Anda di halaman 1dari 12

Antigen (imunogen)

Antigen merupakan zat yang merangsang respons imunitas, terutama dalam


menghasilkan antibodi. Antibodi yang dihasilkan berupa zat molekul besar seperti
protein dan polisakarida, contohnya permukaan bakteri. Antigen dapat berupa
bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker, atau racun.

Bagian-bagian antigen

Antigen memiliki 2 bagian yang harus kamu ketahui. Kedua bagian tersebut adalah
epitop dan hapten.   

1. Determinan antigen (epitop)

Epitop merupakan bagian antigen yang dapat membangkitkan respons imunitas,


atau dengan kata lain, dapat menginduksi pembentukan antibodi. Satu antigen
tersusun dari 2 atau lebih molekul epitop. 

2. Hapten

Hapten adalah molekul kecil yang hanya bisa menginduksi produksi antibodi jika
bergabung dengan carrier yang bermolekul besar. Oleh karena itu, hapten memiliki
sifat imunogenik. Hapten dapat berupa obat, antibiotik, dan kosmetik.

Antibodi (imunoglobulin)

Antibodi atau imunoglobulin adalah protein larut yang dihasilkan oleh sistem
imunitas sebagai respons terhadap keberadaan suatu antigen dan akan bereaksi
dengan antigen tersebut. Ada lima kelas imunoglobulin yang harus kamu ketahui
nih. Yuk, belajar bersama-sama! 

IgG

IgG berjumlah paling banyak (80%) dan akan lebih besar pada kontak ke 2, 3, dan
seterusnya. IgG dapat menembus plasenta dan memberikan imunitas pada bayi.
Selain itu, IgG juga merupakan pelindung terhadap mikroorganisme dan toksin,
dapat mengaktivasi komplemen, dan dapat meningkatkan efektivitas sel fagositik.

IgA

Berjumlah 15%, IgA dapat ditemukan pada zat sekresi seperti keringat, ludah, air
mata, ASI, dan sekresi usus. IgA berfungsi untuk melawan mikroorganisme yang
masuk ke dalam tubuh.

IgM

IgM adalah antibodi yang pertama kali tiba di lokasi infeksi, menetap di pembuluh
darah dan tidak masuk ke jaringan. IgM berumur pendek dan berfungsi untuk
mengaktivitasi komplemen dan memperbanyak fagositosis.
IgD

IgD memiliki fungsi memicu respons imunitas dan banyak ditemukan di limfosit B.
Meskipun demikian, IgD berjumlah sedikit pada limpa dan serum darah.

IgE

Antibodi ini terikat pada reseptor sel mastdan basofil. IgE menyebabkan pelepasan
histamin dan mediator kimia lainnya. Selain itu, IgE banyak ditemukan dalam darah
dengan konsentrasi rendah dan kadarnya meningkat ketika bereaksi terhadap alergi.

Interaksi Antibodi dan Antigen

Tahukah kamu? Antibodi memiliki sisi pengikat antigen pada daerah variabel dan
antigen memiliki sisi penghubung determinan (epitop). Oleh karena itu, kedua sisi
akan berikatan membentuk kompleks antigen dan antibodi. Nah, mekanisme
pengikatan antibodi ke antigen dapat melalui beberapa cara, lho. Yuk kita simak satu
persatu!

1. Fiksasi komplemen

Dalam fiksasi komplemen terjadi aktivasi sistem komplemen oleh kompleks antigen-
antibodi. Komplemen memiliki 20 protein serum yang berbeda. Ketika infeksi, protein
serum pertama teraktivasi dan mengaktifkan protein serum selanjutnya secara jalur
berantai (efek domino). Hasil reaksi komplemen tersebut akan melisiskan sel-sel
patogen dan virus. Fiksasi komplemen menghasilkan 2 jenis efek yang disebut
dengan sitolisis dan inflamasi. Seperti apa, ya? Simak gambar di bawah ini, ya! 

2. Netralisasi
Netralisasi menyebabkan antibodi menutup sisi penghubung determinan antigen,
sehingga antigen tidak berbahaya dan akhirnya dapat dicerna oleh sel fagosit.

3. Aglutinasi (penggumpalan)

Yang dimaksud dengan aglutinasi adalah kondisi ketika satu antibodi memiliki
minimal 2 pengikatan. Semua sisi pengikatan tersebut berikatan dengan antigen
berupa materi partikel seperti sel darah merah atau bakteri. Oleh karena itu,
kompleks besar dengan mudah difagosit oleh makrofag.

4. Presipitasi (pengendapan) 

Presipitasi adalah pengikatan silang molekul-molekul antigen yang terlarut dalam


cairan tubuh. Setelah terendapkan, antigen dikeluarkan dan dibuang melalui
fagositosis.

Pengertian Antibodi, Sifat, Fungsi, Struktur dan Jenisnya Lengkap


Membahas antibodi tidak jauh dari sistem kekebalan tubuh manusia. Lalu apa
definisinya secara lengkap? Bagaimana sifat-sifat antibodi? berikut ini
penjelasannya.

Pengertian Antibodi
Antibodi merupakan suatu senyawa glikoprotein yang mempunyai struktur tertentu
dan disekresikan oleh sel B yang sudah teraktivasi menajdi sel plasman, berupa
respon dari antigen tertentu dan reaktip atas antigen itu sendiri.

Sistem kekebalan tubuh (imunitas) manusia diatur oleh kemmapuan tubuh dalam
menghasilkan antibodi dalam melawan antigen. Antibodi dapat dijumpai di area
darah atau kelenjar tubuh vertebrata lain. Selain itu juga dipakai oleh sistem
kekebalan tubuh dalam melakukan identifikasi dan penetralan benda asing
contohnya bakteri dan virus.

Molekul antibodi beredar pada pembuluh dara dan masuk di jaringan tubuh dengan
melakukan proses peradangan. Antibodi tersusun atas struktur dasar yang
dinamakan dengan rantai, masing-masing antibodi mempunyai dua rantai besar dan
dua rantai ringan. Antibodi sering juga disebut dengan immunoglobulin.

Di awal ketika zat asing masuk, secara otomatis monosit akan langsung menyerang
zat itu dengan dibantu oleh netrophil. Setelah itu, monosif yang sudah membunuh
zat tadi langsung mengirimkannya ke limfosit B agar didata dan dibuatkan antibodi
untuk jenis zat asing yang sudah mati.

Kemudian antibodi yang sudah terbentuk, untuk selanjutnya limfosit T yang akan
memastikan antibodi tadi telah ada dipermukaan sel-sel tubuh.

Pada saat adanya benda asing masuk, maka diperlukan waktu antara 10 hingga 14
hari supaya antibodi zat tersebut dapat terbentuk dengan sempurna. Antibodi ini
dapat dijumpai di dalam darah dan cairan nonseluler. Masing-masing antigen yang
terbentuk sudah mempunyai kesesuaian dengan zat asing (antigen) dengan
sempurna. dapat diumpakaman sebuah antigen adalah kunci dan antibodi
merupakan gembok.

Sifat-Sifat Antibodi
Antibodi mempunyai sifat-sifat yang menjadi cirinya, yaitu:

 Diproduksi pada Reticuloendrothelial System (RES) seperti Sumsum tulang,


kelenjar limfe, hati dan lain-lain yang sesuai pada tempat pembentukan sel dara
putih.
 Memiliki sifat tidak tahan kepada sinar matahari (thermolabil). Oleh sebab itu, zat
antibodi yang sudah dibekukan harus disimpan pada lemari pendingin dan juga
tidak terpapar cahaya matahari secara langsung.
 Dapat direaksikan dengan antigen secara khusus, ibarat kunci dengan gembok.
 Dapat larut dalam darah (sel plasma)
 Tersusun atas suatu zat yang menempel pada gammaglobulin

Baca Juga:  √ Pengertian Sains Beserta Tujuan Dan Ruang Lingkupnya (Lengkap)

Selain sifat diatas, ada beberapa sifat antibodi apabila dinilai dari cara kerja setiap
jenis antibodi itu, sifat antibondi tersebut antara lain yakni:

 Presipirin
Antibodi yang memiliki sifat presipiriki akan bekerja dengan melakukan
pengendapan zat-zat asing seperti bakteri, virus, dan lain-lain.
 Lisin
Antibodi yang mempunyai sidat lisin akan bekerja dengan melakukan
penghancuran zat-zat asing yang masuk.
 Opsonin
Sifat opsopnin ini ada pada antibodi mempunyai makna bahwa antibodi itu dapat
merangsang serangan leukosif atas antigen yang masuk.
 Aglutinin
Aglutinin merupakan sifat antibodi yang bekerja dengan meluruhkan antigen,
aglutinogen, dan zat-zat asing lain.

Fungsi Antibodi
Fungsi dari antibodi antara lain sebagai berikut:
Antibodi mempunyai kemampuan dalam mengenali dan menempel atau melekat
kepada antigen yang dikenali bisa menyebabkan penyakit pada tubuh. Dalam
mengenali dan melekat dengan antigen, zat antibodi selalu berperilaku sebagai
penanda, dan kemudian akan mengirimkan sinyal pada sel darah putih yang lain
untuk menyerang zat asing tadi.

Struktur Dasar Antibodi


Struktur dasar antibodi adalah molekul protein yang bentuknya huruf Y yang
mempunyai dua rantai polipeptida berat dan dua rantai polipeptida ringan. Masing-
masing antibodi mempunyai rantai atas yang fungsinya untuk mengikat daripada
antigen.

Dengan rantai tersebut, antibodi bisa mengikatkan diri sendiri ke tubuh antigen.
Sedangkan rantai bawah antibodi fungsinya untuk menentukan bagaimana antibodi
bisa berhubungan dengan antigen. Rantai ini menjadikan antibodi dapat mengatur
dan memberi rangsangan respon imun yang tepat.

Jenis-Jenis Antibodi
Antibodi mempunyai beberapa jenis antibodi atau Imunoglobulin (Ig) yang terdapat
pada tubuh manusia, antara lain:

Imunoglobulin G (Ig)
IgG adalah antibodi yang sangat umum dan seringkali dihasilkan hanya pada
beberapa hari saja. Imunoglobulin G dapat hidup pada darah sampai beberapa hari
bahkan beberapa tahun lamanya. Antibodi IgG beredar di dalam darah kelenjar
getah bening dan usus. Ketika antigen masuk, maka antibodi ini akan memakai
aliran darah untuk menuju ke tempat lokasi masuknya antigen tadi.

IgG mempunyai efek yang tinggi dalam pertahanan tubuh atas bakteri dan virus, dan
juga menetralkan asam yang ada didalam racun antigen. Lebih dari itu, antibodi IgG
mempunyai kemampuan khusus yang dapat menembus dan menyelip antara sel-sel
dan menghilangkan bakteri yang masuk ke dalam sel dan kulit.

Antibodi jenis ini juga dapat menembus masuk pada plasenta ibu hamil untuk
melindungi janin dari kemungkinan terjadinya infeksi. Kemampuan ini dimiliki IgG
karena ukuran molekulnya yang kecil.

Imunoglobulin A (IgA)
Imunoglobulin A mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk memilih lokasi
penempatn di area tubuh yang lembab seperti air mata, ASI, air liur, darah, kantong
udara, lendir, getah lambung dan sekresi usus. Hal ini disebabkan sifatnya yang
sama seperti bakteri yang suka terhadap daerah lembab untuk dibuat markasnya.

Baca Juga:  √ Pengertian Adaptasi, Jenis Adaptasi dan Tujuan Adaptasi (Lengkap)
Imunoglobin jenis antibodi ini dapat melindungi janin dalam kandungan ibu supaya
terbebas dari kemungkinan masuknya antigen yang dapat mengakibatkan
terganggunya tubuh janin. Tetapi, antibodi IgA dalam tubuh ibu akan menghilang
ketika bayi dilahirkan. Tapi, karena adanya kandungan IgA dalam air ASI, maka bayi
tetap memperoleh perlindungan.

Imunoglobulin M (IgM)
Antibodi IgM ada didalam darah, kelenjar getah bening dan permukaan sel B.
Imunoglobulin M adalah jenis antibodi pertama yang menyerang terhadap antigen
apabila ada antigen yang masuk.

Janin dalam rahim akan memperoleh perlindungan dari IgM pada umum kehamilan
sekitar 6 bulan. Produksi IgM akan terjadi peningkatan apabila sedang bertarung
melawan antigen. Untuk itu, apabila hendak melihat apakah janin sudah terinfeksi
atau tidak, dapat dengan melihat kadar IgM dalam darah.

Imunoglobulin D (IgD)
Antibodi ini ada pada dalam darah, kelenjar getah bening, dan permukaan sel B.
Antibodi IgD tidak dapat untuk bertindak sendiri, tetapi menempel pada permukaan
sel T, menjadikan dapat membantuk sel T menangkap antigen.

Imunoglobulin E (IgE)
Imunoglobulin E beredar pada dalam darah dan mempunyai tugas dalam memanggil
pasukan lain untuk menyerang zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Antibodi ini
biasa mengakibatkan reaksi alergi dalam menjalankan tugasnya. Untuk itu, pada
orang yang sedang terkena reaksi alergi, di dalam darahnya meningkat produksi
IgE.
Reaksi Antigen dengan Antibodi
Reaksi yang terjadi pada antigen dan antibodi akan terjadi apabila terdapat zat
kuman atau bakteri (antigen) yang masuk ke dalam tubuh. Pada awalnya, ketika ada
zat asing masuk, maka monosit akan langsung menyerang zat tersebut dengan
bantuan neutrophil.

Selanjutnya monosit yang sudah membunuh zat tersebut langsung


mengantarkannya ke limfosit B untuk didata dan dibuatkan antibodi untuk jenis zat
asing yang sudah mati tersebut.

Setelah antibodi terbentuk, maka giliran limfosit T yang akan berperang untuk
memastikan antibodi tersebut sudah tertanam pada permukaan sel-sel tubuh.

Pada saat ada zat asing baru masuk, diperlukan waktu 10 hingga 14 hari agar
antibodi zat itu benar-benar terbentuk. Antibodi dapat dijumpai dalam darah, dan
cairan nonseluler. Masing-masing antigen yang terbentuk pasti mempunyai
kesesuaian dengan zat asing (antigen) yang sempurna. Tempat melekatnya antigen
pada antibodi dinamakan dengan variabel, sedangkan tempat melekatnya antibodi
pada antigen dinamakan epitope.

Sistem imun tubuh

Sistem imun atau sistem kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur biologis


lainnya yang bertanggung jawab atas imunitas, yaitu pertahanan
pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar dengan
mengenali dan membunuh patogen. Sementara itu, respons kolektif dan terkoordinasi
dari sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing disebut respons imun. Agar
dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan mengidentifikasi berbagai macam
pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri, virus sampai parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka
dari sel dan jaringanorganisme yang sehat agar tetap berfungsi secara normal.
Manusia dan vertebrata berahang lainnya memiliki mekanisme pertahanan yang
kompleks, yang dapat dibagi menjadi sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif.
Sistem imun bawaan merupakan bentuk pertahanan awal yang melibatkan
penghalang permukaan, reaksi peradangan, sistem komplemen, dan komponen
seluler. Sistem imun adaptif berkembang karena diaktifkan oleh sistem imun bawaan
dan memerlukan waktu untuk dapat mengerahkan respons pertahanan yang lebih
kuat dan spesifik. Imunitas adaptif (atau dapatan) membentuk memori
imunologis setelah respons awal terhadap patogen dan membuat perlindungan yang
lebih ditingatkan pada pertemuan dengan patogen yang sama berikutnya. Proses
imunitas dapatan ini menjadi dasar dari vaksinasi.
Gangguan pada sistem imun dapat berupa imunodefisiensi, penyakit
autoimun, penyakit inflamasi, dan kanker.[1] Imunodefisiensi dapat terjadi ketika sistem
imun kurang aktif sehingga dapat menimbulkan infeksi berulang dan dapat
mengancam jiwa. Pada manusia, imunodefisiensi dapat disebabkan karena faktor
genetik seperti pada penyakit defisiensi imunitas kombinasi serta kondisi dapatan
seperti sindrom defisiensi imun dapatan(AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV.
Sebaliknya, penyakit autoimun menyebabkan sistem imun menjadi hiperaktif
menyerang jaringan normal seakan-akan jaringan tersebut merupakan benda asing.
Di satu sisi, ilmu pengetahuan pun terus berkembang dan manipulasi dalam
kedokteran telah dilakukan. Penggunaan obat imunosupresif telah berhasil menekan
sistem imun yang hiperaktif, dan penggunaan imunoterapi telah dilakukan untuk
pengobatan kanker.
Patogen dapat berevolusi secara cepat dan mudah beradaptasi agar terhindar dari
identifikasi dan penghancuran oleh sistem imun, tetapi mekanisme pertahanan tubuh
juga berevolusi untuk mengenali dan menetralkan patogen. Bahkan
organisme uniseluler seperti bakteri juga memiliki sistem imun sederhana dalam
bentuk enzim yang melindunginya dari infeksi bakteriofag. Mekanisme imun lainnya
terbentuk melalui evolusi pada eukariota kuno tetapi masih ada hingga sekarang
seperti pada tumbuhan dan invertebrata.

Komponen Sistem Kekebalan Tubuh


Kemampuan sistem imun yang terdapat di dalam tubuh manusia dalam memberikan
respon pada penyakit tergantung pada interaksi yang sangat komplek antara
komponen sistem imun dan antigen yang merupakan agen-agen patogen atau agen
penyebab penyakit yang dapat membahayakan tubuh. Antigen merupakan bahan-
bahan asing yang masuk ke dalam tubuh. Jaringan dan organ yang berperan dalam
sistem imun berada di bagian seluruh tubuh. Pada manusia dan mamalia lainnya,
organ-organ yang menjadi pusat sistem imun adalah sumsum tulang.

1. Makrofag
Sumsum tulang yang ada dalam tulang mengandung sel-sel batang yang
menghasilkan  sel-sel darah, salah satunya adalah sel darah putih. Sel darah putih
yang sangat berperan dalam sistem imunitas atau kekebalan tubuh adalah limfosit yang
akan berkembang itulah yang disebut dengan makrofag. Perkembangan limfosit
menjadi makrofag dilakukan oleh monosit. Makrofag menjalankan tugasnya sebagai
sistem imun dengan melakukan fagositosis terhadap bahan-bahan asing atau bakteri
yang masuk ke dalam tubuh manusia. Proses fagositosis terjadi dengan cara
mengelilingi, kemudian memakan dan menghancurkan antigen tersebut, proses ini
merupakan bagian dari reaksi peradangan, dengan begitu tubuh akan terjaga dengan
adanya sistem imunyag berjalandengan baik. Makrofag juga mempunyai peran yang
penting dalam imun adaptif, dalam hal ini makrofag akan mengambil antigen dan
mengantarkannya untuk dihancurkan oleh komponen-komponen imun lain dalam
sistem imun adaptif.

2. Limfosit 

Limfosit merupakan salah satu jenis sel darah putih yang terdapat di dalam peredaran
darah tubuh manusia. Seperti yang telah kita ketahui bahwa sel darah putih berfungsi
membantu melindungi tubuh terhadap penyakit dan melawan infeksi dan agen-agen
penyebab penyakit lainnya. Jika dilihat menggunakan mikroskop, maka akan tampak
bahwa limfosit mempunyai bentuk yang sama, tetapi memiliki fungsi yang berbeda-
beda dalam melakukan tugasnya menjaga pertahanan tubuh. Limfosit dapat dibagi
menjadi dua, yaitu limfosit B dan limfosit T.
Kehidupan limfosit T dimulai di dalam sumsum tulang belakang, dan segera menuju ke
timus untuk berdiferensiasi lebih lanjut dan siap menjalankan fungsinya. Limfosit B
diproduksi tumbuh dewasa di dalam sumsum tulang, namun aktif menjalankan peran
sebagai imunitas bila sudah meninggalkan sumsum tulang dan. Sistem imun memiliki
tugas utama, salah satunya adalah membentuk pertahanan terhadap benda-benda
asing (antigen) yang masuk ke dalam tubuh yang memungkinkan mencegah dari
berbagai penyakit yang menyerang tubuh. Sumsum tulang dan timus secara umum
berperan untuk sistem pertahanan. Sebelum menjalankan fungsinya, limfosit B maupun
limfosit T keluar dari sumsum tulang dan timus berada di jaringan-jaringan tubuh,
seperti limpa, kelenjar limfa dan tonsil. Apabila terdapat antigen, misalnya bakteri yang
berada pada jaringan, maka oleh cairan limfa dibawa ke kelenjar limfa. Di kelenjar ini,
bakteri akan dihancurkan oleh makrofag melalui suatu proses yang puncaknya terjadi
respon imun humoral. Respon imun sel dilakukan oleh limfosit T. Jika limfosit T kebal
terhadap suatu antigen tertentu, dan menjumpai antigen itu kembali maka limfosit T
akan mempersiapkan sel-sel lain, misalnya makrofag untuk bertindak. Peranan limfosit
B adalah memproduksi antibodi. Dalam respon humoral yang dilakukan limfosit B
memerlukan bantuan limfosit T juga. Dengan limfosit T memungkinkan limfosit B yang
spesifik bagi suatu antigen, untuk membelah dan  memperbanyak diri dan berkembang
menjadi sel-sel plasma. Sel-sel plasma inilah yang kemudian akan mensekresikan
antibodi.

3. Reseptor Antigen

Salah satu karakteristik imunitas adaptasi adalah kekhususan spesifikasi. Spesifikasi,


artinya setiap zat anti yang dihasilkan oleh tubuh hanya mampu untuk melawan antigen
tertentu saja, tidak semua antigen dapat dihancurkan reseptor antigen. Di antara respon
tersebut adalah menyesuaikan tipe yang spesifik dari antigen. Limfosit akan
memproduksi reseptor antigen, yang memiliki struktur yang spesifik untuk mengikuti
dan sesuai dengan struktur antigen seperti kunci dan gemboknya. Limfosit dapat
membuat berjuta-juta macam reseptor antigen di dalam tubuh sehingga dapat
memungkinkan tubuh terhindar dari berbagai agen-agen penyakit berbahaya.

4. Sel Pengenal Antigen

Saat antigen memasuki tubuh, ada suatu molekul transpor yang bertugas mengenali
antigen tersebut untuk limfosit T. Molekul transpor tersebut adalah Major
Histocompatability (MHC) dikenal dengan molekul MHC. Molekul MHC kelas 1
berfungsi sebagai pengenal antigen untuk sel T pembunuh, dan molekul MHC kelas II
sebagai pengenal antigen untuk sel T pembantu. Pengenalan terhadap benda asing
merupakan ciri khas yang dimiliki sistem imunitas dalam tubuh. Tubuh mampu
membedakan kuman tertentu sehingga respons kebal yang dihasilkan juga berbeda.
Misalnya, tubuh mampu membedakan kuman campak dan cacar. Hal ini, menunjukkan
bahwa sistem kekebalan tubuh mempunyai daya ingat terhadap benda asing atau
antigen yang menyerang tubuh. Sel tubuh yang memiliki kemampuan untuk mengingat
benda asing yang pernah menginfeksinya disebut sel memori.
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada imunitas humoral,
sedangkan limfosit lain yaitu sel T memainkan peran penting imunitas seluler. Fungsi
utama sel B adalah untuk membuat antibodimelawan antigen. Sel B adalah
komponen sistem imun adaptif.
Reseptor antigen pada sel B, biasa disebut reseptor sel B, merupakan imunoglobulin.
Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi menjadi sel plasma yang
memproduksi molekul antibodi. Antibodi yang diproduksi berupa imunoglobulin
dengan tipe:[1]
 IgG yang mengikat mikroba dengan sangat efisien
 IgM yang mengikat bakteri
 IgA yang terdapat pada interstitium, saliva, lapisan mukosa dan saluran pencernaan untuk
mencegah infeksi oleh antigen.
 IgE yang mengikat parasit dan merupakan penyebab utama terjadinya gejala alergi
 IgD yang selalu terikat pada sel B dan memainkan peran untuk menginisiasi respon awal sel
B

Sel B terbagi menjadi dua jenis:[2]


 Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada
ruang peritoneal dan pleural dan memiliki kemampuan untuk berproliferasi.
 Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulang yang
memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki kemampuan
untuk berproliferasi.

Sel B berasal dari sel punca yang berada pada jaringan hemopoietik di dalam sumsum


tulang.[3]
Sel T atau limfosit T adalah kelompok sel darah putih yang memainkan peran utama
pada kekebalan seluler. Sel T mampu membedakan jenis patogendengan kemampuan
berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar
patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T
memori dengan kemampuan untuk berproliferasi dengan cepat untuk melawan
infeksi yang mungkin terulang kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi
tertentu dan sistematika perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi,
yang dipelajari pada sistem imun adaptif.[1]
Sel T
Mikrograf pemindai elektron sel T manusia

Mikrograf pemindai elektron sel darah


merah (kiri), keping darah (tengah), dan limfosit T
(kanan)

Rincian

Sistem Sistem imun

Pengenal

Bahasa Latin lymphocytus T

MeSH D013601

TH H2.00.04.1.02007

Daftar istilah mikroanatomi


[edit on Wikidata]
Penyesuaian 3D sel T

Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor sel T
(bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida yang terikat pada MHCpada
permukaan sel penyaji antigen (APC). Ikatan polivalen yang terjadi memungkinkan
pengiriman sinyal antar kedua sel. [2] Sebuah fragmen peptidakecil yang
melambangkan seluruh isi seluler, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka sebagai
MHC untuk dipindai oleh TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan
antigen. Aktivasi sel T memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti
produksi antibodi, aktivasi sel fagosit atau penghancuran sel target dalam seketika.
Dengan demikian respon imun adaptif terhadap berbagai macam penyakit dapat
diterapkan.[3]
Sel T memiliki prekursor berupa sel puncahematopoietik yang bermigrasi dari sumsum
tulangmenuju kelenjar timus, tempat sel punca tersebut mengalami rekombinasi VDJ
pada rantai-beta reseptornya. "T" pada kata sel T adalah singkatan dari
kata timus yang merupakan organ penting tempat sel T tumbuh dan menjadi matang.
Beberapa jenis sel T telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi yang
berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai