Anda di halaman 1dari 22

I.

PENGENALAN ALAT, BEKERJA SECARA ASEPTIK, STERILISASI,


DAN PEMBUATAN MEDIA

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Mikrobiologi merupakan suatu cabang ilmu biologi yang
mempelajari tentang mikroorganisme. Dunia mikroorganisme ini pertama
kali dikenalkan oleh Antoni Van Leeuwenhoek. Menggunakan mikroskop
ciptaannya ia dapat melihat bentu-bentuk makhluk-makhluk kecil
(mikroorganisme) yang sebelumnya tidak diduga sama sekali keadaannya
dan keberadaannya.
Laboratorium merupakan salah satu hal yang menunjang dalam
pembelajaran mikrobiologi. Laboratorium digunakan sebagai tempat
melakukan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk memahami lebih
dalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan jasad renik. Bekerja di
laboratorium sangat memungkinkan terjadinya suatu kecelakaan kerja.
Bekerja secara cermat dan hati-hati diperlukan untuk menghindari semua
itu terjadi.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum merupakan salah satu
pendukung dari pada keberhasilan suatu pekerjaan di laboratorium. Tidak
cukup mengetahui nama alatnya saja, namun kita juga perlu mengetahui
fungsi dan cara kerjanya. Fungsi dan cara kerja perlu diketahui dengan
alasan agar tidak terjadi kekeliruan penggunaan alat dan meminimalisir
kesalahan dalam melakukan langkah-langkah kerja yang sangat penting
diperhatikan urut-urutannya. Alasan lainnya adalah akan memperlancar
kegiatan praktikum serta menghindari penyalahgunaan fungsi setiap alat
akibat ketidaktahuan seorang praktikan.
Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk
keselamatan kerja saat melakukan penelitian maupun praktikum di
laboratorium. Alat-alat laboratorium dapat rusak atau bahkan berbahaya
apabila penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur. Adanya pengenalan

1
2

alat-alat praktikum ini, diharapkan dapat meminimalisir kesalahan dalam


pelaksanaan praktikum.

Bekerja secara aseptik adalah prinsip kerja yang mengutamakan


kebersihan dan kesterilan bahan maupun alat yang akan digunakan agar
terbebas dari kontaminasi mikroorganisme yang tidak diinginkan
sedangkan Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Kedua hal
tersebut sangat penting dalam proses pembuatan media tumbuh mikrobia.
Pembuatan media menjadi syarat awal setelah pengenalan alat, bekerja
secara aseptik, dan seterilisasi dalam kaitannya dengan melakukan
praktikum di laboratorium mikrobiologi. Pembuatan media mempunyai
banyak kegunaan yang penggunaannya sangat penting dan sering kali
dipakai di awal penelitian. Setiap mikroorganisme mempunyai
karakteristik dan perlakuan yang berbeda, sehingga diperlukan media yang
berbeda pula.
2. Tujuan
a. Mengenal dan memahami jenis-jenis peralatan yang digunakan pada
laboratorium mikrobiologi dan cara penggunaanya
b. Memiliki ketrampilan dasar bekerja secara aseptik
c. Mampu mempraktekkan cara-cara sterilisasi alat-alat dengan baik
d. Mengetahui, memahami dan mampu mempraktekkan cara pembuatan
media dan fungsi dari masing-masing media
3

B. Tinjauan Pustaka

1. Bekerja Aseptik
Keberhasilan kerja di laboratorium sangat ditentukan oleh adanya
peralatan. Bekerja di laboratorium harus bersifat mandiri, sehingga
seorang peneliti harus mampu mengenal dengan baik peralatan yang akan
digunakan untuk penelitian ataupun praktikum. Peralatan yang digunakan
di dalam laboratorium dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu peralatan umum standar yang harus tersedia dan peralatan umum
spesifik yang hanya tersedia untuk teknik molekuler. Peralatan tersebut
tergolong sederhana maupun canggih yang memerlukan pelatihan khusus
dalam pengoperasiannya (Nugroho dan Dwi, 2016).
Bekerja secara aseptik adalah prinsip paling utama dalam aktivitas
pengamatan yang berhubungan dengan mikrobia. Kesterilan ruangan,
pengguna, alat, dan bahan-bahan mutlak dibutuhkan karena mikrobia
tersebut berukuran sangat kecil, tidak kasat mata, mudah tersebar, dapat
hidup dimana saja sehingga dibutuhkan suatu keadaan yang benar-benar
steril. Steril sendiri merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam
laboratorium mikrobiologi. Teknik-teknik tertentu diperlukan agar
sterilisasi dapat dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada
mikroorganisme lain yang mengkontaminasi media (Cahyani, 2014).
Beberapa hal yang pellu diperhatikan selama penggunaan alat-alat
operasi adalah jenis, jumlah, kebersihan atau sterilitas, tata letak dan
kondisi alat. Alat-alat operasi yang dipergunakan harus dipertahankan
sterilitasnya sampai pelaksanaan operasi selesai dan segera dibersihkan
setelah selesai digunakan. Saat ini, tersedia berbagai peralatan sterilisasi
dengan mekanisme kerja yang berbeda-beda, dimana masing-masing
mempunyai keterbatasan sendiri-sendiri di dalam penerapan praktisnya.
Proses sterilisasi tersebut dapat dilakukan dengan uap panas, larutan kimia,
pemanasan kering atau metode gas. Metode yang dipilih biasanya
tergantung iifat materi yang akan disterilkan (Adji et al., 2009).
4

2. Sterilisasi
Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan proses dengan metode
tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang
tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme strerilisasi cukup
banyak. Sehingga dengan tidak adanya mikroorganisme tersebut,
lingkungan kerja dapat dikatakan steril. Metode sterilisasi cukup banyak,
jalan alternatif yang dipilih sangat bergantuk pada keadaan serta
kebutuhan setempat sesuai situasi (Raudah, 2017).
Metode sterilisasi yang sering dilakukan terdiri dari beberapa macam
metode diantaranya adalah sterilisasi uap kering (dry heat) dan sterilisasi
infra merah. Masing-masing metode tersebut mempunyai keuntungan dan
kerugian serta membutuhkan waktu dan prosedur yang berbeda-beda.
Sehingga alat yang dilakukan pada tiap metode pun berbeda-berbeda
tergantung dengan metode sterilisasi yang digunakan (Sariyem et al.,
2013).
Sterilisasi panas lembab dapat dilakukan dengan penggunaan
autoklaf (uap bertekanan) dan penggunaan uap langsung (tindalisasi/
sterilisasi fraksi). Sterilisasi panas kering dapat dilakukan dengan oven
(udara panas) dan pembakaran. Panas lembab sangat efektif meskipun
pada suhu yang tidak begitu tinggi, karena uap air berkondensasi pada
bahan‐bahan yang disterilkan, dilepaskan panas sebanyak 636 kalori per
gram uap air pada suhu 121°C. Panas ini mendenaturasikan atau
mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan dengan demikian
mematikannya. Dibandingkan dengan panas lembab, panas kering kurang
efisien dan membutuhkan suhu lebih tinggi serta waktu lebih lama untuk
sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban tidak ada panas
laten. Untuk sterilisasi panas kering tanah, yang pernah dilakukan yaitu
berupa sterilisasi fraksi dengan oven (Cahyani, 2009).
3. Pembuatan Media
Pengerjaan praktikum mikrobiologi, diperlukan juga ruangan dan
tempat kerja yang steril. Ruang yang steril merupakan suatu keadaan ruang
5

yang bebas dari semua bentuk kehidupan mikroba yang patogen maupun
yang non-patogen. Agar ruangan praktikum tetap steril, lakukanlah
sterilisasi rutin terhadap alat-alat dan tempat kerja. Contohnya meja,
semprotkan alkohol 70% ke meja. Bukan hanya ke meja, alkohol 70% juga
dapat di semprotkan ke tempat kerja lainnya. Bila ada cairan tumpah di
ruangan kerja kita, maka harus langsung di bersihkan agar ruangan kerja
tetap steril. Pembuatan media juga harus steril dan bersih, kelak akan
membuat status dari media agar tidak terkontaminasi dari mikroorganisme
luar (Andriani, 2016).
Larutan nutrisi atau media cair merupakan larutan yang berfungsi
untuk menyediakan unsur – unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan
mikroba. Larutan nutrisi dibuat dengan mencampurkan 1 L larutan buffer
sitrat dengan 1,0 g ekstrak ragi (yeast extract); 1,5 g bacterioogical
peptone; 1,4 g (NH4)2 S04 ; 2,0 g KH2PO4; 0,005 g FeSO4.7H2O; 5 mL
laturan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) 1% (Anwar et al., 2010).
Larutan nutrisi kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga
homogen (Wahyuningtyas et al., 2013).
Media merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan jamur. Media
yang umum digunakan di dalam laboratorium yaitu media biakan yang
menggunakan bahan pemadat berupa agar-agar. Media yang digunakan
untuk membiakkan jamur berdasarkan macam bahan yang digunakan
dibagi menjadi tiga macam, yaitu media alam, media semi-sintetik, dan
media sintetik (Gunawan, 2008).
4. Media NA dan PDA
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk
pertumbuhan jamur di laboratorium karena memilki pH yang rendah (pH
4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang
membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0 dan suhu optimum
untuk pertumbuhan antara 25-30° C.. Berdasarkan komposisinya PDA
termasuk dalam media semi sintetik karena tersusun atas bahan alami
(kentang) dan bahan sintesis (dextrose dan agar). Kentang merupakan
6

sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi, dextrose sebagai sumber


gula dan energi, selain itu komponen agar berfungsi untuk memadatkan
medium PDA. Masing-masing dari ketiga komponen tersebut sangat
diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroorganisme
terutama jamur. (Octavia dan Sri, 2017).
Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang digunakan
termasuk dalam kelompok media semi alami, media semi alami
merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan
senyawa kimia. Berdasarkan kegunaanya media NA (Nutrient Agar)
termasuk kedalam jenis media umum, karena media ini merupakan media
yang peling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri.
Berdasarkan bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung
agar sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk
mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri (Rossita et al.,
2015).
Media yang umum digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme
di laboratorium seperti bakteri adalah media (NA) Nutrient agar. Mahalnya
harga media serta melimpahnya sumber alam dan pemanfaatan limbah
yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme
mendorong para peneliti untuk menemukan media alternatif dari bahan-
bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang mahal.
Bahan yang digunakan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bakteri seperti karbohidrat dan protein.Berbagai sumber
protein juga berhasil digunakan sebagai media alternatif pertumbuhan
mikroorganisme (Juariah dan Wulan, 2018).
7

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat


Praktikum Mikrobiologi Pertanian acara analisa mikrobiologi untuk
bakteri dan fungi ini dilaksanakan pada Selasa, 22 Oktober 2019 pukul
15.30 WIB sampai selesai di Laboratorium Biologi dan Bioteknologi
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
2. Alat
a. Pengenalan Alat
1) Alat Elektrik
a) Freezer
b) Vortex
c) Hot plate dan stirrer
d) Shaker
e) Centifuge
f) Mikroskop stereo
g) Mikroskop binokuler
h) Laminar Air Flow (LAF)
i) Tanur
j) Kulkas
k) Oven
l) Inkubator
m)Autoclave
n) Timbangan analitik
2) Alat Non Elektrik
a) Petridish
b) Tabung reaksi
c) Tempat tabung reaksi
d) Mikropipet
e) Chip dan kotak chip
8

f) Bulb
g) Pengaduk
h) Hand colony counter
i) Spatula
j) Lup
k) Pinset
l) Jarum oase
m) DryGlassky
n) Preparat
o) Deglass
p) Preparat gantung
q) Jarum N
r) Hemasitometer
s) Bunsen
t) Saringan tiga tingkat
u) Erlenmeyer
v) Breaker glass
w) Gelas ukur
x) Corong
y) Labu ukur
z) Mortal dan pastel
aa) Penjepit tabung reaksi kayu dan besi
bb) Sprayer
cc) Pipet ukur
dd) Kulvet
3. Bahan
a. Sterilisasi diri dan meja kerja
1) Alkohol 70 %
2) Jas Lab
3) Masker
4) Sarung Tangan Lateks
9

5) Tisu Gulung

b. Pembuatan Media
1) NA
a) Beef extract 3,5 gr
b) Peptone 5 gr
c) Agar-agar 15-20 gr
d) Aquadest 1 liter
e) NaCl 5 gr
2) PDA
a) Kentang 200-250 gr
b) Dekstrosa 10 gr
c) Agar-agar 15-20 gr
d) Aquadest 1 liter
4. Cara Kerja
a. Pengenalan Alat
1) Mengamati dan memahami alat-alat yang digunakan dalam
praktikum
2) Menggambar alat-alat tersebut
3) Menyebutkan fungsi dari masing-masing alat tersebut
b. Bekerja secara aseptik
1) Pakai jas lab dan masker
2) Semprotkan alkohol pada tangan dan usap tangan di seluruh
permukaan tangan
3) Pakai sarung tangan latex
4) Setelah menggunakan sarung tangan latex lalu semprot dengan
alkohol dan usap di seluruh permukaan latex
5) Semprotkan alkohol pada jas lab
c. Sterilisasi
1) Semprot meja lalu dilap dengan tisu towel dengan searah
2) Taruh alat-alat di atas meja
10

3) Nyalakan lampu Bunsen dengan korek api


4) Alat di api-apikan di atas lampu Bunsen (jangan diamkan alat, alat
digoyang-goyangkan di atas api)
d. Pembuatan Media
1) Pembuatan Nutrient Agar (NA)
a) Timbang komponen medium dengan menggunakan timbangan
analitis.
b) Aquadest sebanyak 1000 ml dibagi menjadi dua, satu bagian
untuk melarutkan beef extract dan peptone dan sebagian lagi
untuk melarutkan agar.
c) Larutkan agar pada sebagian air tersebut dengan mengaduk secara
konstan dan diberi panas. Dapat menggunakan kompor gas atau
hot plate stirrer (jangan sampai overheat, karena akan terbentuk
busa dan memuai sehingga tumpah).
d) Sementara itu sebagian aquadest digunakan untuk melarutkan
peptone dan beef extract, cukup dengan pengadukan.
e) Setelah keduanya larut, larutan dituangkan ke larutan agar dan
diaduk sampai homogen.
f) Setelah itu, media dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, dan
siap digunakan.
2) Pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA)
a) Potong kentang menjadi kecil-kecil.
b) Timbang komponen media dengan menggunakan timbangan
analitis.
c) Rebus kentang dalam sebagian aquadest sampai lunak, kemudian
diambil ekstraknya dengan menyaring menggunakan saringan lalu
ditampung di beaker glass.
d) Aquades dicampurkan dengan agar lalu setelah larut, dapat
ditambahkan dekstrosa dan dihomogenkan lagi.
e) Setelah semua larut, ekstrak kentang dan agar-dekstrosa dicampur
dan dihomogenkan.
11

f) Media dituang ke dalam Erlenmeyer atau ke tabung reaksi


kemudian siap untuk disterilisasi.
17

2. Pembahasan
a. Pentingnya Pengenalan Alat dan Bahan
Pengenalan alat dan bahan begitu penting dalam melakukan
pekerjaan di laboratorium. Hal ini guna menghindari terjadinya
kecelakaan kerja akibat kelalaian atau ketidaktahuan. Menurut
Nuritasari et al. (2016), lembar pengenalan alat laboratorium dilengkapi
dengan gambar dan fungsinya, bertujuan untuk membantu siswa untuk
memilih alat yang akan mereka gunakan. Agar dapat melaksanakan
praktikum, terlebih dahulu dikenalkan macam-macam alat yang akan
digunakan untuk praktikum serta fungsi dari alat-alat tersebut. Hal ini
sangat diperlukan agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan
lancar. Pengetahuan tentang alat yang digunakan merupakan salah satu
kunci keberhasilan dari praktikum.
Pelaksanaan praktikum atau kerja di laboratorium tidak hanya
sekadar pengamatan, pengukuran dan perhitungan saja, namun perlu
adanya pengenalan terhadap alat-alat yang akan digunakan sebagai
acuan dalam pelaksaan kegiatan tersebut serta meminimalisir adanya
kecelakaan kerja. Salah satu dari faktor yang dapat meminimalisir
kecelakaan kerja ialah tingkat ketelitian dari praktikan tersebut. Guna
meningkatkan ketelitian tersebutlah dilakukan pengenalan alat-alat di
laboratorium. Menurut Andriani (2016), pentingnya dilakukan
pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar dapat diketahui cara
penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar, sehingga kesalahan
prosedur pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit mungkin. Agar
dapat meningkatkan ketelitian praktikan adalah dengan memperhatikan
dan memahami alat yang akan digunakan serta pengenalan alat dan cara
penggunaannya dengan baik dan benar serta hal sebelumnya.
Pengenalan alat sangatlah penting dan utama disampaikan pada
awal praktikum berdasarkan hal sebelumnya, selanjutnya praktikan
harus tahu terlebih dahulu nama, fungsi dan prosedur penggunaan atau
prinsip kerja dari alat-alat yang ada dilaboratorium agar diharapkan
18

para praktikan dapat menggunakan alat sesuai dengan fungsinya dan


sesuai dengan petunjuk agar memperoleh hasil praktikum yang baik,
cepat dan efisien. Menurut Rakhman et al,. (2017), pembelajaran
keterampilan sains seperti menggunakan alat dan bahan kimia di tingkat
universitas, sebagian besar dilaksanakan dalam praktikum pekerjaan
dalam laboratorium sering menggunakan alat-alat, contoh alat-alat
tersebut antara lain: gelas beker, gelas ukur, pipet tetes, pipet mikro,
pipet makro, tabung reaksi, labu ukur, oven, erlenmeyer, dan lain-lain.
b. Hasil Pengamatan Alat dan Bahan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, pengenalan alat
secara umum dibagi menjadi dua yaitu alat elektrik dan alat non
elektrik. Alat elektrik merupakan alat yang dapat digunakan apabila
telah dialiri listrik dan biasanya merupakan alat-alat besar yang
digunakann untuk sterilisasi, menghomogenkan larutan dan lain
sebagainya. Sementara alat non elektrik merupakan alat-alat yang dapat
digunakan tanpa adanya aliran listrik, alat ini biasanya berupa pinset,
kaca preparat, tabung reaksi, dll. Menurut Maknun et al., (2012) ragam
keterampilan laboratorium yang harus dimiliki peserta didik/mahasiswa
adalah: 1. Memilih, memasang, mengoperasikan, membuka,
membersihkan dan mengembalikan peralatan; 2. Mencocokkan
peralatan; 3. Membaca alat ukur dengan teliti; 4. Menangani,
menyiapkan dan menyadari bahaya bahan kimia; 5. Mendeteksi,
mengkalibrasi dan memperbaiki kesalahan dalam mengatur peralatan;
6. Menggambar peralatan dengan akurat.
Alat-alat non elektrik cenderung berukuran kecil dan
penggunaannya tidak memerlukan listrik. Penggunaan alat non elektrik
biasanya dapat langsung digunakan diatas meja kerja. Alat non elektrik
cenderung sebagai alat untuk media, pembantu, dan berkaitan langsung
dengan percobaan atau pengamatan secara langsung. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan alat non elektrik yaitu, petridish yang
berfungsi sebagai wadah media NA dan PDA serta untuk analisis
19

mesofauna dan makrofauna, bulp yang berfungsi untuk mengambil


larutan dengan volume tertentu, hand colony counter yang berfungsi
untuk menghitung koloni di media, pinset yang berfungsi untuk
mengambil barang yang tidak dapat dijangkau oleh tangan, dan
beberapa alat non elektrik lainnya.
Alat-alat elektrik adalah alat yang cenderung berukuran besar dan
beroperasi menggunakan listrik. Alat elektronik berukuran besar dan
terletak tersendiri didalam laboratorium. Beberapa alat dapat digunakan
diatas meja kerja yang berukuran sedang tidak terlalu besar selama
tersambung dengan listrik. Kebanyakan alat berfungsi lanjutan dari
hasil percobaan atau pengamatan atau awal mula dari pengamatan
seperti sterilisasi, penimbangan, penyimpanan. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan alat elektrik yaitu, vortex yang berfingsi
untuk menghomogenkan larutan dan berukuran lebih kecil dari shaker.
Menurut Astuti dan La (2019), pada vortex mixer ini timer
berfungsi untuk mengatur seberapa lama alat akan digunakan dalam
proses pengadukan sampel sehingga ketika proses pengadukan selesai
buzzer akan berbunyi dan secara otomatis alat akan berhenti sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Apabila tidak dilengkapi
dengan timer maka proses pengadukan akan terus berjalan dari
pertama alat diaktifkan sehingga proses pengadukan harus tetap
diawasi oleh operator itu sendiri dan alat harus dimatikan secara
manual ketia proses pengadukan selesai. Mikroskop binokuler yang
berfungsi melihat objek yang sangat kecil, centrifuge yang berfunggsi
memisahkan suspensi dan larutan. Alat-alat elektrik juga terdapat alat
yang digunakan untuk sterilisasi yaitu, LAF yang menggunakan sinar
UV dalam sterilisasinya, oven sebagai alat sterilisasi uap kering dan
autoklaf sebagai alat sterilisasi uap basah. Cara kerja dari autoklaf
menurut Syah (2016), pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam
autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk
mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam
20

autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga


tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu
yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses terilisasi selesai, sumber
panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai
0 Psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 Psi.
c. Macam-macam Sterilisasi
Pelaksanaan praktikum atau kerja di laboratorium juga tidak
terlepas dengan prinsip aspetik, untuk memperoleh kegiatan yang
aseptik maka diperlukan sterilisasi baik pada diri sendiri maupun pada
alat dan bahan yang akan digunakan. Menurut Fitri et al., (2014)
sebelum melakukan praktikummengenai peralatan yang ingin kita
gunakanharus disterilkan dahulu. Sterilisasi atau sucihama yaitu proses
membunuh segala bentukkehidupan mikroorganisme yang ada
dalamsampel/contoh, alat-alat atau lingkungantertentu Dalam bidang
bakteriologi katasterilisasi sering dipakai untukmenggambarkan
langkah yang diambil agarmencapai tujuan meniadakan atau
membunuhsemua bentuk kehidupan mikroorganisme
Menurut Suryani et al. (2015), sterilisasi merupakan suatu proses
yang dengan metode tertentu baik secara kimia atau fisika, dapat
menghancurkan mikroba patogen termasuk endospora bakteri.
Sterilisasi peralatan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
berdasarkan metode kimia meliputi teknik desinfeksi, serta metode
fisika meliputi, teknik penyaringan, pemanasan dan radiasi. Proses ini
dilakukan dengan cara memanaskan alat sampai temperatur 121oC,
selama watu 15 menit. Salah satu contoh alat untuk melakukan
sterilisasi adalah Autoclave. Sterilisasi yang umum dilakukan dapat
berupa:
1) Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang
pendek yang dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan
disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau
21

tekanan tinggi). Cara yang menggunakan udara panas,


dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven dengan temperatur
170o – 180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang
umumnya untuk peralatan gelas).
2) Sterilisasi secara kimia, yaitu dengan penambahan zat-zat tertentu
yang umumnya berupa zat-zat kimia. Sterilisasi dengan cara ini
tidak selalu mematikan seluruh mikroba, terutama mikroba dalam
bentuk spora tidak terbasmi keseluruhan, oleh karena itu cara ini
lebih tepat dinamakan pencuci-hamaan. Sterilisasi dengan cara ini
biasanya hanya diperuntukkan sterilisasi ruangan atau jenis
peralatan tertentu saja. Bahan kimia yang dapat digunakan adalah
alkohol, asam parasetat, formaldehid dll.
3) Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang
akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami
perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja
filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap
partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba).
Menurut Meliawaty (2012), sterilisasi dilakukan dengan tiga metode,
pemanasan kering dengan oven+ozon, pemanasan kering dengan
oven+infra merah pada suhu 125°C selama 15 menit, keduanya
dipantau dengan Bacillus atrophaeus sebagai indikator biologis, dan
autoklafisasi pada 121°C selama 15 menit dengan Geobacillus
stearothermophilus sebagai pemantauan biologis, dengan 17 kali
pengulangan.
d. Proses-proses Sterilisasi
Proses dalam sterilisasi tergantung pada metode sterilisasi yang
digunakan. Sehingga alat yang digunakan untuk mensterilkankannya
pun juga berbeda jenisnya. Sterilisasi fisik menurut Dewi et al., (2017)
dapat memanfaatkan sinar Gamma yang termasuk gelombang
elektromagnetik yang diperoleh dari peluruhan zat radioaktif yang
dipancarkan dari atom dengan kecepatan tinggi karena adanya
22

kelebihan energi. Radioaktivitasnya tidak terpengaruh oleh suhu,


kelembaban, tekanan dan lain-lain tetapi terpengaruhi oleh keadaan inti-
inti isotopnya. Autoklaf merupakan pressure cooker yang sangat efektif
me-matikan mikroba karena pada suhu 121° C dapat melepaskan 686
kalori/g uap air. Sterilisasi media autoklaf dilakukan dengan cara
memanfaatkan uap air panas. Mekanisme kerusakan oleh panas ini
ditandai dengan rusaknya produksi rantai tunggal DNA akibat tekanan
tinggi yang menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel-sel mikroba
menjadi optimal sehingga langsung mematikan mikroba. Menurut
Yudianti et al., (2015) teknik sterilisasi panas kering menggunakan alat
yang seperti oven. Sementara pada sterilisasi uap basah digunakan
autoklaf.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, metode
sterilisasi diri yang digunakan ialah sterilisasi kimiawi dengan
menggunakan alkohol 70%. Menurut Siregar dan Endah (2017),
sterilisasi kimia merupakan metode desinfeksi alat atau instrumen
dengan cara merendamnya dalam larutan desinfektan. Sterilisasi diri
dan meja kerja dilakukan dengan menyemprotkan alkohol 70% pada
tangan dan meja kerja hingga merata, lalu letakkan alat dan bahan yang
diperlukan dan disertai penyemprotan pada permukaan alat. Kemudian
letakkan pembakar spirtus dan biarkan sebentar. Setelah didiamkan dan
mulai bekerja, tangan disemprot kembali dengan alkohol 70% dan
diusapkan ke seluruh permukaan tangan.
e. Syarat Media
Pembuatan media umum yang digunakan dalam menstimulasi
pertumbuhan mikroba perlu memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga
mikroba dapat tumbuh pada media tersebut. Pertumbuhan mikroba pada
dasarnya dipengaruhi oleh nutrisi yang terdapat pada media biakan.
Menurut Juariah dan Wulan (2018), media merupakan suatu bahan yang
terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri, jamur, dan
23

mikroorganisme lain. Suatu media dapat menumbuhkan


mikroorganisme dengan baik bila memenuhi persyaratan antara lain
kelembapan yang cukup, pH yang sesuai, kadar oksigen baik, media
steril dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah
digunakan mikroorganisme. Menurut Anisah dan Triastuti (2015),
nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya
meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor,
unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air,
dan energi Pada media pertumbuhan bakteri seperti NA perlu
kandungan nitrogen dan karbon, hal ini diperkuat dengan pernyataan
Safitri et al., (2016) penambahan sumber nitrogen dan sumber karbon
diharapkan dapat menjadi media tumbuh yang baik untuk bakteri.
Sumber karbon pada media NA berasal dari beef extract sementara
sumber nitrogen berasal dari pepton.
24

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara pengenalan alat, bekerja secara
aseptik, sterilisasi, dan pembuatan media dapat disimpulkan bahwa:
a. Pengenalan alat-alat praktikum sangat penting karena akan
menentukan kualitas hasil praktikum.
b. Alat yang akan digunakan harus disterilisasi agar terbebas dari
mikroorganisme yang tidak dikehendaki.
c. Sterilisasi merupakan cara membuat suatu alat atau bahan menjadi 
bebas dari pertumbuhan mikroba beserta sporanya.
d. Alkohol dapat digunakan untuk mensterilkan alat-alat praktikum
yaitu metode sterilisasi kimia..
e. Media merupakan salah satu bahan yang terdiri dari campuran
nutrisi makanan yang dipakai sebagai media tumbuh mikroba serta
pembuatannya harus dalam keadaan steril.
2. Saran
Sebaiknya alat yang digunakan dalam praktikum tetap
dipertahankan kualitasnya agar terus dapat digunakan dalam praktikum
berikutnya.
25
DAFTAR PUSTAKA

Adji D, Zuliyanti, Herny L. 2009. Perbandingan efektivitas sterilisasi alkohol


70%, inframerah, otoklaf dan ozon terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus
subtilis. J Sain Veteriner 25(1): 17-24.
Andriani R. 2016. Pengenalan alat-alat laboratorium mikrobiologi untuk
mengatasi keselamatan kerja dan keberhasilan praktikum. J Mikrobiologi
(1): 1-7.
Anisah, Triastuti R. 2015. Media alternatif untuk pertumbuhan bakteri
menggunakan sumber karbohidrat yang berbeda. Seminar Nasional XII
Pendidikan Biologi FKIP UNS: 855-860.
Astuti L, La OHSS. 2019. Vortex mixer otomatis berbasis mikrokontroler
Atmega328. J Teknik Elektromedik 3(3): 1-18.
Astuti SD, Raina B, Yasin M. 2015. Potensi pemaparan light emitting diode
(LED) inframerah untuk fotoinaktivasi bakteri Bacillus subtilis. J Biosains
Pascasarjana 17(1): 1-9.
Cahyani VR. 2009. Pengaruh beberapa metode sterilisasi tanah terhadap status
hara, populasi mikrobiota, potensi infeksi mikoriza dan pertumbuhan
tanaman. J Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 6(1): 43-52.
Cahyani VR. 2014. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pertanian. UNS Press.
Dewi TM, Anne N, Pudjawati S et al. 2017. Efek sterilisasi dan komposisi media
produksi inokulan fungi mikoriza arbuskula terhadap kolonisasi akar,
panjang akar dan bobot kering akar sorgum. J Agro 4(1): 24-31.
Fitri A, Agus W, Karina et al. 2014. Peralatan, sterilisasi dan media pertumbuhan
mikroba. J Praktikum Mikrobiologi Dasar 1(1): 1-10.
Gunawan AW. 2008. Usaha pembibitan jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Juariah S, Wulan PS. 2018. Pemanfaatan limbah cair industri tahu sebagai media
alternatif pertumbuhan Bacillus sp. J Analis Kesehatan Klinikal Sains 6(1):
24-29.
Maknun D, Surtikanti RRHK, Achmad M, et al. 2012. Keterampilan esensial dan
kompetensi motorik laboratorium mahasiswa calon guru biologi dalam
kegiatan praktikum ekologi. J Scientiae Educatia 1(2): 1-8.
Meliawaty F. 2012. Efisiensi sterilisasi alat bedah mulut melalui inovasi oven
dengan ozon dan infrared. J Kesehatan Masyarakat 11(2): 147-167.
Nugroho ED, Dwi AR. 2016. Penuntun praktikum bioteknologi. Yogyakarta.
Deepublish.
Nuritasari AL, Sri W, Supartono. 2016. Pengembangan lembar kerja siswa untuk
laboratorium inkuiri materi stoikiometri. J of Innovative Science Education
1(1): 54-62.
Octavia A, Sri W. 2017. Perbandingan pertumbuhan jamur Aspergillus flavus
pada media PDA (Potato Dextrose Agar ) dan media alternatif dari
singkong (Manihot esculenta Crantz). J Analis Kesehatan 6(2): 625-631.
Rakhman KA, Saraha AR, Nurfatimah S. 2017. Pengembangan video penggunaan
alat gelas laboratorium kimia di universitas. J Inovasi Pendidikan IPA 3 (2):
161-171.
Raudah, Tien Z, Imam S. 2017. Efektivitas sterilisasi metode panas kering pada
alat medis ruang perawatan luka rumah sakit dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
Kuala Kapus. J Kesehatan Lingkungan 14(1): 425-430.
Rossita AS, Kukuh M, Sawitri K. 2015. Komparasi media NA pabrikan dengan
NA modifikasi untuk media pertumbuhan bakteri. J Mikrobiologi 1(2): 56-
67.
Safitri N, Titi CS, Anja M. 2016. Formula media pertumbuhan bakteri asam laktat
Pediococcus pentosaceus menggunakan substrat whey tahu. J Sumberdaya
Hayati 2(2): 31-38.
Sariyem, Sadimin, Prasko. 2013. Efektifitas sterilisasi infra merah dan dry heat
sterilisasi terhadap sterilitas alat-alat kedokteran gigi. J Link 9(1): 466-473.
Siregar I, Endah AE. Efektivitas sterilisasi kimia dengan larutan daun sukun pada
alat kedokteran gigi. J Kesehatan Gigi 4(2): 53-56.
Syah ISK. 2016. Penentuan tingkatan jaminan sterilisasi pada autoklaf dengan
indikator biologi spore strip. J Farmaka 14(1): 59-69.
Wahyuningtyas P, Bambang DA, Wahyunanto AN. 2013. Studi pembuatan enzim
selulase dari mikrofungi Trichoderma reesei dengan substrat jerami padi
sebagai katalis hidrolisis enzimatik pada produksi bioetanol. J Bioproses
Komoditas Tropis 1(1): 21-25.
Yudianti I, Suprapti, Hupitoyo. 2015. Perbandingan efektifitas sterilisasi panas
kering dan desinfeksi tingkat tinggi teknik rebus terhadap pertumbuhan
Escherichia coli. J of Education and Midwifery Care 2(1): 8-14.

Anda mungkin juga menyukai