Disusun Oleh :
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat.
Tidak lupa, Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa kesehatan fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mandiri dari mata kuliah
filsafat pendidikan. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca dan dosen pengampu untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-butirnya
termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinia ke empat.
Dijelaskan bahwa Negara Indonesia didasarkan atas Pancasila. Pernyataan tersebut
menegaskan hubungan yang erat antara eksistensi negara Indonesia dengan Pancasila. Lahir,
tumbuh dan berkembangnya negara Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai dasarnya.
Secara filosofis ini dapat diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai kedudukan Pancasila
sebagai jati diri bangsa.
Melihat dari beragamnya kebudayaan yang terdapat dalam bangsa Indonesia maka
proses kesinambungan dari kehidupan bangsa merupakan tantangan yang besar. Demi
perkembangan kebudayaan Indonesia selanjutnya dituntut adanya rumusan yang jelas yang
mampu berperan sebagai pemersatu bangsa sehingga ciri khas bangsa Indonesia menjadi
nyata.
Filosofis berarti berdasarkan pengetahuan dan penyelidian dengan akal budi mengenai
hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukum, termasuk termasuk teori yang mendasari
alam pikiran atau suatu kegiatan (berintikan logika, estetika, metafisika, epistemology dan
falsafah) Untuk mendapatkan landasan pendidikan yang kukuh diperlukan adanya kajian
yang bersifat mendasar, sistematis dan Universal tentang ciri hakiki manusia
2) Kemampuan Bereksistensi
Manusia bersifat aktif dan manusia dapat menjadi manejer terhadap lingkungannya
Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar dengan yang buruk/salah bagi manusia.
Cara meningkatkan : melatih akal/kecerdasan dan kepekaan emosi
4) Moral (etika)
Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan. Bermoral sesuai dengan kata hati yang
baik bagi manusia, dan sebaliknya. Etiket hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai
sopan santun
4. Keberagaman (keyakinan ada kekutan yang mengendalikan seluruh aspek kehidupan di luar
kemampuan makhlup hidup di dunia)
Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa, dan
negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk tumbuh dan
berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau sosial.
Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama dan sama-sama memiliki harkat
dan martabat sebagai manusia mulia. Paulus Wahana (dalam H.A.R. Tilaar. 2002 : 191)
mengemukakan gambaran manusia pancasila sebagai berikut :
1. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat
melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.
2. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki
kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
3. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan
sikapnya dalam hubungannya dengan pencipta Nya.
4. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya
sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan
sikapnya terhadap hubungannya dengan pencipta Nya.
5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
6. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia.
7. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di dalam
dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
8. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan tetap
membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
9. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama
dengan manusia Indonesia yang lain.
10. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling menghargai,
memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya.
11. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai
orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf kehidupan
yang lebih baik.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia
yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan
perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa
dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.
Nilai yang terkandung dalam Pancasila, Nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian
masyarakat-bangsa dan negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah
semua orang, warga dalam lingkungan negara Indonesia. Hakekat rakyat Indonesia adalah
pilar negara dan yang berdaulat. Segala sesuatu yang merupakan hak dalam hubungan hidup
kemanusiaan yang mencakup hubungan antara negara dengan warga negara, hubungan
negara dengan negara, dan hubungan antar sesama warga negara yang dinamakan adil
(Surajiyo, 2008).
2. Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik.
3. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme,
bahwa berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan.
Oleh karena itu, budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang
seluas-luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau
sikap demokratis, saling menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara. Itulah yang
menjadi nilai-nilai dasar Pancasila terhadap masyarakat Indonesia.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Sebagai usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus mempunyai dasar dan
tujuan yang jelas, sehingga dengan demikian baik isi pendidikan maupun cara-cara
pembelajarannya dipilih, diturunkan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar dan
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Selain itu, pendidikan bukanlah
prosespembentukan peserta didik untuk menjadi orang tertentu sesuai kehendak sepihak dari
pendidik. Karena manusia (peserta didik) hakikatnya adalah pribadi yang memiliki potensi
dan memiliki keinginan untuk menjadi dirinya sendiri, maka upaya pendidikan harus
dipandang sebagai upaya bantuan dan memfasilitasi peserta didik dalam rangka
mengembangkan potensi dirinya. Upaya pendidikan adalah pemberdayaan peserta didik. Hal
ini hendaknya tidak dipandang sebagai upaya dan tujuan yang bersifat individualistic semata,
sebab sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupan manusia itu multi dimensi dan
merupakan kesatuan yang integral.
Selain hal di atas, dimensi hitorisitas, dinamika, perkembangan kebudayaan dan tugas
hidup yang diemban manusia mengimplikasikan bahwa pendidikan harus diselenggarakan
sepanjang hayat. Pendidikan hendaknya diselenggarakan sejak dini, pada setiap tahapan
perkembangan hingga akhir hayat. Sebab itu, pendidikan hendaknya diselenggarakan baik
pada jalur pendidikan informal, formal, maupun nonformal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya.
8. Agama;
kurikulum sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
(Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Metode Pendidikan. Berbagai metode pendidikan yang ada merupakan alternative
untuk diaplikasikan. Sebab, tidak ada satu metode mengajar pun yang terbaik dibanding
metode lainnya dalam segala konteks pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan
hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai,
hakikat manusia atau peserta didik, karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu
pendidikan yang tersedia. Penggunaan metode pendidikan diharapkan mengacu kepada pada
prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode.
Peranan Pendidik dan Peserta Didik.ada berbagai peranan pendidik dan peserta didik
yang haruis dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan
tersirat dalam semboyan: “ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau
menjadi teladan bagi peserta didiknya; “ing madya mangun karso”, artinya pendidik harus
mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya; dan” tut wuri handayani” artinya
bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan atau kesempatan
kepada peserta didik untuk belajar mandiri.
Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya, melainkan
sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya. Pengolahan bukan berarti
mengeksploitasi alam sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi harus diimbangi dengan
pelestarian alam.
Sila ini memberikan kesadaran bagi bangsa indonesia bahwa rasa nasionalisme
merupakan modal dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Nilai kesatuan dan persatuan
mengikat bangsa Indonesia dalam membangun seperti semboyan bersatu kita teguh bercerai
kita runtuh. Rasa sektarian dan kedaerahan jangan sampai merusak kesatuan dan persatuan
bangsa, hal ini akan akan dibungkus kuat dan rapi dengan rasa nasionalisme.
Sila ini mengandung bahwa manusia Indonesia harus menjaga kesimbangan keadilan
dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia
lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam
lingkungannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi pembangunan
bangsa Indonesia. Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa,
sebagai landasan, arah dan etos, serta sebagai moral pembangunan nasional.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pancasila sebagai filsafat Negara maka patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi
semangat dalam berkarya pada segala bidang.Pancasila harus dipahami dengan menggunakan
penalaran rasional akal budi manusia. Pancasila juga harus dipahami dengan pendekatan
kritis, yakni tidak mudah percaya dengan klaim-klaim luhur ataupun praktek-praktek naif
yang mengatas namakan Pancasila. Tafsiran atas nilai-nilai Pancasila pun harus runut dan taat
asas, sesuai dengan maksud dan tujuan adanya Pancasila itu sendiri. Seperti segala sesuatu di
bawah langit, Pancasila, dan tafsiran atasnya, pun juga harus kontekstual, yakni sesuai
dengan perkembangan jaman. Maka, nilai fleksibilitas, dalam tegangan dengan keteguhan
prinsip-prinsip dasar harus digunakan semesta berpartisipasi “mewujudkannya”. Semua
anggota semesta ikut berpartisipasi dalam mewujudkan realitas. Sebab itu, peran manusia
baik sebagai individu maupun kelompok adalah merajut realitas yang diinginkannya yang
dapat diterima oleh lingkungannya. Dalam hal ini hakikat pendidikan seyogyanya diletakkan
pada upaya-upaya untuk menggali dan mengembangkan potensi para pelajar agar mereka
tidak saja mampu memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai agen perubahan atau
perajut realitas (A. Mappadjantji Amien, 2005).
SARAN
Makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, untuk itu mohon dimaklumi. Apabila
terdapat kekurangan di dalam makalah ini, dimohon untuk dosen pengampu atau para
pembaca untuk mengkritisi agar kedepannya makalah yang kelompok kami buat dapat lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://yohaneshutauruk.blogspot.com/2016/05/pandangan-filsafat-pancasila-
tentang.html?m=1