Anda di halaman 1dari 24

III.

ANALISIS ALGAE DAN PROTOZOA DARI ALAM

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Protista merupakan salah satu kingdom yang didalamnya terdapat
organisme-organisme yang berperan penting dalam kehidupan baik
menguntungkan maupun kerugian. Protista terdiri dari beberapa jenis
yang terbagi ke dalam beberpa filum seperti protista mirip hewan
(protozoa), protista mirp tumbuhan (algae), protista mirip jamur. Serta
terdapat beberapa protista yang dapat menghasilkan makanannya
sendiri yaitu protista yang mengandung klorofil dan protista yang tidak
dapat menghasilkan makanannya sendiri (heterotrof).
Algae merupakan salah satu filum dalam protista yang
menyerupai tumbuhan. Organisme ini dapat menghasilkan makanannya
sendiri karena mengandung klorofil yang dimanfaatkan dalam proses
fotosintesa. Alga dapat ditemukan sebagai organisme uniseluler
maupun multiseluler. Alga juga banyak dimanfaatkan dalam kehidupan
baik makanan, minuman, obat-obatan maupun dimanfaatkan dalam
produk kosmetik.
Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-
kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka
umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau
daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme
inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme
sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk
manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada
permukaan tumbuh-tumbuhan. Protozoa adalah mikroorganisme
menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari Kingdom
Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri

65
66

dengan menggunakan organel-organel antara lain membran plasma,


sitoplasma, dan mitokondria.

2. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa mampu mempelajari dan mempraktekkan cara
mengisolasi algae dan protozoa dari alam.
b. Mahasiswa mampu mempelajari dan mempraktekkan cara
mengidentifikasi secara visual algae dan protozoa dari alam.
c. Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami perbedaan antara
algae dan protozoa.
d. Mahasiswa mampu mengamati dan mengidentifikasi morfologi
Azolla sp.
e. Mahasiswa mampu mengamati dan mengidentifikasi sel Anabaena
aazolla.
67

B. Tinjauan Pustaka

1. Protista
Protista ada yang mirip tumbuhan (alga mikroskopis uniseluler),
protista mirip hewan (protozoa) dan protista mirip jamur. Alga
mikroskopis uniseluler merupakan produsen primer yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap produksi total di dalam ekosistem perairan
dan protozoa merupakan konsumen I yang berperan besar menjembatani
transfer energi dari produsen primer ke tropik yang lebih tinggi (ikan dan
udang). Sedangkan protista mirip jamur sebagian besar berukuran
makroskopis dan habitatnya di kayu busuk, batang pohon, tempat basah
dll, tidak terlalu berperan penting dalam ekosistem dan ada yang bersifat
parasit. Berdasarkan zona, Perairan lentik atau perairan tergenang terbagi
menjadi tiga zona yaitu zona litoral, limnetik, dan profundal (Hariyani et
al., 2017).
Protista merupakan mikroorganisme bersifat eukariotik (memiliki
membrane inti) dan bersifat autorof atau heterotrop. Mikroorganisme ini
dapat bersifat uniseluler ataupun multiseluler. Protista uniseluler berukuran
5 mikrimeter sd 3 mm sedangkan Protista multiseluler berukuran 0.01 mm
sd 65 meter. Keberadaan Protista sebagai organisme autotroph berperan
sebagai fitoplankton, dan mampu menghasilkan oksigen di bumi. Selain
itu manfaat lain dari mikroorganisme Protista yaitu sebagai produsen dann
konsumen dalam rantai makanan, dan berperan penting dalanm siklus
karbon (Wijarini et al., 2019).
Protista dapat ditemukan hidup bebas hampir di semua perairan dan
umumnya bersifat sebagai plankton sehingga berperan penting dalam
ekosistem tersebut. Protista juga dapat ditemukan di tanah-tanah yang
lembab atau dalam bentuk simbion di dalam tubuh hewan atau manusia,
seperti Balantidium coli yang dapat ditemukan pada usus besar manusia,
babi, dan kera. Protista dapat bersifat parasit pada tumbuhan, misalnya
Phytopthora infestan yang menyebabkan penyakit busuk pada tanaman
kentang (Setiowati dan Deswaty, 2007).
68

2. Algae
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber
pendapatan bagi masyarakat pesisir. Selain dapat digunakan sebagai bahan
makanan, minuman, obat-obatan, beberapa hasil olahanrumput laut seperti
agar-agar, alginat dan karagenan merupakan senyawa yang cukup penting
dalam industri. Sehingga rumput laut memiliki banyak arti positif bagi
kehidupan manusia (Diharmi et al., 2011).
Alga merah (Rhodophyceae) menempati urutan terbanyak dari
jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut Indonesia yaitu sekitar 452
jenis, setelah itu alga hijau (Chlorophyceae) sekitar 196 jenis dan alga
coklat (Phaeophyceae) sekitar 134. Di Indonesia terdapat banyak jenis
rumput laut, diantaranya bernilai ekonomis cukup tinggi seperti alga coklat
Sargassum. Sargassum sp. sangat melimpah serta tersebar luas di perairan
Indonesia. Keragaman alga ini juga merupakan sebagai penyeimbang
ekosistem laut (Pakidi dan Hidayat, 2016).
Alga merupakan salah satu sumberdaya alam hayati laut yang
bernilai ekonomis dan memiliki peranan ekologis sebagai produsen yang
tinggi dalam rantai makanan dan tempat pemijahan biota-biota laut. Alga
makro memiliki manfaat yang sangat banyak yang digunakan dalam
bidang industri, makanan, obat-obatan dan energi. Sehingga permintaan
untuk komoditi alga makro semakin meningkat (Langoy et al., 2011).
3. Protozoa
Protozoa artinya hewan pertama (profos = pertama; zoon = hewan),
digambarkan sebagai organisme mirip hewan karena dapat bergerak dan
mengambil makanan dari organisme lain. Protozoa dibagi ke dalam 6
filum yaitu Zoomastigophora, Rhizopoda, Apicomplexa, Ciliophora,
Foraminifera, dan Actinopoda. Sehingga pada tiap filum memiliki ciri
khusus yang membedakannya dengan filum
lainnya (Ariebowo dan Fictor, 2009).
69

Protozoa merupakan organisme uniseluler, eukariotik, heterotrof,


dan tidak memiliki dinding sel. Hidup di tempat basah yang kaya zat
organik (air tawar atau air laut). Beberapa jenis bersifat parasit, yaitu
protozoa yang memberikan kerugian pada organisme lainnya dan biasanya
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak (Kusnadi et al.,
2009).
Protozoa bisa diidentifikasi melalui preparat hidup setelah atau tanpa
diberi gliserin untuk mngurangi kecepatan gerakan akan memudahkan
diagnosis. Dianjurkan untuk menggunakan fase kontras, terutama dalam
mengamati parasit-parasityang berflagel dan bersilia. Untuk
mengidentifikasi spora protozoan dari preparat awetan, sering digunakan
pewarnaan. Kadang-kadang pengamatan secara histopatologik juga
diperlukan (Ghufran dan Kordi, 2009).
4. Blue Green Algae
Populasi Anabaena biasanya banyak terdapat pada permukaan danau
dan waduk. Berdasarkan strukturnya, Anabaena mengandung
lipopolisakarida yang dapat berperan dalam proses petukaran ion,
akumulasi intraseluler, dan adsorpsi pada permukaan dinding sel. Maka
Anabaena banyak digunakan sebagai biosorben untuk menyisihkan
parameter logam Cr pada limbah cair industri
elektroplating (Fanani et al., 2017).
Divisi Cyanobacteria terdiri dari beberapa mikroalga hijau-biru.
Algae ini bersifat unisesuler, berfilamen atau berkoloni, tidak memiliki
membran internal, dan tidak memiliki organel atau nukleus. Warna alga ini
bervariasi dari hijau-biru, hijau-hijau, ungu, cokelat, merah-jingga
tergantung pada konsentrasi pigmen klorofil, fikosianin, dan
fikoeritin (Pratiwi, 2008).
Divisi Cyanobacteria ini beranggotakan 1.500 spesies. Memiliki ciri-
ciri warna hijau kebiru-biruan, yang disebabkan suatu pigmen tambahan
selain klorofil dan karotenoid, ada yang unisesuler tapi kebanyakan
70

berkoloni. Sehingga warna dari algae ini didasarkan pada kandungan zat
warna yang terdapat pada algae itu sendiri (Harmoko et al., 2018).

5. Simbiosis Azolla Pinnata dan Anabaena Azollae


Azolla merupakan salah satu jenis tanaman ganggang yang dapat
digunakan sebagai pupuk organik khususnya untuk kegiatan budidaya
tanaman padi. Azolla dapat digunakan sebagai pupuk organik yang mampu
memenuhi kebutuhan hara terutama N bagi tanaman. Kemampuan Azolla
menyediakan N bagi tanaman adalah karena pada Azolla terdapat
Cyanobacteria yang kemudian kedunya melakukan simbiosis mutualisme.
Simbiosis keduanya kemudian di namakan Anabaena azollae. Anabaena
azollae dapat memfiksasi N2 bebas diudara sehingga dapat meyumbang
kebutuhan N bagi tanaman didalam tanah (Sudjana, 2014).
Azolla merupakan jenis tumbuhan paku air yang hidup di perairan.
Seperti halnya tanaman leguminosae, Azolla mampu mengikat N2 dari
udara karena berasosiasi dengan sianobakteri (Anabaena azollae) yang
hidup di dalam rongga daun Azolla. Kemampuan Azolla mengikat N2 dari
udara berkisar antara 400-500 kg N/ha/tahun. Azolla berkembang sangat
cepat dan dapat menghasilkan biomassa sebanyak 10-15 ton/ha dengan
C/N rasio 12 - 18, sehingga dalam waktu satu minggu Azolla telah
terdekomposisi dengan sempurna. Azolla adalah salah satu sumber bahan
organik yang potensial untuk dikembangkan karena dapat meningkatkan
efisiensi pemupukan pada lahan padi sawah (Gunawan dan Reida, 2012).
Azolla pinnata yang lebih dikenal dengan nama daerah mata lele
merupakan kelompok paku air yang tumbuh mengapung di permukaan
perairan yang subur. Kelebihan yang dimiliki oleh A. pinnata adalah
kemampuannya bersimbiosis dengan Anabaena azollae untuk fiksasi N
dari udara. Saat ini pemanfaatan A. pinnata sudah mulai banyak dilakukan
mengingat ketersediaanya di alam yang melimpah. Dewi (2007)
menyatakan bahwa A. pinnata memiliki berbagai unsur hara antara lain N
71

(1,96-5,30%), P (0,16- 1,59%), Si (0,16-3,35%), Ca (0,31-5,97%), Fe


(0,04-0,59%), Mg (0,22-0,66%), Zn (26-989 ppm), Mn
(66 – 2944 ppm) (Indarmawan et al., 2012).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Mikrobiologi Pertanian acara analisis algae dan protozoa
dari alam ini dilaksanakan pada Selasa, 5 November 2019 pukul 15.30
WIB sampai selesai di Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
2. Alat
a. Mikroskop binokuler
b. Mikroskop stereo
c. Pipet tetes
d. Mortar dan pastle
e. Kaca preparat
f. De glass
3. Bahan
a. Sampel air sawah Palur, Karanganyar
b. Sampel air sawah Tasikmadu
c. Sampel air sawah Kebakkramat
d. Sampel air danau Mojolaban
e. Sampel air danau Fakultas Pertanian UNS
f. Sampel air kolam ikan
g. Sampel air rendaman jerami
h. Sampel air sungai Tasikmadu
i. Sampel air sungai kebakramat
j. Sampel air kompos
k. Azolla sp.
4. Cara kerja
72

a. Pengamatan Algae dan Protozoa dari sampel air


1) Mengambil sampel air menggunakan pipet dan diletakkan pada kaca
preparat.
2) Mengamati kaca preparat di bawah mikroskop stereo.
3) Melakukan identifikasi morfologi mikrobiota ( Algae dan Protozoa)
yang ada di air.
4) Menggambar hasil pengamatan serta member keterangan.
b. Pengamatan Azolla sp.
1) Pengamatan morfologi Azolla sp
a) Mengambil Azolla secukupnya.
b) Meletakkan pada petridish.
c) Mengamati morfologi Azolla dan sporangium yang terbentuk
pada mikroskop binokuler.
d) Mengidentifikasi dan member keterangan pada morfologi Azolla
sp yang diamati.
2) Pengamatan sel Anabaena azolla
a) Melihat Mikroskop yang telah ditaruh/disediakan sel Anabaena
azolla
b) Mengamati pada mikroskop stereo.
c) Mengidentifikasi sel Anabaena azolla.
d) Menggambarkan serta member keterangan sel vegetatif dan sel
heterosit.
73
80

2. Pembahasan
a. Algae
Hasil pengamatan terhadap keragaman Algae yang ada di lima
tempat yang berbeda. Berikut merupakan hasil pengamatannya.
a. Air sungai
1) Kebakkramat : Ulothrix
2) Tasikmadu : Leptomonas
b. Air sawah
1) Kebakkramat : Rivularia
2) Tasikmadu : Chlococcum
c. Air danau Mojolaban : Tolypothrix
Ulothix merupakan jenis algae yang ditemukan pada air sungai
Kebakkramat. Algae ini memiliki panjang sekitar 10-50 µm,
berbentuk filamen. Sel-selnya berbentuk silindris dan tersusun
memanjang serta ulothix banyak ditemukan dan hidup di air tawar.
Rivularia merupakan jenis algae yang ditemukan pada air sawah
Kebakkramat, algae ini berbentuk seperti cambuk dengan ukuran
0,5-60 µm, memiliki heterokista pada bagian pangkalnya dan mantel
yang menyelubungi tubuhnya. Algae jenis ini memiliki kandungan
warna berupa klorofil, karotenoid dan fikobilin serta hidup
berkoloni. Tolypothrix merupakan jenis algae yang ditemukan pada
air Mojolaban, algae ini berbentuk oval memanjangg dan selnya
memanjang sekitar 15-500 µm serta hidup berkoloni. Leptomonas
merupakan jenis algae yang ditemukan pada air sungai Tasikmadu,
algae ini berukuran 6-12 µm, memiliki 1-2 kloroplas sehingga dapat
melakukan fotosintesa serta bereproduksi secara aseksual berupa
pembelahan diri dan seksual berupa asogami. Chlococcum
merupakan jenis algae yang ditemukan pada air sawah Tasikmadu
yang memiliki bentuk bulat dengan ukuran 120-300 µm, ujung
depan tumpul dan bagian belakang meruncing, mempunyai dinding
sel dan kloroplas seperti mangkuk.
81

Menurut Annisaqois et al. (2018), Indonesia adalah negara


kepulauan yang terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia
serta Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Posisi geografis inilah
yang menjadi salah satu faktor penyebab tingginya keberagaman
spesies rumput laut di Indonesia. Keberagaman jenis dari alga yang
didapat setelah pengamatan sampel air yang dibawa masih-masing
disebabkan dari tempat masing-masing memiliki karakteristik
tersendiri yang membuat mereka dapat hidup pada kondisinya
masing-masing. Menurut Arfah dan Simon (2014), Iklim dan letak
geografis menentukan jenis-jenis algae dapat tumbuh. Alga juga
dibagi berdasar pigmen warnanya, Alga dibagi kedalam tiga kelas
besar, yaitu Rhodophyceae (alga merah), Phaeophyceae (alga
coklat), Chlorophyceae (alga hijau). Rhodophyceae (alga merah)
mengandung karagenan dan agar, sehingga banyak dimanfaatkan
dalam berbagai industri seperti pangan, kimia dan obat-obatan.
Phaeophyceae (alga coklat) mengandung alginat atau algin
merupakan senyawa hidrokoloid. Secara kimiawi, senyawa alginat
merupakan suatu polimer panjang yang disusun oleh dua unit
monomerik. Walaupun alga yang sama jenisnya tetap memiliki
perbedaan sendiri seperti bentuk dan ciri khasnya tersendiri.
Contohnya menurut Ode dan Jahra (2014), di perairan Indonesia
terdapat sekitar 28 spesies alga coklat yang berasal dari enam genus
yakni Dyctyota, Sargassum, Padina, Hormophysa, Turbinaria, dan
Hydroclathrus. Spesies rumput laut yang telah diidentifikasi yaitu
Sargassum sp sebanyak 14 spesies, Turbinaria sebanyak 4 spesies,
Hormophysa baru 1 spesies, Padina 4 spesies, Dyctyota 5 spesies
dan Hydroclathrus 1 spesies. Berdasarkan praktikum yang
dilaksanakan ditemukan jenis alga yang berbeda pada tiap tempat,
yaitu Ulothrix di air sungai Kebakkramat, Leptomonas di air sungai
Tasikmadu, Rivularia di air sawah Kebakkramat, Chlococcum di
air sawah Tasikmadu dan Tolypothrix di air danau Mojolaban
82

b. Protozoa
Hasil pengamatan terhadap keragaman protozoa yang ada di
lima tempat yang berbeda. Berikut merupakan hasil pengamatannya.
a. Air kolam ikan : Colpoda
b. Air sawah Palur : Volvox
c. Air kompos : Stylonychia
d. Air sungai Tasikmadu : Crytomonas
e. Air danau FP : Hymenostomatidae
Keberagaman jenis dari Protozoa yang didapat setelah
pengamatan sampel air yang dibawa masih-masing disebabkan dari
tempat masing-masing memiliki karakteristik tersendiri yang
membuat mereka dapat hidup pada kondisinya masing-masing.
Protozoa dikenal sebagai protista mirip hewan karena mendapatkan
energi dari senyawa organik dengan memangsa bakteri lain. Menurut
Sugoro (2013), Protozoa juga berperan dalam predasi terhadap
bakteri rumen sehingga menurunkan efisiensi penggunaan nitrogen
dalam rumen mengemukakan efek negatif utama keberadaan
protozoa bagi metabolisme protein pada ruminansia yaitu sebagai
predator bakteri. Ciri terbesar antar protozoa dalam penggolongan
jenisnya masing masing. Semuanya termasuk organisme uniseluler,
eukariot, dan heterotrofik. Perbedaan utama enam filum ini hanya
dalam cara pergerakannya Semuanya termasuk organisme uniseluler,
eukariot, dan heterotrofik. Perbedaan utama enam filum Protozoa
hanya dalam cara pergerakannya. Walaupun banyak jenisnya tetapi
Menurut Safrida (2013), hewan ruminansia membutuhkan
protozoa simbion untuk membantu memecah selulosa yang menjadi
sumber makanannya. Protozoa rumen terbagi ke dalam kelompok
flagellata dan ciliata, tetapi hampir semua protozoa rumen adalah
protozoa ciliata. Tak hanya merugikan, menurut Purbowati et al.
(2014), protozoa mampu menggunakan bahan makanan dan
menyimpan polisakarida dalam bentuk amilopektin yang akan
83

dipergunakan bila ketersediaan substrat terbatas. Dengan demikian


protozoa mampu mengontrol ketersediaan substrat bagi kebutuhan
pertumbuhannya. Adanya kemampuan ini, maka protozoa dapat
menjaga kestabilan proses fermentasi dalam rumen. Selain itu,
kemampuan protozoa untuk memangsa bakteri juga akan menjaga
kestabilan proses fermentasi dalam rumen. Berdasarkan praktikum
yang telah dilaksanakan ditemukan berbagai jenis protozoa yang
berbeda pada tiap tempat, yaitu Colpoda di air kolam ikan, Volvox di
air sawah Palur, Stylonychiadi air kompos, Crytomonas di air sungai
Tasikmadu dan Hymenostomatidae di air danau FP.
Colpoda merupakan jenis protozoa yang ditemukan pada air
kolam ikan yang berukuran 2-20 µm, memiliki ciliata di sekitar
tubuhnya sebagai alat gerak, tubuhnya sedikit pipih dan sembung
pada bagian perut, berkembang biak dengan membelah diri. Volvox
merupakan protozoa yang ditemukan pada air sawah Palur, protozoa
ini hidup berkoloni menyerupai bola, memiliki dua flagella pada
setiap sisi selaput, berisi 500-50.000 sel dalam koloni dan ukuran
koloni berkisar 100-6000 µm serta bereproduksi secara aseksual.
Stylonchia merupakan protozoa yang ditemukan pada air kompos,
protozoa ini berbentuk oval dengan ukuran 100-300 µm, memiliki
cilia sebagai alat gerak dan bersifat karnivora yaitu memakan
protozoa lainnya. Crytomonas merupakan protozoa yang ditemukan
pada air sungai Tasikmadu, protozoa ini berukuran 6-12 µm,
memiliki 1-2 kloroplas coklat serta mampu melakukan fotosintesis.
Protozoa ini juga bereproduksi secara aseksual dengan membelah
diri dan seksual dengan asogami. Hymenostomatidae merupakan
jenis protozoa yang ditemukan pada air danau FP UNS, protozoa ini
memiliki bentuk seperti alas kaki dengan panjang 0,15 mm dan lebar
0,3 mm, memiliki cilia pada seluruh permukaan tubuh. Serta
bereproduksi secara aseksual berupa pembelahan sel, dan reproduksi
seksual berupa konjugasi.
84

c. Perbedaan Algae dan Protozoa


Protista secara umum di bagi menjadi 3 filum yaitu Alga,
Protozoa dan Protista mirip jamur. Alga dan protista memiliki
perbedaan yang jelas yaitu pada algae ditemukan klorofil yang
berfungsi untuk melakukan fotosintesa sedangkan pada protozoa
tidak ditemukan klorofil dan memiliki alat gerak seperti flagella dan
cilia untuk bergerak mencari makanannya. Menurut Priadi (2013),
algae merupakan protista mirip tumbuhan, memiliki pigmen klorofil
dan pigmen-pigmen lainnya sehingga dapat berfotosintesis. Hal
inilah yang membedakan algae dengan protozoa secara umum. Algae
juga memiliki dinding sel yang mengandung zat kapur, silika,
protein, atau campuran ketigas at tersebut. Alga sebagian besar
terlihat berwarna hijau, berlendir, organisme yang mengambang di
sungai dan kanal, atau dapat ditemukan terpampang di batu.
Sementara potozoa adalah protista mirip hewan. Menurut Mutiara et
al., (2006) sebagian besar protozoa mempunyai alat gerak berupa
kaki semu (pseudopodia), bulu getar (cilia), bulu cambuk
(flagellum). Organisme ini menelan organisme yang sangat kecil
untuk mencukupi kebutuhan makanan. Protozoa dapat bergerak
melalui flagela atau cilia. Protozoa dibedakan berdasarkan alat
geraknya yang digunkan untuk memperoleh makanan, menurut
Sukirman dan Suyitno (2009), protozoa dikelompokkan menjadi
beberapa golongan yaitu rhizopoda (berkaki semu) contohnya
entamoeba Histolytica dan Amoeba proteus, cilliata (berambut getar)
contohnya Balantidinum dan Stentor, flagellata (berbulu cambuk)
contohnya Trypanosoma, dan Sporozoa (menghasilkan spora, tanpa
alat gerak) contohnya Plasmodium sp. Serta protozoa tidak memiliki
bentuk yang pasti karena tidak memiliki dinding sel.
d. Anabaena azollae dan Azolla pinnata
Anabaena azollae merupakan salah satu tumbuhan tingkat
rendah yang memiliki kemampuan untuk memfiksasi nitrogen dan
85

tersebar luas di dalam air dan tanah yang lembab/basah. Ciri-ciri


Anabaena antara lain: Sel-selnya merupakan koloni berbentuk
benang (filamen). Inti sel tidak memiliki selubung (prokaryotik).
Habitatnya terdapat pada air kolam. Pada umumnya tidak bergerak.
Tidak punya bulu cambuk. Memiliki selaput lendir yang berfungsi
melindungi dirinya. Dinding sel berfungsi untuk mempertahankan
bentuk sel. Akinet berdinding tebal, mengandung banyak cadangan
makanan. Heterosista berfungsi mengikat oksigen. Baeosit yaitu alat
perkembangbiakan vegetatif. Secara anatomi memiliki klorofil,
dinding mengandung peptida serta mengandung peptidoglikan
sehingga membuat dinding keras dan tidak memiliki inti sel.
Anabaena azollae bereproduksi secara aseksual/vegetatif yaitu
dengan pembelahan biner yaitu proses pembelahan diawali dengan
proses replikasi DNA menjadi 2 copy DNA dan diikuti pembelahan
sitoplasma. Anabaena azollae berperan dalam menambat nitrogen
dengan bersimbiosis dengan paku air
Anabaena sp.  diketahui berperan dalam menfiksasi nitrogen,
dan Anabaena sp.  membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman
tertentu seperti pakupakuan. Terdapat satu dari 4 general dari
cyanobacteria yang menghasilkan neurotoxin yang membahayakan
margasatwa lokal seperti halnya hewan ternak dan hewan peliharaan.
Spesies tertentu dari Anabaena telah digunakan dalam pertanaman
padi sawah, sebagai penyedia pupuk alami yang efektif. Bakteri
Anabaena sp. ini sangat bermanfaat dalam bidang pertanian karena
dapat membantu dalam penyuburan tanah. Bahan organik yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik adalah Azolla. Menurut
Cahyani dan Anniez (2018), tanaman Azolla merupakan jenis
tanaman paku air mini dengan ukuruan 3-4 cm yang hidup di air.
Tanaman ini mudah dibudidayakan dan memiliki kadar protein yang
tinggi. Azolla sering ditemukan di lingkungan lahan pertanian
terutama npada sawahsawah yang biasa digenangi.
86

Heterosis terbentuk dalam filamen dari sel-sel biasa. Lokasinya


dalam filamen yang khas untuk spesies, ada pula yang terletak di
ujung filamen, sedangkan yang lain berada di dalamnya. Amonia
atau bentuk lain nitrogen habis dari lingkungan maka, akan terjadi
induksi untuk pembentukan heterosis. Selama proses di mana sel
dikonversi menjadi heterosis, sintesis phycobilins, pigmen antena
untuk fotosintesis dihentikan. Hal ini menyebabkan heterosis tidak
lagi mampu berfotosintesis, sehingga produksi oksigen berhenti.
Keberadaan oksigen dapat menghambat fiksasi nitrogen, ini
memungkinkan heterosis untuk melaksanakan fiksasi ketika
nitrogenase disintesis.
Azolla pinnata menyediakan tempat berlindung dan hasil
fotosintesis bagi Anabaena sp. sedangkan Anabaena sp. memfiksasi
nitrogen dari udara bagi Azolla pinnata. Menurut
Nurani et al., (2012), fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh
Anabaena azolla yang tergolong bakteri prokariotik ini dengan
memanfaatkan gas nitrogen yang ada di atmosfer yang berupa N 2
yang dirubah menjadi ammonia NH3. Hubungan ini
menyebabkan Azolla pinnata dapat tumbuh berkembang secara
vegetatif dengan sangat cepat dan mengakumulasi nitrogen dalam
jumlah yang sangat besar. Kemampuan simbiosis  Azolla pinnata 
dengan  Anabaena  sp. untuk mereduksi nitrogen dari atmosfer
menjadi ammonia melalui enzim dnitrogenase telah dilalui dengan
baik dalam lingkungan air. Simbiosis Azolla
pinnata dengan Anabaena sp. terjadi pada rongga pangkal
daun Azolla pinnata. Proses penambatan N udara pada simbiosis ini
dilakukan oleh ganggang biru dan N yang ditambat diberikan pada
tanaman Azolla pinnata. Bagian tengah dekat pangkal pada sisi
bawah daun atas terdapat rongga daun. Rongga-rongga daun tersebut
dibentuk dalam lapisan epidermis. Bentuknya cekungan dan di setiap
rongga daun terdapat ganggang biru. Ganggang biru yang bermukim
87

dalam rongga daun Azolla pinnata biasanya anggota suku


nostocaseae yaitu Anabaena azollae. Dalam rongga daun Azolla
pinnata ganggang biru berada pada lender yang mengisi rongga
tersebut. Lendir disekresikan oleh bulu-bulu yang terdapat didalam
rongga.
Menurut Rosiana et al., (2013), untuk Azolla pinnata yang
dikenal sebagai simbion dari blue-green algae Anabaena azollae
yang dapat memfiksasi N2 bebas di udara. Penambahan Azolla
pinnata dalam bentuk kompos akan lebih mudah didekomposisi oleh
mikroba. Asosiasi Azolla pinnata dengan Anabaena azollae saling
mengun-tungkan karena dapat mengikat nitrogen, sedangkan Azolla
pinnata memberikan perlindungan kehidupan bagi Anabaena
azollae. Penambatan nitrogen dipengaruhi oleh kandungan unsur
hara tertentu dalam medium tumbuhnya dan keadaan lingkungan
juga dapat memperbaiki lingkunagn yang ditempati.
Perbaikan lingkungan perakaran khususnya untuk lingkungan
sawah sedang gencar dilakukan. Penggunaan sistem tanam
konvensional (penggenangan) yang telah berlangsung lama telah
banyak memberikan pengaruh buruk bagi kelestarian hayati tanah.
Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida telah banyak
meninggalkan residu dalam tanah. Teknik-teknik pengolahan tanah
yang berlangsung di sawah cenderung telah mengakibatkan
pemadatan tanah terutama penggunaan alat berat. Secara langsung
kegiatan tersebut telah mengganggu ekosistem mikroba dalam tanah,
sehingga fokus perbaikan tidak hanya tertuju pada kandungan hara
saja, melainkan juga terhadap sifat fisik dan biologi tanah
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka perbaikan
kualitas sifat fisik, kimia dan biologi tanah adalah dengan cara
penggunaan pupuk organik. Pupuk organik tidak seperti halnya
pupuk anorganik yang dapat menyediakan kebutuhan hara tanaman
secara cepat. Pupuk organik memerlukan waktu untuk dapat
88

memenuhi kandungan hara dalam tanah. Waktu yang diperlukan


oleh bahan organik sehingga menjadi pupuk organik yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman dikarenakan diperlukan waktu oleh
mikroba untuk melakukan proses dekomposisi bahan organik.
Banyak bahan organik yang tersedia dialam yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan organik, setiap sisa-sisa tubuh makhluk
hidup dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuatan pupuk organik.
Salah satu bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pupuk organik adalah Azolla. Azolla sering ditemukan di
lingkungan lahan pertanian terutama pada sawah-sawah yang biasa
digenangi. Azolla merupakan tanaman jenis paku air yang hidupnya
bersimbiosis dengan Cyanobacteria yang dapat memfiksasi N2.
Tanaman ini secara tidak langsung mampu mengikat nitrogen bebas
yang ada di udara dan dengan bantuan mikroorganisme Anabaena
azollae, nitrogen bebas yang diikat dari udara akan diubah menjadi
bentuk yang tersedia bagi tumbuhan.
Manfaat dari terjadinya simbiosis mutualisme antara Azolla
dengan Anabaena tidak hanya memberikan keuntungan terhadap
keduanya. Menurut Indarmawan et al., (2012), Kelebihan yang
dimiliki oleh A. pinnata adalah kemampuannya bersimbiosis dengan
Anabaena azollae untuk fiksasi N dari udara juga menurut
Lestari dan Muryanto (2018), Azolla merupakan alternative yang
dapat digunakan. Azolla memiliki kandungan unsur hara N yang
tinggi karena bersimbiosis dengan Anabaena dalam mengikat
nitrogen bebas di udara. Ganggang dari kelompok ini dapat
berfungsi sebagai salah satu sumber N alternatif bagi tambuhan.
Simbiosisnya antara lain Anabaena dengan Azolla mempunyai
beberapa keunggulan terutama di bidang pertanian, yaitu: karena
dapat mengfiksasi N tentunya dapat mengurangi penggunaan pupuk
kimia khususnya pupuk N. Sebagai alternatif bahan pakan ternak
karena bisa mengurangi biaya pembelian pakan. Meningkatkan
89

kualitas mutu gabah. Meningkatkan pendapatan petani karena lebih


efisien dalam biaya pengelolaan budidaya padi sawah. Dalam jangka
panjang akan menguntungkan kondisi tanah menuju sistem pertanian
yang berkelanjutan karena menurut Pratiwi et al., (2012) tumbuhan
Azolla sp. merupakan jenis tumbuhan paku air yang mengapung
yang umumnya terdapat di perairan tergenang, terutama di sawah,
rawa, dan kolam. Azolla sp. dapat digunakan sebagai pupuk organik
karena mampu meningkatkan konsentrasi nitrogen pada lingkungan
hidupnya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan Azolla sp. berasosiasi
dengan Anabaena azollae. Mekanisme simbiotik dari proses fiksasi
nitrogen yang terjadi, dapat membuat tanah yang ditumbuhi menjadi
subur dan kaya akan nutrisi, khususnya senyawa golongan nitrogen.
90

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara analisis algae dan protozoa dari alam
dapat disimpulkan bahwa:
a. Protista merupakan mikroorganisme bersifat eukariotik (memiliki
membrane inti) dan bersifat autorof atau heterotrop. Mikroorganisme
ini dapat bersifat uniseluler ataupun multiseluler. Protista terbagi
menjadi protista mirip tumbuhan (algae), mirip hewan (protoza), dan
mirip jamur.
b. Algae merupakan salah satu bagian protista yang mirip dengan
tumbuhan, namun belum memiliki sifat-sifat tanaman tingkat tinggi
serta bersita autotrof dan uniseluler atau multiseluler. Algae banyak
dimanfaatkan dalam kehidupan.
c. Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di
semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan
yang lainnya hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan.
d. Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan ditemukan jenis alga yang
berbeda pada tiap tempat, yaitu Ulothrix di air sungai Kebakkramat,
Leptomonas di air sungai Tasikmadu, Rivularia di air sawah
Kebakkramat, Chlococcum di air sawah Tasikmadu dan Tolypothrix di
air danau Mojolaban. Sementara pada protozoa yaitu Colpoda di air
kolam ikan, Volvox di air sawah Palur, Stylonychiadi air kompos,
Crytomonas di air sungai Tasikmadu dan Hymenostomatidae di air
danau FP.
e. Azolla merupakan jenis tanaman pakuan air yang hidup di lingkungan
perairan dan mempunyai sebaran yang cukup luas.
f. Azolla dapat dimanfaatkan untuk mendukung kebijakan pengurangan
penggunaan pupuk urea di dalam kegiatan pertanian.
91

g. Hubungan yang terjadi antara Azolla dengan Anabaena telah


menciptakan suatu simbiosis yang bersifat mutualisme yang dapat
memberikan keuntungan, yakni dapat melakukan fiksasi N2 di udara

2. Saran
Sebaiknya co-ass lebih dapat menjelaskan cara identifikasi algae dan
protozoa dengan lebih jelas serta dapat ditunjukkan bagian-bagian dari
protista tersebut agar dapat lebih mudah dipahami.
92
DAFTAR PUSTAKA

Annisaqois M, Grevo SG, Stenly W et al. 2018. Analisis molekuler DNA alga
merah (Rhodophyta) Kappaphycus sp. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis 1(1):
107-112.
Arfah H, Simon IP. 2014. Biodiversity and biomass of macroalgae in kotania bay
waters, West Seram. J Ilmiah Platax 2(2):63-73.
Ariebowo M, Fictor FP. 2009. Praktis Belajar Biologi 1. Jakarta: Visindo Media
Persada.
Cahyani RR, Anniez RM. 2018. Pengembangan pakan ikan untuk menekan biaya
produksi budidaya lele. J Pengabdian Pada Masyarakat 3(1): 15-20.
Diharmi A, Dedi F, Nuri A et al. 2011. Karakteristik karagenan hasil isolasi
Eucheuma spinosum (alga merah) dari perairan Semenep Madura. J
Perikanan dan Kelautan 16(1): 117-124.
Fanani AS, Shinta E, Muria SR. 2017. Pemanfaatan biomassa alga biru-hijau
anabaena cycadae dalam proses biosorpsi logam cr pada limbah cair industri
elektroplating. J FTEKNIK 4(1): 1-7.
Ghufran MH, Kordi K. 2009. Budi daya perairan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Gunawan I, Raida K. 2012. Substitusi kebutuhan nitrogen tanaman padi sawah
oleh tumbuhan air azolla (Azolla pinnata). Jl Penelitian Pertanian Terapan
12 (3): 175-180.
Hariyani D, Adeng S, Didi JY. 2017. Jenis-jenis protista di Danau Teluk Gelam
Kabupaten OKI Provinsi Sumatera Selatan. J Pembelajaran Biologi 5(2):
126-136.
Harmoko, Yuni K. 2018. Kanekaragaman mikroalga divisi cyanobacteria di
Danau Aur Kabupaten Musi Rawas. J Biodjati 3(1): 8-14.
Indarmawan T, Mubarak AS, Gunanti M. 2012. Pengaruh konsentrasi Azolla
Pinnata terhadap populasi Chaetoceros sp.. J of Marine and Coastal
Science 1(1): 61–70.
Kusnadi, Soni M, Yayan S. 2009. Buku saku biologi sma kelas 1, 2, & 3. Jakarta:
Kawan Pustaka.
Langoy MLD, Saroyo, Dapas FNJ. 2011. Deskripsi alga makro di taman wisata
alam batuputih, Kota Bitung. J Ilmiah Sains 11(2): 219-224.
Lestari SU, Muryanto. 2018. Analisis beberapa unsur kimia kompos Azolla
mycrophylla. J Ilmiah Pertanian 14(2): 60-65.
Mutiara T, Ernawati, Mieke M et al. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Erlangga
Nurani FR, Masithah ED, Mubarak AS. 2012. Pengaruh konsentrasi pupuk Azolla
pinata terhadap pertumbuhan populasi Spirulina platensis. J Ilmiah
Perikanan dan Kelautan 4(1) :39-44.
Ode I, Jahra W. 2014. Jenis-jenis alga coklat potensial di perairan pantai Desa
Hutumuri Pulau Ambon. J Ilmiah agribisnis dan Perikanan 7(2):40-45.
Pakidi CS, Hidayat SS. 2016. Potensi dan pemanfaatan bahan aktif alga cokelat
Sargassum sp. J Ilmu Perikanan 5(2): 488-498.
Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Priadi A. 2013. Biologi 1 SMA kelas x. Jakarta: Yudhistira.
Purbowati E, Edy R, Wayan SD, Christina MSL et al. 2014. Karakteristik cairan
rumen, jenis, dan jumlah mikrobia dalam rumen sapi jawa dan peranakan
ongole. J Buletin Peternakan 38(1): 21-26.
Rosiana F, Tien T, Yuyun Y et al. 2013. Aplikasi kombinasi komposjerami,
kompos azolla dan pupuk hayati untuk meningkatkan jumlah populasi
bakteri penambat nitrogen dan produktivitas tanaman padi berbasis IPAT-
BO. J AGROVIGOR 6(1): 16-22.
Safrida. 2013. Identifikasi morfologis ciliata yang terdapat pada rumen sapi di
rumah potong hewan sebagai penunjang praktikum zoologi invertebrata. J
EduBio Tropika 1(1): 1-60.
Setiowati T, Deswati F. 2007. Biologi interaktif. Jakarta: Azka Press.
Sudjana B. 2014. Penggunaan azolla untuk pertanian berkelanjutan. J Ilmiah
Solusi 1(2): 72-81.
Sugoro I, Yunianto I. 2013. Pertumbuhan protozoa dalam cairan rumen kerbau
yang disuplementasi tanin secara in vitro. J Ilmiah Aplikasi Isotop dan
Radiasi 2(2): 48-57.
Sukirman, Suyitno A. 2009. Biology. Jakarta: Yudhistira.
Wijarini F, Nursia, Listiani. 2019. Keragaman protista di hutan mangrove sebagai
sumber belajar mahasiswa pendidikan biologi Universitas Borneo Tarakan.
J Pendidikan Biologi 1(1): 1-20.

Anda mungkin juga menyukai