Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

ABORTUS KOMPLIT

DISUSUN OLEH :
St. Uswatun Hasanah (C014182164)

SUPERVISOR PEMBIMBING :
dr. Rudy B. Leonardy, Sp.OG(K)

RESIDEN PEBIMBING:
dr. Trianto Ricardo

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : St. Uswatun Hasanah

Stambuk : C014182164

Judul Lapsus : Abortus Komplit

Adalah benar telah menyelesaikan referat dan laporan kasus yang telah disetujui serta telah
dibacakan dihadapan pembimbing dan supervisor dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 21 Agustus 2020

Supervisor Pembimbing, Residen Pembimbing,

dr. Rudy B. Leonardy, Sp.OG (K) dr. Trianto Ricardo


BAB 1

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. LA
No.RM : 028154
Tanggal Lahir : 23-02-1999
Umur : 21 Tahun
Tanggal Masuk : 20-08-2020
Alamat : Makassar
1.2 ANAMNESIS
a. Keluhan utama:
Keluar darah dari jalan lahir
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien perempuan masuk Rumah Sakit dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak
5 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Darah bewarna merah segar dengan gumpalan-
gumpalan darah bewarna kehitaman. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut bagian bawah
yang minimal serta perasaan lemas.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat hipertensi disangkal
2) Riwayat Diabetes Melitus disangkal
3) Riwayat asma dan alergi disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga
e. Riwayat Menstruasi
Menarche sejak usia 13 tahun, siklus haid teratur 20 hari, lama haid 7-8 hari. Riwayat
ganti pembalut 2-3 kali dalam sehari. HPHT pada tanggal 18 Juni 2020, TP pada tanggal
25 Maret 2021.
f. Riwayat Pernikahan :

Usia pertama kali menikah adalah 20 tahun, menikah sebanyak 1 kali, dan sudah
menikah selama 1 tahun.
g. Riwayat Kontrasepsi :
Belum pernah
h. Riwayat Obstetri :
No Tahun Kehamilan Tempat Jenis Penolong BBL Keadaan
bersalin Persalinan Persalinan Anak
Sekarang
1 2020 sekarang          

1.3 PEMERIKSAAN FISIS


1. Status generalis
Keadaan umum : tampak lemas, compos mentis
BB : 49 kg
TB : 153 cm
2. Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Frekuensi napas : 20 kali/ menit
Suhu : 36,5 0 C
3. Status Generalis
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-),

Sklera ikterik (-/-)

Mulut : Mukosa bibir tidak kering


Gigi : Caries tidak ada
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-),
Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Jantung : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : BP vesikuler (+/+),
Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Payudara : Simetris, putting susu menonjol
Abdomen : flat, sesuai usia kehamilan,
striae (-), linea nigra (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+),

CRT < 2 detik (+/+), udema (-/-)

4. Status Ginekologi
a. Pemeriksaan luar
TFU : Tidak teraba
MT :-
NT :-
Fluxus : darah (-)
b. Pemeriksaan Dalam
Vulva/vagina : tidak ada kelainan/ tidak ada kelainan
Portio : lunak, tebal
OUE/ OUI : tertutup/ tertutup
Uterus : Anteflexi, ukuran kesan normal
Adnexa : tidak ada kelainan
Cavum dauglass : tidak ada kelainan
Pelepasan darah : (-)

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Lengkap

Jenis Pemeriksaan
Hasil Nilai Normal

Hb 12,4 12,0-16,00 mg/dl


Hct 38 37-54%
Leu 7600 4000-10.000 μL
Trombosit 203.000 150.000-450.000 μL
BT 3” 1-6
CT 10’’ 1-15
GDS 117 60-150 mg/dl
Ureum 20,1 10-40 mg/dl
Kreatinin 0,5 0,5-1,5 mg/dl
HbsAg NR NR
112 NR NR

USG
• Uterus: posisi antefleksi, bentuk dan ukuran masih dalam batas normal. Tidak tampak
lagi GS maupun lesi hiperechoic (sisa jaringan) di dalamnya. Cavum uteri masih tampak
sedikit terbuka. Tidak tampak lesi patologik di dalamnya.
• Scan pada area adnexa echo masih tampak dalam batas normal
• Tidak tampak echo cairan bebas pada cavum douglasi
Kesan : Abortus Komplit
Plano test (+)

1.5 DIAGNOSIS KERJA


Abortus Komplit

1.6 TERAPI
- IVFD RL 20 tts/menit
- Asam traneksamat 500 mg/12 jam/oral
- Observasi KU, kesadaran, tanda vital, dan perdarahan
- Rawat jalan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.1
2.2 Klasifikasi
Hingga saat ini terdapat berbagai klisifikasi abortus, berikut ini akan disampaikan
dua jenis klasifikasi abortus berdasarkan atas terjadinya/legalitas dan klinis.
a. Menurut mekanisme terjadinya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya, tanpa provokasi
dan intervensi.
2) Abortus buatan/ direncanakan adalah abortus yang terjadi karena diprovokasi,
yang dibedakan atas:
a) Abortus provokatus terapeutikus, yaitu abortus yang dilakukan atas indikasi
medis dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan ibu dan atau janin.
b) Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpa indikasi
medis.
b. Menurut klinis:
1) Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan. 1
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh
mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
Ostium uteri masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dan tes kehamilan urin masih positif. 1
2) Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. 1
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan. Besar uterus sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin kehamilan
masih positif. 1
3) Abortus Inkomplit
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam kavum uteri atau menonjol dari ostium uteri eksternum.
Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit
bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian plasental site
masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. 1
4) Abortus komplit
Pada abortus komplit seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri,
osteum uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit.
Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. 1
5) Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut. Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk
menjadi hamil kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran/ abortus
secara berturut-turut. 1
6) Abortus infeksiosus, abortus septik
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat
genitalia. Abortus septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada
peredaran darah tubuh atau peritoneum. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis
yang cermat tentang upaya tindakan abortus yang tidak menggunakan peralatan
aseptis dengsn didapat gejala dan tanda panas tinggi,, takikardia, perdarahan
pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan
leukositosis.1
7) Missed abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu dan
hasil konsepsi secara seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Penderita
biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan
kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. 1
8) Kehamilan anembrionik (Blighted ovum)
Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi dimana mudigah
tidak terbentuk walaupun kantong gestasi tetap terbentuk. 1
2.3 Etiologi
a. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. Triplodi ditemukan
pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum normal oleh 2 sperma
(dispermi). Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab terbanyak abortus
spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21
yang sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir. Selain kelainan sitogenetik, kelainan
lain seperti fertilisasi abnormal yaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat
dihubungkan dengan abortus absolut. Kelainan dari struktur kromosom juga adalah
salah satu penyebab kelainan sitogenetik yang berakibat aborsi. Selain itu, gen yang
abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses impantasi dan mengakibatkan
abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat pada kombinasi gen yang abnormal dan
gangguan fungsi uterus. Gangguan genetik seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-
Danlos, hemosistenuri dan pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan
ikat yang bisa berakibat abortus. Kelainan hematologik seperti pada penderita sickle
cell anemia, disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus dengan
mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.1
b. Faktor anatomi
Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi obstetrik
terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali
uterus pada 27% pasien. Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan anatomik uterus
adalah septum uterus akibat daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%), dan uterus
bicornis atau uterus unicornis (10-30%). Mioma uteri juga bisa mengakibatkan abortus
berulang dan infertilitas akibat dari gangguan passage dan kontraktilitas uterus.
Sindroma Asherman bisa mengakibatkan abortus dengan mengganggu tempat
impalntasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium. Kelainan kogenital
arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium dapat juga berpengaruh.
Selain itu, kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan
endometriosis mengakibatkan komplikasi anomali pada uterus dan dapat
mengakibatkan abortus.1
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti
dapat meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan. Wanita dengan
serviks inkompeten selalu memiliki dilatasi serviks yang signifikan yaitu 2cm atau
lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal. Apabila dilatasi mencapai 4 cm
atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan pecahnya membran amnion akan
terjadi dan mengakibatkan ekspulsi konsepsi dalam rahim.1 faktor-faktor yang
mengakibatkan serviks inkompeten adalah kehamilan berulang, operasi serviks
sebelumnya, riwayat cedera serviks, pajanan pada dietilstilbestrol, dan abnormalitas
anatomi pada serviks.2
c. Faktor endokrin
Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada koordinasi
sistem pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem
humoral secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi
terutamanya kadar progesteron sangat penting dalam mengantisipasi abortus.1
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada
trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi janin.
IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk abortus. 1
Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas endometrium
terhadap implantasi embrio. Kadar progenteron yang rendah diketahui dapat
mengakibatkan abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu di mana trofoblast harus
menghasilkan cukup steroid untuk menunjang kehamilan. 1
Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga berperan pada kelangsungan
kehamilan. Perubahan endometrium menjadi desidua mengubah semua sel pada
mukosa uterus. Perubahan morfologi dan fungsional ini mendukung proses implantasi,
proses migrasi trofoblas, dan mencegah invasi yang berlebihan pada jaringan ibu.
Selain itu, hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik ovarium dapat
merupakan faktor kontribusi pada keguguran dengan menggangu balans humoral yang
penting pada kelangsungan kehamilan. 1
d. Faktor infeksi
Ada berbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan kejadian
abortus. Antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, dan sitokin
yang berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta. Infeksi janin yang bisa
berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit untuk bertahan hidup. 1
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut
kematian janin. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah
yang bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan
gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus. Infeki virus pada kehamilan awal dapat
mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi rubela,
parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan varisella zoster. 1
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian
abortus1
 Bakteria: listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma
urealitikum, mikoplasma hominis, bakterial vaginosis.
 Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.
 Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.
 Spirokaeta: treponema pallidum.
e. Faktor imunologi
Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya
adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). ApA adalah antibodi spesifik
yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE. Peluang terjadinya pengakhiran
kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%. 1
f. Faktor trauma
Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus yang
yang diakibatkan karena adanya perdarahan, gangguan sirkulasi maternoplasental, dan
infeksi. Namun secara statistik, hanya sedikit insiden abortus yang disebabkan karena
trauma. 2
g. Faktor nutrisi dan lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat, bahan
kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus. Faktor-faktor yang
terbukti berhubungan dengan peningkatan insiden abortus adalah merokok, alkohol dan
kafein.2
Merokok telah dipastikan dapat meningkatkan risiko abortus euploid. Pada
wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus adalah 2 kali lipat
dari risiko pada wanita yang tidak merokok.1 Rokok mengandung ratusan unsur toksik
antara lain nikotin yang mempunyai sifat vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi
uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurukan pasokan oksigen ibu dan janin dan
dapat mamacu neurotoksin. Meminum alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan
dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan anomali fetus. Kadar abortus meningkat
2 kali lipat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan 3 kali lipat
pada konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan wanita yang tidak minum. 2
Mengkonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi perhari atau 500mg caffiene
satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang meminum lebih
dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah tambahan gelas kopi.1
Pada penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai level paraxantine (metabolit
kafine), risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat daripada kontrol. 2
h. Faktor kontrasepsi berencana
Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli
kontrasepsi tidak berhubungan dengan risiko abortus.1 Namun, jika pada kontrasepsi
yang menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk mencegah kehamilan, risiko
aborsi khususnya aborsi septik akan meningkat dengan signifikan. 2

2.4 Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil
konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang
dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini
menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan
mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam
waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan
mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan
dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi
diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia jadi gepeng (fetus
kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus
papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah terjadinya
maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan
dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu
apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama.3

2.5 Diagnosis
Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis
Gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian
bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung, bokong dan
perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. Selain itu, ditanyakan
adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT. Perdarahan
pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang
keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau
seperti anggur. Rasa sakit atau keram bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.4
Riwayat penyakit sekarang seperti DM yang tidak terkontrol, tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, konsumsi alkohol dan riwayat infeksi
traktus genitalis harus diperhatikan. Riwayat kepergian ke tempat endemik malaria dan
pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat menambah curiga
abortus akibat infeksi.4
Pada abortus komplit, semua hasil konsepsi telah dikeluarkan Didapatkan adanya
terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu. Perdarahan pervaginam, mungkin
disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas
simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.1
b. Pemeriksaan Fisis
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit. Palpasi abdomen
dapat memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan
bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan
konsistensinya.5 Pada pemeriksaan vagina, pada kasus abortus komplit, osteum uteri
telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak
sesuai dengan umur kehamilan.1

Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:5
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah
memadai. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7 - 1,0 hari setelah
abortus.1

2.6 Diagnosis Banding1,6,7


Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
banding
Abortus - perdarahan dari uterus - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin masih
iminens pada kehamilan umur kehamilan positif
sebelum 20 minggu - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional sac (+),
berupa flek-flek fetal plate (+), fetal
- nyeri perut ringan movement (+), fetal heart
- keluar jaringan (-) movement (+)
Abortus - perdarahan banyak dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin masih
insipient uterus pada kehamilan umur kehamilan positif
sebelum 20 minggu - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional sac (+),
- nyeri perut berat fetal plate (+), fetal
- keluar jaringan (-) movement (+/-), fetal heart
movement (+/-)
Abortus - perdarahan banyak / - TFU kurang dari - tes kehamilan urin masih
inkomplit sedang dari uterus pada umur kehamilan positif
kehamilan sebelum 20 - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa hasil
minggu - teraba jaringan dari konsepsi (+)
- nyeri perut ringan cavum uteri atau
- keluar jaringan sebagian masih menonjol
(+) pada osteum uteri
eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin masih
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan positif
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari setelah
abortus.
USG : sisa hasil konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin negatif
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan setelah 1 minggu dari
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) terhentinya pertumbuhan
merasakan keluhan kehamilan.
apapun kecuali - USG : gestasional sac (+),
merasakan fetal plate (+), fetal
pertumbuhan movement (-), fetal heart
kehamilannya tidak movement (-)
seperti yang
diharapkan. Bila
kehamilannya > 14
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan rahimnya
semakin mengecil,
tanda-tanda kehamilan
sekunder pada payudara
mulai menghilang.
Mola - Tanda kehamilan (+) - TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin masih
hidatidosa - Terdapat banyak atau kehamilan positif
sedikit gelembung mola - Terdapat banyak (Kadar HCG lebih dari
- Perdarahan banyak / atau sedikit 100,000 mIU/mL)
sedikit gelembung mola - USG : adanya pola badai
- Nyeri perut (+) ringan - DJJ (-) salju (Snowstorm).
- Mual - muntah (+)
Blighted - Perdarahan berupa flek- - TFU kurang dari - tes kehamilan urin positif
ovum flek usia kehamilan - USG : gestasional sac (+),
- Nyeri perut ringan - OUE menutup namun kosong (tidak terisi
- Tanda kehamilan (+) janin).
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah,
- Tanda kehamilan (+) - Tanda-tanda syok eritrosit dapat meningkat,
- Perdarahan pervaginam (+/-) : hipotensi, leukosit dapat meningkat.
(+/-) pucat, ekstremitas - Tes kehamilan positif
dingin. - USG : gestasional sac diluar
- Tanda-tanda akut cavum uteri.
abdomen (+) :
perut tegang
bagian bawah,
nyeri tekan dan
nyeri lepas dinding
abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar
dan teraba
benjolan
disamping uterus
yang batasnya
sukar ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri
bila diraba

2.7 Penatalaksanaan
Pengelolaan penderita ddak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan.
Biasanya hanya diberi roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan.
Uterotonika tidak perlu diberikan.1
Penanganan pada kasus abortus kompletus adalah tidak perlu dilakukan evakuasi lagi.
Lakukan observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak, pastikan untuk tetap
memantau kondisi ibu setelah penanganan. Konsultasi dengan dokter sehingga tidak
merugikan pasien, tidak memerlukan terapi khusus tetapi untuk membantu involusi uterus
dapat diberikan methergin tablet, bila pasien anemia dapat diberikan sulfas ferosus 600 mg
(zat besi) dan anjurkan ibu untuk mengkonsumsi vitamin dan mineral.8
2.8 Pencegahan
Pencegahan pada kasus abortus sesuai dengan penyebab atau faktor risiko pada ibu
hamil tersebut. Pada kasus abnormalitas kromosom atau defek pada uterus, dapat dilakukan
prenatal genetic testing. Jika penyebabnya adalah infeksi, maka terapi sesuai dengan
penyebab infeksi dapat diberikan, seperti antibiotik. Untuk masalah endokrin, diperlukan
terapi untuk menyeimbangkan status hormal dengan terapi hormonal. Modifikasi gaya
hidup dan pengurangan stres harus diterapkan dengan gaya hidup yang lebih sehat, bebas
dari rokok, alkohol, obat-obatan terlarang, dan stres. Hal ini dapat secara signifikan
meningkatkan peluang kesuksesan kehamilan. 9
Progesteron bertindak sebagai immmunomodulator dan mengalihkan respon sitokin
proinflamasi Th-1 ke respon sitokin anti-inflamasi Th-2 yang lebih 27 menguntungkan dan
melindungi kehamilan. Dihidrogesteron adalah imunomodulator potensial, dimana
menghasilkan Progesterone-Induced Blocking Factors (PIBF) yang merupakan protein
yang dihasilkan oleh limfosit setelah terpapar progesteron. PIBF menghambat sitotoksisitas
yang dimediasi sel dan aktivitas sel NK. Dengan demikian, progesteron adalah
imunoprotektif untuk kehamilan. Pada pasien dengan tiga atau lebih keguguran berturut-
turut, administrasi progestogen empiris mungkin memiliki beberapa manfaat potensial.
Regimen yang paling sering digunakan adalah tablet micronized progesterone 400 mg
setiap hari. Rute pemberian dapat berupa vagina atau oral. Argumen untuk penggunaan
progesteron adalah bahwa tidak ada bukti bahaya dan terdapat beberapa bukti manfaat,
meskipun tidak berasal dari uji multisentrik besar. Keputusan harus didasarkan pada
kebijaksanaan dokter sampai bukti kuat tersedia untuk merekomendasikan penggunaan
rutin10
2.9 Prognosis
Kecuali adanya inkompetensi serviks, angka kesembuhan yang terlihat sesudah
mengalami tiga kali abortus spontan akan berkisar antara 70 dan 85% tanpa tergantung
pada pengobatan yang dilakukan.4,11

DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S., 2014, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
2. F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom., 2005. Abortion in William Obstetrics, 22nd
edition. Mc-Graw Hill
3. Praworihardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka
4. Campbell S, Monga A., 2000. Disorder of Early Pregnancy (ectopic, miscarriage, GTI)
In : Gynaecology. London : Arnold
5. Gaufberg, S. M. 2008. Threatened Abortion. s.l. : Medscape,
6. Wibowo B. Wiknjosastro GH., 2002. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan. Dalam:
Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi 5.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
7. Saifuddin A. 2006. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
8. Hutapea, Martha. 2017. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Abortus di
Rumah Sakit Bangkatan PTPN II Binjai Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Kohesi. 1(1); 272-283
9. Caissutti, Claudia, Saccone, Gabrielle, Zullo, Fabrizio, et al. 2017. Vaginal cleansing
before cesarean delivery : a systematic review and meta analysis. Obstetric and
gynecology. 2017
10. Leveno KJ, et al. 2009. Williams Manual of Obstetrics. Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta
11. Leveno KJ, et all. 2003. Abortion in Williams Manual of Obstetrics. USA: McGraw-Hill
Companies

Anda mungkin juga menyukai