Keterangan:
TOTAL NILAI
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
No. Aspek Yang Dinilai 0 1 2
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri
2 Memperkenalkan diri
TOTAL NILAI
DM GESTASIONAL
No. Aspek Yang Dinilai 0 1 2
1. Mengucapkan salam.
2 Memperkenalkan diri
3 Melakukan anamnesis DM gestasional mengenai ibu
hamil faktor risiko yang mungkin ditemukan pada ibu
hamil
4. Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil
5 Edukasi untuk persiapan pemeriksaan gula darah
6 Melakukaan pemeriksaan gula darah
Jika tidak ada faktor resiko, dilakukan pemeriksaan
TTGO pada usia kehamilan 24-48 mgg
7 Melakukan evaluasi hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan
diagnosis pasien tersebut.
TOTAL NILAI
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
TOTAL NILAI
Keterangan :
TEKNIK INJEKSI INSULIN DENGAN INSULIN PEN
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
ORKIDOMETER
Hirsutism
No Aspek yang dinilai 0 1 2
1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
5 Mencuci tangan
6 Meminta pasien untuk melepaskan pakaian dan
pakaian dalam. Pasien diposisikan berbaring
terlentang
7 Melakukan pemeriksaan dimulai dengan atas
bibir, dagu, dada, kaki, paha, lengan atas, lengan
bawah, punggung atas, punggung bawah, perut
atas, perut bawah dan perineum.
8 Mencuci tangan.
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Skill Lab Pemeriksaan Kaki diabetik ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) + Arteri
dorsalis pedis
Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
Vibration Sensation Testing dengan garpu Tala 128 Hz
12 Mencuci tangan.
Keterangan:
12 Mencuci tangan.
Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
11 Memberikan salam
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
MUSKULO...
0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan (mis.
Riwayat instabilitas, vertigo posisional, sinkop, hipotensi
ortostatik, nyeri pada posisi berdiri, dll).
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
bajunya.
7 Mencuci tangan
8 Meminta pasien untuk berjalan dan pemeriksa menilai.
Penilaian dapat dilakukan dari depan dan dari belakang
pasien
Komponen yang dinilai adalah:
h. Nilai gait pasien (Limping gait, antalgic gait,
trendelenburg gait, adakah neurological
claudicatio?)
i. Nilai simetris bahu dan panggul
j. Nilai juga keluhan yang timbul dari pasien
9 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari inspeksi
dari tulang belakang pada saat bergerak
10 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
11 Mengucapkan terima kasih.
12 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin
ditemui seperti tinggi bahu yang tidak sama; tinggi pinggul
yang tidak sama; gangguan kurva tulang belakang: kifosis,
lordosis, skoliosis. Penilaian gait seperti limping gait
mungkin karena ada leg length disrapancy. Trendelenburg
gait mungkin adanya kelemahan otot otot panggul. Adanya
neurological claudication berhubungan dengan lumbal canal
stenosis
Bagian servikal:
Di bagian servikal, selain meraba vertebra, pemeriksa juga
meraba sendi-sendi faset yang terletak di antara vertebra
servikal sekitar 2,5 cm lateral dari prosesus spinosus C2 – C7.
(Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil
memeriksa.)
Bagian torakal:
Di daerah torakal pemeriksa melakukan palpasi prosesus
spinosus setiap vertebra torakal.
Bagian lumbal:
Di daerah lumbal, pemeriksa memeriksa bila terdapat
pergeseran vertebra. Pemeriksa memeriksanya dengan meraba
prosesus spinosus. Bila ada prosesus spinosus yang terasa lebih
menonjol ke luar atau masuk ke dalam dibandingkan prosesus
spinosus di atas dan di bawahnya, maka mungkin telah terjadi
pergeseran. (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil
memeriksa.)
Bagian sakral:
Pemeriksa mengidentifikasi daerah sakroiliaka dengan mencari
sepasang lesung kulit di atas tepi medial bokong yang menjadi
penanda spina iliaka superior posterior. Kemudian melakukan
palpasi di daerah tersebut. (Pemeriksa harus menyebutkan hal
tersebut sambil memeriksa.)
Penutup
1 Pemeriksa memberitahukan bahwa pemeriksaan telah selesai
dan meminta pasien mengenakan pakaiannya kembali.
2 Pemeriksa mengucapkan terima kasih.
3 Mencuci tangan
Total Nilai
10 Tanda Spurling:
Pemeriksa memegang kepala pasien kemudian ditekan ke
bawah dan dianterofleksikan ke salah satu sisi.
Pemeriksa menanyakan apabila timbul nyeri yang menjalar.
Jika ya, ke arah mana penjalarannya
11 Tes schober
Tes ini bertujuan untuk memeriksa adanya kekakuan pada
lumbal, biasanya berhubungan dengan ankylosing spondylitis.
Pada ankylosing spondylitis, kekakuan menyebabkan
penderita tetap dapat membungkuk ke depan, karena
memiliki panggul yang fleksibel. Dengan tes ini kekakuan
lumbal dapat di deteksi.
Pada level lumbal 5, tandai, kemudian ke bawahnya dibuat
tanda 5cm dari tanda awal, dan 10 cm dibuat tanda ke atas,
total jarak 15 cm. Kemudian mintakan pasien untuk
membungkuk ke depan menyentuh jari – jari kaki. Jika tidak
terdapat perpanjangan jarak setidaknya 5cm (total 20 cm) bisa
dikatakan terdapat kekakuan pada daerah lumbal.
12 Adam forward bending test
Tes ini digunakan untuk melihat adanaya scoliosis pada
seseorang, ataupun dapat digunakan untuk menilai apakah
scoliosis yang di miliki seseoranga adalah scoliosis structural
atau postural.
Mintalah penderita pada posisi berdiri, pemeriksa duduk
dibelakang penderita, kira – kira pandangan pemeriksa sejajar
dengan pelvis penderita. Mintalah penderita membungkuk
kedepan. Pada seseorang yang memiliki scoliosis akan
terlihat adanya bony prominent karena kurva pada tulang
belakang.
Pada pengecekan untuk membedakan apakah seseorang
memiliki structural scoliosis atau postural scoliosis, mintalah
penderita yang memiliki scoliosis untuk membungkuk ke
depan. Jika kurva nya tetap ada, kemungkinan ini adalah
scoliosis structural, tapi jika kurvanya menghilang,
kemungkinan ini adalah scoliosis postural
13 Tanda Laseque/straight leg test
Tes ini dilakukan untuk menilai iritasi nerve root lumbal 5,
biasanya disebabkan oleh HNP lumbal.
Pada posisi supine, penderita tetap mempertahankan salah
satu tungkai untuk dalam posisi ekstensi. Kemudian
pemeriksa akan mengangkat tungkai satunya. Normalnya
tungkai bisa diangkat sampai kurang lebih 80-90 0. Jika ada
root tension, penderita akan merasakan nyeri, dari belakang
menjalar ke bokong, trus ke bagian paha belakang pada sudut
300
14 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
15 Mengucapkan terima kasih.
16 Mencuci tangan
17 Memberi contoh beberapa kemungkinan diagnosis yang
berhubungan dengan hasil yang positif seperti radikulopati
servikal dan mielopati oleh berbagai sebab seperti proses
degenerasi, trauma, neoplasma, dll.
0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya
keadaan nyeri yang tidak memungkinkan pasien untuk
duduk dan berjalan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
pakaian bagian bawah.
7 Mencuci tangan
8 Pemeriksaan panggul saat bergerak dilakukan secara
terintergasi dengan pemeriksaan tulang belakang, bahu dan
lurut pada waktu pasien disuruh berjalan
Mintalah pasien berjalan, dan pemeriksa mengamati dari
belakang, nilailah:
- Apakah posisi panggul simetris?
- Adakah atrofi otot, khususnya otot gluteal
- Bagaimana gerak panggul saat berjalan?
(pemeriksa menyebutka prosedur ini sambil memeriksa)
9. Selanjutnya pemeriksaan panggul dilakukan dalam keadaan
diam, umumnya pasien diperiksa dalam keadaan supine,
dan pastikan posisi bahu, maleolus untuk dalam posisi
simetris
Pada keadaan supine dalam diperiksa:
- Bagaimana posisi tubuh secara
keseluruhan?
- Adakah kontraktur otot panggul?
- Apa posisi panggul simetris?
- Bagaimana kondisi kulitnya?
- Adakah sinus?
- Adakah tanda – tanda inflamasi?
- Adakah scar bekas operasi?
- Apakah posisi kedua extremitas bawah
simetris?
- Apakah ada bengkak?
- Bagaimana pergerakkan sendi pada saat
pasien baru mulai berjalan
(pemeriksa menyebutkan apa yang diperiksa sambil
mendemonstrasikannya)
0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang
prosedur yang akan di lakukan
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya
keadaan nyeri pada panggul yang tidak mau di tekan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
pakaian bagian bawah.
7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan
8 Pemeriksaan palpasi panggul di lakukan saat pasien dalam
posisi supine di atas tempat tidur
(mahasiwa harus menyebutkan hal ini)
9. Selanjutnya pemeriksaan panggul dilakukan dalam keadaan
diam, umumnya pasien di mana panggul di tempatkan
dalam posisi simetris. Pemeriksaan di lakukan dari panggul
yang tidak sakit.
1. Lakukan palpasi secara smooth and gentle dari
anterior, lateral dan pada daerah panggul, rabalah
kulitnya, bagaimana temperaturnya? Bandingkan
dengan sisi yang sakit
2. Lakukan palpasi untuk menilai adanya pembengkakan
3. Lakukan palpasi apakah teraba massa? Bagaimana
konsistensinya?
4. Lakukan perabaan adakah spasme otot – otot
panggul?
5. Lakukan perabaan adakah kontraktur pada otot
panggu?
6. Lakukan perabaan untuk menilai nyeri, dimanakah
posisi nyerinya, anterior atau lateral
7. Lakukan penilaian hard tissue, mulai dari daerah illiac
wing, greater trochanter, lakukan penekanan secara
lembut dan selalu tanyakan kepada pasien adakah
terasa nyeri atau tidak nyaman
8. Lakukan pemeriksaan apparent length. Pastikan
pakaian bagian bawah pasien cukup bebas, tandai
daerah umbilikus pada bagian proximal dan maleolus
medialis pada bagian distal. Selanjutnya dengan alat
ukur, ukur panjang dari umbilkus ke medial maleolus.
Bandingkan kiri dan kanan, catat hasil pengukuran
9. Lakukan pemeriksaan true length. Tandai greater
trochanter dan medial maleolus. Lakukan pengukuran
dengan dari greater trochanter ke maleolus medialis,
dan bandingkan antara kedua sisi. Catat hasil
pengukuran.
(semua prosedur ini diucapkan oleh mahasiswa sambil
melakukan pemeriksaan)
10 Pemeriksaan panggul bagian posterior bisa dilakukan
dengan menyuruh pasien berbaring pada posisi lateral atau
pronasi, tergantung kenyamanan pasien
11 Pemeriksaan dilakukan sama dengan proses yang dijelaskan
di atas. Pemeriksaan bisa lanjutkan dengan menilai
Sacroilliac joint. Lakukan penekanan dengan kedua ibu jari
untuk menilai adanya nyeri.
12 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari palpasi
pada daerah panggul
13 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
14 Mengucapkan terima kasih.
15 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin
ditemui antara lain, perabaan kulit yang hangat mungkin
ada hubungan dengan proses infeksi, kontraktur otot bisa di
raba, atrofi otot mungkin ada hubungan dengan kelemahan
gluteus medius, adanya nyeri tekan bisa ada hubungan
dengan infeksi, atau bursitis.
0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang
prosedur yang akan di lakukan
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan, misalnya
keadaan nyeri pada panggul sehingga tidak bisa di gerakkan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
pakaian bagian bawah.
7 Mencuci tangan dan bisa memakai sarung tangan
8 Pemeriksa meminta pasien untuk tidur dalam posisi supine,
pastikan kedua hip pada posisi yang sejajar, dan ekstensi
penuh
9. Pemeriksa meminta pasien untuk melakukan fleksi panggul
secara aktif pada sisi yang sehat dan selanjutnya dilanjutkan
dengan sisi yang sakit. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan goniometer dan hasilnya di tulis dalam
satuan derajat.
Gerak sendi diukur dari posisi hip pada saat supine sampai
posisi hip maksimal untuk fleksi. Setelah gerak aktif, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan secara pasif
Normal fleksi panggul 125-1350
10 Pemeriksa meminta pasien untuk melakukan abduksi
panggul pada sisi yang sehat dan selanjutnya dilanjutkan
dengan sisi yang sakit. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan goniometer.
Nilai normal abduksi panggul 40-500
11 Pemeriksa meminta pasien untuk melakukan adduksi
panggul pada sisi yang sehat dan selanjutnya dilanjutkan
dengan sisi yang sakit. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan goniometer.
Nilai normal adduksi panggul 20-300
12 Pemeriksaan lingkup gerak sendi ekstensi dilakukan dengan
posisi pronasi. Pasien diminta melakukan ekstensi secara
aktif dilanjutkan dengan pasif. Pengukuran dilakukan
dengan goniometri
Nilai normal ekstensi panggul 20-300
Pemeriksaan lingkup gerak sendi panggul rotasi internal
dan eksternal, dilakukan dengan hip fleksi 900
Pada pusisi supine, hip di fleksikan 900, dengan salah satu
tangan melakukan fiksasi pada lutut, sendi panggul dibawa
pada posisi internal rotasi, begitu sebaliknya pada posisi
eksternal rotasi
Nilai normal internal maupun eksternal rotasi panggul
pada posisi hip 900 sekitar 450
Bandingkanlah selalu antara kedua panggul
13 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari
pemeriksaan lingkup gerak sendi pada daerah panggul
14 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
15 Mengucapkan terima kasih.
16 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin
ditemui pada keterbatasan gerak sendi misalnya: adanya
keluahan nyeri pada sendi yang diperiksa, adanya
kontraktur otot, adanya mal union fraktur, adanya massa,
dan proses – proses lain
9.
1. Tes Kekuatan supraspinatus
Tes ini positif ketika bahu dibawa ke abduksi 90 derajat
dan lengan jatuh sendiri
5. Tes Yergason
Untuk memeriksa biceps tendon, Elbow fleksi 90
derajat, lengan bagian bawah pronasi, pemeriksa
memberi tahanan resisten ke bagian pergelangan tangan
ditahan, kemudian meminta pasien melakukan gerakan
supinasi, positif bila nyeri terprovokasi
6. Tes Instability
Ada dua yaitu anterior dan posterior test, prinsipnya
sama, pemeriksa menaruh tangannya utk memfiksasi
shoulder dengan cara menahan di atas scapula.
Kemudian berikan gaya dorong ke head humerus ke
bagian anterior dan posterior, untuk menilai apakah
bahu tetap di posisinya atau ada suatu instability
gerakan sehinggan bahu bisa masuk-keluar
2. Tes Finkelstein
Tes ini untuk menilai adanya de quervain tenosynovitis
yang mengenai tendon ekstensor dorsal kompartemen 1
(EPB dan APL). Pemeriksa melakukan fleksi pada ibu
jari dan melakukan ulnar deviasi daripada pergelangan
tangan, positif bila nyeri terprovokasi.
2. Palpasi (Feel)
Evaluasi temperature dari kulit, banding dengan kaki
kontra lateralnya. Evaluasi sensasi dari kaki, cocokkan
temuan dengan dermatom Hal ini berhubungan dengan
kelainan dari tulang belakang.
SARAF ...
Gangguan proses bahasa disebut afasia. Berdasarkan temuan klinis pada tes bahasa, afasia
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tipe Afasia Kelancaran Pemahaman Pengulangan Penamaan Lokasi
Lesi
Broca Baik 1
Wernicke Baik* 2
motorik
Global /- 6
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Pemeriksaan kelancaran bahasa.
6. Pemeriksaan pemahaman bahasa.
7. Pemeriksaan pengulangan bahasa.
8. Pemeriksaan penamaan bahasa.
9. Interpretasi hasil.
10. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
Keterangan :
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
15. Minta pasien untuk memfiksasi penglihatan pada jari pemeriksa yang
berjarak satu meter di depan wajah pasien.
16. Tangan pemeriksa yang lain dapat digunakan untuk mengangkat kelopak
mata atas pasien agar pupil lebih jelas terlihat.
17. Sambil memperhatikan ukuran pupil pasien, pemeriksa secara perlahan
mendekatkan jarinya mendekati wajah pasien.
18. Minta pasien untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa.
19. Amati reaksi pupil dan gerakan bola mata.
Total Nilai
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Meminta pasien duduk dan redupkan lampu ruangan.
6. Mengenakan masker dan sarung tangan periksa.
7. Meminta pasien menatap lurus ke depan dan memfiksasi pandangan ke
suatu titik.
8. Menyalakan oftalmoskop, mengatur fokus di 0 dan memilih mode sinar
diameter besar atau kecil.
9. Mengarahkan sinar ke pupil kanan pasien dengan arah sinar membentuk
sudut 15O dengan arah fiksasi mata.
10. Memegang oftalmoskop di dekat hidung dan melihat lewat lubang intip
menggunakan mata kanan jika memeriksa mata kanan dan sebaliknya.
Mencari refleks merah (disebutkan sambil melakukan).
11. Mendekatkan wajah ke wajah pasien sambil tetap memegang oftalmoskop
dekat hidung menyisakan jarak sekitar 1cm.
Mencari fokus untuk pemeriksaan yang sesuai.
12. Mencari papil nervus optikus (disebutkan sambil melakukan).
Memeriksa secara berturut-turut papil nervus optikus, optic cup, , arteri
dan vena, retina, dan makula (disebutkan sambil melakukan).
13. Memeriksa papil nervus optikus dan optic cup : mendeskripsikan papil
menurut bentuk, batas, dan warnanya (disebutkan sambil melakukan).
14. Memeriksa arteri dan vena
15. Memeriksa makula: meminta pasien melihat ke arah cahaya.
16. Memeriksa mata kiri dengan cara yang sama.
17. Memberitahukan pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai dan
mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
PENILAIAN GERAKAN BOLA MATA DAN DIPLOPIA
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya lalu meminta izin pada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Meminta pasien duduk menatap ke depan.
6. Meminta pasien untuk mengikuti arah gerak telunjuk pemeriksa dengan
menggerakkan bola mata saja dan tidak menggerakkan kepala.
7. Telunjuk pemeriksa ditempatkan di garis tengah bidang penglihatan
pasien, di antara kedua bola matanya, pada jarak sekitar 50cm dari wajah
pasien.
8. Pasien diminta mengikuti gerakan telunjuk pemeriksa hingga lirikan
maksimum ke arah kiri lalu ke kiri atas, kiri bawah, kembali ke tengah, ke
kanan, kanan atas, dan kanan bawah.
9. Pemeriksa memperhatikan gerakan kedua bola mata saat telunjuk
bergerak. Lihat kemulusan gerakan, simetrisitas, dan adanya nistagmus
(disebutkan).
10. Pemeriksa menanyakan pada pasien apakah pandangannya menjadi dobel,
semakin dobel, atau berkurang dobelnya. Apabila pasien melihat dobel,
ditanyakan bayangan mana yang terlihat lebih jelas (disebutkan).
11. Jika pasien mengeluh melihat dobel, coba tutup salah satu matanya dan
tanyakan apakah penglihatan dobelnya menghilang atau tidak.
Saat penglihatan dobel menjadi nyata saat melirik ke salah satu arah, coba
tutup salah satu mata secara bergantian dan tanyakan saat ditutup mata
yang mana penglihatan menjadi lebih jelas.
12. Selanjutnya pemeriksa menggerakan telunjuk kembali ke garis tengah dan
pasien diminta memfokuskan kedua matanya ke telunjuk pemeriksa.
13. Pemeriksa meminta pasien melihat jari telunjuk tersebut dan
mengikutinya saat pemeriksa menggerakan jari telunjuk itu.
Pemeriksa menggerakan jari telunjuknya perlahan-lahan mendekati
hidung pasien.
14. Pemeriksa memperhatikan apakah terdapat gerak konvergensi kedua bola
mata dan konstriksi kedua pupil saat telunjuk mendekati hidung pasien
(disebutkan).
15. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
PENILAIAN NISTAGMUS
DAFTAR TILIK PENILAIAN
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
Total Nilai
REFLEKS KORNEA
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin kepada
pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Pemeriksa meminta pasien duduk di kursi periksa dan pemeriksa berdiri
di belakangnya.
6. Saat menyentuh kornea kanan, pemeriksa meminta pasien melirik ke kiri
dan sebaliknya.
7. Pemeriksa memberikan sentuhan ringan pada kornea dengan ujung kapas
yang dipilin.
8. Pemeriksa mengamati respons berkedip ipsilateral dan kontralateral
(disebutkan).
9. Pemeriksa melakukan pemeriksaan di kornea kiri.
10. Pemeriksa meminta pasien untuk membandingkan kedua sisi.
11. Mengucapkan terima kasih
Total Nilai
13. Pemeriksa mengamati trofi muskulus temporalis dan maseter kanan dan
kiri. Pemeriksa mengamati simetrisitasnya dan mencari atrofi otot
(disebutkan).
14. Pemeriksameminta pasien mengatupkan rahang sekuat-kuatnya. Lalu
mempalpasi muskulus temporalis dan maseter. Pemeriksa
membandingkan kekuatan kontraksi kanan dan kiri (disebutkan).
17. Dengan mulut sedikit terbuka dan mandibula dalam keadaan lemas,
tempatkan telunjuk Anda di apeks mandibula dan ketok dengan palu
perkusi.
18. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
PEMERIKSAAN KESIMETRISAN WAJAH & PERGERAKAN WAJAH
DAFTAR TILIK PENILAIAN
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
Total Nilai
Total Nilai
7. Meminta pasien memberi tanda bila bunyi tersebut tidak terdengar lagi.
8. Bila bunyi sudah tidak terdengar, segera pindahkan ke dekat daun telinga.
Total Nilai
INSPEKSI PALATUM
DAFTAR TILIK PENILAIAN
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
Total Nilai
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
Total Nilai
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
PEMERIKSAAN MOTORIK
58
tempat.
Tik Tik adalah gerakan atau suara yang timbul tanpa disadari, tiba-tiba, singkat,
sering, tanpa diduga, berulang, tanpa tujuan (inappropriate), sering
melelahkan, dan memilliki intenstitas yang bervariasi. Terdapat dua bentuk
tik yaitu tik motorik dan tik vokal. Selanjutnya masing-masing dibagi dalam
bentuk sederhana dan kompleks. Tik memiliki komponen psikogenik dan
gerakan tik dapat ditahan oleh pasien untuk sementara waktu.
Blefarospasme Blefarospasme adalah spasme otot berulang yang terbatas pada otot-otot
dan spasme kelopak mata secara mendadak baik kelopak mata atas atau bawah.
hemifasial Spasme hemifasial adalah spasme otot yang dipersarafi oleh nervus fasialis.
Spasme hemifasial dapat mengenai daerah sekitar mata, sesisi wajah, kedua
sisi wajah, bahkan sampai otot platisma di leher. Spasme hemifasial harus
dibedakan dari tik fasialis yang sifatnya psikogenik. Spasme hemifasial
umumnya tidak dapat ditahan sedangkan tik umumnya dapat ditahan untuk
beberapa waktu oleh pasien.
Dua fenomena (refleks palmomental dan gerakan penyerta okuloaurikular)
terdapat dalam spasme hemifasial dan tak ada pada tik.
Mioklonus Gangguan gerak pada mioklonus timbul karena kontraksi otot secara cepat,
sekonyong-konyong, sebentar, aritmik, asinergik dan tidak terkendali. Otot
yang berkontraksi dapat pula meliputi sebagian dari satu otot, seluruh otot,
atau sekelompok otot tanpa memandang perbedaan fungsi otot-otot tersebut.
Gerak mioklonus ini terutama didapatkan pada otot-otot ekstremitas dan
badan tetapi kadang kala terjadi difus dan meluas, melibatkan otot wajah,
rahang, lidah, faring, dan laring.
Asteriksis Gerakan seperti tremor pada tangan saat pergelangan tangan diekstensikan.
Gerakan mirip tremor ini terjadi karena ketidakmampuan mempertahankan
posisi. Akibatnya, terjadi kehilangan tonus sesaat yang menyebabkan tangan
jatuh yang langsung dikoreksi lagi dengan ekstensi pergelangan tangan. Hal
ini terjadi berulang-ulang selama pergelangan tangan diekstensikan sehingga
terlihat seperti tremor atau gerakan menampar.
Asteriksis berlawanan dengan mioklonus karena pada mioklonus justru
terjadi kontraksi otot yang mendadak. Oleh karena itu, asteriksis disebut
juga mioklonus negatif.
Akatisia Keadaan tidak tenang, mulai dari perasaan resah, tidak dapat duduk tenang,
atau tidur diam atau tidur; sering terlihat pada reaksi toksik terhadap
fenotiazin.
Diskinesia Diskinesia orobukal adalah gerakan mulut dan lidah yang berlangsung
orobukal dan berulang-ulang seperti sedang mengunyah atau mengecap-ngecap. Gerakan
orofasial ini bisa ditahan sebentar oleh pasien tetapi tidak lama kemudian muncul
lagi. Jika meluas hingga otot-otot wajah maka nama yang lebih cocok
adalah diskinesia orofasial. Tipe diskinesia ini sering menjadi efek samping
penggunaan obat antipsikotik (seperti chlorpromazine) dalam dosis tinggi
atau lama yang digunakan untuk mengkontrol skizofrenia.
Buku Pegangan Mahasiswa Modul Keterampilan Klinis Dasar Sistem Saraf
- Fleksi panggul : Pasien duduk, lutut diangkat dengan posisi fleksi. Pemeriksa
- Abduksi & aduksi paha : Pasien duduk, lalu kaki diabduksi sementara pemeriksa
menahannya dari samping. Kemudian kaki diaduksi (dirapatkan)
sambil pemeriksa mencoba memisahkannya dari sisi medial.
Lakukan di kedua lutut.
Ekstensi panggul : Pasien berbaring telungkup, lalu mengangkat lutut. Pemeriksa menekan
tungkai pasien ke bawah pada daerah poplitea. Lakukan pada kedua tungkai.
- Fleksi lutut (harmstring): Pasien menahan lutut dengan sudut 90°. Pemeriksa memegang
pergelangan kaki dan mencoba meluruskan. Lakukan pada kedua
tungkai.
-
minimal.
1. Tidak mampu menahan tahanan minimal tetapi masih mampu menahan gravitasi.
Nilai
No. Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin
kepada pasien untuk memulai pemeriksaan.
Inspeksi postur dan cara berjalan (gait)
5. Melakukan inspeksi postur pasien saat berdiri (sambil disebutkan
apa yang diamati).
6. Melakukan inspeksi cara berjalan (minimal jalan biasa, jalan jinjit,
jalan dengan tumit, dan jalan tandem.
Tes Romberg
7. Melakukan tes Romberg.
Tes Romberg dipertajam
8. Melakukan tes Romberg dipertajam.
Pemeriksaan dismetri dan tremor intensi
9. Melakukan tes hidung-telunjuk-hidung.
10. Melakukan tes tumit-lutut-ibu jari.
Pemeriksaan disdiadokokinesis
11. Melakukan tes pronasi-supinasi.
Total Nilai
Keterangan :
PEMERIKSAAN REFLEKS
Skala Deskripsi
+ Menurun (hiporefleks)
++ Normal (normorefleks)
Banyak cara lain selain cara babinski yang dapat membangkitkan gerakan ibu jari kaki, yaitu:
Eponim Manuver
Oppenheim Tekan buku-buku jari tangan pada tulang kering kaki dan susuri tulang
kering dengan buku-buku jari ke bawah.
Gordon Meremas otot betis sesaat.
Gonda Menarik jari kaki ke empat ke bawah sesaat lalu dilepas secara tiba-tiba.
Nilai
No. Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta izin
kepada pasien untuk memulai pemeriksaan.
Pemeriksaan refleks superfisial
5. Pemeriksaan refleks plantar dan interpretasinya.
6. Pemeriksaan refleks superfisial abdomen dan interpretasinya.
Pemeriksaan refleks tendon lengan
7. Pemeriksaan refleks biseps dan interpretasinya.
8. Pemeriksaan refleks triseps dan interpretasinya.
9. Pemeriksaan refleks brakioradialis dan interpretasinya.
Pemeriksaan refleks tendon tungkai
10. Pemeriksaan refleks patella dan interpretasinya.
11. Pemeriksaan refleks Achilles dan interpretasinya.
Pemeriksaan klonus
12. Pemeriksaan klonus patela.
13. Pemeriksaan klonus kaki.
Refleks patologis
14. Pemeriksaan refleks Hoffman dan interpretasinya.
15. Pemeriksaan refleks Tromner dan interpretasinya.
16. Pemeriksaan refleks plantar patologis dan interpretasinya.
17. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
Keterangan :
Nilai
No. Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta
izin kepada pasien untuk memulai pemeriksaan.
5. Pemeriksaan refleks mencucu dan interpretasinya.
6. Pemeriksaan rooting reflex dan interpretasinya.
7. Pemeriksaan refleks mengisap dan interpretasinya.
8. Pemeriksaan refleks menggenggam dan interpretasinya.
9. Pemeriksaan refleks glabela dan interpretasinya.
10. Pemeriksaan refleks palmomental dan interpretasinya.
11. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
PEMERIKSAAN SENSORIK
Istilah Makna
Sensasi Eksteroseptif
Anestesia Ketidakmampuan merasakan sensasi raba.
Hipestesia Penurunan kemampuan merasakan sensasi raba.
Hiperestesia Peningkatan sensitivitas terhadap sensasi raba.
Disestesia Rasa tidak nyaman seperti tebal, baal, ditusuk-tusuk, atau
terbakar yang muncul spontan tanpa rangsangan luar yang
jelas.
Parestesia Rasa tidak nyaman seperti tebal, baal, ditusuk-tusuk, atau
terbakar yang menyertai suatu rangsangan luar yang
normal ke kulit.
Hiperpati Peningkatan respons yang ekstrim terhadap nyeri.
Analgesia Ketidakmampuan merasakan sensasi nyeri.
Hipolgesia Penurunan kemampuan merasakan sensasi nyeri.
Hiperalgesia Peningkatan sensitivitas terhadap sensasi nyeri.
Alodinia Kesalahan interpretasi sensasi raba menjadi nyeri.
Termonanestesia Ketidakmampuan merasakan sensasi suhu.
Termohipestesia Penurunan kemampuan merasakan sensasi suhu.
Termohiperestesia Peningkatan sensitivitas terhadap sensasi suhu.
Sensasi Proprioseptif
Total Nilai
Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila nyeri,
gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau tidak.
Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila nyeri,
gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau tidak.
Memeriksa laterofleksi dengan meminta pasien menekukkan badan ke
samping kanan lalu kiri. Sebelum pasien melakukannya, pemeriksa
menempatkan tangannya di pinggul pasien untuk menstabilisasi pelvis.
Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan dan simetrisitas saat menekuk
ke kanan dan ke kiri.
Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila nyeri, gambaran
nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau tidak.
Pemeriksa meminta pasien untuk memutar badannya ke sisi kanan lalu kiri.
Di setiap segmen pemeriksa menanyakan bila terasa nyeri. Bila terasa nyeri,
seperti apa nyerinya, menjalar atau tidak, dan bila menjalar, ke arah mana
penjalarannya.
Bagian servikal:
Bagian torakal:
Di daerah torakal pemeriksa melakukan palpasi prosesus spinosus setiap
vertebra torakal.
Bagian lumbal:
Bagian sakral:
Pemeriksa menanyakan apabila terasa nyeri pada penekanan dan bila ya,
apakah menjalar atau tidak. Nyeri otot sifatnya tidak menjalar.
102
Buku Pegangan Mahasiswa Modul Keterampilan Klinis Dasar Sistem Saraf
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
Syarat
5. Pemeriksa meletakan salah satu tangannya di atas dada pasien untuk menahan
jika dada ikut terangkat dan tangan yang lain ditempatkan di bawah kepala
pasien yang sedang berbaring.
6. Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.
7. Pemeriksa mengucapkan terima kasih.
8. Pemeriksa menilai apakah ada tahanan saat dilakukan fleksi leher (disebutkan).
Total Nilai
PENILAIAN FONTANELA
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan menyapa pasien dan keluarganya dengan sapaan
yang sopan.
2. Memperkenalkan diri pada keluarga pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga pasien.
4. Memberikan kesempatan keluarga pasien untuk bertanya dan meminta
izin untuk melakukan pemeriksaan.
5. Memposisikan pasien dalam posisi duduk atau dipegang menghadap ke
atas.
6. Mengidentifikasi fontanela anterior dan posterior.
7. Pemeriksa melihat denyutannya, apakah jelas atau tidak, mengamati
vena-vena di fontanela untuk melihat adanya dilatasi vena, dan
mengamati apakah fontanela anterior membonjol atau cekung.
8. Pemeriksa mempalpasi fontanela anterior dengan jari telunjuk.
Pemeriksa menggerakan jari telunjuk ke atas dan bawah serta kiri dan
kanan untuk memperkirakan batas-batas fontanela anterior.
9. Pemeriksa menentukan jarak antar sudut kiri-kanan dan antar sudut atas-
bawah menggunakan penggaris.
10. Pemeriksa menilai apakah terasa sulit ditekan atau tidak (disebutkan).
11. Pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan di buku tumbung kembang bayi.
12. Mengucapkan terima kasih.
Total Nilai
TANDA PATRICK & KONTRA-PATRICK
DAFTAR TILIK PENILAIAN
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
Tes kontra-Patrick
9. Menekuk tungkai 90O pada sendi lutut dan panggul, tungkai dirotasikan ke
dalam hingga melewati paha tungkai sebelahnya.
Menekan tungkai yang tertekuk ke arah bawah.
Total Nilai
MEMBANGKITKAN TANDA TETANI DENGAN CARA CHVOSTEK
DAFTAR TILIK PENILAIAN
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
Total Nilai
TANDA LASEQUE
DAFTAR TILIK PENILAIAN
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
Syarat
1. Menyebutkan bahwa pemeriksaan Laseque dikontraindikasikan pada
deformitas tungkai yang membutuhkan imobilisasi seperti fraktur kruris.
7. Salah satu tangan pemeriksa diletakkan di atas perut pasien dan tangan yang
lain memegang salah satu tumit pasien dari bawah.
8. Tungkai terus diangkat hingga tungkai membentuk sudut melebihi 70O dengan
bidang horizontal (ranjang periksa).
9. Pemeriksa melakukan pada kedua tungkai bergantian
10. Jika sebelum mencapai sudut target pasien mengeluh nyeri atau ada tahanan,
hentikan pemeriksaan (disebutkan)
11. Jika pasien mengeluhkan nyeri, tanyakan seperti apa nyerinya? Apakah terasa
seperti menjalar atau tersengat listrik? (disebutkan)
12. Jika ya, tanyakan daerah penjalarannya.
13. Mengucapkan terima kasih
14. Tanda Laseque positif jika terasa ada tahanan atau nyeri radikular sebelum
mencapai sudut 70O atau 60O pada orang tua.
15. Jika tanda Laseque positif pada kedua tungkai maka kemungkinan besar
penyebabnya adalah iritasi meningen.
Jika tanda Laseque positif pada salah satu tungkai maka kemungkinan besar
penyebabnya adalah iritasi radiks.
Total Nilai
UROGENITAL ...
SKILL
LAB 3)
GINEKOLOGI
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
GINEKOLOGI
NO. LANGKAH KLINIK KET
A. ANAMNESIS DAN PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2. Lakukan anamnesis secara sistematis:
- Identitas pasien
- Keluhan utama
- Perlangsungan penyakit/keluhan
- Jumlah anak dan siklus haid
- Riwayat penyakit
- Riwayat berobat
3. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
4. Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
5. Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan
khawatir atau kurang menyenangkan tetapi pemeriksa berusaha
menghindarkan hal tersebut
6. Pastikan bahwa pasien telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan
7. Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.
B. PERSIAPAN
1. PASIEN
Kapas dan larutan antiseptic
Tampong tang
Spekulum cocor bebek (Grave’s speculum)
Meja instrumen
Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
Lampu sorot
2. PEMERIKSA
Sarung tangan DTT
Apron dan baju periksa
Sabun dan air bersih
Handuk bersih dan kering
C. MEMPERSIAPKAN PASIEN
1. Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian dalam
2. Persilahkan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi
3. Atur pasien pada posisi litotomi.
4. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa
D. MEMAKAI SARUNG TANGAN
1. Cuci tangan kemudian keringkan dengan handuk bersih. tangan kanan pada bagian sebelah
dalam kemudian pasang sesuai dengan jari-jari tangan kiri. Tarik pangkat/gelang sarung
tangan untuk mengencangkannya.
3. Ambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri (yang telah menggunakan
sarung tangan) dengan menyelipkan jari-jari tangan kiri dibawah lipatan sarung
tangan, kemudian tahan pangkal sarung tangan tersebut dengan ibu jari tangan
kiri.
4. Pasang sarung tersebut pada tangan kanan, sesuaikan dengan alur masing-
masing jari tangan, kemudian kencangkan dengan cara menarik
pangkal/gekang sarung tangan.
E. PEMERIKSAAN
1. Duduklah pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspekus genitalis
penderita.
2. Ambil kapas, basahi dengan larutan antiseptik kemudian usapkan pada daerah
vagina, vulva dan perineum.
. Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan perineum
4. Buka celah antara kedua labium mayus, perhatikan muara uretra dan
introitus (bila kandung kemih belum dikosongkan, lakukan pemasangan
kateter untuk mengeluarkan air kemih)
5. Raba dan telusuri labium mayus kanan dan kiri (terutama dibagian kelenjar
Bartolin) dengan ibu jari dan ujung telunjuk (perhatikan dan catat kelainan-
kelainan yang ditemukan).
6. Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada
introitus (agar terbuka), masukkan ujung spekulum dengan arah sejajar
introitus (yakinkan bahwa tidak ada bagian yang terjepit) lalu dorong bilah ke
dalam lumen vagina.
7. Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90º hingga tangkainya
ke arah bawah.
Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas
bawah (hingga masing-masing bila menyentuh dinding atas dan bawah
vagina).
8. Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas
(perhatikan ukuran dan warna porsio, dinding dan sekret vagina atau forniks).
9. Setelah periksa pandang selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah,
kemudian keluarkan spekulum.
13. Tangan kiri menahan uterus pada bagian suprasimfisis, keluarkan jari tengah
dan telunjuk tangan kanan.
14. Angkat tangan kiri dari dinding perut, usapkan larutan antiseptik pada bekas
sekret/cairan di dinding perut dan sekitar vulva/perineum.
15. Beritahu ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk
mengambil tempat duduk.
F. PENCEGAHAN INFEKSI
1. Kumpulkan semua peralatan yang telah dipergunakan kemudian masukkan
dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
2. Masukkan sampah bahan habis pakai pada tempat yang telah disediakan
(tempat sampah medis). Seka bagian-bagian yang dicemari sekret/cairan tubuh
dengan larutan klorin 0,5%.
3. Masukkan tangan ke dalam lauratan klorin 0,5%, bersihkan dari
sekret/cairan tubuh, kemudian lepaskan sarung tangan secara terbalik dan
rendam dalam larutan tersebut selama 10 menit.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
5. Keringkan dengan handuk yang bersih
G. PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN
1. 1. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan
2. 2. Jelaskan tentang diagnosis dan rencana pengobatan
3. 3. Pastikan pasien mengerti apa yang telah dijelaskan
4. 4. Minta persetujuan tertulis (apabila akan dilakukan pemeriksaan atau
tindakan lanjutan).
5. 5. Persilahkan ibu ke ruang tunggu (apabila pemeriksaan selesai) atau ke
ruang tindakan (untuk proses/tindakan lanjutan).
Petunjuk : Berilah angka (0) didalam kotak yang tersedia jika keterampilan/kegiatan tidak
dilakukan, angka ( 1 ) jika belum memuaskan atau ( 2 ) jika memuaskan
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Melakukan anamnesis kasus ginekologi (simulasi)
2 Cek instrument dan material
3 Meminta pasien untuk tenang dalam posisi ginekologi
4 Mengoreksi posisi pasien (perineum tepat di tepi meja)
5 Memakai sarung tangan secara aseptik (melepas cincin, jam, dll)
6 Melakukan simulasi toilet vulva dan sekitarnya
7 Melakukan simulasi kateterisasi
8 Melakukan inspeksi area mons pubis, labia mayor dan labia minor
9 Memilih spekulum dan memasang sekrupnya
10 Memasukkan spekulum dengan tangan kanan
11 Memperlihatkan serviks dengan membuka speculum, mengoreksi
penerangan lampu (bila perlu)
12 Mengunci speculum
13 Melakukan simulasi membersihkan vagina menggunakan desinfektan
14 Melaporkan kondisi serviks
15 Melakukan observasi dinding vagina dengan memutar spekulum 90 o ke
kiri dan ke kanan
16 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci
17 Meletakkan spekulum di tempatnya
18 Melakukan simulasi melubrikasi tangan dengan cairan lubrikasi
19 Berdiri, mengambil posisi dengan tangan kanan di vulva, dan tangan
kiri di supra pubis
20 Melakukan pemeriksaan bimanual dengan jari telunjuk dan jari tengah
21 Tangan kiri pada suprapubis membantu mengevaluasi organ yang
diperiksa
22 Melakukan simulasi membuka sarung tangan dan mencuci tangan
23 Melaporkan hasil pemeriksaan
24 Meletakkan instrumen ditempatnya
PENILAIAN PROFESIONALISME 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Melakukan anamnesis kasus ginekologi (simulasi)
2 Cek instrument dan material
3 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
4 Meminta pasien untuk tenang dalam posisi ginekologi
5 Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan
6 Mengoreksi posisi pasien (perineum tepat di tepi meja, kaki pada pijakan)
7 Memakai sarung tangan secara aseptik (melepas cincin, jam, dll)
8 Inspeksi daerah vulva (melihat adanya lesi kulit, massa, discharge dari
vagina)
9 Melakukan toilet vulva
10 Memilih spekulum dan memasang sekrupnya
11 Membuka bibir vagina
12 Memasukkan spekulum dalam keadaan tertutup dengan tangan kanan
13 Menampilkan portio dengan membuka spekulum, mengoreksi penerangan
lampu (bila perlu)
14 Menggerakkan spekulum ke atas dan ke bawah bila portio belum terlihat
15 Mengunci speculum
16 Melaporkan kondisi portio dan serviks
17 Membersihkan portio dari lendir/ eksudat/ darah menggunakan lidi kapas
18 Mengambil bahan endoserviks dengan cytobrush, pengambilan dengan lidi
kapas (cotton bud).
19 Mengambil bahan ektoserviks dengan spatula Ayre ( ujung yang pendek)
dimasukkan ke dalam endoserviks sedalam mungkin, dimulai dari arah
jam 12 dan diputar 360̊ searah jarum jam
20 Membuat apusan : mengoleskan spatula pada kaca objek bersih dengan
membentuk sudut 45̊ satu kali usapan, diberi label identitas pasien
21 Memfiksasi sediaan (dalam 10-15 detik) dengan Alkohol 95%
22 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci
23 Meletakkan spekulum pada tempatnya
24 Membersihkan vulva dengan desinfektan
25 Memberi penjelasan pada pasien tentang kemungkinan efek samping
tindakan yang dapat terjadi dan apa yang harus dilakukan pasien
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Cek instrument dan material
2 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
3 Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan
4 Mengoreksi posisi pasien (perineum tepat di tepi meja, kaki pada
pijakan)
5 Memakai sarung tangan secara aseptik (melepas cincin, jam, dll)
6 Inspeksi daerah vulva (melihat adanya lesi kulit, massa, discharge dari
vagina)
7 Melakukan toilet vulva dan sekitarnya
8 Memilih spekulum dan memasang sekrupnya
9 Membuka bibir vagina
10 Meminta pasien untuk mengambil nafas dalam
11 Memasukkan spekulum dalam keadaan tertutup dengan tangan kanan
12 Menampilkan portio dengan membuka spekulum, mengoreksi
penerangan lampu (lampu sorot di belakang pemeriksa)
13 Menggerakkan spekulum ke atas dan ke bawah bila portio belum
terlihat
14 Mengunci speculum
15 Melaporkan kondisi portio dan serviks
16 Membersihkan portio dari lendir/ eksudat/ darah menggunakan lidi
kapas
17 Mencelupkan lidi kapas ke dalam cairan asam asetat 3-5%
18 Mengusap seluruh permukaan portio searah jarum jam menggunakan
lidi kapas yang sudah dibasahi asam asetat 3-5%, kemudian ditunggu
1-2 menit
19 Melakukan inspeksi seluruh permukaan portio secara teliti dengan
menggunakan lampu sorot
20 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci
21 Meletakkan spekulum pada tempatnya
22 Membersihkan vulva dengan desinfektan
23 Memberi penjelasan pada pasien tentang hasil pemeriksaan dan apa
yang harus dilakukan pasien
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
OBSTETRI...
PEMERIKSAAN ANTENATAL
{Termasuk pemeriksaan palpasi menurut Leopold dan
auskultasi monoaural Laenec}
NO. LANGKAH KLINIK KET
A. PERSIAPAN PERTEMUAN
B Ucapkan salam
C Dengan sopan, perkenalkan diri anda dan tanyakan identitas ibu (nama, umur,
alamat, pekerjaan, pendidikan)
B ANAMNESIS
A Tanyakan tentang Keluhan Utama dan menggali riwayat penyakit sekarang,
Menanyakan:
d.Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian
keringkan kedua tangan tersebut dengan handuk
E. Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong
uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi uterus bawah dengan meletakkan
ibu jari dan telunjuk tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri,
setinggi tepi atas simfisis).
5. Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah)
kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala
6. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan
rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan
secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian.
7. Pada usia kehamilan diatas 24 minggu dapat digunakan “meteran”
untuk menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU dalam cm dan taksiran
berat badan janin dengan menghitung TFU x Lingkar perut dalam cm.
Caranya letakkan alat pengukur “meteran” diatas sympisis ossis pubis
sampai setinggi fundus uteri, kemudian ukur lingkaran perut melalui
umbilicus. Dari hasil perkalian akan didapatkan TBJ dalam gram
B Leopold 2:
Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
ketinggian yang sama.
Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian
kecil (eksteremitas).
C Leopold 3:
Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah perut ibu.
Tekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk menentukan bagian
terbawah bayi (bagian keras, bulat dan hampir homogen, adalah kepala
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris, adalah bokong).
F. Leopold 4:
1. Pemeriksa berganti menghadap ke arah kaki pasien.
2. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan
kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada
tepi atas simfisis.
3. Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-
jari tangan yang meraba dinding bawah uterus.
4. Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen
atau divergen)
5. Setelah itu, pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian
terbawah bayi (bila presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala
di dekat leher dan bila presentasi bokong, upayakan untuk memegang
pinggang bayi).
6. Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian
letakkan jari-jari tangan kanan di antara tangan kiri dan simfisis untuk
menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggu
PEMERIKSAAN AUSKULTASI :
10. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop
monoaural/Laennec dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada
dinding perut ibu yang sesuai dengan posisi punggung bayi (bagian yang
memanjang dan rata).
11. 1. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung bayi
2. (pindahkan titik dengar apabila pada titik pertama, bunyi jantung tersebut
Apabila dinding perut cukup tebal sehingga sulit untuk mendengarkan bunyi
jantung bayi, pindahkan ujung stetoskop pada dinding perut yang relatif tipis
yaitu sekitar 3 sentimeter di bawah pusat (sub-umbilikus).
13. Dengarkan dan hitung bunyi jantung bayi dalam 60 detik (1 menit ) penuh
(normal 120 – 160 kali / menit)
14. Letakkan semua peralatan yang telah digunakan pada tempat semula
15. Lakukan pemeriksaan tambahan bila diperlukan (laboratorium dan USG)
16. Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain penutup
dan rapikan kembali pakaian ibu.
6. Jelaskan hasil temuan atau penilaian klinis ibu dan kondisi kehamilannya
Petunjuk : Berilah angka (0) didalam kotak yang tersedia jika keterampilan/kegiatan
tidak dilakukan, angka ( 1 ) jika belum memuaskan atau ( 2 ) jika memuaskan