Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS MALANGBONG
Jl. Alun-alun Timur No. 05 (0262) 421038 Garut - 44188
e-mail : Puskesmas_malangbong@yahoo.Com

KERANGKA ACUAN
PROGRAM GIZI

A. Pendahuluan

Puskesmas merupakan Pusat Kesehatan Masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah
kerjanya.
Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas.
Kegiatan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar
gedung. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang
akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat
dalam bentuk promotif dan preventif.
Upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat, kelompok, individu atau
klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, analisis,
simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di
dalam dan di luar gedung.

B. Latar Belakang

Kesehatan dan Gizi merupakan faktor penting, yang secara langsung


berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Sumber daya
manuasia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam
pembangunan kesehatan.
Program perbaikan Gizi merupakan bagian integral dari program kesehatan
yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi - tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut, program perbaikan gizi
harus dilakukan secara sitematis dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan melalui
suatu rangkaian upaya terus menerus mulai dari perumusan masalah, penetapan
tujuan yang jelas, penentuan strategi intervensi yang tepat sasaran, identifikasi yang
tepat serta kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang berperan di berbagai
tingkat administrasi.
Kurang gizi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, hal ini ditandai
dengan masih tingginya prevalensi balita gizi kurang yaitu sebesar 28 % (Susenas,
2005). Dibanyak negara 15-20% dari jumlah bayi secara keseluruhan merupakan
BBLR, sedangkan di Indonesia diperkirakan sekitar 14-17% (Depkes, 2007). Bayi
dengan BBLR akan berpotensi mengalami gizi buruk. Setiap anak dengan status gizi
buruk mempunyai resiko kehilangan IQ point 10-13 point. Potensi kehilangan IQ
sebesar 50 point per orang juga terdapat pada penduduk yang tinggal di daerah
rawan gangguan akibat kurang yodium (GAKY). Berdasarkan Survey Nasional tahun
2003 angka TGR (Total Goiter Rate) pada anak sekolah dasar sebesar 11,1 %, dan
persentase konsumsi garam dengan kandungan yodium cukup ditingkat rumah
tangga hanya sebesar 72.81%. Masalah kurang Vitamin A juga perlu diwaspadai, 50
% balita masih menunjukan kadar vitamin dalam serum <20 mcg/dl. Masalah kurang
vitamin A selain berdampak pada resiko kebutaan juga berdampak pada resiko
kematian karena infeksi ( Gizi Dalam Angka, 2006).
Beberapa dekade hingga saat ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi melalui
intervensi yang mencakup penyuluhan gizi di posyandu, pemantauan pertumbuhan,
pemberian suplemen gizi (melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi dan tablet
besi), fortifikasi garam beryodium, pemberian makanan tambahan termasuk MP-ASI,
pemantauan dan penanganan gizi buruk. Intervensi terhadap masalah gizi dapat
dilakukan dengan tepat oleh para pengelola/pelaksana program, bila tersedia
data/informasi yang akurat dan berkesinambungan. Data tersebut dipantau secara
terus menerus melalui Instrumen Pemantauan Wilayah Setempat-Gizi (PWS-Gizi).
Berdasarkan dari informasi data hasil PWS-Gizi, para pengelola program dan
penentu kebijakan di setiap tingkat administrasi pemerintahan khususnya di
Kabupaten/Kota dapat mengetahui besaran masalah gizi dan menentukan tindakan
yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut di wilayahnya. Disamping itu data
hasil PWS-Gizi merupakan salah satu sumber data rutin untuk kajian epidemiologi
SKD-KLB Gizi Buruk. Indikator kegiatan gizi yang dilakukan meliputi : prevalensi ibu
hamil Kurang Energi Kronis (Bumil KEK), prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR),
cakupan Asi Ekslusif, cakupan desa dengan garam beryodium baik, pemantauan
pertumbuhan, cakupan tablet tambah darah ibu hamil, cakupan kapsul vitamin A
dosis tinggi untuk balita dan ibu nifas.

C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


1. Tujuan Umum
Meningkatnya kualitas pelayanan gizi melalui Standarisasi Operasional
Prosedur sehingga dapat mencegah dan menanggulangi masalah gizi.
2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan prevalensi bumil KEK
b. Menurunkan prevalensi BBLR
c. Meningkatkan cakupan Asi Ekslusif
d. Meningkatkan cakupan Desa dengan garam beryodium baik
e. Meningkatkan cakupan kunjungan posyandu
f. Meningkatkan cakupan pemberian vitamin A sehingga tidak terjadi resiko
kekurangan vitamin A
g. Meningkatkan cakupan pemberian Fe pada ibu hamil.
h. Menurunkan cakupan anak BGM

D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Kegiatan Pokok.
Kegiatan pokok gizi yang dilakukan ada 3 :
1) Pendidikan gizi
2) Pemberdayaan Masyarakat
3) Peningkatan gizi masyarakat
2. Rincian Kegiatan
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh gizi diantaranya :
1) Penyuluhan gizi
2) Kunjungan rumah atau pendampingan gizi buruk
3) Pemberian makanan tambahan pemulihan anak balita
4) Surveilen atau pelacakan gizi buruk
5) Bulan Penimbangan Balita
6) Pemantauan Garam Yodium di masyarakat
7) Pemberian makanan tambahan pemulihan Bumil KEK atau Anemi
8) Konseling Gizi
9) Pemberian Vit A bagi bayi, balita, dan bufas
10) Pemberian tablet Fe bu,il, bufas, dan remaja putri
11) Pemantauan Posyandu

E. Cara Melaksanakan Kegiatan

Kegiatan Gizi dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Malangbong


Pelaksanaannya dilakukan di wilayah posyandu, sekolah SD, SLTP dan SMA
sederajat. Metode yang dilaksanakan dengan ceramah, tanya jawab.
Melaksanakan penimbangan BB dan pengukuran TB. Pendistribusian obat Gizi.

F. Sasaran
1. Sasaran kegiatan pencegahan dan penanggulangan BGM adalah balita gizi
kurang dan gizi buruk
2. Sasaran kegiatan pencegahan dan penanggulangan anemia gizi adalah ibu
hamil, wanita usia subur, dan remaja putri
3. Sasaran kegiatan pencegahan GAKY adalah pada tingkat rumah tangga
4. Sasaran kegiatan pencegahan KVA adalah bayi 6 – 11 bulan, balita 12 – 59
bulan, dan bufas

G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan gizi ada yang dilakukan setiap bulan dan ada yang
setahun sekali, juga setahun dua kali.

H. Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan dilaksanakan setelah kegiatan.

I. Pencatatan, Pelaporan Dan Evaluasi Kegiatan.

Pencatatan, pengolahan data dan pelaporan data kegiatan serta evaluasi

kegiatan di lakukan setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan.


Mengetahui Malangbong, .......................
Kepala UPT Puskesmas Malangbong Pelaksana Kegiatan

dr. H. Hadi Harsono Sismiarti


NIP.196109201989031005 NIP. 197108261994032004

Anda mungkin juga menyukai