Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TREN DAN ISSUE

KESENJANGAN KEPERAWATAN

OLEH :

KELOMPOK

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2020
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-


menerus dan terlibat dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan dan
metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan
perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan tersebut. Keperawatan menetapkan
diri dari ilmu social bidang lain karena focus asuhan keperawatan bidang lain meluas.

Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik


dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran
perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam
keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan,
otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari organisasi keperawatan professional
menggambarkan trend dan praktik keperawatan.

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya


sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik
dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya
maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya setiap saat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi tren dan issue ?
2. Apa bentuk-bentuk definisi tren dan issue dan kesenjangan dalam keperawatan ?
3. Apa manfaat globalisasi dalam keperawatan ?
4. Apa factor yang mempengaruhi liberalisas perdagangan jasa pelayanan keperawatan ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi trend an issue
2. Mengetahui bentuk-bentuk definisi tren dan issue dan kesenjangan dalam
keperawatan
3. Mengetahui manfaat globalisasi dalam perawatan
4. Mengetahui factor yang mempengaruhi liberalisasi perdangangan jasa pelayanan
keperawatan
5. Mengetahui peran perawat terhadap tren dan issue
ISI

A. DEFINISI TREN
Tren adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta. Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai
pendekatan analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi
yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.

B. DEFINISI ISSUE
Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun belum
tentu jelas fakta dan kebenarannya.

C. DEFINISI TREN DAN ISSUE DAN KESENJANGAN DALAM KEPERAWATAN


Pada tahun 2010 bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, era dimulainya
pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam
negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi atau pergeseran pola kehidupan
masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat
yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan
masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi
penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat
juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta
penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan
untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih
kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang
kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional.
Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan
dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan
kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan
teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan
menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di
Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih
rendahnya peran perawat professional, diantaranya :

1.      Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985


pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat
pada tahun 1869.
2.      Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3.      Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik
keperawatan, lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan
akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan
kesehatan “sehat untuk semua pada tahun 2010“,maka solusi yang harus ditempuh adalah
:
1.      Pengembangan pendidikan keperawatan
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan
perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi
dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan
pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang
keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar,
lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
Universitas Indonesia (UI) meluncurkan Program Doktor (S3) Keperawatan
pertama dan satu-satunya di Indonesia yang dimaksudkan untuk meningkatkan
sumber daya manusia di bidang kesehatan.
"Ini sejalan tuntutan dan kebutuhan akan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang kesehatan yang sangat pesat," kata Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan UI Dewi Irawaty dalam Peluncuran Program Doktor Keperawatan UI
di Jakarta, Menurut dia, program doktor keperawatan di Indonesia sudah termasuk
tertinggal karena Program Doktor Keperawatan pertama sudah dibuka di University
of Columbia sejak 1923. Indonesia, ujarnya, baru memulai sistem pendidikan tinggi
keperawatan pada 1985, dalam program studi Ilmu Keperawatan di Fakultas
Kedokteran (FK) UI yang baru berkembang menjadi fakultas mandiri pada 1995
sebagai fakultas ke-12 di UI. Fakultas ini, ujarnya, baru membuka program magister
pada 1999 yang dengan semakin meningkatnya jumlah perawat terdidik maka
diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan kepada pasien dan
masyarakat. Namun demikian ia mengingatkan, bahwa program doktor keperawatan
seharusnya dibedakan dengan keperawatan sebagai profesi penunjang dalam praktek
kedokteran. “Program S2 dan S3 itu lebih bersifat akademik yang berbeda dengan
praktek. Jalur akademik ini lebih berkaitan dengan keilmuwan dan mengisi
kebutuhan di level manajemen, pendidikan, dan klinikal," kata Kepala RSCM Akmal
Taher yang juga hadir. Program ini, lanjut Dewi, diharapkan mampu menghasilkan
lulusan berkualitas unggul baik sebagai peneliti, ilmuwan, pendidik, dan pemimpin
di tengah masyarakat dengan kompetensi internasional dan mampu bersaing secara
global.
2.     Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi
dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik
keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di
lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.
3.      Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis
serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan
organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat
dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan
tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu
menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan
masa depan yang lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik
secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat
penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional
yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari :
a.       Body of Knowledge
b.      Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c.       Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2.      Nilai komitmen moral.
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan
memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989)
pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen
moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a.      Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan
yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b.      Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya,
keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai
individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c.      Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu),
selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi,
komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3.      Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan
tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan
diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi
mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan
tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula
sebagai pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi
pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi
keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan
peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat berarti
perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya
terhadap klien.

D. GLOBALISASI DALAM KEPERAWATAN


Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai dengan
perubahan-perubahan yang cepat disegala bidang, menuju kepada keadaan yang lebih
baik. Di bidang kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih adanya
ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, kurangnya
kemandirian dalam pembangunan bangsa dan derajat kesehatan masyarakat yang masih
tertinggal di bandingkan dengan negara tetangga. Reformasi bidang kesehatan juga
diperlukan karena adanya lima fenomena utama yang mempunyai pengaruh besar
terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu perubahan pada dinamika
kependudukan, temuan substansial IPTEK kesehatan/kedokteran, tantangan global,
perubahan lingkungan dan demokrasi disegala bidang.
Berdasarkan pemahaman terhadap situasi dan adanya perubahan pemahaman
terhadap konsep sehat sakit, serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dan
informasi tentang determinan kesehatan bersifat multifaktoral, telah mendorong
pembangunan kesehatan nasional kearah paradigma baru, yaitu paradigma sehat.
Paradigma sehat yang diartikan disini adalah pemikiran dasar sehat, berorientasi
pada peningkatan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada
orang sakit, sehingga kebijakan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif
dengan maksud melindungi dan meningkatkan orang sehat menjadi lebih sehat dan
roduktif serta tidak jatuh sakit. Disisi lain, dipandang dari segi ekonomi, melakukan
investasi dan intervensi pada orang sehat atau pada orang yang tidak sakit akan lebih cost
effective dari pada intervensi terhadap orang sakit. Pada masa mendatang, perlu
diupayakan agar semua policy pemerintah selalu berwawasan kesehatan, motto-nya akan
menjadi "Pembangunan Berwawasan Kesehatan".
E. LIBERALISAS PERDAGANGAN JASA PELAYANAN KEPERAWATAN
Perawat lebih terlibat dalam pembaharuan perawatan kesehatan. Nursing’s
Agenda for Health Care Reform mendorong lahirnya system perawatan kesehatan yang
mudah diperoleh, berkualitas dan pelayanan baik dengan biaya yang rasional (Tri
Council, 1991).
Aktivitas dan komitmen politik merupakan bagian dari profesionalisme dan
politik merupakan aspek yang penting dalam memberikan perawatan kesehatan. Oleh
sebab itu perawat tidak boleh memandang politik sebagai suatu urusan yang kotor, tetapi
sebagai suatu kenyataan dimana termasuk di dalamnya seni mempengaruhi, bernegosiasi,
dan interaksi social. Perawat telah terlibat dalam bentuk politik yang berbeda disekolah
keperawatan dan di tempat perawatan kesehatan ketika mencari tambahan sumber daya,
peningkatan kemandirian, dan tanggung gugat terhadap penguasa. Keterampilan yang
diperoleh melalui pengalaman dapat ditransfer ke dalam politik pembuatan kebijakan
perawatan kesehatan.
Sepanjang perawat mempertahankannya keterlibatannya dalam kebijakan dan
praktik asuhan kesehatan, informasi yang tidak tepat dari pihak luar tidak dapat
memaksakan keinginan mereka pada keperawatan dan praktik keperawatan. Kelompok
bukan keperawatan, sering kali disampaikan oleh pemberi perawatan kesehatan yang lain,
mencoba untuk menekankan aturan perizinan institusi, pendidikan yang berkelanjutan
yang baku, pembatasan praktik keperawatan lanjutan, dan aturan lain yang berkenaan
dengan profesi dimana profesi tersebut harus memiliki suara sendiri dalam memberikan
keputusan dalam hal tersebut di atas dan berbagai bidang lain yang mempengaruhi
kualitas asuhan keperawatan. Walaupun perawat telah mencegah terjadinya pelanggaran
pada aturan profesi, keperawatan dimasa yang akan datang menuntut perawat baik secara
individu maupun kelompok untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengaruh pada
kebijakan asuhan kesehatan yang mempengaruhi praktik keperawatan.
Seputar RUU Keperawatan, Achir menuturkan bahwa tahun 2005 RUU sudah
diterima DPR. Tetapi sampai tahun 2007, RUU tersebut belum juga dikerjakan. Melihat
tidak seriusnya para legislator, maka PPNI melalui Gerakan Nasional 12 Mei 2008
mendorong RUU ini diundangkan paling lambat 2009. Akhirnya, melalui keputusan
tanggal 16 Desember 2008 RUU Keperawatan masuk dalam Proglegnas tahun 2009
urutan ke-26.
Lebih lanjut, ia menjelaskan situasi konkret yang kerap terjadi antara masyarakat atau
pasien dengan perawat. Di saat tertentu, ada pasien yang hendak diperiksa tetapi tidak
ada dokter, yang ada hanya perawat. Dalam situasi dilematis ini, jika perawat menolak
memeriksa maka ia akan "diadili" oleh pasien atau masyarakat. Tapi jika perawat
memeriksa, maka ia akan dikenai sanksi hukum. "Itu bisa terjadi karena kita belum ada
UU Keperawatan. Yang ada hanya Kepmenkes. Itu kalah dengan UU Kedokteran," jelas
Achir.
Menurutnya, sudah banyak kasus "diciduknya" perawat oleh kepolisian terkait
persoalan di atas. Diantaranya di Pati, Wonogiri, Kaltim, Banten, dan tempat lain. Supaya
hal tersebut tidak terjadi, maka harus ada batasan yang jelas, mana yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh seorang perawat. Ini merupakan kebijakan pemerintah untuk segera
mengesahkan UU keperawatan.
Bapak  Zuber Safawi, SHI.( anggota DPR RI periode 2004-2009) menyampaikan
cara paling efektif agar UU keperawatan bisa disahkan adalah kesadaran anggota DPR RI
tentang urgensi UU keperawatan perlu ditumbuhkan sehingga menjadi kesadaran kolektif
seluruh anggota DPR RI, pendekatan dan loby kepada pimpinan DPR RI dan seluruh
anggota fraksi agar terbentuk fungsi representatif dari seluruh anggota fraksi (seluruh
anggota fraksi anggota DPR RI yang berjumlah 45 orang sepakat RUU keperawatan
disahkan), jika hal ini bisa terlaksana maka RUU keperawatan akan dengan mudah
disahkan. Tidak hanya loby saja, aksi besar-besaran untuk mendongkrak opini publik
sangat diperlukan baik di tingkat wilayah dan nasional (PPNI, perawat, mahasiswa dan
stakeholder terkait) dengan begitu RUU yang sekarang posisinya masih di baleg bisa
dengan mudah masuk ke pimpinan DPR dan mendapat persetujuan semua fraksi, dan
proses seterusnya bisa berlajalan lancar sampai UU keperawatan bisa disahkan.
Aksi massa turun ke jalan sangat perlu dilakukan guna penguatan dari proses loby dan
bisa mendongkrak opini publik, aksi massa sebaiknya dilakukan  tepat saat sidang
paripurna, sidang paripurna dilakukan setiap hari selasa dan jika memang perlu
dilaksanakan sidang paripurna istimewa akan dilakukan secara terus menerus dalam
waktu 1 minggu.
PENUTUP

Kesimpulan

Makalah ini memperlihatkan bahwa keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak
berubah tetapi profesi yang secara terus menerus berkembang dan terlihat dalam masyarakat
yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan kesehatan berubah, karena gaya
hidup berubah dan perawat sendiri juga berubah. Berbicara tentang keperawatan berarti berbicara
tentang keperawatan pada suatu waktu tertentu.
Filosofi dan defenisi terkini dari keperawatan memperlihhatkan trend holistic dalam
keperawatan ditujukan pada manusia secara keseluruhan dalam segala dimensi, dalam sehat dan
sakit, dan dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Keperawatan menetapkan diri
dalam ilmu social dan bidang lain karena focus asuhan keperawatan meluas.
Satu trend dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta didik
keperawatan yang menerima pendidikan dasar di sekolah dan universitas. Organisasi
keperawatan professional terus menerus menekankan pentingnya pendidikan bagi perawat dalam
mendapatkan dan memperluas peran baru.
Trend praktik  meliputi perkembangannya berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi
dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya focus asuhan keperawatan.
Trend dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari
keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi, meliputi pendidikan, teori,
pelayanan, otonomi dan kode etik. Aktivitas dari organisasi professional keperawatan
menggambarkan seluruh trend dalam pendidikan dalam praktek keperawatan. Akhirnya, seluruh
hal yang mempengaruhi keperawatan juga menggambarkan trend dalam keperawatan
kontemporer.

Saran

Semoga hasil karya tulis ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan meskipun penulis
menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi pada kenyataaanya
masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bioetika Keperawatan
    Bioetika Keperawatan
    Dokumen22 halaman
    Bioetika Keperawatan
    vivi rofiqoh nur anita
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bufanny 1
    Tugas Bufanny 1
    Dokumen17 halaman
    Tugas Bufanny 1
    vivi rofiqoh nur anita
    Belum ada peringkat
  • TELAAH JURNAL KASUS - Emilia
    TELAAH JURNAL KASUS - Emilia
    Dokumen12 halaman
    TELAAH JURNAL KASUS - Emilia
    vivi rofiqoh nur anita
    Belum ada peringkat
  • Drama
    Drama
    Dokumen2 halaman
    Drama
    vivi rofiqoh nur anita
    Belum ada peringkat
  • Drama
    Drama
    Dokumen2 halaman
    Drama
    vivi rofiqoh nur anita
    Belum ada peringkat
  • Sap Dampak Kemo
    Sap Dampak Kemo
    Dokumen13 halaman
    Sap Dampak Kemo
    vivi rofiqoh nur anita
    Belum ada peringkat
  • GDFHJ
    GDFHJ
    Dokumen3 halaman
    GDFHJ
    vivi rofiqoh nur anita
    Belum ada peringkat