Anda di halaman 1dari 8

1.

Gingivitis

 Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang disebabkan oleh penumpukan plak,
kalkulus, hormon, konsumsi obat-obatan tertentu serta infeksi bakteri seperti bakteri
Fussobacterium nucleatum, Prevotella intermedia dan Porphyromonas gingivalis
(Moree et al., 1982) dan merupakan penyakit periodontal yang paling sering dijumpai
baik pada usia muda maupun dewasa. Terjadi sebagai respon terhadap bakteri, plak
dan apabila berlanjut akan menyebabkan terbentuknya poket periodontal. Keadaan ini
berhubungan dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut, semakin buruk tingkat
kebersihan gigi dan mulutnya maka semakin mudah terserang gingivitis. Penyebab
utama gingivitis pada anak yaitu plak gigi yang disebabkan oleh karena kebersihan
mulut yang buruk dan posisi gigi yang tidak teratur

 Faktor-faktor etiologi penyakit gingiva dapat diklasifikasikan dengan berbagai dan


berdasarkan keberadaannya menurut Dalimunte (1996), faktor tersebut dapat
diklasifikasikan atas:

a. Faktor lokal
1) Dental plaque adalah deposit lunak yang membektuk biofilm yang menumpuk
kepermukaan gigi atau permukaan keras lainnya dirongga mulut seperti restorasi
lepasan dan cekat.
2) Dental calculus adalah massa terkalsifikasi yang melekat kepermukaan gigi asli
maupun gigi tiruan. Biasanya calculus terdiri dari plaque bakteri yang telah
mengalami mineralisasi. Berdasarkan lokasi perlekatannya di kaitkan dengan tepi
gingiva, calculus dapat dibedakan atas calculus supragingiva dan subgingiva.
3) Material alba adalah deposit lunak, bersifat melekat, berwarna kuning atau putih
keabu-abuan, dan daya melekatnya lebih rendah dibandingkan plaque dental.
4) Dental stain adalah deposit berfigmen pada permukaan gigi.
5) Debris /sisa makanan

b. Faktor sistemik
Faktor-faktor sistemik adalah faktor yang diubungkan dengan kondisi tubuh, yang
dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal.
Faktor-faktor sistemik tersebut adalah :
1)Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi: pubertas, kehamilan, dan monopouse
2)  Gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin
3)  Defisiensi protein serta obat-obatan meliputi :obat-obatan yang menyebabkan
hyperplasia gingiva non imflamatoris dan kontrasepsi hormonal.
4)  Penyakit hematologis: leukimia dan anemia.

 Menurut Rosad (2008) klasifikasi gingivitis berdasarkan keparahannya dibedakan


menjadi 2:
1) Gingivitis Akut

Gambaran klinis pada gingivitis akut adalah pembengkakan yang berasal dari peradangan
akut dan gingiva yang lunak. Debris yang berwarna keabu-abuan dengan pembentukan
membran yang terdiri dari bakteri, leukosit polimorfonuklear dan degenarasi epitel fibrous.
Pada gingivitis akut terjadi pembentukan vesikel dengan edema interseluler dan intraseluler
dengan degenarasi nukleus dan sitoplasma serta rupture dinding sel.
2) Gingivitis Kronis
Gambaran gingivitis kronis adalah pembengkakan lunak yang dapat

membentuk cekungan sewaktu ditekan yang terlihat infiltrasi cairan dan eksudat pada
peradangan. Pada saat dilakukan probing terjadi perdarahan dan permukaan gingiva tampak
kemerahan.

Degenerasi jaringan konektif dan epitel dapat memicu peradangan dan perubahan pada
jaringan tersebut. Jaringan konektif yang mengalami pembengkakan dan peradangan
sehingga meluas sampai ke permukaan jaringan epitel. Penebalan epitel, edema dan invasi
leukosit dipisahkan oleh daerah yang mengalami elongasi terhadap jaringan konektif.

Konsistensi kaku dan kasar dalam mikroskopis nampak fibrosis dan proliferasi epitel adalah
akibat dari peradangan kronis yang berkepanjangan.

Adam Malik Hamudeng. Gambaran gingivitis pada anak Sekolah Dasar di Kota Makassar
(Description of gingivitis in elementary school in Makassar). Departemen Ilmu Kedokteran
Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar Indonesia

MG EL YUSSA, 2018. http://repository.unimus.ac.id/2106/3/7.%20BAB%20II.pdf


2. Gingival Enlargement (Pembesaran Gingival)

Gingival enlargement atau sering dikenal dengan pembesaran gingival adalah jaringan gusi
membesar secara berlebihan diantara gigi dan atau pada daerah leher gigi atau suatu
peradangan pada gingiva yang disebabkan oleh banyak faktor baik faktor lokal maupun sistemik,
yang paling utama adalah faktor lokal yaitu plak bakteri. Tanda klinis yang muncul yaitu gingiva
membesar, halus, mengkilat, konsistensi lunak, warna merah dan pinggirannya tampak membulat. Hal
ini menimbulkan estetik yang kurang baik, sehingga memerlukan perawatan yaitu gingivektomi.
Pembesaran gingiva merupakan hasil dari perubahan inflamsi akut atau kronis. Perubahan kronis lebih
umum terjadi. Gambaran klinis inflamasi kronis pembesaran gingiva adalah pada tahap awal
merupakan tonjolan sekitar gigi pada papila dan marginal gingival. Tonjolan tersebut dapat bertambah
ukurannya sampai menutup mahkota. Bisa secara lokal ataupun general dan progresnya lambat dan
tidak sakit, kecuali pada infeksi akut atau trauma . Penyebabnya plak gigi yang terekspos dalam
jangka lama.

Klasifikasi gingival enlargement sebagai berikut :


1. Pembesaran gingiva akibat inflamasi (Inflammatory enlargement):
a. Kronik
b. Akut
2. Pembesaran gingiva akibat obat-obatan (Drug-induced enlargement):
a. Antikonvulsan
b. Immunosupresan
c. Calcium channel blocker
3. Pembesaran gingiva terkait dengan penyakit sistemik atau kondisi tertentu:
a. Conditioned enlargement
 Kehamilan
 Pubertas
 Defisiensi vitamin C
 Gingivitis sel plasma
 Granuloma pyogenik
b. Penyakit sistemik yang menyebabkan pembesaran gingiva
 Leukemia
 Penyakit granulomatous (Wegener’s granulomatosis, sarcoidosis)
c. Pembesaran neoplastik (tumor gingiva)
d. Tumor jinak (benign tumor)
e. Tumor ganas (malignant tumor)
f. Pembesaran palsu (false enlargement)
 
Berdasarkan lokasi dan distribusi, pembesaran gingiva ditetapkan sebagai berikut:
Localized : Terbatas pada gingiva yang mencakup satu gigi beberapa gigi
Generalized : Melibatkan gingiva seluruh rongga mulut
Marginal : Terbatas pada margin gingiva
Papillary : Terbatas pada papilla interdental
Diffuse : Melibatkan margin gingiva, attached gingiva dan papilla
Discrete : Sessile yang terisolasi, pembesaran seperti tumor
 
Ika Andriani, Mutiara Medika Vol. 9 No. 1;69-73 Januari 2009. Perawatan Pembersaran
Gingiva dengan Gingivektomi. Periodonsia, Prodi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Clinical periodontology 11th 9th ed. Philadelphia:
WB Saunders Co; 2012.
http://eprints.undip.ac.id/44869/3/Riva_Irlinda_22010110110073_BabIIKTI.pdf

3. Definisi Herpes

Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat menginfeksi

manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan munculnya lepuhan kulit dan kulit

kering. Jenis virus herpes yang paling terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV.

Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi pada daerah mulut, wajah, dan kelamin

(herpes genitalia). Herpes merupakan kondisi jangka Panjang. Akan tetapi, banyak orang

yang tidak memunculkan gejala herpes padahal mereka memiliki virus herpes di dalam

tubuhnya. (Monica Shendy, 2016)

Herpes kemaluan (genital herpes) adalah lepuhan atau sores pada kemaluan. Ini

disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) Tipe I atau Tipe II. HSV Tipe I lebih

banyak di mulut (cold sores) dan HSV Tipe II di kemaluan. Kedua virus ini dapat

menginfeksi mulut dan daerah kemaluan.(Monica Shendy, 2016)

Klasifikasi Herpes

 Herpes Zoster /Varicella Zoster Virus (VZV)


Herpes zoster yang sering disebut dengan istilah shingles adalah penyakit yang

disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV), dengan manifestasi klinis berupa nyeri

disertai blister yang muncul mengikuti dermatom saraf dan sering terbatas pada area

di satu sisi tubuh dan membentuk garis. Infeksi awal herpes zoster adalah varicella

atau cacar air yang biasanya menyerang pada usia anak hingga remaja. Setelah

varicella sembuh, virus ini akan dalam keadaan dorman di ganglion saraf dan dapat

teraktivasi menimbulkan herpes zoster apabila imunitas menurun (CDC,2008).

Varicella zoster virus (VZV) adalah virus yang menyebabkan cacar air

(chicken pox) dan herpes zoster (shingles). Herpes zoster Varicella zoster adalah virus

yang hanya dapat hidup di manusia dan primata ;(simian). Pertikel virus (virion)

varicella zoster memiliki ukuran 120-300 nm. Virus ini memiliki 69 daerah yang

mengkodekan gen-gen tertentu sedangkan genom virus ini berukuran 125 kb

(kilobasa). Komposisi virion adalah berupa kapsid, selubung virus, dan nukleokapsid

yang berfungsi untuk melindungi inti berisi DNA double stranded genom.

Nukleokapsid memiliki bentuk ikosahedral, memiliki diameter 100-110 nm, dan

terdiri dari 162 protein yang dikenal dengan istilah kapsomer. Virus ini akan

mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 °C dan menjadi tidak berbahaya apabila bagian

amplop virus ini rusak. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui pernapasan dan

melalui vesikel pada kulit pada penderita .

 Herpes Simplex Virus 1 (HSV 1)

Infeksi Herpes Simpleks Virus 1 (HSV 1) pada rongga mulut merupakan suatu

penyakit yang diawali gejala prodromal yaitu demam diikuti munculnya vesikel pada

wajah, mukosa mulut, dan bibir. HSV 1 bersifat laten di dalam tubuh dan dapat

rekuren yang dipicu oleh paparan sinar matahari, stres emosional, kondisi

imunosupresi, kelainan hormonal dan trauma saraf. Herpes Simpleks Keratitis (HSK)
merupakan salah satu penyebab kerusakan kornea. HSK terjadi akibat infeksi Herpes

Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). HSK memiliki manifestasi klinik dari epitel sampai

endotel. Diagnosis didukung dengan penurunan sensibilitas kornea, pemeriksaan

Giemsa dan Papaniculou. ( Raihana Rustam, 2018)

 Herpes Simplex Virus 2 (HSV 2)

Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah

orolabial atau herpes orolabialis serta daerah genital dan sekitarnya atau herpes

genitalis, dengan gejala khas berupa adanya vesikel berkelompok di atas dasar makula

eritematosa. Herpes simpleks genitalis merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual

(IMS) yang paling sering menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering

berulang (rekuren), juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang

tanpa gejala atau asimtomatis. Kata herpes dapat diartikan sebagai merangkak atau

maju perlahan (creep or crawl) untuk menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi

herpes simpleks genitalis.Gejala herpes meliputi lecet, bisul, nyeri saat buang air

kecil, dan keputihan. (Laissa Bonita, 2017)

https://www.academia.edu/40689494/Makalah_Herpes?auto=download

4. DEFINISI ACUTE NECROTIZING ULCERATIVE GINGIVITIS (ANUG)

Infeksi yang merusak jaringan, terutama pada gingiva interdental dan

marginal, yang ditandai oleh hilangnya sebagian dari papilla interdental, perdarahan

gingiva dan rasa sakit. Trench mouth (infeksi Vincent gingivitis ulserativa nekrotik

akut) adalah suatu infeksi gusi yang tidakmenular dan terasa nyeri, menyebabkan

nyeri, demam dan kelelahan.

.Necrotizing gingivitis ulseratif (NUG) adalah suatu kondisi yang

mempengaruhi gusi yang disebabkan oleh infeksi bakteri/mikroba yang mengganggu


respon host. Ini adalah bentuk penyakit periodontal (gusi). Tapi tidak seperti

gingivitis bentuk lain, biasanya anug berkembang cepat dan menyebabkan sedang

sakit parah. “Necrotizing" berarti bahwa kondisitersebut terjadi kerusakan jaringan.

"Ulseratif" mengacu pada luka yang dapat muncul pada gusi. Kondisi ini dulu dikenal

sebagai akut gingivitis ulseratif nekrosis (ANUG) dan penyakit Vincen. Selama

Perang Dunia I, ANUG dikenal sebagai penyakit mulut karena banyak tentara

menderita itu https://www.slideshare.net/100007202070961/acute-necrotizing-

ulceration-ginggivitis?from_action=save

5. Gingivitis Erupsi (Eruption Gingivitis)

Merupakan peradangan yangterjadi di sekitar gigi yang sedang erupsi dan berkurang setelah

gigi tumbuh sempurna dalam rongga mulut, sering terjadi pada anak usia 6-7 tahun ketika

gigi permanen mulai erupsi. Eruption gingivitis berkaitan dengan akumulasi plaque.

Gingivitis erupsi, istilah ini digunakan untuk menggambarkan bentuk reaksi inflamasi

gingiva yang lebih intens di sekitar gigi permanen yang sedang tumbuh. Di area gigi sulung

yang lepas dan gigi permanen yang erupsi, terdapat risiko besar terjadinya penumpukan plak,

karena pembersihan gigi mungkin sulit atau bahkan tidak menyenangkan untuk dilakukan,

yang menyebabkan reaksi inflamasi. Lebih lanjut, respons gingiva kadang-kadang terlihat

tidak proporsional dengan derajat iritasi bakteri, yang menunjukkan bahwa faktor lain

mengubah respons inflamasi. Telah dibuktikan bahwa selama fase erupsi, epitel menampilkan

perubahan degeneratif di tempat fusi antara epitel gigi dan mulut. Hal ini menunjukkan titik

lemah pada penghalang epitel, dan peningkatan permeabilitas dari epitel junctional yang baru

terbentuk dapat membuat area tersebut sangat rentan terhadap akumulasi bakteri. Faktor

penting lainnya adalah setelah inflamasi gingiva terjadi, epitel gigi yang panjang dari gigi

yang erupsi dapat terpisah dari email, menciptakan relung untuk bakteri patogen dan risiko
keterlibatan jaringan yang lebih dalam. Pembentukan plak subgingiva seperti itu dapat

menjelaskan mengapa reaksi inflamasi gingiva pada gigi yang erupsi seringkali lebih sulit

disembuhkan daripada pada gigi yang erupsi penuh

Koch, Goran, Poulsen, Sven. 2008. Pediatric Dentistry A clinical approach Second edition.
Blackwell Publishing Ltd. Page 180

6. Gingival fibromatosis

Gingival fibromatosis adalah suatu pembesaran fibrosis secara progesif yang jarang dari
gingiva. Keadaan tersebut timbul pada masa kanak-kanak dan menjadi lebih menonjol
dengan bertambahnya usia. Pembesaran itu biasanya menyeluruh tanpa radang, mengenai
permukaan bukal dan lingual dari kedua rahang dengan seimbang. Ada 2 macam fibromatosis
gingiva yaitu menyeluruh dan setempat. Jenis menyeluruh bernodula, batasnya tidak jelas,
menunjukkan daerah-daerah pertumbuhan gingiva yang globuler yang bergabung dan
akhirnya menutupi mahkota gigi-gigi.

Lenni Indriani Hatta. Penanganan hyperplasia fibromatosis gingiva. Bagian ilmu Material dan
Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universiras Hasanuddin Makassar,
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai