Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN TEORITIS

A. PENGERTIAN NEGARA

Negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika diibaratkan bangunan, negara sebagai
pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi yang kuat, yaitu konstitusi
Indonesia. Hampir setiap negara mempunyai konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi tersebut
telah dilaksanakan dengan optimal atau belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara
yang perannya tak bisa dipandang sebelah mata. Negara adalah suatu wilayah di permukaan
bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh
pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang
memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan
berdiri secara independent. Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki
wilayah, dan memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah
mendapat pengakuan dari negara lain.

Setiap Negara tentunya memiliki Dasar Negara, dimana Dasar Negara ini menjadi
fandemen yang kokoh dan kuat serta bersumbar dari pandangan hidup atau falsafah(cerminan
dari peradaban, kebudayaan, keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh dalam sejarah
perkembangan Negara itu sendiri).

NEGARA INDONESIA

Meskipun ditinjau berdasarkan unsur-unsur yang membentuk negara, hampir semua


negara memiliki kesamaan, namun ditinjau dari segi tumbuh dan terbentuknya negara serta
susunan negara, setiap negara di dunia ini memiliki spesifikasi serta ciri khas masing-masing.
Demikian pula bangsa dan Negara Indonesia tumbuh dan berkembang dengan
dilatarbelakangi oleh kekuasaan dan penindasan bangsa asing seperti penjajahan Belanda serta
Jepang. Ketika bangsa Asing ke Indonesia maka bangsa Indonesia saat itu bertekad untuk
membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa , sebagai unsur pokok negara
melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Isi sumpah itu untuk mewujudkan unsur negara
yaitu satu wilayah negara, satu bangsa, dan satu bahasa.

B. KONSTITUSIONALISME

Konstitusionalisme adalah suatu gagasan atau paham yang menyatakan bahwa suatu
konstitusi atau undang–undang dasar harus memiliki fungsi khusus yaitu membatasi
kekuasaan pemerintah dan menjamin hak-hak warga negara Konstitusi yg berpaham
konstitusionalisme bercirikan bahwa konstitusi itu isinya berisi pembatasan atas kekuasaan
dan jaminan terhadap hak-hak dasar warga negara.
Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus)
diantara mayoritas rakyat mmengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara.
Organisasi negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka
bersama dapat dilindungi atau dipromosikaan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme
yang disebut negara (Andrews,1968: 9).

Konsesus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern dewasa ini pada
umumnya dipahami berdasar pada tiga elemen kesepakatan atau consensus, sebagai berikut:

1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama( the general goals of society or
general acceptance of the same philosophy of government).
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara(the basis of government).
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur
ketatanegaraan(the form of institusions and procedures). (Andrews,1968: 9).

C. KONSTITUSI INDONESIA

Dalam proses reformasi banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen
terhadap UUD 1945. Memang amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali
UUD 1945, akan tetapi merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus
langsung mengubah UUD-nya itu sendiri (mahfud, 1999:64).
Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak
adanya sistem kekuasaan dengan “checks and balance” terutama terhadap kekuasaan eksekutif.
Oleh karena itu bagi Indonesia proses reformasi terhdap UUD 1945 adalah merupakan suatu
keharusan, karena hal itu kan mengantarkan bangsa Indonesia kearah tahapan baru melakukan
penataan terhadap ketatanegaran.
Amandemen pertama UUD 1945 dilakukan dengan memberikan tambahan dan
perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945. yang kedua di lakukan pada tahun 2000, ketiga tahun
2001, dan yang terakhir pada tahun 2002 dan disahkan pada tnggal 10 agustus 2002.

1. Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang dasar)


Konstitusi yang tertulis yakni Undang Undang Dasar. Hukum dasar meliputi dua macam
yaitu,hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum tidak tertulis (convensi). Oleh
karna itu sifatnya yang tertulis, maka undang-undang dasar itu rumusannya tertulis dan tidak
mudah berubah. Secara umum menurut E.C.S wade dalam bukunya Constitusional Law, Undang
Undang dasar menurut sifat dan fungsi adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan
tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu Negara dan menentukan pokok-pokok
cara kerja badan-badan tersebut.
Dalam penjelasan UUD 1945 di sebutkan bahwa undang-undang dasar 1945 bersifat singkat
dan supel. Undang-undang dasar 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal-pasal lainnya
mencatat aturan peralihan dan aturan tambahan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka sifat-sifat Undang-undang dasar
1945 adalah sebagai berikut :
(1) Oleh karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif yang
mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara, maupun mengikat bagi setiap warga
Negara.
(2) Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-undang dasar 1945 bahwa UUD 1945
bersifat singkat dan supel,memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang
setiap kali harus di kembangakan sesuai dengan sesui dengan perkembangan jaman, serta
memuat hak-hak asasi manusia.
(3) Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus di
laksanakan secara konstitusional.
(4) Undang-undang dasar 1945 dalam tertip hukum Indonesia merupakan peraturan-peraturan
hukum positif tertinggi,di samping itu sebagai alat control terhadap norma-norma hukum
positif yang lebih rendah dalam hierarki tertip hukum Indonesia.

2. Hukum Dasar yang tidak tertulis (Convesional)


Konstitusi tidak tertulis yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak tertulis. Salah satu contoh konvensi yang
berlaku di Indonesia adalah pelaksanaan pidato kenegaraan presiden menjelang peringatan
Proklamasi 17 Agustus.
Convensi ini mempunyai sifat-sifat :
(1) Merupakan kebiasaan yang berulangkali dan terpeelihara dalam praktek penyelenggaraan
Negara.
(2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang dasar dan berjalan sejajar.
(3) Di terima oleh seluruh rakyat. Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan sebagai
aturan-aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang dasar.
Ketiga hal tersebut dalam batinnya secara tidak langsung adalah merupakan realisasi dari
UUD (merupakan pelengkap).Namun perlu di garis bawahi bila mana convensi ingin di jadikan
menjadikan rumusan yang bersifat tertulis , maka yang berwenabg adalah MPR, dan rumusannya
buukanlah merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang dalam ketetapan MPR.
Jadi convensi bilamana dikehendaki untuk mrnjadi suatu aturan dasar yang tertulis , tidak
secara otomatis setingkat dengan UUD melaikan sebagai suatu keterapan MPR.

3. Konstitusi

Disamping pengertian UUD, dipergunakan juga istilah lain yaitu “ konstitusi”. Istilah
berasal dari bahasa Inggris “Constitution” atau bahasa dari bahasa Belanda “Constituante” yaitu
berarti UUD. Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat
mempunyai arti:
1. Lebih luas daripada UUD atau
2. Sama dengan pennertian UUD.
Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian UUD, karena
pengertian UUD hanya meliputi konstitusi tertulis saja, dan selain itu masih terdapat konstitusi
tidak tertulis yang tidak tercakup dalam UUD.
Dalam praktek ketatanegaraan Negara Republik Indonesia pengertian konsitusi
adalah sama dengan pengertian UUD. Hal ini terbukti dengan disebutnya istilah Konstitusi RIS
bagi UUD RIS (Totopandoyo, 1981: 25.26).

4. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

Sistem pemerintahan Negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dibagi atas tujuh ,
secara sistematis merupakan pengejawantahan kedaulatan rakyat. Oleh karena itu, sistem ini
dikenal dengan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara. Sistem pemerintahan negara
menurut UUD 1945 setelah amandemen secara komparatif, sebagai berikut :

a. Indonesia ialah Negara yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechtstaat)


Negara Indonesia berdasrkan atas hukum (Rechtstaat), bukan kekuasaan belaka
(Machtsstaat) memiliki makna bahwa Negara, termasuk Pemerintah beserta Lembaga-lembaga
Negara lainnya dalam melakukan tindakan apapun harus dilandasi maupun dapat dipertanggung
jawabkan secara hukum. Tekanan pada hukum (recht), harus berhadapan dengan kekuasaan
(macht), sehingga akan tampak rumusannya dalam pasal-pasal. Tetapi juga harus sejalan dengan
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 lalu diwujudkan oleh cita-
cita hukum (rechsidee) yang merupakan hukum dasar tidak tertulis.

b. Sistem Konstitusional
Berdasarkan sifat ini pemerintah atas system konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolut (kekuasaan tidak terbatas). Sehingga pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan-
ketentuan konstitusi, juga oleh ketentuan-ketentuan hukum lain yang merupakan produk
konstitusional, Ketetapan MPR, Undang-Undang, dan sebagainya. Dengan landasan
keduanyanya, maka dapat diciptakan system mekanisme hubungan dan hukum antar lembaga
Negara, yang dapat menjamin terlaksananya sistem itu sendiri dan juga dapat memperlancar
pelaksanaan pencapaian cita-cita nasional.

c. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat


Sistem kekuasaan sebelum mengalami amandemen dinyatakan dalam penjelasan
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut: “Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan,
bernama MPR, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Majelis ini bertugas menetapkan
UUD dan menetapkan GBHN, mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara
(Wakil Presiden), juga pemegang kekuasaan tertinggi. Sedangkan Presiden harus tunduk dan
bertanggung jawab kepada majelis dan wajib menjalankan keputusan-keputusan majelis. Namun
menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi ditangan rakyat, dan
dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). MPR menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002,
hanya memiliki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan Wakil Presiden,
serta memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sesuai masa jabatan atau jika melanggar
suatu konstitusi.

d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinggi Di samping MPR dan
DPR.
Kekuasaan Presiden menurut UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen , sebagai berikut :
“Di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden ialah penyelenggara pemerintahan
Negara yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggung
jawab ada ditangan Presiden (Concentration of power responsibility upon the president) “.
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan penyelenggara
pemerintahan tertingggi di samping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat
(UUD 1945 Pasal 6A ayat (1)).

e. Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR


Menurut UUD 1945 sebelum amandemen menjelaskan :
“Disamping presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus mendapat
persetujuan DPR untuk membentuk Undang-Undang (Gezetzgebung) pasal 5 ayat (1) dan untuk
menetapkan anggaran pendapatan anggaran pendapatan dan belanja Negara (Staatsbergrooting)
sesuai dengan pasal 23.

f. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Bertanggungjawab


Kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Sistem ini dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam penjelasan UUD 1945,
sebagai berikut :
“ Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri Negara
(Pasal 17 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen). Presiden mengangkat dan memberhentikan
Menteri-Menteri Negara (Pasal 17 ayat (2) UUD 1945 Hasil Amandemen 2002)”.

g. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Terbatas


Sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisit dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002dan
masih sesuai dengan penjelasan UUD 1945, sebagai berikut :
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 hasil Amandemen
2002 pasal 6A ayat (1)). Dengan demikian dalam system kekuasaan kelembagaan Negara
Presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR bahkan sejajar dengan DPR dan MPR. Hanya
jikalau Presiden melanggar Undang-Undang maupun Undang-Undang Dasar, maka DPR dapat
melakukan Impeachment.

h. Negara Indonesia Adalah Negara Hukum

Menurut Penjelasan UUD 1945 , Negara Indonesia adalah Negara hukum, yang berdasarkan
Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan sifat. Sifat Negara hukum hanya dapat
ditunjukkan jika alat-alat perlengkapannya bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan
yang ditentukan lebih dulu oleh alat-alat yang dikuasai untuk mengadakan aturan-aturan itu.
http://rumahradhen.wordpress.com/materi-kuliahku/semester-i/kewarganegaraan/negara-dan-
konstitusi/

Anda mungkin juga menyukai