarah ke atas langit

8 1. Tes Piano Key


Lengan bawah penderita berada dalam posisi pronasi,
kemudian memberikan tekanan ke head ulna. Tes ini
positif ketika terjadi cederal ligament daerah radioulnar
joint, sehingga menyerupai piano key dimana
normalnya tidak ada gerakan naik-turun head ulna

2. Tes Finkelstein
Tes ini untuk menilai adanya de quervain tenosynovitis
yang mengenai tendon ekstensor dorsal kompartemen 1
(EPB dan APL). Pemeriksa melakukan fleksi pada ibu
jari dan melakukan ulnar deviasi daripada pergelangan
tangan, positif bila nyeri terprovokasi.

9 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari


pemeriksaan lingkup gerak sendi pada daerah pergelangan
tangan

10 Mengucapkan terima kasih

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK PADA KAKI


0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Memberikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan dari
pemeriksaan fisik pada kaki
4 Mencari kontra indikasi untuk melakukan pemeriksaan fisik
pada kaki
6 Pemeriksaan di lakukan awalngan dengan berdiri dan dapat
dilanjutkan dengan pasien pada posisi tidur
7 1. Inspeksi (Look)
Pada look, lihatlah kaki dari posisi depan, samping dan
belakang. Lihatlah apakah ada perubahan warna kulit,
pembengkakkan, skar luka operasi, sinus atau drained
sinus, callosities, atrofi, medial arc, dll
Adakah bentuk yang berbeda, seperti flat foot, cavus,
varus, equinus, metatarsus adductus, plantigrade foot,
deviasi lateral dari MTP 1, dll. Bandingkan dengan kaki
yang satu

2. Palpasi (Feel)
Evaluasi temperature dari kulit, banding dengan kaki
kontra lateralnya. Evaluasi sensasi dari kaki, cocokkan
temuan dengan dermatom Hal ini berhubungan dengan
kelainan dari tulang belakang.

Tekan daerah – daerah yang hendak di evalusi sesuai


dengan keluhan pasien. Pemeriksaan dilakukan dimulai
dari forefoot, midfoot dan hindfoot

Evaluasi dari sisi lateral, anterior, medial dan posterior


biar tidak ada yang terlewatkan.
Nyeri bisa muncul di berbagai tempat sesuai dengan
kelainan.

3. Move (ruang lingkup sendi)


Posisikan lutut 900, bentuk ankle 900, kemudian
lakukan gerakan dorsoflesi dan plantar fleksi.
Kemudian eversi dan inversi, ukur dengan goniometer
Catat hasil pemeriksaan dan bandingkan dengan sisi
yang normal
8 Menjelaskan hal – hal yang harus di cari dalam
pemeriksaan fisik kaki
9 Mengucapkan terima kasih kepada pasien

KETRAMPILAN PENANGANAN AWAL PADA FRAKTUR


0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menyebutkan langkah – langkah evaluasi primary survey
4 Menanyakan mekanisme trauma yang terjadi
6 Melakukan penilaian sederhana berdasarkan pemeriksaan
Look, Feel, Move bahwa terjadi fraktur
7 Menyebutkan langkah – langkah umum perencanaan
penanganan awal fraktur, seperti: memberikan analgetik,
pengisian informed consent, dan edukasi tentang rencana
untuk rontgen atau prosedur rujukan di fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi jika tempat penanganan tidak memadai
8 1. Pemasangan arm sling
Tujuan pemasangan arm sling adalah adanya
imobilisasi dan proteksi terhadap daerah ekstremitas
atas, ketika terjadi cedera atau fraktur. Penanganan
awal pada cedera disekitar glenohumeral joint, fraktur
clavicula, fraktur elbow bisa di pasang arm sling.
Pasien yang selesai di pasang long arm cast juga dapat
diberi arm sling untuk kenyamanan
Langkah awal adalah memastikan bahwa bagian
ekstremitas yang akan di pasangi arm sling dalam
posisi diam. Pasang arm sling lebih dulu pada dudukan
daerah siku, kemudian dengan berhati – hati
mengaitkan tali penahannya pada leher pasien. Setelah
itu di atur sesuai dengan kemyamanan pasien
2. Pembidaian fraktur pada long bone
Langkah awak tentu dengan mengenali kemungkinan
adanya fraktur dengan pemeriksaan Look, Feel, Move.
Ekstremitas yang curigai fraktur harus diperhatikan
dengan seksama. Sebelum pemasangan bidai, analgetik
harus diberikan agar pasien cukup nyaman. Pengerjaan
ini sebaiknya dilakukan 2-3 orang untuk memenuhi
prinsip do not harm. Ekstremitas yang akan dibidai
perlu diangkat. Yang perlu diperhatikan adalah, jika
fraktur ada tulang panjang, maka ketika ekstremitas
akan di angkat, salah seorang pemeriksa/penolong akan
melakukan fiksasi dengan kedua tangan pada daerah
proximal dan distal dari fraktur, semetara salah satu
penolong akan menahan daerah fraktur. Secara
perlahan, ekstemitas yang akan di bidai diankat, dan
bidai diselipkan di bawah dari ekstermitas. Kemudian
kedua sisi yang lain selanjutnya dipasang dan bidai
difiksasi. Pembidaian harus melalui dua sendi.
Setelah proses pemasangan bidai, neuro vascular distal
harus selalu di periksa untuk memastikan tindakan yang
kita lakukan tidak mencederai neuro vaskular
9 Rujuk pasien ke fasilitas yang lebih memadai

CEKLIST KETRAMPILAN PEMERIKSAAN KLINIK DASAR MUSKULOSKELETAL

TUJUAN PEMBELAJARAN TERCAPAI BELUM PARAF


TERCAPAI INSTRUKTUR
Inspeksi tulang belakang saat istirahat
Inspeksi tulang belakang saat bergerak
Palpasi tulang belakang
Pengukuran lingkup gerak sendi tulang
belakang
tes khusus pada tulang belakang
Inspeksi pada panggul
Palpasi panggul
Pengukuran lingku gerak sendi
panggul
Tes khusus panggul
Inspeksi lutut
Palpasi lutut
Pengukuran lingkup gerak sendi lutut
Tes khusus pada lutut
Pemasangan arm sling
Pemasangan bidai
Inspeksi kaki
Palpasi kaki
Pengukuran lingkup gerak sendi kaki
Inspeksi sendi bahu
Palpasi sendi bahu
Pengukuran lingkup sendi bahu
Tes khusus otot – otot bahu

SARAF ...

Kriteria Tingkatan Skor


Membuka mata/eye opening (E)
Membuka sebelum diberi rangsangan Spontan 4
Membuka setelah diberi perintah suara/suara lantang Terhadap suara 3
Membuka setelah diberi rangsangan pada ujung jari Terhadap tekanan 2
Tidak membuka sama sekali (tanpa faktor yang menghalangi) Tidak ada 1
Tertutup karena faktor lokal Tidak dapat dinilai NT

Respon motorik/motor respons (M)


Mematuhi dua perintah berbeda Menuruti perintah 6
Mengangkat tangan ke atas klavikula, ke arah rangsangan pada Melokalisasi 5
kepala dan leher
Melipat siku dengan cepat tetapi gerakan abnormal tidak Fleksi normal 4
dominan*
Melipat siku, gerakan abnormal dominan* Fleksi tidak normal 3
Ekstensi siku lengan Ekstensi 2
Tidak ada gerakan lengan/tungkai (tanpa faktor penghalang) Tidak ada 1
Ada paralisis atau faktor penghambat lain Tidak dapat dinilai NT

Respon verbal/verbal respons (V)


Menyebutkan nama, tempat, dan tanggal Orientasi baik 5
Orientasi tidak baik tetapi komunikasi jelas Bingung 4
Kata-kata jelas Kalimat 3
Mengerang Suara 2
Tidak ada suara yang terdengar, tanpa faktor pengganggu Tidak ada 1
Ada faktor yang menghalangi komunikasi Tidak dapat dinilai NT
*) Lihat gambar ciri-ciri respons fleksi (Gambar 2)

DAFTAR TILIK PENILAIAN


Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Pemeriksaan komponen membuka mata
2. Pemeriksaan respons motorik
3. Pemeriksaan respons verbal
4. Interpretasi hasil
5. Melakukan pemeriksaan dengan menunjukkan penghormatan dan empati
serta tidak melakukan tindakan yang dapat mencederai pasien
Total Nilai

DAFTAR TILIK PENILAIAN


Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Pemeriksaan orientasi orang.
6. Pemeriksaan orientasi tempat.
7. Pemeriksaan orientasi waktu.
8. Interpretasi hasil.
9. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
Keterangan :

Gangguan proses bahasa disebut afasia. Berdasarkan temuan klinis pada tes bahasa, afasia
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tipe Afasia Kelancaran Pemahaman Pengulangan Penamaan Lokasi
Lesi

Broca  Baik   1

Wernicke Baik*    2

Konduksi Baik** Baik   3


Transkortikal  Baik Baik Bisa normal 4

motorik

Transkortikal Baik  Baik Biasanya 5


sensorik Normal

Global /-    6

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Pemeriksaan kelancaran bahasa.
6. Pemeriksaan pemahaman bahasa.
7. Pemeriksaan pengulangan bahasa.
8. Pemeriksaan penamaan bahasa.
9. Interpretasi hasil.
10. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
Keterangan :

PEMERIKSAAN INDRA PENGHIDU

DAFTAR TILIK PENILAIAN


Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Memeriksa hidung pasien untuk mencari adanya deformitas, jejas, atau
sekret hidung yang mungkin berhubungan dengan trauma, perdarahan
spontan, kebocoran dura mater, infeksi, dan neoplasma. (disebutkan
sambil melakukan)
Menggunakan senter kepala dan spekulum hidung, memeriksa kedua
kavum nasi pasien untuk melihat apakah ada edema konka, polip, deviasi
septum berat, atau hal lain yang akan menghalangi pemeriksaan.
(disebutkan sambil melakukan)
6. Meminta pasien menutup mata kemudian menutup salah satu lubang
hidungnya.
7. Membuka lalu mendekatkan botol-botol berisi bubuk kopi, teh, dan
tembakau satu per satu.
Meminta pasien menghirup udara lalu menyebutkan bau yang dihidunya.
8. Mengulangi pemeriksaan untuk lubang hidung sebelahnya.
9. Menanyakan pada pasien apakah kekuatan bau-bauannya sama antara
kanan dan kiri.
10. Meminta pasien membuka mata dan mengucapkan terima kasih.
Total Nilai

INSPEKSI LEBAR CELAH PALPEBRA


Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Meminta pasien memandang ke jauh ke depan.
6. Memperhatikan bola mata dan palbebra. Apakah posisi bola mata
menonjol ke luar (eksoftalmus) atau ke dalam (enoftalmus). Lihat juga
apakah ada deformitas atau jejas di bola mata dan palpebra serta apakah
ada gerakan-gerakan kelopak mata yang berlangsung hilang-timbul atau
terus-menerus (disebutkan sambil dilakukan).
Mengamati kedipan bola mata. Apakah kedua mata mengedip atau ada
yang tidak mengedip (disebutkan sambil dilakukan).
7. Mengamati apakah lebar celah kelopak mata kanan dan kiri simetris atau
tidak (disebutkan sambil dilakukan).
8. Meminta pasien menutup matanya sendiri. Mengamati apakah keduanya
menutup secara simetris atau tidak (disebutkan sambil dilakukan).
9. Meminta pasien untuk membuka matanya dan melihat ke langit-langit.
Mengamati apakah kedua kelopak atas mata terangkat secara simetris
(disebutkan sambil dilakukan).
10. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai

INSPEKSI PUPIL SERTA PEMERIKSAAN REAKSI PUPIL


TERHADAP CAHAYA & OBYEK DEKAT
DAFTAR TILIK PENILAIAN

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2

1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.

2. Memperkenalkan diri pada pasien.


3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.

5. Meminta pasien untuk duduk dan melihat ke depan.


Memeriksa apakah sebelumnya pasien diberi obat tetes mata yang
mungkin melebarkan atau mengecilkan pupilnya (disebutkan).
Memeriksa kedua bola mata untuk mencari tahu ada tidaknya kelainan
struktural (disebutkan).

Mengamati apakah ada pigmentasi di limbus iris (disebutkan).

6. Meminta pasien melihat lurus ke depan

7. Meletakan senter di bawah dagu pasien menghadap ke atas.

8. Mengidentifikasi pupil kanan dan kiri. Meliihat bentuk, ukuran, dan


kesamaan ukuran kiri dan kanan (disebutkan).
Memeriksa apakah ada hipus atau tidak.

9. Menginformasikan pada pasien bahwa pemeriksa akan menyorot mata


pasien dengan senter.
10. Sambil salah satu tangan pemeriksa masih memegang senter tadi, tangan
yang lain menyorotkan penlight ke mata kanan pasien.
11. Memperhatikan apakah ada konstriksi pupil dan mencatat seberapa besar
konstriksinya (disebutkan).
12. Memperhatikan apakah pupil yang tidak disorot secara langsung juga ikut
berkonstriksi atau tidak (disebutkan).
13. Mengulangi di mata kiri.

14. Pasien diposisikan pada posisi duduk atau berbaring.

15. Minta pasien untuk memfiksasi penglihatan pada jari pemeriksa yang
berjarak satu meter di depan wajah pasien.
16. Tangan pemeriksa yang lain dapat digunakan untuk mengangkat kelopak
mata atas pasien agar pupil lebih jelas terlihat.
17. Sambil memperhatikan ukuran pupil pasien, pemeriksa secara perlahan
mendekatkan jarinya mendekati wajah pasien.
18. Minta pasien untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa.
19. Amati reaksi pupil dan gerakan bola mata.

20. Mengucapkan terima kasih.

Total Nilai
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Meminta pasien duduk dan redupkan lampu ruangan.
6. Mengenakan masker dan sarung tangan periksa.
7. Meminta pasien menatap lurus ke depan dan memfiksasi pandangan ke
suatu titik.
8. Menyalakan oftalmoskop, mengatur fokus di 0 dan memilih mode sinar
diameter besar atau kecil.
9. Mengarahkan sinar ke pupil kanan pasien dengan arah sinar membentuk
sudut 15O dengan arah fiksasi mata.
10. Memegang oftalmoskop di dekat hidung dan melihat lewat lubang intip
menggunakan mata kanan jika memeriksa mata kanan dan sebaliknya.
Mencari refleks merah (disebutkan sambil melakukan).
11. Mendekatkan wajah ke wajah pasien sambil tetap memegang oftalmoskop
dekat hidung menyisakan jarak sekitar 1cm.
Mencari fokus untuk pemeriksaan yang sesuai.
12. Mencari papil nervus optikus (disebutkan sambil melakukan).
Memeriksa secara berturut-turut papil nervus optikus, optic cup, , arteri
dan vena, retina, dan makula (disebutkan sambil melakukan).
13. Memeriksa papil nervus optikus dan optic cup : mendeskripsikan papil
menurut bentuk, batas, dan warnanya (disebutkan sambil melakukan).
14. Memeriksa arteri dan vena
15. Memeriksa makula: meminta pasien melihat ke arah cahaya.
16. Memeriksa mata kiri dengan cara yang sama.
17. Memberitahukan pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai dan
mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
PENILAIAN GERAKAN BOLA MATA DAN DIPLOPIA
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya lalu meminta izin pada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Meminta pasien duduk menatap ke depan.
6. Meminta pasien untuk mengikuti arah gerak telunjuk pemeriksa dengan
menggerakkan bola mata saja dan tidak menggerakkan kepala.
7. Telunjuk pemeriksa ditempatkan di garis tengah bidang penglihatan
pasien, di antara kedua bola matanya, pada jarak sekitar 50cm dari wajah
pasien.
8. Pasien diminta mengikuti gerakan telunjuk pemeriksa hingga lirikan
maksimum ke arah kiri lalu ke kiri atas, kiri bawah, kembali ke tengah, ke
kanan, kanan atas, dan kanan bawah.
9. Pemeriksa memperhatikan gerakan kedua bola mata saat telunjuk
bergerak. Lihat kemulusan gerakan, simetrisitas, dan adanya nistagmus
(disebutkan).
10. Pemeriksa menanyakan pada pasien apakah pandangannya menjadi dobel,
semakin dobel, atau berkurang dobelnya. Apabila pasien melihat dobel,
ditanyakan bayangan mana yang terlihat lebih jelas (disebutkan).
11. Jika pasien mengeluh melihat dobel, coba tutup salah satu matanya dan
tanyakan apakah penglihatan dobelnya menghilang atau tidak.
Saat penglihatan dobel menjadi nyata saat melirik ke salah satu arah, coba
tutup salah satu mata secara bergantian dan tanyakan saat ditutup mata
yang mana penglihatan menjadi lebih jelas.
12. Selanjutnya pemeriksa menggerakan telunjuk kembali ke garis tengah dan
pasien diminta memfokuskan kedua matanya ke telunjuk pemeriksa.
13. Pemeriksa meminta pasien melihat jari telunjuk tersebut dan
mengikutinya saat pemeriksa menggerakan jari telunjuk itu.
Pemeriksa menggerakan jari telunjuknya perlahan-lahan mendekati
hidung pasien.
14. Pemeriksa memperhatikan apakah terdapat gerak konvergensi kedua bola
mata dan konstriksi kedua pupil saat telunjuk mendekati hidung pasien
(disebutkan).
15. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai

PENILAIAN NISTAGMUS
DAFTAR TILIK PENILAIAN

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2

1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.


2. Memperkenalkan diri pada pasien.

3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada


pasien untuk memulai pemeriksaan.

5. Pemeriksa memeriksa nistagmus pada posisi primer (mata menatap ke


depan), saat bergerak ke kiri-kanan, dan atas-bawah.
6. Jika terdapat nistagmus, deskripsikan nistagmus menurut bidang gerak,
tipe gerak, dan arah geraknya (disebutkan).

7. Meminta pasien duduk di ranjang periksa.

8. Menjelaskan pada pasien bahwa tindakan yang akan dilakukan mungkin


akan memicu rasa pusing.
9. Memposisikan pasien di ujung ranjang dengan wajah menghadap ke arah
depan.
10. Merotasikan kepala ke salah satu sisi lalu menurunkan kepala dan badan
hingga berada sekitar 15O di bawah garis horizontal.
11. Jika muncul nistagmus, pemeriksa menentukan apakah hal itu segera
terjadi atau setelah beberapa saat (menentukan latensi), apakah nistagmus
bertahan atau mereda (menentukan fatiqueness), dan apakah nistagmus
kembali saat pasien dikembalikan pada posisi tegak.
12. Mengucapkan terima kasih.

Total Nilai

REFLEKS KORNEA
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Pemeriksa meminta pasien duduk di kursi periksa dan pemeriksa berdiri
di belakangnya.
6. Saat menyentuh kornea kanan, pemeriksa meminta pasien melirik ke kiri
dan sebaliknya.
7. Pemeriksa memberikan sentuhan ringan pada kornea dengan ujung kapas
yang dipilin.
8. Pemeriksa mengamati respons berkedip ipsilateral dan kontralateral
(disebutkan).
9. Pemeriksa melakukan pemeriksaan di kornea kiri.
10. Pemeriksa meminta pasien untuk membandingkan kedua sisi.
11. Mengucapkan terima kasih
Total Nilai

PEMERIKSAAN SENSIBILITAS WAJAH SERTA KEKUATAN OTOT-OTOT


TEMPORAL & MASETER
DAFTAR TILIK PENILAIAN
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2

1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.


2. Memperkenalkan diri pada pasien.

3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan bahwa


pemeriksa mengharapkan pasien memberitahukan apa yang dia rasakan
saat ditanya.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.

5. Pemeriksa memeriksa menggunakan ujung kapas yang dipuntir hingga


tajam.
6. Meminta pasien menutup mata.

7. Pemeriksa menyentuhkan kapas di kulit pada dermatom n. V 1 kanan.


(tidak dengan gerakan menggores melintasi kulit).
8. Pemeriksa meminta pasien menunjuk titik kontak.

9. Pemeriksa mengulangi sentuhan di daerah lain dalam satu dermatom.

10. Selanjutnya pemeriksa menyentuhkan kapas di dermatom n. V1 kiri.


Pemeriksa menanyakan hal yang sama.
11. Pemeriksa juga menanyakan apakah rasa di kanan dan kiri sama atau
berbeda.

12. Pemeriksa mengulangi langkah-langkah tadi untuk dermatom n. V2 dan n.


V3 kanan dan kiri.

13. Pemeriksa mengamati trofi muskulus temporalis dan maseter kanan dan
kiri. Pemeriksa mengamati simetrisitasnya dan mencari atrofi otot
(disebutkan).
14. Pemeriksameminta pasien mengatupkan rahang sekuat-kuatnya. Lalu
mempalpasi muskulus temporalis dan maseter. Pemeriksa
membandingkan kekuatan kontraksi kanan dan kiri (disebutkan).

15. Pemeriksameminta pasien untuk membuka rahang sambil pemeriksa


menempatkan tangannya di bawah dagu. Pemeriksa lalu
memberikantahanan ringan saat pasien mencoba membuka rahangnya.
16. Lihat apakah ada deviasi rahang dan jika ada, tentukan arah deviasinya.

17. Dengan mulut sedikit terbuka dan mandibula dalam keadaan lemas,
tempatkan telunjuk Anda di apeks mandibula dan ketok dengan palu
perkusi.
18. Mengucapkan terima kasih.

Total Nilai
PEMERIKSAAN KESIMETRISAN WAJAH & PERGERAKAN WAJAH
DAFTAR TILIK PENILAIAN

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2

1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.


2. Memperkenalkan diri pada pasien.

3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.

5. Persilahkan pasien untuk duduk di kursi periksa.

6. Pemeriksa mengamati wajah secara umum. Apakah terdapat manifestasi


penyakit sistemik, jejas, atau deformitas (disebutkan).

7. Pemeriksa mengamati apakah terdapat gerakan-gerakan abnormal, apakah


kerutan dahi kedua sisi sama jelasnya atau ada yang lebih tidak jelas,
apakah kelopak mata jatuh atau tidak, apakah kedipan mata berkurang
atau tidak, apakah sudut nasolabialis kedua sisi sama atau ada yang lebih
datar, apakah sudut mulut simetris atau tertarik ke salah satu sisi
(disebutkan).

8. Pemeriksa menjelaskan pada pasien bahwa pemeriksa akan memintanya


melakukan beberapa gerakan.
9. Pemeriksa meminta pasien mengangkat alis lalu menutup mata.

10. Pemeriksa mengamati simetrisitasnya (disebutkan).

11. Pemeriksa meminta pasien tersenyum atau menunjukkan gigi, lalu


meniup atau bersiul, lalu menggembungkan pipi.
Pemeriksa mengamati simetrisitasnya (disebutkan).

12. Saat menggembungkan pipi, pemeriksa menekan kedua pipi pasien


tengan kedua pemeriksa. Pemeriksa mengamati apakah udara keluar dari
tengah pipi atau kedua sisi; atau hanya dari salah satu sisi (disebutkan).
13. Mengucapkan terima kasih

Total Nilai

PENILAIAN INDRA PENGECAPAN

DAFTAR TILIK PENILAIAN


Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2

1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.

2. Memperkenalkan diri pada pasien.


3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada


pasien untuk memulai pemeriksaan.

5. Pemeriksa memberitahukan bahwa akan ada rasa tidak nyaman karena


mengecap rasa pahit.
6. Pemeriksa meminta pasien menjulurkan lidah.

7. Pemeriksa mengambil salah satu larutan menggunakan pipetnya,


meneteskan di lidah pasien, dan meminta pasien mengecapnya.
8. Pemeriksa menanyakan apa rasanya.

9. Pemeriksa mengulangi untuk tiga larutan lainnya dengan pipet masing-


masing.
Setiap selesai satu jenis, lidah dibilas dengan akuades.

10. Mengucapkan terima kasih.

Total Nilai

PENILAIAN INDRA PENDENGARAN (LATERALISASI DAN


KONDUKSI UDARA & TULANG)
- Pada pasien dengan penurunan pendengaran:

Jenis gangguan Tes Rinne di sisi yang tuli Tes Weber



Tuli konduktif Konduksi tulang > udara Rinne (-) Lateralisasi ke telinga tuli

Tuli sensorineural Konduksi udara > tulang Rinne (+) Lateralisasi ke telinga sehat

DAFTAR TILIK PENILAIAN


Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2

1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.

2. Memperkenalkan diri pada pasien.


3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada


pasien untuk memulai pemeriksaan.

5. Mempersilahkan pasien duduk.


Pemeriksa menggetarkan garpu tala 512Hz lalu menempatkan di prosesus
mastoideus kanan.

6. Pemeriksa menanyakan apakah bunyinya terdengar.

7. Meminta pasien memberi tanda bila bunyi tersebut tidak terdengar lagi.
8. Bila bunyi sudah tidak terdengar, segera pindahkan ke dekat daun telinga.

9. Pemeriksa menanyakan apakah masih terdengar atau tidak.


10. Pemeriksa melakukan tes untuk telinga kiri

11. Pemeriksa menggetarkan garpu tala 512Hz lalu tempatkan di verteks.

12. Pemeriksa menanyakan apakah bunyinya terdengar sama keras di telinga


kiri dan kanan atau ada sisi yang lebih keras.
13. Mengucapkan terima kasih.

Total Nilai

INSPEKSI PALATUM
DAFTAR TILIK PENILAIAN

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2

1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.

2. Memperkenalkan diri pada pasien.


3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada


pasien untuk memulai pemeriksaan.

5. Pemeriksa memasang lampu kepala.


6. Pemeriksa mencuci tangan lalu memasang sarung tangan periksa dan
masker.
7. Pemeriksa meminta pasien membuka mulut dan mengarahkan lampu
kepala ke dalam kavum oris.

8. Pemeriksa mengidentifikasi palatum durum, palatum mole, uvula, arkus


faring anterior, tonsila palatina, arkus faring posterior, lidah, dan dinding
orofaring posterior (disebutkan).
9. Pemeriksa menggunakan spatula lidah untuk menekan lidah.

10. Pemeriksa mengamati apakah arkus faring simetris atau tidak


(disebutkan).

11. Pemeriksa meminta pasien mengucapkan “ahhh...” Normalnya, saat


mengucapkan “ahhh..” palatum akan terangkat dan bergerak ke belakang,
uvula tetap di tengah, dan kedua arkus faring posterior berkontraksi
hingga saling mendekat di garis tengah. Jika palatum terangkat, amati
apakah terangkat secara simetris atau tidak (disebutkan).

12. Pemeriksa mengamati kedua arkus faring posterior apakah bergerak


bersamaan atau tidak (disebutkan).

13. Pemeriksa memberitahukan pasien bahwa pemeriksa akan merangsang


refleks muntah pasien.
14. Menggunakan aplikator, pemeriksa menyentuh dinding posterior
orofaring atau palatum sebelah kanan lalu sebelah kiri.

15. Pemeriksa memperhatikan apakah uvula terangkat saat dinding posterior


disentuh, apakah kedua arkus faring posterior saling mendekat ke garis
tengah saat pasien muntah atau hanya salah satu arkus posterior yang
bergerak ke arah sisi kontralateralnya atau tidak ada gerakan arkus faring
posterior, serta apakah respons di kedua sisi setara atau ada yang menurun
(disebutkan).
16. Pemeriksa menanyakan pada pasien apakah sensasi di kanan sama dengan
kiri.
17. Mengucapkan terima kasih.

Total Nilai

PENILAIAN KEMAMPUAN MENELAN


DAFTAR TILIK PENILAIAN
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Pemeriksaan kemampuan menelan dikontraindikasikan pada pasien
penurunan kesadaran atau apabila ada riwayat kesulitan menelan atau
tersedak.
Meminta pasien meminum air putih sekitar 50 – 100ml secara perlahan.
6. Memperhatikan apakah pasien tersedak. Bila tersedak hentikan tes segera
(disebutkan).
7. Mengamati apakah ada jeda saat minuman berada kavum oris sebelum
didorong ke faring dan gerakan leher saat menelan (disebutkan).
8. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai

PENILAIAN OTOT STERNOKLEIDOMASTOIDEUS & TRAPEZIUS


DAFTAR TILIK PENILAIAN

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2

1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.


2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada


pasien untuk memulai pemeriksaan.

1. Meminta pasien duduk di kursi periksa.

2. Pemeriksa mengamati kepala pasien. Jika kepala pasien terlihat jatuh ke


depan maka harus dicurigai adanya kelemahan muskulus trapezius. Jika
kepala jatuh ke belakang, kemungkinan terdapat kelemahan muskulus
sternokleidomastoideus (disebutkan).

3. Pemeriksa mengidentifikasi letak muskulus sternokleidomastoideus


kanan dan kiri. Amati apakah terdapat atrofi atau fasikulasi di masing-
masing otot (disebutkan).

4. Pemeriksa mengamati bahu pasien. Perhatikan apakah terdapat atrofi atau


fasikulasi. Perhatikan kesejajaran bahu (disebutkan).
5. Pemeriksa mempalpasi muskulus sternokleidomastoideus kanan dan kiri
saat tidak bergerak.
6. Pemeriksa melakukan hal yang sama untuk bahu.

1. Pemeriksa berdiri di samping pasien dengan tangan diletakkan di dahi


pasien.
2. Pemeriksa meminta pasien memajukan kepalanya melawan tangan
pemeriksa.
3. Dengan tangan yang lain, pemeriksa rasakan kontraksi kedua muskulus
sternokleidomastoideus.
4. Selanjutnya pemeriksa meminta pasien memiringkan kepala ke kanan
(misalnya dengan perintah “dekatkan telinga kanan Anda ke bahu
kanan!”) sambil pemeriksa meletakkan salah satu tangannya di pipi kanan
pasien untuk memberikan tahanan dan tangan lainnya di bahu kanan
pasien untuk memfiksasi bahu.
5. Pemeriksa merasakan kontraksi muskulus sternokleidomastoideus kanan.

6. Pemeriksa meminta pasien memalingkan wajahnya ke kiri sambil salah


satu tangan pemeriksa masih berada di pipinya.
7. Pemeriksa merasakan kontraksi muskulus sternokleidomastoideus kanan.

8. Pemeriksa mengulangi urutan manuver di atas untuk muskulus


sternokleidomastoideus kiri.

3. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meletakan kedua tangannya di


bahu pasien.
4. Pemeriksa meminta pasien mengangkat kedua bahunya ke atas sambil
Anda memberi tahanan.
5. Pemeriksa merasakan kontraksi muskulus trapezius di kedua sisi dan
mencari jika ada winging skapula (disebutkan).
6. Mengucapkan terima kasih.

Total Nilai

PEMERIKSAAN LIDAH (SAAT TIDAK BERGERAK & BERGERAK)


DAFTAR TILIK PENILAIAN

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2

1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.

2. Memperkenalkan diri pada pasien.


3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada


pasien untuk memulai pemeriksaan.
- Pemeriksa menginspeksi lidah untuk melihat massa lidah, posisi, dan
permukaannya (disebutkan).
- Memperhatikan apakah ada atrofi lidah dan bila ada, apakah mencakup
seluruh lidah atau hanya salah satu sisi(disebutkan).

1 Pemeriksa meminta pasien untuk menjulurkan lidahnya sejauh mungkin


lalu tahan.
2 Pemeriksa melihat apakah ada penyimpangan lidah ke kiri atau ke kanan
(disebutkan).
3 Pemeriksa meminta pasien mendorong pipi dengan lidah ke kiri dan ke
kanan.
4 Saat lidah mendorong pipi, pemeriksa meletakkan jarinya di sisi luar pipi
yang didorong dan membandingkan kekuatan dorongan kiri dan kanan.

1. Untuk memeriksa disartria karena masalah palatal, dengarkan apakah


suara pasien terdengar bindeng (disebutkan).
Untuk memeriksa disartria karena lidah, mintalah pasien mengulang
kalimat atau kata yang mempergunakan lidah dalam pelafalannya seperti:
“ular melingkar di pagar” atau “ta...ta...ta...ta” (disebutkan).
Untuk memeriksa disartria karena fasial mintalah pasien mengulang kata
“papa”, “mama” (disebutkan).

2. Mengucapkan terima kasih.


Total Nilai

PEMERIKSAAN MOTORIK

INSPEKSI: HABITUS DAN GERAKAN


Nama Deskripsi
Fasikulasi Fasikulasi merupakan gerakan halus, cepat dan berkedut dari satu berkas
(fasikulus) serabut otot atau satu unit motorik. Fasikulasi disertai atrofi otot.
Miokimia Miokimia adalah gerakan kontraksi spasmodik muskulus orbikularis okuli,
muskulus levator palpebra superior, atau otot wajah lainnya. Miokimia
adalah fasikulasi yang tidak disertai atrofi otot.
Tremor Tremor adalah serentetan gerakan involuntar, agak ritmis, dan menyerupai
getaran (berosilasi), yang timbul karena berkontraksinya otot-otot yang
berlawanan secara bergantian
Tremor halus Tremor dengan frekuensi >10 siklus per detik. Tremor ini terutama terjadi
pada jari dan tangan.
Tremor kasar Tremor berfrekuensi rendah (4-8 siklus per detik). Tremor kasar saat
istirahat yang awalnya asimetris merupakan tremor yang khas untuk
parkinsonisme.
Tremor istirahat Tremor yang jelas terlihat saat istirahat dan berkurang saat beraktivitas
Tremor intensi Tremor yang timbul saat pasien melakukan gerakan seperti mengambil
benda tertentu. Tremor biasanya akan menjadi lebih jelas ketika gerakan
hampir mencapai tujuannya
Korea Kata korea berasal dari bahasa Yunani yang berarti menari. Pada korea,
gerak otot berlangsung cepat, sekonyong-konyong, aritmik, dan kasar yang
dapat melibatkan satu ekstremitas, separuh badan, atau seluruh badan. Hal
ini khas terlihat pada anggota gerak atas (lengan dan tangan) terutama
bagian distal. Gerakan korea didapatkan dalam keadaan istirahat dan
menjadi lebih hebat bila ada aktivitas dan ketegangan. Korea menghilang
bila pasien tidur.
Atetosis Kata atetosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti berubah. Atetosis
dideskripsikan sebagai gerakan yang lebih lamban dari korea, seperti gerak
ular, dan melibatkan otot bagian distal. Namun demikan hal ini cenderung
menyebar juga ke proksimal. Atetosis dapat dijumpai pada banyak penyakit
yang melibatkan ganglia basal. Seringkali sulit membedakan korea dengan
atetosis. Korea juga bisa muncul bersamaan dengan atetosis sehingga
disebut gerakan koreoatetosis.
Balismus Balismus adalah gangguan gerak berupa gerakan otot yang datang
sekonyong-konyong, kasar, dan cepat. Gangguan ini terutama mengenai
otot-otot skelet yang letaknya proksimal/otot-otot besar. Gerakan balismus
tidak berupa gerakan kompleks. Walaupun demikian, pada tipe yang berat,
balismus dapat membuat pasien seakan-akan meloncat dan berpindah

58

tempat.

Hemibalismus Tipe balismus yang mengenai salah satu sisi tubuh.

Tik Tik adalah gerakan atau suara yang timbul tanpa disadari, tiba-tiba, singkat,
sering, tanpa diduga, berulang, tanpa tujuan (inappropriate), sering
melelahkan, dan memilliki intenstitas yang bervariasi. Terdapat dua bentuk
tik yaitu tik motorik dan tik vokal. Selanjutnya masing-masing dibagi dalam
bentuk sederhana dan kompleks. Tik memiliki komponen psikogenik dan
gerakan tik dapat ditahan oleh pasien untuk sementara waktu.

Tik fasial Tik yang terjadi di wajah.

Spasme Spasme merupakan gerakan kontraksi otot-otot yang biasanya dipersarafi


oleh satu saraf. Spasme dapat timbul karena iritasi saraf perifer atau otot
tetapi dapat juga timbul karena iritasi di suatu lokasi sepanjang jaras motorik
mulai dari korteks serebri sampai serabut otot.

Blefarospasme Blefarospasme adalah spasme otot berulang yang terbatas pada otot-otot
dan spasme kelopak mata secara mendadak baik kelopak mata atas atau bawah.
hemifasial Spasme hemifasial adalah spasme otot yang dipersarafi oleh nervus fasialis.
Spasme hemifasial dapat mengenai daerah sekitar mata, sesisi wajah, kedua
sisi wajah, bahkan sampai otot platisma di leher. Spasme hemifasial harus
dibedakan dari tik fasialis yang sifatnya psikogenik. Spasme hemifasial
umumnya tidak dapat ditahan sedangkan tik umumnya dapat ditahan untuk
beberapa waktu oleh pasien.
Dua fenomena (refleks palmomental dan gerakan penyerta okuloaurikular)
terdapat dalam spasme hemifasial dan tak ada pada tik.

Mioklonus Gangguan gerak pada mioklonus timbul karena kontraksi otot secara cepat,
sekonyong-konyong, sebentar, aritmik, asinergik dan tidak terkendali. Otot
yang berkontraksi dapat pula meliputi sebagian dari satu otot, seluruh otot,
atau sekelompok otot tanpa memandang perbedaan fungsi otot-otot tersebut.
Gerak mioklonus ini terutama didapatkan pada otot-otot ekstremitas dan
badan tetapi kadang kala terjadi difus dan meluas, melibatkan otot wajah,
rahang, lidah, faring, dan laring.

Asteriksis Gerakan seperti tremor pada tangan saat pergelangan tangan diekstensikan.
Gerakan mirip tremor ini terjadi karena ketidakmampuan mempertahankan
posisi. Akibatnya, terjadi kehilangan tonus sesaat yang menyebabkan tangan
jatuh yang langsung dikoreksi lagi dengan ekstensi pergelangan tangan. Hal
ini terjadi berulang-ulang selama pergelangan tangan diekstensikan sehingga
terlihat seperti tremor atau gerakan menampar.
Asteriksis berlawanan dengan mioklonus karena pada mioklonus justru
terjadi kontraksi otot yang mendadak. Oleh karena itu, asteriksis disebut
juga mioklonus negatif.
Akatisia Keadaan tidak tenang, mulai dari perasaan resah, tidak dapat duduk tenang,
atau tidur diam atau tidur; sering terlihat pada reaksi toksik terhadap
fenotiazin.

Diskinesia Diskinesia orobukal adalah gerakan mulut dan lidah yang berlangsung
orobukal dan berulang-ulang seperti sedang mengunyah atau mengecap-ngecap. Gerakan
orofasial ini bisa ditahan sebentar oleh pasien tetapi tidak lama kemudian muncul
lagi. Jika meluas hingga otot-otot wajah maka nama yang lebih cocok
adalah diskinesia orofasial. Tipe diskinesia ini sering menjadi efek samping
penggunaan obat antipsikotik (seperti chlorpromazine) dalam dosis tinggi
atau lama yang digunakan untuk mengkontrol skizofrenia.
Buku Pegangan Mahasiswa Modul Keterampilan Klinis Dasar Sistem Saraf

PENILAIAN TONUS OTOT


- Elevasi : Pemeriksan menekan lengan pasien ke bawah saat pasien
menahan. Lakukan di kedua lengan.
- Aduksi ke bawah : Lengan pasien diluruskan disisi tubuh. Pasien menahan usaha
pemeriksa mengangkatnya. Lakukan di kedua lengan
- Aduksi ke dada : Lengan pasien diluruskan ke depan bersilangan pada pergelangan
tangan. Pemeriksa berusaha memisahkan dan pasien menahan.
Pemeriksaan otot-otot lengan atas: fleksi dan ekstensi siku
- Fleksi siku : Lengan pasien difleksikan dengan kuat pada siku (pancho).
Dengan satu tangan di bahu pasien, pemeriksa memegang
pergelangan tangan pasien yang difleksikan dan mencoba
melurukan. Lakukan di kedua lengan.
- Ekstensi siku : Lengan pasien difleksikan pada siku. Lalu pasien mencoba
meluruskan lengan dan pemeriksa menahannya dengan menaham
pada pergelangan. Lakukan di kedua lengan.
Pemeriksaan kelemahan otot lengan bawah: fleksi dan ekstensi pergelangan
- Fleksi pergelangan : Tangan pasien menggenggam dan pergelangan difleksikan
melawan usaha pemeriksa meluruskannya. Lakukan di kedua
tangan.
- Ekstensi pergelangan : Letakkan lengan bawah pasien di atas paha/meja. Pasien
melakukan dorsofleksi pergelangan. Pemeriksa menahannya

dengan menekan punggung tangan pasien. Lakukan di kedua


tangan.
1. Amati bentuk tangan dan jari-jari, perhatikan jika ada asimetrisitas otot-otot tenar,
hiponenar, maupun otot-otot interoseus.
- Abduksi-aduksi jari : Pasien merentangkan jari-jari tangannya. Dengan ujung jari
telunjuknya, pemeriksa menekan dan menahan ujung falangs jari
telunjuk pasien dari samping. Lakukan hal yang sama untuk jari-
jari lainnya. Lakukan di kedua tangan.
- Ekstensi jari : Tangan pasien diluruskan dengan telapak menghadap ke bawah
dan jari-jari ekstensi. Pemeriksa menekan bagian dorsal jari pasien
dengan jarinya satu per satu. Lakukan di kedua tangan.
- Fleksi jari : Minta pasien meremas kedua jari pemeriksa. Pemeriksa berusaha
menarik kedua jarinya agar terlepas. Lakukan di kedua tangan.

1. Posisikan pasien pada posisi supinasi/berbaring telentang.


2. Minta pasien sit-up atau mengangkat kepala/kaki.
3. Perhatikan kontraksi otot abdomen.

- Fleksi panggul : Pasien duduk, lutut diangkat dengan posisi fleksi. Pemeriksa

menahan lutut pasien. Lakukan di kedua lutut.

- Abduksi & aduksi paha : Pasien duduk, lalu kaki diabduksi sementara pemeriksa
menahannya dari samping. Kemudian kaki diaduksi (dirapatkan)
sambil pemeriksa mencoba memisahkannya dari sisi medial.
Lakukan di kedua lutut.

Ekstensi panggul : Pasien berbaring telungkup, lalu mengangkat lutut. Pemeriksa menekan
tungkai pasien ke bawah pada daerah poplitea. Lakukan pada kedua tungkai.

Pemeriksaan kelemahan otot paha


- Ekstensi lutut : Pasien berbaring telungkup, tekuk kaki sampai tumit mencapai

bokong. Pasien melurukan kaki dan pemeriksa menahannya pada

pergelangan kaki. Lakukan pada kedua tungkai.

- Fleksi lutut (harmstring): Pasien menahan lutut dengan sudut 90°. Pemeriksa memegang
pergelangan kaki dan mencoba meluruskan. Lakukan pada kedua
tungkai.

- Dorsofleksi :Kaki pasien di dorsofleksi, ke dalam, dan ke luar. Inspeksi,

palpasi, dan periksa kekuatan gerakan secara manual. Lakukan


pada kedua kaki.
- Plantar fleksi :Bila pasien mampu berjalan dengan bertumpu pada telapak
kakinya saat pemeriksaan cara berjalan, artinya plantar fleksi kaki
normal.
Gerakan ibu jari kaki :Pasien menahan ibu jari kaki pada posisi fleksi atau ekstensi.
Pemeriksa menahan gerakan ibu jari tersebut. Lakukan pada kedua kaki.
Skor Deskripsi
5 Kekuatan normal. Mampu menahan tahanan maksimal.
4 Tidak mampu menahan tahanan maksimal tetapi masih mampu menahan tahanan

-
minimal.

1. Tidak mampu menahan tahanan minimal tetapi masih mampu menahan gravitasi.

- Tidak mampu menahan gravitasi tetapi masih mampu mengkontraksikan


otot untuk menggerakkan sendi.
- Tidak mampu menggerakkan sendi tetapi masih terlihat atau teraba kontraksi otot.

1. Tidak ada kontraksi otot sama sekali.

Penulisan laporan standar adalah dengan menggunakan bagan seperti berikut:

...../ ..... / ...../ .....| ...../ ...../ ..... / .....


...../ ..... / ...../ .....| ...../ ...../ ..... / .....
DAFTAR TILIK PENILAIAN
No. Aspek yang Dinilai Nilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
Inspeksi habitus dan gerakan involuntar
5. Melakukan inspeksi (sambil menjelaskan hal-hal yang perlu dilihat).
Penilaian tonus otot
6. Pemeriksaan tonus otot lengan dan interpretasinya.
7. Pemeriksaan tonus otot tungkai dan interpretasinya.
Penilaian kekuatan otot
8. Pemeriksaan kekuatan otot gelang bahu dan interpretasinya.
9. Pemeriksaan kekuatan otot lengan atas dan interpretasinya.
10. Pemeriksaan kekuatan otot lengan bawah dan interpretasinya.
11. Pemeriksaan kekuatan n otot gelang panggul dan interpretasinya.
12. Pemeriksaan kekuatan otot paha atas dan interpretasinya.
13. Pemeriksaan kekuatan pergelangan kaki dan ibu jari kaki dan interpretasinya.
14. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai

PEMERIKSAAN KOORDINASI & KESEIMBANGAN

Nilai
No. Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin
kepada pasien untuk memulai pemeriksaan.
Inspeksi postur dan cara berjalan (gait)
5. Melakukan inspeksi postur pasien saat berdiri (sambil disebutkan
apa yang diamati).
6. Melakukan inspeksi cara berjalan (minimal jalan biasa, jalan jinjit,
jalan dengan tumit, dan jalan tandem.
Tes Romberg
7. Melakukan tes Romberg.
Tes Romberg dipertajam
8. Melakukan tes Romberg dipertajam.
Pemeriksaan dismetri dan tremor intensi
9. Melakukan tes hidung-telunjuk-hidung.
10. Melakukan tes tumit-lutut-ibu jari.
Pemeriksaan disdiadokokinesis
11. Melakukan tes pronasi-supinasi.
Total Nilai
Keterangan :

PEMERIKSAAN REFLEKS

Pengukuran Refleks Regangan Otot


Lakukan penilaian refleks berdasarkan skala berikut:

Skala Deskripsi

0 Tidak ada (arefleks)

+ Menurun (hiporefleks)

++ Normal (normorefleks)

+++ Meningkat (hiperrefleks)

++++ Sangat meningkat, disertai klonus (hiperrefleks)

Banyak cara lain selain cara babinski yang dapat membangkitkan gerakan ibu jari kaki, yaitu:

Eponim Manuver

Chaddock Menggores di sepanjang sisi lateral kaki.

Schaeffer Meremas kuat tendon Achilles.

Oppenheim Tekan buku-buku jari tangan pada tulang kering kaki dan susuri tulang
kering dengan buku-buku jari ke bawah.
Gordon Meremas otot betis sesaat.

Gonda Menarik jari kaki ke empat ke bawah sesaat lalu dilepas secara tiba-tiba.

Nilai
No. Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin
kepada pasien untuk memulai pemeriksaan.
Pemeriksaan refleks superfisial
5. Pemeriksaan refleks plantar dan interpretasinya.
6. Pemeriksaan refleks superfisial abdomen dan interpretasinya.
Pemeriksaan refleks tendon lengan
7. Pemeriksaan refleks biseps dan interpretasinya.
8. Pemeriksaan refleks triseps dan interpretasinya.
9. Pemeriksaan refleks brakioradialis dan interpretasinya.
Pemeriksaan refleks tendon tungkai
10. Pemeriksaan refleks patella dan interpretasinya.
11. Pemeriksaan refleks Achilles dan interpretasinya.
Pemeriksaan klonus
12. Pemeriksaan klonus patela.
13. Pemeriksaan klonus kaki.
Refleks patologis
14. Pemeriksaan refleks Hoffman dan interpretasinya.
15. Pemeriksaan refleks Tromner dan interpretasinya.
16. Pemeriksaan refleks plantar patologis dan interpretasinya.
17. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
Keterangan :

REFLEKS PRIMITIF/REFLEKS REGRESI

Nilai
No. Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta
izin kepada pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Pemeriksaan refleks mencucu dan interpretasinya.
6. Pemeriksaan rooting reflex dan interpretasinya.
7. Pemeriksaan refleks mengisap dan interpretasinya.
8. Pemeriksaan refleks menggenggam dan interpretasinya.
9. Pemeriksaan refleks glabela dan interpretasinya.
10. Pemeriksaan refleks palmomental dan interpretasinya.
11. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai

PEMERIKSAAN SENSORIK

Istilah Makna
Sensasi Eksteroseptif
Anestesia Ketidakmampuan merasakan sensasi raba.
Hipestesia Penurunan kemampuan merasakan sensasi raba.
Hiperestesia Peningkatan sensitivitas terhadap sensasi raba.
Disestesia Rasa tidak nyaman seperti tebal, baal, ditusuk-tusuk, atau
terbakar yang muncul spontan tanpa rangsangan luar yang
jelas.
Parestesia Rasa tidak nyaman seperti tebal, baal, ditusuk-tusuk, atau
terbakar yang menyertai suatu rangsangan luar yang
normal ke kulit.
Hiperpati Peningkatan respons yang ekstrim terhadap nyeri.
Analgesia Ketidakmampuan merasakan sensasi nyeri.
Hipolgesia Penurunan kemampuan merasakan sensasi nyeri.
Hiperalgesia Peningkatan sensitivitas terhadap sensasi nyeri.
Alodinia Kesalahan interpretasi sensasi raba menjadi nyeri.
Termonanestesia Ketidakmampuan merasakan sensasi suhu.
Termohipestesia Penurunan kemampuan merasakan sensasi suhu.
Termohiperestesia Peningkatan sensitivitas terhadap sensasi suhu.
Sensasi Proprioseptif

Kinanestesia Ketidakmampuan merasakan sensasi gerak.


Kinhipestesia Penurunan kemampuan merasakan sensasi gerak.
Statanestesia Ketidakmampuan merasakan sensasi sikap.
Stathipestesia Penurunan kemampuan merasakan sensasi sikap.
Palanestesia Ketidakmampuan merasakan sensasi getar.
Palhipestesia Penurunan kemampuan merasakan sensasi getar.
Baranestesia Ketidakmampuan merasakan sensasi tekan.
Barhipestesia Penurunan kemampuan merasakan sensasi tekan.
Sensasi Diskriminatif
Atopognosia Ketidakmampuan mengenal lokalisasi di kulit.
Astereognosia Ketidakmampuan mengenal bentuk.
Abarognosia Ketidakmampuan mengenal berat.
Agrafestesia Ketidakmampuan mengenal huruf.
Anautopagnosia Ketidakmampuan mengenal tubuh.
Prosopagnosia Ketidakmampuan mengenal wajah.

DAFTAR TILIK PENILAIAN

No. Aspek yang Dinilai Nilai


0 1 2

- Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.

- Memperkenalkan diri pada pasien.


- Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

- Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin


kepada pasien untuk memulai pemeriksaan.

- Melakukan penilaian sensasi eksteroseptif: nyeri.


- Melakukan penilaian sensasi eksteroseptif: suhu.

- Melakukan penilaian sensasi eksteroseptif: raba halus.


Penilaian sensasi proprioseptif

8. Melakukan penilaian sensasi proprioseptif: rasa posisi.

5. Melakukan penilaian sensasi diskriminatif: diskriminasi antara dua


titik.
6. Melakukan penilaian sensasi diskriminatif: mengenal bentuk.

7. Melakukan pemeriksaan dengan berhati-hati agar tidak mencederai


pasien.
8. Mengucapkan terima kasih.

Total Nilai

PEMERIKSAAN TULANG BELAKANG


Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya lalu meminta izin
memulai pemeriksaan.
5. Mencari kontraindikasi tindakan pemeriksaan (misalnya riwayat
instabilitas, vertigo posisional, sinkop, hipotensi ortostatik, dan nyeri pada
posisi berdiri).
6. Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan bajunya.
7. Meminta pasien berdiri membelakangi pemeriksa dengan berdiri tegak
dengan posisi biasa; tungkai sejajar dan kaki dibuka selebar bahu; kedua
lengan menjuntai di samping badan; kepala berada di tengah, sebidang
dengan sakrum, dan memandang ke depan; bahu dan pelvis tidak
terpuntir atau miring bila memungkinkan.
8. Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari inspeksi yaitu
deformitas/abnormalitas bentuk tulang dan otot, jaringan parut, dan
efloresensi kulit.
9. Mencari adanya fenomema winging dengan meminta pasien meletakkan
kedua telapak tangannya menempel di tembok lalu minta pasien
mendorong tembok tersebut.
Menyebutkan bahwa jika ditemukan adanya angulus inferior skapula
yang menjauhi garis tengah maka terdapat fenomena winging pada
pasien.
10. Meminta pasien berputar ke kanan dan menjelaskan kembali hal-hal yang
harus dicari dari inspeksi yaitu normalitas kurva tulang belakang bagian
servikal, torakal, lumbal, dan sakrokoksigeal; deformitas/abnormalitas
bentuk, jaringan parut, dan efloresensi kulit.
11. Meminta pasien berputar ke kiri dan menjelaskan kembali hal-hal yang
harus dicari dari inspeksi yaitu normalitas kurva tulang belakang bagian
servikal, torakal, lumbal, dan sakrokoksigeal; deformitas/abnormalitas
bentuk, jaringan parut, dan efloresensi kulit.
12. Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
13. Mengucapkan terima kasih.
14. Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin ditemui seperti
tinggi bahu yang tidak sama; tinggi pinggul yang tidak sama; gangguan
kurva tulang belakang: kifosis, lordosis, skoliosis; gangguan trofi otot
seperti distrofi dan atrofi, tanda lahir seperti port wine stains, cafe au lait,
neurofibroma, nevus dan hairy nevus; gibus; lipoma dan lipoma yang
menutupi defek tulang pada spina bifida; jejas; vulnus; dan efloresensi
kulit lain.
Total Nilai

INSPEKSI TULANG BELAKANG SAAT BERGERAK


Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
Pendahuluan
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan menjelaskan
bahwa pemeriksaan ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman atau
nyeri.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya lalu meminta untuk
melakukan pemeriksaan pada pasien.
5. Mencari kontraindikasi tindakan pemeriksaan (misalnya riwayat
instabilitas, vertigo posisional, sinkop, hipotensi ortostatik, dan nyeri pada
posisi berdiri).
Pemeriksaan Gerak Tulang Belakang
6. Pemeriksaan Saat Berdiri:
Pemeriksa meminta pasien menanggalkan pakaian.
- Pemeriksa memeriksa gerak fleksi lumbal dengan meminta pasien
mencoba menyentuh jari-jari kakinya.
Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan, lingkup gerak sendi, dan
simetrisitas kedua sisi punggung saat menekuk. (Pemeriksa harus
menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.)

Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila nyeri,
gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau tidak.

Besaran fleksi lumbal dapat diukur dengan menandai sendi lumbosakral


(titik yang berada pada pertengahan dari garis yang ditarik antara spina
iliaka posterior superior kiri dan kanan), lalu menandai suatu titik yang
berjarak 10cm di atas titik pertama dan titik lain yang berjarak 5cm di
bawah titik pertama. Pada rata-rata orang dewasa, saat membungkuk,
minimal akan terjadi peningkatan jarak 4cm dari titik atas sementara jarak
dengan titik bawah tidak berubah. Selain itu, pada orang normal, sudut
fleksi lumbal adalah sekitar 90O. (Pemeriksa harus menyebutkan hal
tersebut sambil memeriksa.)

Pemeriksa memeriksa ekstensi lumbal dengan meminta pasien


menekukkan badan ke belakang sambil tangan pemeriksa berada di spina
iliaka posterior superior dengan jari-jari menghadap garis tengah.

Mengamati kehalusan gerakan dan lingkup gerak sendi.

Rata-rata orang dewasa normal dapat melakukan ekstensi lumbal hingga


sudut 30O. (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil
memeriksa.)

Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila nyeri,
gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau tidak.
Memeriksa laterofleksi dengan meminta pasien menekukkan badan ke
samping kanan lalu kiri. Sebelum pasien melakukannya, pemeriksa
menempatkan tangannya di pinggul pasien untuk menstabilisasi pelvis.
Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan dan simetrisitas saat menekuk
ke kanan dan ke kiri.

Orang dewasa normalnya mampu melakukan gerakan ini hingga sudut 30

– 45O. (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.)


Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila nyeri,
gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau tidak.

- Memeriksa gerak leher yang mencakup fleksi, ekstensi, laterofleksi k


kanan dan ke kiri, serta rotasi ke kanan dan ke kiri.

Untuk fleksi, pemeriksa meminta pasien menempelkan dagu ke dada. Untuk


ekstensi pemeriksa meminta pasien mendongak ke langit-langit. Untuk
laterofleksi pemeriksa meminta pasien untuk melakukan gerakan menempelkan
telinga kanan di bahu kanan dan telinga kiri di bahu kiri. Untuk rotasi
pemeriksa meminta pasien melihat bahu kanan dan kiri. Pada orang dewasa
normal, sudut fleksi normal adalah 75 – 90O, ekstensi 45O, laterofleksi 45 –
60O, dan rotasi 75O. (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil
memeriksa.)

Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan dan simetrisitas saat melakukan


gerakan ke kanan dan ke kiri.

Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila nyeri, gambaran
nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau tidak.

3. Pemeriksaan Saat Duduk:


Pemeriksa minta pasien untuk duduk di tepi tempat tidur menghadap dirinya
tanpa bersandar.

Pemeriksa meminta pasien untuk memutar badannya ke sisi kanan lalu kiri.

Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan dan simetrisitas saat menekuk ke


kanan dan ke kiri.

Orang dewasa normalnya mampu melakukan gerakan ini hingga sudut 45 O.


(Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.) Menanyakan
apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila nyeri, gambaran nyerinya
seperti apa, dan apakah menjalar atau tidak.

4. Pemeriksa menjelaskan kemungkinan diagnosis banding jika ditemukan


kelainan pada pemeriksaan inspeksi tulang belakang saat bergerak seperti
kekakuan leher berhubungan dengan artritis, ketegangan otot, atau proses
patologis lain yang harus dicari dengan pemeriksaan lebih lanjut. Deformitas
toraks saat membungkuk berhubungan dengan skoliosis.
Pendataran kurva tulang belakang dan menetapnya kurva lordotik lumbal saat
fleksi menandakan spasme otot atau ankylosing spondylitis. Harus diingat
bahwa artritis atau infeksi di tulang panggul, rektum, atau pelvis dapat
menimbulkan gejala di bagian lumbal. Penurunan mobilitas tulang belakang
paling sering terjadi pada osteoartritis dan ankylosing spondylitis.

1. Pemeriksa memberitahukan bahwa pemeriksaan telah selesai dan meminta


pasien mengenakan pakaiannya kembali.
12. Pemeriksa mengucapkan terima kasih. .
Total Nilai

PALPASI UNTUK MENENTUKAN TITIK NYERI


No. Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan menjelaskan
bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan mungkin menimbulkan rasa
tidak nyaman atau nyeri
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya lalu meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Mencari kontraindikasi tindakan pemeriksaan (misalnya riwayat
instabilitas dan nyeri pada posisi berdiri)
6. Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan bajunya
7. Menjelaskan hal-hal yang akan dicari dengan palpasi seperti nyeri tekan
prosesus spinosis, nyeri tekan sendi faset leher, nyeri radikular,
pergeseran vertebra, serta spasme dan nyeri tekan otot-otot paravertebra.
- Meminta pasien untuk duduk membelakangi pemeriksa di atas tempat tidur
periksa. Melakukan palpasi prosesus spinosus setiap vertebra dari bagian servikal hingga
sakrum dengan ibu jari.

Di setiap segmen pemeriksa menanyakan bila terasa nyeri. Bila terasa nyeri,
seperti apa nyerinya, menjalar atau tidak, dan bila menjalar, ke arah mana
penjalarannya.

Bagian servikal:

Di bagian servikal, selain meraba vertebra, pemeriksa juga meraba sendi-sendi


faset yang terletak di antara vertebra servikal sekitar 2,5cm lateral dari prosesus
spinosus (C2–C7). (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil
memeriksa.)

Bagian torakal:
Di daerah torakal pemeriksa melakukan palpasi prosesus spinosus setiap
vertebra torakal.

Bagian lumbal:

Di daerah lumbal, pemeriksa memeriksa bila terdapat pergeseran vertebra.


Pemeriksa memeriksanya dengan meraba prosesus spinosus. Bila ada prosesus
spinosus yang terasa lebih menonjol ke luar atau masuk ke dalam dibandingkan
prosesus spinosus di atas dan di bawahnya, maka mungkin telah terjadi
pergeseran. (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.)

Bagian sakral:

Pemeriksa mengidentifikasi daerah sakroiliaka dengan mencari sepasang


lesung kulit di atas tepi medial bokong yang menjadi penanda spina iliaka
superior posterior. Kemudian melakukan palpasi di daerah tersebut. (Pemeriksa
harus menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.)

Pemeriksaan otot-otot paravertebra:

Selanjutnya pemeriksa melihat dan meraba otot-otot paravertebra untuk


mengetahui adanya spasme atau nyeri tekan. Pemeriksaan ini dilakukan pada
posisi berdiri atau duduk yang normal.

Pemeriksa menjelaskan bahwa spasme akan merubah kurva tulang belakang


hingga menjadi lebih datar di sekitar daerah spasme. Otot-otot yang mengalami
spasme akan terasa tegang dan mungkin akan terlihat.

Pemeriksa menanyakan apabila terasa nyeri pada penekanan dan bila ya,
apakah menjalar atau tidak. Nyeri otot sifatnya tidak menjalar.

- Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.

- Mengucapkan terima kasih.

- Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin ditemui seperti nyeri


tekan akibat fraktur atau dislokasi karena trauma, infeksi, atau radang sendi;
nyeri tekan sendi faset akibat radang sendi; radikulopati servikal dan
lumbosakral yang mungkin karena hernia nukleus pulposus servikal;
pergeseran vertebra karena spondilolistesis yang berpotensi menekan medula
spinalis; nyeri tekan sendi sakroiliaka pada sakroilitis atau ankylosing
spondylitis; spasme otot karena proses degenerasi dan inflamasi otot, kontraksi
lama karena abnormalitas postur, atau

PALPASI UNTUK MENILAI NYERI PADA TEKANAN VERTIKAL


No. Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan menjelaskan
bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan mungkin menimbulkan rasa
tidak nyaman atau nyeri.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya lalu meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Mencari kontraindikasi tindakan pemeriksaan (misalnya riwayat
instabilitas dan nyeri pada posisi berdiri).
6. Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan bajunya.
7. Meminta pasien untuk duduk membelakangi Anda di kursi. Jelaskan
bahwa tindakan Anda mungkin akan menimbulkan rasa tidak nyaman
atau nyeri.
Tes Lhermitte:
Dengan menggunakan kedua tangan yang saling ditangkupkan, pemeriksa
menekan kepala pasien ke bawah.
Pemeriksa menanyakan apakah terdapat nyeri seperti dialiri aliran listrik.
Jika ya, ke arah mana penjarannya.
Tanda Spurling:
Pemeriksa memegang kepala pasien kemudian ditekan ke bawah dan
dianterofleksikan ke salah satu sisi.
Pemeriksa menanyakan apabila timbul nyeri yang menjalar. Jika ya, ke
arah mana penjalarannya.
8. Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
9. Mengucapkan terima kasih.
10. Memberi contoh beberapa kemungkinan diagnosis yang berhubungan
dengan hasil yang positif seperti radikulopati servikal dan mielopati oleh
berbagai sebab seperti proses degenerasi, trauma, dan neoplasma.
Total Nilai
PERKUSI TULANG BELAKANG
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien serta menjelaskan
bahwa tindakan yang akan dilakukan mungkin dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman atau nyeri.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya lalu meminta izin
melalukan pemeriksaan pada pasien.
5. Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan bajunya dan
berbaring menghadap ke kiri atau kanan.
6. Melakukan perkusi di sepanjang tulang belakang dari ruas torakal hinggal
sakral. Perkusi dilakukan dengan menempatkan salah satu telapak tangan
pemeriksa di atas daerah yang akan diperkusi dan tangan lainnya
memukul dengan terkepal sedemikian rupa hingga permukaan ulnarnya
mengenai punggung tangan yang menjadi alas.
7. Menanyakan pada pasien apakah terasa nyeri. Bila terasa nyeri,
pemeriksa menanyakan gambaran nyerinya seperti apa dan apakah
menjalar atau tidak.
8. Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
9. Mengucapkan terima kasih.
10. Memberi contoh beberapa kondisi patologis yang berhubungan dengan
timbulnya nyeri ketok seperti osteoporosis, infeksi, atau keganasan.
Total Nilai

102
Buku Pegangan Mahasiswa Modul Keterampilan Klinis Dasar Sistem Saraf

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS LAINNYA


DAFTAR TILIK PENILAIAN

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
Syarat

1. Menyebutkan bahwa pemeriksaan kaku kuduk dikontraindikasikan pada pasien


dengan fraktur servikal atau kecurigaan yang mengarah ke fraktur servikal.

2. Pemeriksa menyapa pasien.


Pemeriksa menjelaskan maksud pemeriksaan, memberi kesempatan pasien
untuk bertanya, dan meminta izin untuk melakukan pemeriksaan. (Seringkali
tidak relevan diterapkan pada situasi gawat darurat dengan penurunan
kesadaran)

3. Pemeriksa meminta pasien untuk santai dan tidak menegangkan otot-ototnya.

4. Pemeriksa melakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya masalah


muskuloskeletal yang juga dapat memberikan gambaran kekakuan leher
(disebutkan):
- Memalingkan kepala pasien ke kanan dan kiri secara pasif. Pemeriksa
merasakan apakah ada tahanan (disebutkan).
- Angkat sedikit bahu pasien dari tempat tidur.
- Lihat apakah kepala pasien juga ikut terangkat atau tidak (disebutkan).
- Adanya kekakuan saat kepala dipalingkan ke kanan dan kiri atau ikut
terangkatnya kepala saat bahu diangkat dari ranjang mengindikasikan
adanya kekakuan leher (disebutkan).

5. Pemeriksa meletakan salah satu tangannya di atas dada pasien untuk menahan
jika dada ikut terangkat dan tangan yang lain ditempatkan di bawah kepala
pasien yang sedang berbaring.
6. Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.
7. Pemeriksa mengucapkan terima kasih.
8. Pemeriksa menilai apakah ada tahanan saat dilakukan fleksi leher (disebutkan).
Total Nilai

PENILAIAN FONTANELA

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dan keluarganya dengan sapaan
yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada keluarga pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga pasien.
4. Memberikan kesempatan keluarga pasien untuk bertanya dan meminta
izin untuk melakukan pemeriksaan.
5. Memposisikan pasien dalam posisi duduk atau dipegang menghadap ke
atas.
6. Mengidentifikasi fontanela anterior dan posterior.
7. Pemeriksa melihat denyutannya, apakah jelas atau tidak, mengamati
vena-vena di fontanela untuk melihat adanya dilatasi vena, dan
mengamati apakah fontanela anterior membonjol atau cekung.
8. Pemeriksa mempalpasi fontanela anterior dengan jari telunjuk.
Pemeriksa menggerakan jari telunjuk ke atas dan bawah serta kiri dan
kanan untuk memperkirakan batas-batas fontanela anterior.
9. Pemeriksa menentukan jarak antar sudut kiri-kanan dan antar sudut atas-
bawah menggunakan penggaris.
10. Pemeriksa menilai apakah terasa sulit ditekan atau tidak (disebutkan).
11. Pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan di buku tumbung kembang bayi.
12. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
TANDA PATRICK & KONTRA-PATRICK
DAFTAR TILIK PENILAIAN

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2

1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.

2. Memperkenalkan diri pada pasien.


3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada


pasien untuk memulai pemeriksaan.

5. Meminta pasien berbaring di ranjang periksa dan pemeriksa berdiri di samping


kanan ranjang.
6. Memfleksikan lutut salah satu tungkai dan merotasikan sendi panggul ke arah
luar sehingga pergelangan kaki dapat diletakkan di atas tungkai lainnya
membentuk angka 4.
Menekan tungkai yang tertekuk ke arah bawah.

7. Menanyakan apakah tindakan pemeriksa memicu nyeri.


8. Melakukan tes pada tungkai lain.

Tes kontra-Patrick

9. Menekuk tungkai 90O pada sendi lutut dan panggul, tungkai dirotasikan ke
dalam hingga melewati paha tungkai sebelahnya.
Menekan tungkai yang tertekuk ke arah bawah.

10. Menanyakan apakah tindakan pemeriksa memicu nyeri.

11. Melakukan tes pada tungkai lain.

12. Mengucapkan terima kasih.

Total Nilai
MEMBANGKITKAN TANDA TETANI DENGAN CARA CHVOSTEK
DAFTAR TILIK PENILAIAN

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2

1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.

2. Memperkenalkan diri pada pasien.


3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada


pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. - Meminta pasien untuk duduk dan pemeriksa duduk di depan pasien.
- Meminta pasien membuka mulut sedikit (celah antar bibir atas dan bawah
sekitar 1cm).
- Mengidentifikasi regio parotis atau zigomatikus.
- Memberikan ketukan ringan di atas regio parotis atau zigomatikus salah satu
sisi menggunakan palu perkusi.
6. Mengulang pada sisi yang lain.

7. Mengucapkan terima kasih.

Total Nilai

TANDA LASEQUE
DAFTAR TILIK PENILAIAN

Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
Syarat
1. Menyebutkan bahwa pemeriksaan Laseque dikontraindikasikan pada
deformitas tungkai yang membutuhkan imobilisasi seperti fraktur kruris.

2. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.


3. Memperkenalkan diri pada pasien.

4. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.

5. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada


pasien untuk memulai pemeriksaan.
6. Pemeriksa meminta pasien untuk santai dan tidak menegangkan otot-ototnya.

7. Salah satu tangan pemeriksa diletakkan di atas perut pasien dan tangan yang
lain memegang salah satu tumit pasien dari bawah.

8. Tungkai terus diangkat hingga tungkai membentuk sudut melebihi 70O dengan
bidang horizontal (ranjang periksa).
9. Pemeriksa melakukan pada kedua tungkai bergantian

10. Jika sebelum mencapai sudut target pasien mengeluh nyeri atau ada tahanan,
hentikan pemeriksaan (disebutkan)
11. Jika pasien mengeluhkan nyeri, tanyakan seperti apa nyerinya? Apakah terasa
seperti menjalar atau tersengat listrik? (disebutkan)
12. Jika ya, tanyakan daerah penjalarannya.
13. Mengucapkan terima kasih

14. Tanda Laseque positif jika terasa ada tahanan atau nyeri radikular sebelum
mencapai sudut 70O atau 60O pada orang tua.
15. Jika tanda Laseque positif pada kedua tungkai maka kemungkinan besar
penyebabnya adalah iritasi meningen.
Jika tanda Laseque positif pada salah satu tungkai maka kemungkinan besar
penyebabnya adalah iritasi radiks.

Total Nilai
UROGENITAL ...
SKILL
LAB 3)
GINEKOLOGI

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
GINEKOLOGI
NO. LANGKAH KLINIK KET
A. ANAMNESIS DAN PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2. Lakukan anamnesis secara sistematis:
- Identitas pasien
- Keluhan utama
- Perlangsungan penyakit/keluhan
- Jumlah anak dan siklus haid
- Riwayat penyakit
- Riwayat berobat
3. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
4. Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
5. Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan
khawatir atau kurang menyenangkan tetapi pemeriksa berusaha
menghindarkan hal tersebut
6. Pastikan bahwa pasien telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan
7. Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.
B. PERSIAPAN
1. PASIEN
 Kapas dan larutan antiseptic
 Tampong tang
 Spekulum cocor bebek (Grave’s speculum)
 Meja instrumen
 Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
 Lampu sorot
2. PEMERIKSA
 Sarung tangan DTT
 Apron dan baju periksa
 Sabun dan air bersih
 Handuk bersih dan kering
C. MEMPERSIAPKAN PASIEN
1. Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian dalam
2. Persilahkan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi
3. Atur pasien pada posisi litotomi.
4. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa
D. MEMAKAI SARUNG TANGAN
1. Cuci tangan kemudian keringkan dengan handuk bersih. tangan kanan pada bagian sebelah
dalam kemudian pasang sesuai dengan jari-jari tangan kiri. Tarik pangkat/gelang sarung
tangan untuk mengencangkannya.
3. Ambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri (yang telah menggunakan
sarung tangan) dengan menyelipkan jari-jari tangan kiri dibawah lipatan sarung
tangan, kemudian tahan pangkal sarung tangan tersebut dengan ibu jari tangan
kiri.
4. Pasang sarung tersebut pada tangan kanan, sesuaikan dengan alur masing-
masing jari tangan, kemudian kencangkan dengan cara menarik
pangkal/gekang sarung tangan.
E. PEMERIKSAAN
1. Duduklah pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspekus genitalis
penderita.
2. Ambil kapas, basahi dengan larutan antiseptik kemudian usapkan pada daerah
vagina, vulva dan perineum.
. Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan perineum
4. Buka celah antara kedua labium mayus, perhatikan muara uretra dan
introitus (bila kandung kemih belum dikosongkan, lakukan pemasangan
kateter untuk mengeluarkan air kemih)
5. Raba dan telusuri labium mayus kanan dan kiri (terutama dibagian kelenjar
Bartolin) dengan ibu jari dan ujung telunjuk (perhatikan dan catat kelainan-
kelainan yang ditemukan).
6. Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada
introitus (agar terbuka), masukkan ujung spekulum dengan arah sejajar
introitus (yakinkan bahwa tidak ada bagian yang terjepit) lalu dorong bilah ke
dalam lumen vagina.
7. Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90º hingga tangkainya
ke arah bawah.
 Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas
bawah (hingga masing-masing bila menyentuh dinding atas dan bawah
vagina).
8. Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas
(perhatikan ukuran dan warna porsio, dinding dan sekret vagina atau forniks).
9. Setelah periksa pandang selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah,
kemudian keluarkan spekulum.

GAMBAR 1. PEMERIKSAAN INSPEKULO


10. Letakkan spekulum pada tempat yang telah disediakan
11. Berdirilah untuk melakukan tuse vaginal, buka labium mayus kiri dan kanan
dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, masukkan jari telunjuk dan tengah
tangan kanan ke dalam vagina (vaginal toucher).
12. Letakkan ujung-ujung jari tangan kiri pada suprasimfisis, tentukan tinggi
fundus uteri (apabila besar kandungan memungkinkan untuk diraba dari luar).
 Tangan dalam memeriksa dinding vagina, kemudian secara bimanual
tentukan besar uterus, konsistensi dan arahnya. Periksa konsistensi
serviks, keadaan parametrium dan kedua adneksa.
 Pindahkan jari-jari tangan luar dan dalam ke bagian isthmus (tentukan
apakah ada tanda Hegar, dengan mencoba untuk mempertemukan kedua
ujung jari tangan luar dan dalam).

GAMBAR 2. PEMERIKSAAN BIMANUAL UNTUK MENILAI UTERUS

GAMBAR 3. PEMERIKSAAN BIMANUAL UNTUK MENILAI ADNEKSA

13. Tangan kiri menahan uterus pada bagian suprasimfisis, keluarkan jari tengah
dan telunjuk tangan kanan.
14. Angkat tangan kiri dari dinding perut, usapkan larutan antiseptik pada bekas
sekret/cairan di dinding perut dan sekitar vulva/perineum.
15. Beritahu ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk
mengambil tempat duduk.
F. PENCEGAHAN INFEKSI
1. Kumpulkan semua peralatan yang telah dipergunakan kemudian masukkan
dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
2. Masukkan sampah bahan habis pakai pada tempat yang telah disediakan
(tempat sampah medis). Seka bagian-bagian yang dicemari sekret/cairan tubuh
dengan larutan klorin 0,5%.
3. Masukkan tangan ke dalam lauratan klorin 0,5%, bersihkan dari
sekret/cairan tubuh, kemudian lepaskan sarung tangan secara terbalik dan
rendam dalam larutan tersebut selama 10 menit.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
5. Keringkan dengan handuk yang bersih
G. PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN
1. 1. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan
2. 2. Jelaskan tentang diagnosis dan rencana pengobatan
3. 3. Pastikan pasien mengerti apa yang telah dijelaskan
4. 4. Minta persetujuan tertulis (apabila akan dilakukan pemeriksaan atau
tindakan lanjutan).
5. 5. Persilahkan ibu ke ruang tunggu (apabila pemeriksaan selesai) atau ke
ruang tindakan (untuk proses/tindakan lanjutan).

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Petunjuk : Berilah angka (0) didalam kotak yang tersedia jika keterampilan/kegiatan tidak
dilakukan, angka ( 1 ) jika belum memuaskan atau ( 2 ) jika memuaskan

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
Ananmnesis
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2. Lakukan anamnesis secara sistematis
3. Jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
4. Jelaskan prosedur pemeriksaan
5. Minta persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan
Persiapan Pemeriksaan
6. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
7. Pastikan kandung kemih pasien sudah dikosongkan
8. Kandidat akan melakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisis umum
9. Kandidat lakukan pemeriksaan fisis abdomen
Pemeriksaan Ginekologi
10. Beri instruksi berbaring dengan posisi litotomi dan melepaskan pakaian dalam
11. Cuci tangan dan pakai sarung tangan dengan baik dan benar
12. Pemeriksa duduk menghadap ke aspektus genitalis:
13. - Lakukan inspeksi genitalia interna
14. - Lakukan palpasi genitalia eksterna
15. - Lakukan inspekulo dengan memasukkan spekulum
16. Pemeriksa berdiri untuk melakukan pemeriksaan bimanual
Tindakan Pasca Pemeriksaan
17. Lakukan dekontaminasi alat dalam larutan chlorin 0,5% selama 10 menit
18. Buang sampah habis pakai pada tempat yang tersedia
19. Buka sarung tangan dan cuci tangan pasca tindakan
20. Menyampaikan hasil pemeriksaan dan diagnosis
21 Menyampaikan rencana pemeriksaan selanjutnya
Jumlah Nilai

GLOBAL PERFORMANCE: berikan penilaian anda secara keseluruhan terhadap penampilan


kandidat: 1 : KURANG
2 : CUKUP
3 : MEMUASKAN
4 : SANGAT MEMUASKAN

LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN


IN-SPEKULO & BIMANUAL
Nama Mahasiswa : ………………………………… Nama Penguji : …………………………….
NIM : …………………………………. Tandatangan : …………………………….

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Melakukan anamnesis kasus ginekologi (simulasi)
2 Cek instrument dan material
3 Meminta pasien untuk tenang dalam posisi ginekologi
4 Mengoreksi posisi pasien (perineum tepat di tepi meja)
5 Memakai sarung tangan secara aseptik (melepas cincin, jam, dll)
6 Melakukan simulasi toilet vulva dan sekitarnya
7 Melakukan simulasi kateterisasi
8 Melakukan inspeksi area mons pubis, labia mayor dan labia minor
9 Memilih spekulum dan memasang sekrupnya
10 Memasukkan spekulum dengan tangan kanan
11 Memperlihatkan serviks dengan membuka speculum, mengoreksi
penerangan lampu (bila perlu)
12 Mengunci speculum
13 Melakukan simulasi membersihkan vagina menggunakan desinfektan
14 Melaporkan kondisi serviks
15 Melakukan observasi dinding vagina dengan memutar spekulum 90 o ke
kiri dan ke kanan
16 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci
17 Meletakkan spekulum di tempatnya
18 Melakukan simulasi melubrikasi tangan dengan cairan lubrikasi
19 Berdiri, mengambil posisi dengan tangan kanan di vulva, dan tangan
kiri di supra pubis
20 Melakukan pemeriksaan bimanual dengan jari telunjuk dan jari tengah
21 Tangan kiri pada suprapubis membantu mengevaluasi organ yang
diperiksa
22 Melakukan simulasi membuka sarung tangan dan mencuci tangan
23 Melaporkan hasil pemeriksaan
24 Meletakkan instrumen ditempatnya
PENILAIAN PROFESIONALISME 1 2 3 4
JUMLAH SKOR

LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA


KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR
Nama Mahasiswa : ………………………………… Nama Penguji : …………………………….
NIM : …………………………………. Tandatangan : …………………………….

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Melakukan anamnesis kasus ginekologi (simulasi)
2 Cek instrument dan material
3 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
4 Meminta pasien untuk tenang dalam posisi ginekologi
5 Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan
6 Mengoreksi posisi pasien (perineum tepat di tepi meja, kaki pada pijakan)
7 Memakai sarung tangan secara aseptik (melepas cincin, jam, dll)
8 Inspeksi daerah vulva (melihat adanya lesi kulit, massa, discharge dari
vagina)
9 Melakukan toilet vulva
10 Memilih spekulum dan memasang sekrupnya
11 Membuka bibir vagina
12 Memasukkan spekulum dalam keadaan tertutup dengan tangan kanan
13 Menampilkan portio dengan membuka spekulum, mengoreksi penerangan
lampu (bila perlu)
14 Menggerakkan spekulum ke atas dan ke bawah bila portio belum terlihat
15 Mengunci speculum
16 Melaporkan kondisi portio dan serviks
17 Membersihkan portio dari lendir/ eksudat/ darah menggunakan lidi kapas
18 Mengambil bahan endoserviks dengan cytobrush, pengambilan dengan lidi
kapas (cotton bud).
19 Mengambil bahan ektoserviks dengan spatula Ayre ( ujung yang pendek)
dimasukkan ke dalam endoserviks sedalam mungkin, dimulai dari arah
jam 12 dan diputar 360̊ searah jarum jam
20 Membuat apusan : mengoleskan spatula pada kaca objek bersih dengan
membentuk sudut 45̊ satu kali usapan, diberi label identitas pasien
21 Memfiksasi sediaan (dalam 10-15 detik) dengan Alkohol 95%
22 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci
23 Meletakkan spekulum pada tempatnya
24 Membersihkan vulva dengan desinfektan
25 Memberi penjelasan pada pasien tentang kemungkinan efek samping
tindakan yang dapat terjadi dan apa yang harus dilakukan pasien
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR

CEKLIS PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GINEKOLOGI


PEMERIKSAAN IVA TEST

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Cek instrument dan material
2 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
3 Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan
4 Mengoreksi posisi pasien (perineum tepat di tepi meja, kaki pada
pijakan)
5 Memakai sarung tangan secara aseptik (melepas cincin, jam, dll)
6 Inspeksi daerah vulva (melihat adanya lesi kulit, massa, discharge dari
vagina)
7 Melakukan toilet vulva dan sekitarnya
8 Memilih spekulum dan memasang sekrupnya
9 Membuka bibir vagina
10 Meminta pasien untuk mengambil nafas dalam
11 Memasukkan spekulum dalam keadaan tertutup dengan tangan kanan
12 Menampilkan portio dengan membuka spekulum, mengoreksi
penerangan lampu (lampu sorot di belakang pemeriksa)
13 Menggerakkan spekulum ke atas dan ke bawah bila portio belum
terlihat
14 Mengunci speculum
15 Melaporkan kondisi portio dan serviks
16 Membersihkan portio dari lendir/ eksudat/ darah menggunakan lidi
kapas
17 Mencelupkan lidi kapas ke dalam cairan asam asetat 3-5%
18 Mengusap seluruh permukaan portio searah jarum jam menggunakan
lidi kapas yang sudah dibasahi asam asetat 3-5%, kemudian ditunggu
1-2 menit
19 Melakukan inspeksi seluruh permukaan portio secara teliti dengan
menggunakan lampu sorot
20 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci
21 Meletakkan spekulum pada tempatnya
22 Membersihkan vulva dengan desinfektan
23 Memberi penjelasan pada pasien tentang hasil pemeriksaan dan apa
yang harus dilakukan pasien
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
OBSTETRI...
PEMERIKSAAN ANTENATAL
{Termasuk pemeriksaan palpasi menurut Leopold dan
auskultasi monoaural Laenec}
NO. LANGKAH KLINIK KET
A. PERSIAPAN PERTEMUAN

B Ucapkan salam
C Dengan sopan, perkenalkan diri anda dan tanyakan identitas ibu (nama, umur,
alamat, pekerjaan, pendidikan)
B ANAMNESIS
A Tanyakan tentang Keluhan Utama dan menggali riwayat penyakit sekarang,
Menanyakan:

1. Riwayat kehamilan (GPA), riwayat perkawinan (berapa tahun), riwayat


kontrasepsi, riwayat ANC sebelumnya, kondisi kehamilan sekarang
(gerakan janin, kenaikan berat badan, tanda-tanda inpartu)
2. Riwayat haid, hari pertama haid terakhir (usia kehamilan)
3. Riwayat penyakit ibu dan keluarga, riwayat berobat, riwayat persalinan
(kesulitan persalinan yang lalu)
B Tentukan usia kehamilan menurut anamnesis haid terakhir dan buat taksiran
persalinan (Rumus Naegele)
C PEMERIKSAAN
A UMUM
1. Keadaan umum
2. Berat badan dan tinggi badan
3. Tanda vital (Tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh)
B KHUSUS
a.Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada ibu, juga bahwa pemeriksaan
ini kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak tetapi
tidak akan membahyakan bayi yang ada dalam kandungan, kemudian
menanyakan kesediaan ibu untuk diperiksa.

b. Persilahkan ibu untuk berbaring terlentang.


c.Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan

d.Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian
keringkan kedua tangan tersebut dengan handuk

e.Pemeriksa berada disisi kanan ibu menghadap bagian lateral kanan


f.Beritahu kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai proses pemeriksaan
g. Leopold 1:

E. Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong
uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi uterus bawah dengan meletakkan
ibu jari dan telunjuk tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri,
setinggi tepi atas simfisis).

5. Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah)
kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala
6. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan
rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan
secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian.
7. Pada usia kehamilan diatas 24 minggu dapat digunakan “meteran”
untuk menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU dalam cm dan taksiran
berat badan janin dengan menghitung TFU x Lingkar perut dalam cm.
Caranya letakkan alat pengukur “meteran” diatas sympisis ossis pubis
sampai setinggi fundus uteri, kemudian ukur lingkaran perut melalui
umbilicus. Dari hasil perkalian akan didapatkan TBJ dalam gram

B Leopold 2:
Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
ketinggian yang sama.
Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian
kecil (eksteremitas).
C Leopold 3:
Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu.

Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah perut ibu.
Tekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk menentukan bagian
terbawah bayi (bagian keras, bulat dan hampir homogen, adalah kepala
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris, adalah bokong).
F. Leopold 4:
1. Pemeriksa berganti menghadap ke arah kaki pasien.
2. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan
kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada
tepi atas simfisis.
3. Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-
jari tangan yang meraba dinding bawah uterus.
4. Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen
atau divergen)
5. Setelah itu, pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian
terbawah bayi (bila presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala
di dekat leher dan bila presentasi bokong, upayakan untuk memegang
pinggang bayi).
6. Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian
letakkan jari-jari tangan kanan di antara tangan kiri dan simfisis untuk
menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggu
PEMERIKSAAN AUSKULTASI :

10. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop
monoaural/Laennec dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada
dinding perut ibu yang sesuai dengan posisi punggung bayi (bagian yang
memanjang dan rata).
11. 1. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung bayi
2. (pindahkan titik dengar apabila pada titik pertama, bunyi jantung tersebut

kurang jelas, upayakan untuk mendapatkan punctum maksimum).

Apabila dinding perut cukup tebal sehingga sulit untuk mendengarkan bunyi
jantung bayi, pindahkan ujung stetoskop pada dinding perut yang relatif tipis
yaitu sekitar 3 sentimeter di bawah pusat (sub-umbilikus).

13. Dengarkan dan hitung bunyi jantung bayi dalam 60 detik (1 menit ) penuh
(normal 120 – 160 kali / menit)
14. Letakkan semua peralatan yang telah digunakan pada tempat semula
15. Lakukan pemeriksaan tambahan bila diperlukan (laboratorium dan USG)
16. Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain penutup
dan rapikan kembali pakaian ibu.

Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain penutup


dan rapikan kembali pakaian ibu.
Persilahkan ibu untuk duduk kembali dan catat hasil pemeriksaan pada lembar
yang telah tersedia di dalaam status pasien.
D. PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN

Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi dan auskultasi yang meliputi :


Usia kehamilan
Letak janin, (memanjang, melintang, oblik )
Posisi janin, ( punggung kiri/kanan, superior / inferior)
Presentasi, (kepala, sungsang, lintang, ganda)
Kondisi janin (sesuai dengan hasil pemeriksaan auskultasi).
E. RENCANA ASUHAN ANTENATAL

6. Jelaskan hasil temuan atau penilaian klinis ibu dan kondisi kehamilannya

H. Jelaskan tentang rencana asuhan antenatal berkaitan dengan hasil temuan


tersebut.
I. Catat pada buku kontrol ibu hamil dan jelaskan tentang langkah atau
asuhan lanjutan serta jadwal pemeriksaan ulangan.
J. Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang (walaupun diluar jadual yang
telah ditentukan) bila ada keluhan.
K. Serahkan kembali buku kontrol ibu hamil dan ucapkan salam.

DAFTAR TILIK PENILAIAN


KETERAMPILAN PEMERIKSAAN OBSTETRI

Petunjuk : Berilah angka (0) didalam kotak yang tersedia jika keterampilan/kegiatan
tidak dilakukan, angka ( 1 ) jika belum memuaskan atau ( 2 ) jika memuaskan

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


Anamnesis : 0 1 2
1. Menyapa pasien, mempersilahkan duduk dan memperkenalkan diri
Kumpulkan informasi dan mencatatnya (anamnesis)
2. - Identitas pasien

3. - Keluhan utama (bila ada) atau maksud kedatangan

4. - Riwayat Siklus haid (HPHT)

5. - Riwayat kontrol kehamilan

6. - Keluhan lain yang menyertai/kondisi yang berhubungan dengan


Kehamilannya

7. - Riwayat penyakit sebelumnya, penyakit dalam keluarga


8. Pemeriksa menyebutkan akan melakukan pemeriksaan fisis secara umum
9. Pemeriksa berada disamping kanan, menghadap lateral kanan pasien akan
melakukan pemeriksaan leopold
Pemeriksaan Leopold 1, 2, 3, dan 4 :
1. Pemeriksa menghadap kearah kepala ibu untuk menentukan tinggi fundus
Uteri
2. Pemeriksa kenghadap kearah kepala ibu untuk menentukan letak
/situs/punggung janin
3. Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu untuk menentukan bagian terendah
Janin
4. Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu untuk menentukan seberapa jauh
bagian terendah janin telah memasuki pintu atas panggul
Pemeriksaan Auskultasi :
1. Tentukan posisi dan letak punggung janin
2. Letakkan stetoskop Laenec pada lokasi jantung janin
3. Raba nadi ibu dan Hitung denyut dalam 60 detik
Penjelasan Hasil Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan menyampaikan diagnosis
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan palpasi dan auskultasi (usia kehamilan,
letak / posisi / presentasi dan kondisi janin)
Jumlah Nilai

Anda mungkin juga menyukai