15.08
Tidak
Ya
84.92
Gambar 3.2 dibawah ini, grafik yang menjelaskan persentase dari jumlah
masyarakat yang masih melakukan BABS di Kabupaten Rokan Hulu. Sebanyak
40,75% masyarakat masih melakukan BABS dan 59,25% sudah tidak
melakukan BABS lagi.
Gambar 3.2
PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
( BABS )
40.75
Ya, BABS
Tidak
59.25
15.00
Ya, tercemar
Tidak tercemar
85.00
Gambar 3.4 dibawah ini, grafik yang menjelaskan persentase dari jumlah
masyarakat yang melakukan pengelolaan sampah setempat berdasarkan hasil
yang didapat dari studi Ehra sebanyak 17,08 % masyarakat yang melakukan
pengelolaan sampah sedangkan sisanya sebanyak 82,92 % masyarakat tidak
melakukan pengelolaan sampah.
Gambar 3.4
Grafik Pengelolaan Sampah Setempat
17.08
Tidak diolah
Ya, diolah
82.92
37.75
Tidak aman
Ya, aman
62.25
Sumber : Kajian Data Primer PPSP Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2015
Tabel 3.2 tersebut diatas menjelaskan bahwa dari 371 sekolah baik
sekolah dasar negeri maupun sekolah dasar swasta maupun madrasah ibtidaiyah
yang ada di Kabupaten Rokan Hulu, diambil sampel untuk melihat kondisi
sanitasi yang ada di sekolah dasar sebanyak 64 sampel dimana diambil samel 60
dari sekolah dasar negeri, 2 sampel dari sekolah dasar swasta dan 2 sampel dari
madrasah ibtidaiyah. Dari hasil sampel tersebut, didapat untuk kondisi sarana
sanitasi sekolah untuk toilet guru sebanyak 15,6% merupakan toilet guru dengan
kondisi yang sangat baik, sebanyak 20,3% kondisi toilet guru dengan kondisi
baik dan sebanyak 64,1% kondisi toilet guru kurang baik. Total keseluruhan
toilet siswa yang ada di sekolah tingkat dasar/MI sebanyak 15,6% dengan
kondisi sangat baik, sebanyak 23,4% dengan kondisi baik dan jumlah toilet
siswa dengan kondisi kurang baik sebanyak 60,9%. Jumlah fasilitas Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) secara keseluruhan dengan kondisi yang sangat
baik sebanyak 23,4%, kondisi fasilitas dengan kondisi baik sebanyak 42,2% dan
kondisi fasilitas cuci tangan dengan kondisi kurang baik sebanyak 34,4%.
Kondisi sarana air bersih dengan kondisi sangat baik dari jumlah total terdapat
sebanyak 78,1%, kondisi sarana air bersih baik sebanyak 1,6% dan sarana air
bersih dengan kondisi kurang baik sebanyak 20,3%. Kondisi sarana pengolahan
persampahan dengan kondisi sangat baik dari jumlah total terdapat sebanyak
28,1%, kondisi sarana pengelolaan persampahan baik sebanyak 7,8% dan sarana
pengelolaan persampahan dengan kondisi kurang baik sebanyak 64,1%. Kondisi
saluran drainase di sekolah dengan kondisi sangat baik dari jumlah total terdapat
sebanyak 1,6%, kondisi sarana saluran drainase baik sebanyak 81,3% dan sarana
saluran drainase dengan kondisi kurang baik sebanyak 17,2%. Ketersediaan
dana untuk kegiatan Higiene dan sanitasi tingkat sekolah Dasar/MI dengan
pemanfaatan sangat baik sebanyak 6,3%, ketersediaan dana untuk kegiatan
Higiene dan sanitasi dengan pemanfaatan baik sebanyak 12,5%, sedangkan
ketersediaan dana untuk kegiatan Higiene dan sanitasi kurang baik sebanyak
81,3%. Pendidikan Higiene dan sanitasi di sekolah dengan kondisi sangat baik
sebanyak 42,2%, kondisi baik 26,6 % dan kondisi kurang baik 31,3 %.
Tabel 3.3
PHBS terkait sanitasi pada Sekolah Dasar / MI
Sumber : Kajian Data Primer PPSP Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2015
Dari tabel 3.3 tersebut diatas, mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) tingkat Sekolah Dasar/MI secara keseluruhan mempunyai persentase
baik dengan penjelasan masing-masing kondisi untuk perilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) dengan kondisi perilaku baik sebesar 22,8% sedangkan
dengan kondisi perilaku kurang baik sebesar 77,2%. Untuk perilaku Penggunaan
Toilet, para siswa telah mempunyai kesadaran akan pentingnya penggunaan
toilet di sekolah dimana didapat persentase kondisi perilaku baik sebesar 95,3%
sedangkan kondisi perilaku kurang baik sebesar 4,7 %. Untuk perilaku
membuang Sampaj, para siswa telah mempunyai kesadaran akan pentingnya
membuang sampah pada tempatnya dimana didapat persentase kondisi perilaku
baik sebesar 93,8% sedangkan kondisi perilaku kurang baik sebesar 6,3 %.
yang terjadi kesadaran pada perilaku di lingkungan sekolah dasar dimana kond
Permasalahan mendesak yang dihadapi di sektor PHBS terkait sanitasi
sekolah tingkat Sekolah Dasar/MI di Kabupaten Rokan Hulu :
- Masih banyaknya sekolah yang memiliki kondisi toilet baik itu toilet
untuk guru maupun toilet untuk siswa dengan kondisi kurang baik.
- Banyak sekolah yang memiliki fasilitas cuci tangan pakai sabun kurang
baik dan masih banyak juga sekolah yang belum memiliki fasilitas
tersebut.
- Masih terbatasnya anggaran yang tersedia untuk kegiatan hygiene dan
sanitasi.
3.3.1 Kelembagaan
Aspek kelembagaan dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten
Rokan Hulu berfungsi untuk melakukan perencanaan, pengadaan sarana dan
prasarana, pengelolaan, pengaturan dan pembinaan serta monitoring dan evaluasi.
Pada fungsi perencanaan untuk melakukan penyusunan target pengelolaan
air limbah domestik skala kabupaten/kota, menyusun rencana program air limbah
domestik dalam rangka pencapaian target dan menyusun rencana anggaran
program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target dilakukan oleh
pemerintah daerah kabupaten.
Pada fungsi pengadaan sarana, untuk menyediakan sarana pembuangan
awal air limbah domestik dan membangun sarana pengumpulan dan pengolahan
awal (tangki septik) dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan masyarakat sendiri.
Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja),
membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPLT (pipa
kolektor) serta membangun sarana IPLT dan atau IPAL dilakukan oleh
pemerintah pusat. Untuk funsi pengelolaan, dalam melakukan kegiatan
menyadiakan layanan penyedotan lumpur tinja, mengelola IPLT dan IPAL,
melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja, memberikan izin usaha
pengelolaan air limbah domestik dan atau penyedotan air limbah domestik serta
melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik dan
saluran drainase perkotaan) dalam pengurusan IMB dilakukan oleh pemerintah
kabupaten.
Pada fungsi pengaturan dan pembinaan, untuk kegiatan mengatur prosedur
penyediaan layanan air limbah domestik (pengengkutan, personil, peralatan, dll),
melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah
domestik, memberikan sangsi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah
domestik semuanya dilakukan oleh pemerintah kabupaten.
Pada fungsi pelaksanaan monitoring dan evaluasi, kegiatan melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik
skala kabupaten/kota, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas
infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik, melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik dan atau menampung
serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik serta melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik sepenuhnya
dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Untuk lebih jelasnya mengenai daftar
pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan air limbah domestik di
Kabupaten Rokan Hulu dapat dilihat selengkapnya pada tabel 3.4.
Peraturan terkait pengelolaan dan pengolahan air limbah domestik terdiri
dari beberapa substansi seperti; target capaian layanan pengelolaan air limbah
domestik di kabupaten, kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten/Kota
dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik, kewajiban dan
sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan
usaha dalam pengelolaan air limbah domestik, kewajiban dan sanksi bagi
masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air
limbah domestik di hunian rumah, kewajiban dan sanksi bagi industri rumah
tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat
usaha, kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan
air limbah domestik di tempat usaha, kewajiban penyedotan air limbah domestik
untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik,
retribusi penyedotan air limbah domestik, tata cara perizinan untuk kegiatan
pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah
tangga, dan perkantoran. Sementara untuk Kabupaten Rokan Hulu sendiri belum
mempunyai peraturan pengelolaan dan pengolahan terkait air limbah domestik
(dapat dilihat pada tabel 3.5).
Tabel 3.4
Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan air limbah
domestik
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah
FUNGSI
Kabupaten/Kot Swasta Masyarakat
a
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan air limbah domestik
skala kab/kota
Menyusun rencana program air limbah domestik
dalam rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program air limbah
domestik dalam rangka pencapaian target
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah
domestik
Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan
awal (Tangki Septik)
Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik
ke IPLT (truk tinja)
Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah
dari sumber ke IPAL (pipa kolektor)
Membangun sarana IPLT dan atau IPAL
PENGELOLAAN
Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja
Mengelola IPLT dan atau IPAL
Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur
tinja
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah
domestik, dan atau penyedotan air limbah domestic
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah
FUNGSI
Kabupaten/Kot Swasta Masyarakat
a
bangunan (tangki septik, dan saluran drainase
perkotaan) dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah
domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll)
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan
dalam hal pengelolaan air limbah domestik
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan
air limbah domestik
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian
target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah
domestic
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau
menampung serta mengelola keluhan atas layanan air
limbah domestik
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku
mutu air limbah domestik
Sumber : Kajian Studi Primer dan analisis Buku Putih Sanitasi Kabupaten Rokan
Hulu Tahun 2015
Tabel 3.5
Daftar peraturan terkait air limbah domestik Kabupaten Rokan Hulu
Ketersediaan Pelaksanaan
Belum Tidak
Ada Efektif Keteran
Substansi Tidak Efektif Efektif
(Sebutk Dilaksana gan
Ada Dilaksana Dilaksana
an) kan
kan kan
AIR LIMBAH DOMESTIK
Target capaian
Ketersediaan Pelaksanaan
Belum Tidak
Ada Efektif Keteran
Substansi Tidak Efektif Efektif
(Sebutk Dilaksana gan
Ada Dilaksana Dilaksana
an) kan
kan kan
pelayanan pengelolaan
air limbah domestik di
Kab/Kota ini
Kewajiban dan sanksi
bagi Pemerintah
Kab/Kota dalam
penyediaan layanan
pengelolaan air limbah
domestic
Kewajiban dan sanksi
bagi Pemerintah
Kab/Kota dalam
memberdayakan
masyarakat dan badan
usaha dalam
pengelolaan air limbah
domestic
Kewajiban dan sanksi
bagi masyarakat dan
atau pengembang untuk
menyediakan sarana
pengelolaan air limbah
domestik di hunian
rumah
Kewajiban dan sanksi
bagi industry rumah
tangga untuk
menyediakan sarana
pengelolaan air limbah
domestik di tempat
usaha
Ketersediaan Pelaksanaan
Belum Tidak
Ada Efektif Keteran
Substansi Tidak Efektif Efektif
(Sebutk Dilaksana gan
Ada Dilaksana Dilaksana
an) kan
kan kan
Kewajiban dan sanksi
bagi kantor untuk
menyediakan sarana
pengelolaan air limbah
domestik di tempat
usaha
Kewajiban penyedotan
air limbah domestik
untuk masyarakat,
industri rumah tangga,
dan kantor pemilik
tangki septik
20.50
Tangki septik
.08 Pipa sewer
1.00 Cubluk/lobang tanah
2.00 Langsung ke drainase
.33 Sungai/danau/pantai
58.75 Kolam/sawah
15.75 Kebun/tanah lapang
Tidak tahu
1.58
18.42
Tidak aman
Suspek aman
81.58
Sumber : Hasil analisis studi EHRA
Gambar 3.8
Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik ( Black Water ) Kabupaten Rokan Hulu
Dari tabel 3.6 tersebut diatas, dapat dilihat bahwa pada masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu masih
terdapat masyarakat yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Dengan jumlah keseluruhan Kepala Keluarga (KK) yang
masih melakukan BABS di Kabupaten Rokan Hulu sebanyak 44.324 KK.
Sarana yang digunakan secara keseluruhan merupakan onsite system yang masih bersifat individual. Sarana tersebut seperti
cubluk dengan tangki septik tidak aman, jumlah KK yang masih menggunakan sistem ini sebanyak 148 KK, jamban keluarga dengan
tangki septik aman jumlah KK yang menggunakan sistem ini sebanyak 39.964 KK sedangkan jumlah KK yang menggunakan MCK
umum/jamban bersama sebanyak 22 KK.
Untuk sarana Onsite sistem yang berbasis komunal seperti MCK++, jumlah KK yang menggunakan sistem MCK++ sebanyak
2363 KK. Sedangkan untuk tangki septik komunal, jumlah KK yang menggunakan sistem ini sebanyak 1220 KK sedangkan fasilitasi
IPAL komunal untuk wilayah Kabupaten Rokan Hulu belum ada. Offsite sistem untuk kawasan terpusat yang terhubung langsung ke
sambungan rumah pun belum ada.
Tabel 3.7
Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik
Kondisi
Satu Jumlah/ Tdk
No Jenis Keterangan
an Kapasitas Berfungsi berfungs
i
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
Sistem Onsite
1 Berbasis komunal
- IPAL Komunal Tidak Ada
unit
- MCK ++ unit 58 berfungsi
- Tangki septik komunal 163 berfungsi
unit
2. Truk Tinja unit - Tidak ada
M3/
3 IPLT : kapasitas - Tidak ada
hari
Sistem Offsite - Tidak ada
4 IPAL Kawasan/Terpusat
Tidak ada
M3/
- Kapasitas - Tidak ada
hari
- Sistem - Tidak ada
Sumber : Data Sekunder, wawancara dengan SKPD dan kunjungan
lapangan ( 2015 )
Sumber Data : Data Sekunder, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan
Dari tabel 3.8 tersebut diatas menjelaskan bahwa kegiatan / program yang
telah dilaksanakan di Kabupaten Rokan Hulu dimulai sejak tahun 2010 dimana dapat
kita lihat pada penjelasan dibawah ini :
Sumber Data : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan
Melalui Program PPIP maupun dari program RIS – PNPM di Kabupaten Rokan Hulu yang dimulai dari tahun 2010 sampai pada
tahun 2014 telah membangun sebanyak 29 unit MCK, 6 unit Sarana Air Bersih, 20 unit Sumur Bor, 2 unit Sumur Artesis dan 2 unit
Sumur Gali Katrol Manual. Pengelolaan terhadap MCK yang telah dibangun oleh Pemerintah Daerah dilakukan oleh masyarakat
melalui Kelembagaan Swadaya Masyarakat (KSM) yang telah dibentuk.
3.3.4 Komunikasi dan Media
Gambar 3.9
Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di kabupaten
19%
Tidak Ada
5% Stop BAB Sembarangan
Cuci Tangan Pakai Sabun
Air Limbah dan Jamban
52% Keluarga
7%
Air Bersih
Masalah Sampah dan
Kebersihan Lingkungan
7%
10%
Sumber : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD
Tabel 3.10
Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Rokan
Hulu
Tahun Jenis Kegiatan / Volume
Nama
N Mulai Kontribusi Potensi
Provider / Mitra
o Operasi / terhadap Jumlah Satuan Kerjasama
Potensial
Kontribusi Sanitasi
1
2
3
4
5
Oleh karena itu, strategi yang perlu disusun terkait dalam mendorong dan
mengikutsertakan keterlibatan pihak swasta dalam sektor Air Limbah di Kabupaten
Rokan Hulu adalah sebagai berikut :
1 Membuka kesempatan dan mendorong dunia usaha untuk dapat berkontribusi
dan bahkan terlibat langsung dalam usaha pengelolaan air limbah domestik.
2 Mengoptimalkan keterlibatan dunia usaha dan perorangan dalam keterlibatan
sektor swasta dalam pengelolaan air limbah domestik oleh pemerintah daerah
3 Menciptakan iklim investasi bagi dunia usaha dalam penyediaan sarana dan
prasarana pengelolaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
4 Meningkatkan keterlibatan dunia usaha melalui program CSR (Corporate
Social Responsibility) pada sub sektor pengelolaan air limbah domestik
5 Penyusunan regulasi khusus keterlibatan sektor swasta pada sub sektor
pengelolaan air limbah domestik.
Sumber : Pokja Air Minum & Penyehatan Lingkungan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2011 – 2015 ( diolah )
Tabel 3.12
Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah
Sumber : Pokja Air Minum & Penyehatan Lingkungan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2011 – 2015 ( diolah )
Potensi retribusi pengelolaan air limbah domestik sangatlah tinggi
apabila menggunakan asumsi bisa dihitung dari jumlah kepala keluarga
(KK) yang mempunyai tangki septik melalui kegiatan penyedotan lumpur
tinja. Setiap tahunnya, retribusi ini sebenarnya bisa diandalkan sebagai
pendapatan asli daerah ( PAD ) bagi APBD Kabupaten Rokan Hulu. Dari
perhitungan menggunakan asumsi tersebut pertumbuhan, potensi retribusi
yang di dapat dari komponen air limbah domestik tersebut sebanyak
102,92%.
No Permasalahan Mendesak
5.2.1 Kelembagaan
Sumber : Survey kelembagaan, diskusi dan analisis Buku Putih Sanitasi Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2015
5.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
Tiap hari
50.0 50.0 Tidak pernah
Pengumpulan
1
Setempat
- Gerobak unit - - Tidak ada
- Becak/Becak
unit 2 1 berfungsi -
Motor
Penampungan
2
Sementara
- Bak Biasa unit 9 - berfungsi -
- Container unit - - Tidak ada
- Transfer Depo unit - - Tidak ada
3. Pengangkutan
- Dump Truck unit 8 2 berfungsi -
- Pick Up unit 3 2 berfungsi
- Arm Roll Truck unit 2 1 berfungsi
- Compaction Truck unit - - Tidak ada
(Semi) Pengolahan
4
Akhir Terpusat
- TPS 3R unit - - Tidak ada
- SPA (stasiun
unit - - Tidak ada
peralihan antara)
5 TPA/TPA Regional
- Sanitary landfill Ha - - Tidak ada
- Controlled landfill Ha - - Tidak ada
- Open dumping Ha 10 2 berfungsi
6 Alat Berat
- Bulldozerl unit - - Tidak ada
- Whell/truck loader unit - - Tidak ada
- Excavator /
unit 2 - berfungsi -
backhoe
7 IPL
- sistem - - Tidak ada
IPL: Instalasi Pengolahan Lindi
Sumber Data : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Rokan Hulu 2015
Kondisi prasarana dan sarana persampahan di Kabupaten Rokan
Hulu di jelas melalui tabel 3.17. Sarana yang telah ada tersebut antara lain;
becak motor sebanyak 2 unit beroperasi setiap harinya 1 ritase dengan
kondisi keseluruhannya masih bersfungsi dengan baik. Penampungan
sementara terdiri dari bak biasa sebanyak 9 unit dengan kondisi masih
berfungsi. Sarana pengangkutan berupa dump truck sebanyak 8 unit
dioperasikan 2 ritasi perhari dengan kondisi masih berfungsi. Sarana
pengolahan akhir terpusat (semi) TPS 3R belum ada. Di Kabupaten Rokan
Hulu, Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah terdapat 2 unit yaitu 1 unit
di Kecamatan Rambah dan 1 unit lagi di Kecamatan Ujung Batu. Kedua
TPA yang terdapat di Kabupaten Rokan Hulu masih menggunakan sistem
open dumping sehingga perlu dilakukan perubahan sistem pemrosesan
dengan sistem sanitary landfill. Dari 10 Ha luas lahan TPA yang ada, lahan
yang digunakan saat sekarang ini seluas 1,4 Ha. Kondisi TPA sekarang ini
masih berfungsi dengan sangat baik. Untuk pengoperasian pengolahan
sampah di TPA terdapat 1 unit alat berat yaitu excavator dengan kondisi
yang berfungsi dengan baik di setiap TPA.
Total
Sumber Data : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Rokan Hulu
2015
Gambar 3.13
Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten
Rokan Hulu
19%
Tidak Ada
5% Stop BAB Sembarangan
Cuci Tangan Pakai Sabun
Air Limbah dan Jamban
52% Keluarga
7%
Air Bersih
Masalah Sampah dan
Kebersihan Lingkungan
7%
10%
Sumber : Data Sekunder, wawancara dengan SKPD
Sumber : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan
Tabel 3.23
Permasalahan Mendesak
No Permasalahan Mendesak
5.3.1 Kelembagaan
Sumber : Survey kelembagaan, diskusi dan analisis Buku Putih Sanitasi Kabupaten
Rokan Hulu Tahun 2015
Gambar 3.14
Grafik persentase rumah tangga yang mengalami banjir rutin
39.55
Ya
Tidak
60.45
Tabel 3.27
Kondisi sarana dan prasarana drainase di Kabupaten/Kota
Satu Kondisi Frekuensi
Jenis Prasarana / an Jumlah/ Berfung Tdk Pemeliharaan
No
Sarana Kapasitas si berfungs (kali/tahun)
i
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
1 Saluran Primer
Saluran
2
Sekunder
- Bangunan
3.
Pelengkap
Rumah Pompa unit - - - -
- Pintu Air unit - - - -
Sumber : Dinas Tata Ruang & Cipta Karya (TRCK) Kabupaten Rokan Hulu 2015
19%
Tidak Ada
5% Stop BAB Sembarangan
Cuci Tangan Pakai Sabun
Air Limbah dan Jamban
52% Keluarga
7%
Air Bersih
Masalah Sampah dan
Kebersihan Lingkungan
7%
10%
Tabel 3.30
Penyedia layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di
Kabupaten/Kota
Jenis
Tahun
kegiatan/
Nama mulai Potensi
N Kontribu Volum
Provider/Mit operasi/ Kerjasam
o si e
ra Potensial Berkontribu a
Terhadap
si
Sanitasi
Belum Belum Belum
1. Belum ada Belum ada
ada ada ada
Sumber Data : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan
kunjungan lapangan
Tabel 3.32
Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Perkotaan
TAHUN PERTUMBUHAN
No. SKPD
2015 2014 2013 2012 2011 (%)
3. Retribusi Drainase - - - - - 0.00%
3.a. Realisasi Retribusi - - - - - -
3.b. Potensi Retribusi - - - - - -
Sumber : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan
Dari tabel 3.32 tersebut dijelaskan bahwa di Kabupaten Rokan Hulu
belum ada potensi retribusi pengelolaan drainase untuk menambah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga belum ada pemasukan ataupun
potensi dari retribusi pengelolaan drainase.
No Permasalahan Mendesak
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar
mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia.
Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk
cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar
untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi
kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan
penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola
untuk mengurangi pencemaran. Dalam dunia arsitektur ada metode yang
bisa diterapkan dalam merencanakan pengolahan limbah rumah tangga
yaitu dengan :
1) Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik
air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2) Tidak mengotori permukaan tanah.
3) Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4) Mencegah berkembang biaknya lalat dan Rokan Hulu lain.
5) Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6) Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah
didapat dan murah.
7) Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana adalah pengelolaan dengan
menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir
dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap
yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari
bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di
mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan
dibuang.
Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik
melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara
tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan
tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di
daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Industri rumah tangga seperti industri tempe, tahu, rumah makan,
dan lain-lain perlu dikelola. Limbah dari industri rumah tangga tersebut
menimbulkan bau yang tidak enak dan mengganggu lingkungan sekitarnya.
Salah satu cara mengelola limbah industri rumah tangga adalah
dengan membuat 3 bak. Ketiga bak tersebut digunakan sebagai tempat
pengendapan limbah secara bertahap. Dengan demikian air limbah yang
keluar dari bak terakhir sudah tidak membahayakan lagi.
Air limbah dapat berupa limbah dari pabrik roti, tahu/tempe,
meuble, kue, dodol, dsb. Kotoran air limbah yang masuk ke bak I, akan
mengapung. Pada bagian bawah limbah melalui pipa akan terus mengalir ke
bak II. Lemak akan tertinggal dan akan menempel pada dinding. Untuk
mengambil lemak perlu diserok. Dalam Bak II limbah akan mengalami
pengendapan, terus ke bak III begitu juga. Dari pipa pralon pada bak III air
limbah akan keluar dan sudah tidak membahayakan lagi. Untuk membawa
lumpur diperlukan kecepatan 0.1 m/detik dan untuk membawa pasir kasar
perlu kecepatan 0,2 m/detik.
Tabel 3.35
Jumlah
Jenis Industri Jenis Kapasitas
Lokasi industri
Rumah Tangga Pengolahan (m3/hari)
RT
Tabel 3.36
Jenis
Pengolahan Kapasitas
Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi
Limbah (m3/hari)
Medis