Anda di halaman 1dari 32

ANTARA News

TERKINI

TERPOPULER

TOP NEWS

POLITIK

HUKUM

EKONOMI

METRO

SEPAKBOLA

OLAHRAGA

HUMANIORA

LIFESTYLE

HIBURAN

NUSANTARA

DUNIA

TEKNO

OTOMOTIF

WARTA BUMI

KARKHAS

CEGAH HOAX

FOTO

INFOGRAFIK

VIDEO

INTERAKTIF

Telaah
Membedah isi RUU Cipta Kerja

Selasa, 18 Februari 2020 12:49 WIB

Oleh Budi Setiawanto

Membedah isi RUU Cipta Kerja

Jakarta (ANTARA) - Selain upaya pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran virus corona, perhatian
publik saat ini tertuju pada omnibus law, yakni Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja yang telah
diajukan pemerintah ke DPR RI pekan lalu.

Beragam pendapat dan masukan juga diberikan oleh publik, ada yang menolak, mengkritisi, atau
menerima adanya pembahasan RUU untuk menjadi UU, untuk menyatukan puluhan undang-undang
yang telah ada sebelumnya agar tidak lagi tumpang-tindih.

Omnibus law merupakan metode perundang-undangan yang menggabungkan, melalui penyelarasan,


revisi, bahkan penghapusan pasal-pasal, berbagai aturan yang substansi pengaturannya berbeda,
menjadi suatu peraturan besar. Wajar, ada yang menyebutkan bahwa RUU Cipta Kerja ini sebagai
peraturan sapu jagat atas berbagai hal dalam satu aturan hukum.

Saat menyampaikan surat Presiden Joko Widodo kepada Ketua DPR RI Puan Maharani soal pengajuan
RUU Cipta Kerja di Senayan, Jakarta, Rabu (12/2), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga
Hartarto menyebutkan RUU Cipta Kerja berasal dari 79 undang-undang, memuat 15 bab dan 174 pasal
dengan menyasar 11 klaster, yakni menyangkut penyederhanaan perizinan; persyaratan investasi;
ketenagakerjaan; kemudahan, pemberdayaan, dan perlindungan usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM); kemudahan berusaha, dukungan riset dan inovasi, administrasi pemerintahan, pengenaan
sanksi, pengadaan lahan, investasi dan proyek pemerintah, dan kawasan ekonomi.

Bab I Ketentuan Umum terdiri atas satu pasal yang memuat 11 butir pengertian, soal cipta kerja, UMKM,
perizinan berusaha, pemerintah pusat, pemerintah, pemerintahan daerah, pemerintah daerah, pelaku
usaha, rencana detail tata ruang, persetujuan bangunan gedung, dan hari. Cipta kerja, misalnya,
didefinisikan sebagai upaya penciptaan kerja melalui usaha kemudahan, perlindungan, dan
pemberdayaan, usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem investasi dan kemudahan
berusaha, dan investasi pemerintah pusat dan percepatan proyek strategis nasional.
Baca juga: Omnibus Law dapat penolakan, Mahfud: Silakan beri masukan

Baca juga: Menkumham akui ada kesalahan ketik RUU Cipta Kerja

Disebutkan dalam Bab II Maksud dan Tujuan, dipaparkan dari pasal 2 hingga 6 bahwa undang-undang ini
diselenggarakan berdasarkan asas pemerataan hak, kepastian hukum, kemudahan berusaha,
kebersamaan, dan kemandirian; dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya
bagi rakyat Indonesia secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
rangka memenuhi hak atas penghidupan yang layak melalui kemudahan dan perlindungan UMKM serta
perkoperasian, peningkatan ekosistem investasi, kemudahan berusaha, peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan pekerja, investasi pemerintah pusat dan percepatan proyek strategis nasional.

Sementara itu, Pasal 4 terdiri atas enam ayat, berisi kebijakan strategis cipta kerja. Kebijakan strategis
cipta kerja memuat kebijakan penciptaan atau perluasan lapangan kerja melalui pengaturan yang terkait
dengan peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha; peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan pekerja; kemudahan, pemberdayaan, dan perlindungan UMKM serta perkoperasian; dan
peningkatan investasi pemerintah dan percepatan proyek strategis nasional.

Penciptaan lapangan kerja yang dilakukan melalui pengaturan terkait dengan peningkatan ekosistem
investasi dan kegiatan berusaha paling sedikit memuat pengaturan mengenai penyederhanaan perizinan
berusaha persyaratan investasi, kemudahan berusaha, riset dan inovasi, pengadaan lahan, dan kawasan
ekonomi.

Penciptaan lapangan kerja yang dilakukan melalui pengaturan terkait dengan peningkatan perlindungan
dan kesejahteraan pekerja, paling sedikit memuat pengaturan mengenai perlindungan pekerja untuk
pekerja dengan perjanjian waktu kerja tertentu, perlindungan hubungan kerja atas pekerjaan yang
didasarkan alih daya, perlindungan kebutuhan layak kerja melalui upah minimum, perlindungan pekerja
yang mengalami pemutusan hubungan kerja, dan kemudahan perizinan bagi tenaga kerja asing yang
memiliki keahlian tertentu yang masih diperlukan untuk proses produksi barang atau jasa.

Penciptaan lapangan kerja melalui pengaturan terkait dengan kemudahan, pemberdayaan, dan
perlindungan UMKM serta perkoperasian, paling sedikit memuat pengaturan mengenai kriteria UMKM;
basis data tunggal UMKM; pengelolaan terpadu UMKM; kemudahan perizinan berusaha UMKM;
kemitraan, insentif, dan pembiayaan UMKM; dan kemudahan pendirian, rapat anggota, dan kegiatan
usaha koperasi.

Baca juga: Teten: Pemberdayaan koperasi dan UMKM akan terintegrasi di Omnibus Law

Baca juga: Teten Masduki: Omnibus Law permudah tumbuh kembang UMKM

Baca juga: Anggota DPR: Omnibus Law harus proteksi pengusaha UMKM

Penciptaan lapangan kerja melalui pengaturan terkait dengan peningkatan investasi pemerintah dan
percepatan proyek strategis nasional, paling sedikit memuat pengaturan mengenai pelaksanaan
investasi pemerintah pusat melalui pembentukan lembaga pengelola investasi dan penyediaan lahan
dan perizinan untuk percepatan proyek strategis nasional.

Dalam rangka mendukung kebijakan strategis cipta kerja, diperlukan pengaturan mengenai: a.
pelaksanaan administrasi pemerintahan, dan b. pengawasan, pembinaan, dan pengenaan sanksi.

Ruang lingkup undang-undang ini meliputi peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;
ketenagakerjaan; kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan, UMKM serta perkoperasian;
kemudahan berusaha; dukungan riset dan inovasi;

pengadaan lahan; kawasan ekonomi; investasi pemerintah pusat dan percepatan proyek strategis
nasional; pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan pengenaan sanksi.

Mengubah dan Menghapus

RUU Cipta Kerja merupakan agenda prioritas dalam Program Legislasi Nasional 2020. Dalam waktu yang
tidak terlalu lama RUU ini dibahas oleh DPR RI bersama pemerintah untuk kemudian disetujui menjadi
UU. Presiden Joko Widodo bakal mengesahkan RUU ini menjadi UU Cipta Kerja.
Omnibus law ini mengubah bahkan menghapus undang-undang lain dalam jumlah sekitar 70 undang-
undang.

Baca juga: Pimpinan DPR: PP tidak bisa ubah UU

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, misalnya, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku setelah adanya UU Cipta Kerja.

Undang-undang lain yang juga mengalami perubahan atau penghapusan sebagian pasal-pasalnya
setelah adanya UU Cipta Kerja ini, yakni UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, UU No. 1/2014
tentang Perubahan atas UU No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU
No. 32/2014 tentang Kelautan.

Berikuitnya, UU No. 4/2011 tentang Informasi Geospasial (dalam rangka penyederhanaan persyaratan
dasar perizinan berusaha serta untuk memberikan kepastian dan kemudahan bagi pelaku usaha dalam
memperoleh kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang).

Dalam rangka memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam memperoleh persetujuan lingkungan,
juga mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan terkait dengan
perizinan berusaha yang diatur dalam UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

Baca juga: ICEL minta pemerintah pertimbangan ulang penghapusan izin lingkungan

Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat, terutama pelaku usaha dalam memperoleh
persetujuan bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi bangunan, perlu ada perubahan UU No. 28/2002
tentang Bangunan Gedung dan UU No. 6/2017 tentang Arsitek.

Untuk kemudahan bagi pelaku usaha mendapatkan perizinan berusaha dan kemudahan persyaratan
investasi dari sektor kelautan dan perikanan, dilakukan perubahan UU No. 45/2009 tentang Perubahan
atas UU No. 31/2004 tentang Perikanan.
Baca juga: Omnibus law diminta berpihak kepada pengusaha kecil

Baca juga: Omnibus law momentum ciptakan kebijakan inovatif untuk UMKM

Dalam sektor pertanian, dilakukan berbagai perubahan atas UU No. 39/2014 tentang Perkebunan, UU
No. 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, UU No. 22/2019 tentang Sistem Budi Daya
Pertanian Berkelanjutan, UU No. 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, UU No.
13/2010 tentang Hortikultura, dan UU No. 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 41/2014.

Undang-Undang No. 19/2004 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1/2004 tentang
Perubahan atas UU No. 41/1999 tentang Kehutanan menjadi UU.

Begitu pula, perubahan yang dilakukan di masing-masing sektor, seperti UU No. 18/2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batu Bara, UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, UU No. 21/2014 tentang Panas Bumi, UU No.
30/2009 tentang Ketenagalistrikan, UU No. 7/2014 tentang Perdagangan, UU No. 2/1981 tentang
Metrologi Legal.

Omnibus law ini juga mengubah UU No. 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal, UU No. 20/2014
tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, UU No. 20/2011 tentang Rumah Susun, UU No. 2/2017 tentang Jasa Konstruksi, dan UU
No. 17/2019 tentang Sumber Daya Air

Perubahan juga dilakukan pada UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, UU No. 23/2007
tentang Perkeretaapian, UU No. 17/2008 tentang Pelayaran, UU No. 1/2009 tentang Penerbangan, UU
No. 36/2009 tentang Kesehatan, UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, UU No. 5/1997 tentang
Psikotropika, UU No. 35/2009 tentang Narkotika, dan UU No. 18/2012 tentang Pangan.

Agar memudahkan pelaku usaha mendapatkan perizinan berusaha dari sektor pendidikan dan
kebudayaan, dilakukan perubahan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No.
12/2012 tentang Pendidikan Tinggi, UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, UU No. 20/2013 tentang
Pendidikan Kedokteran, UU No. 4/2019 tentang Kebidanan, UU No. 33/2009 tentang Perfilman

Untuk kemudahan pelaku usaha mendapatkan perizinan sektor kepariwisataan, beberapa ketentuan
yang diatur dalam UU No. 10/2009 tentang Kepariwisataan juga diubah.

Guna memudahkan pelaku usaha mendapatkan perizinan berusaha dari sektor keagamaan, beberapa
ketentuan dalam UU No. 8 /2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, diubah.

UU No. 38/2009 tentang Pos, UU No. 36/1999 tentang Telekomunikasi, dan UU No. 32/2002 tentang
Penyiaran juga diubah untuk kemudahan bagi masyarakat, terutama pelaku usaha dalam mendapatkan
perizinan berusaha dan kemudahan persyaratan investasi dari sektor pos, telekomunikasi, dan
penyiaran.

Bedgitu pula, kemudahan perizinan sektor hankam, dilakukan perubahan beberapa ketentuan yang
diatur dalam UU No. 16/2012 tentang Industri Pertahanan dan UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian.

Investasi pada sektor tertentu, yaitu perbankan, perbankan syariah, dan pers, perlu mengubah,
menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan yang diatur dalam UU No. 25/2007
tentang Penanaman Modal, UU No. 7/1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No.
10/1998, UU No. 21/2008 tentang Perbankan Syariah, dan UU No. 40/1999 tentang Pers.

Baca juga: LBH Pers: Ada lima hal bayangi kebebasan berekspresi pada 2020

Dalam rangka penguatan perlindungan kepada tenaga kerja dan meningkatkan peran tenaga kerja
dalam mendukung ekosistem investasi, mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru
beberapa ketentuan yang diatur dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, UU No. 40/2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dan UU No. 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, UU No. 38/2004 tentang Jalan,dan UU No.
25/1992 tentang Perkoperasian diubah untuk memberikan kemudahan, perlindungan, dan
pemberdayaan UMKM, serta Perkoperasian

Untuk mempermudah pelaku usaha dalam melakukan investasi, dilakukan perubahan beberapa
ketentuan yang diatur dalam UU No. 6/2011 tentang Keimigrasian, UU No. 13/2016 tentang Paten, UU
No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 juncto Staatsblad Tahun
1940 Nomor 450 tentang Undang-Undang Gangguan (Hinderordonnantie), UU No. 28/2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, UU No. 7/2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,
Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam.

UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, juga diubah.
Selanjutnya, beberapa ketentuan dalam UU No. 62014 tentang Desa diubah.

Untuk memberikan dukungan riset dan inovasi di bidang berusaha, beberapa ketentuan dalam UU No.
19/2003 tentang Badan Usaha Milik Negara diubah.

Baca juga: MK tolak uji materi UU BUMN

Dalam rangka memberikan kemudahan dan kelancaran dalam pengadaan lahan untuk kepentingan
penciptaan kerja, mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan yang
diatur dalam UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum,
dan UU No. 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Untuk menciptakan pekerjaan dan mempermudah pelaku usaha dalam melakukan investasi, dalam RUU
ini mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan yang diatur dalam
UU No. 39/2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, UU No. 36/2000 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti UU No. 1/2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
menjadi UU sebagaimana diubah dengan UU No. 44/2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti UU No. 1/2007 tentang Perubahan atas UU No. 36/2000 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti UU No. 1/2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
menjadi UU.
UU No. 37/2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 2/2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang Menjadi UU.

Sejumlah ketentuan dalam UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah terakhir
dengan UU No. 9/2015 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah
juga diubah.

Kita ikuti perkembangan pembahasan RUU ini dan publik dapat memberikan masukan kepada wakil-
wakil mereka di DPR RI untuk pembahasan bersama dengan pemerintah.

Baca juga: FSPMI sebut RUU Cipta Kerja belum berikan kepastian kerja

Oleh Budi Setiawanto

COPYRIGHT © ANTARA 2020

Terkait

Pengamat sebut UU Cipta Kerja beri kemudahan izin UMKM

1 jam lalu

Sri Mulyani sebut lembaga internasional sambut positif UU Cipta Kerja

3 jam lalu

MPR minta pemerintah sosialisasikan UU Ciptaker ke semua elemen

3 jam lalu

Pengamat: Omnibus Law UU Cipta Kerja revolusi legislasi

18 Oktober 2020 23:32

UU Cipta Kerja di tengah rendahnya minat baca masyarakat Indonesia

18 Oktober 2020 21:08

Baca juga

Foto
Deklarasi Cinta Damai

4 menit lalu

Polisi bagikan 2.500 masker dan bangun MCK bagi warga Cilincing

4 menit lalu

Pemerintah sasar 9,1 juta orang dalam vaksinasi COVID-19 pada November

37 menit lalu

PB PON minta maaf, peresmian kegiatan PON XX dilakukan secara virtual

37 menit lalu

Beraksi tujuh kali, polisi ringkus spesialis jambret pesepeda Menteng

48 menit lalu

Terpopuler

Pakar: Paslon kepala daerah harus berikan contoh protokol kesehatan

18 Oktober 2020 21:13

Anti Hoax

Luhut sebut demo penolakan UU Ciptaker untuk serobot kursi Presiden? Ini faktanya

18 Oktober 2020 19:14

DPT Pilgub Kalteng 2020 mencapai 1.698.499 pemilih

18 Oktober 2020 14:43

Sekjen PDIP ajak insinyur, politisi, dan teknokrat bersinergi

18 Oktober 2020 19:00

KPU upayakan disabilitas salurkan hak pilih pada Pilkada 2020

18 Oktober 2020 15:20

HOME

POLITIK

HUKUM
EKONOMI

METRO

SEPAKBOLA

OLAHRAGA

HUMANIORA

LIFESTYLE

HIBURAN

NUSANTARA

DUNIA

TEKNO

OTOMOTIF

WARTA BUMI

KARKHAS

CEGAH HOAX

TERKINI

TOP NEWS

PILIHAN

TERPOPULER

FOKUS BERITA

TOPIK PILIHAN

LIPUTAN KHUSUS

FOTO

INFOGRAFIK

VIDEO

ANTARA INTERAKTIF
PEDOMAN MEDIA SIBER

KETENTUAN PENGGUNAAN

KEBIJAKAN PRIVASI

TENTANG KAMI

ENGLISH

VERSI DESKTOP

FOLLOW

Copyright © 2020 ANTARA

Minggu, 18 Oktober 2020

MENU

HOME

BISNIS

Pro UU Cipta Kerja, Kadin: Investasi Perlu Ditingkatkan Hingga 7 Persen

Reporter: Caesar Akbar

Editor: Aditya Budiman


Kamis, 15 Oktober 2020 18:10 WIB

Pro UU Cipta Kerja, Kadin: Investasi Perlu Ditingkatkan Hingga 7 Persen

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani, Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum
AEI Iwan Setiawan Lukminto dan Ketua Umum Hipmi Mardani Maming saat menggelar konferensi pers
terkait dunia usaha dan asosiasi pengusaha terhadap UU Cipta Kerja di Menara Kadin Indonesia, Jakarta,
Kamis, 15 Oktober 2020. GABRIEL/TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Dunia usaha menilai UU Cipta Kerja sebagai kebijakan yang strategis dan sangat
diperlukan untuk mendukung pertumbuhan melalui program pemulihan ekonomi, terutama pada masa
pandemi dan pasca Covid-19.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani mengatakan adanya
dinamika perubahan ekonomi global memerlukan respons yang cepat dan tepat. UU Cipta Kerja yang
sudah disahkan dapat memberikan sinyal kuat bahwa Indonesia kondusif dan terbuka untuk bisnis dan
investasi.

“Bagaimanapun, penciptaan lapangan kerja harus dilakukan, yakni dengan mendorong peningkatan
investasi sebesar 6,6-7 persen untuk membangun usaha baru atau mengembangkan usaha eksisting,”
kata Rosan dalam keterangan tertulis, Kamis, 15 Oktober 2020.

Advertising

Advertising

Upaya itu, lanjut dia, pada akhirnya akan mendorong peningkatan konsumsi di kisaran 5,4-5,6 persen.
Setelah UU omnibus law disahkan, diharapkan terjadi perubahan struktur ekonomi untuk mendorong
pertumbuhan mencapai 5,7-6,0 persen.
Selain itu, lanjut dia, UU Cipta Kerja diklaim dapat mendukung program pemberdayaan UMKM dan
Koperasi agar peningkatan kontribusi UMKM terhadap PDB menjadi 65 persen dan peningkatan
kontribusi Koperasi terhadap PDB menjadi 5,5 persen.

Rosan mengatakan dapat dipastikan omnibus law dapat mewujudkan lapangan kerja yang berkualitas
dan merangsang dibukanya usaha-usaha baru. Pasalnya, setiap tahunnya, ujar dia, sekitar 2,92 juta
penduduk usia kerja baru yang masuk pasar kerja, sehingga kebutuhan atas lapangan kerja baru sangat
mendesak.

Belum lagi menurut dia, terdapat sebanyak 87,0 persen dari total penduduk bekerja yang memiliki
tingkat pendidikan setingkat SMA ke bawah, dan 38,9 persen berpendidikan sekolah dasar. Sehingga, ia
menegaskan perlu mendorong penciptaan lapangan kerja baru, khususnya di sektor padat karya.

Menurut Rosan, UU Cipta Kerja menjadi salah satu jawaban atas kendala utama pertumbuhan ekonomi
selama ini, yakni regulasi yang terlalu banyak, tumpang tindih dan sebagian bertentangan.

Dia juga mengatakan, omnibus law dapat memberikan dorongan yang signifikan untuk perekonomian,
terutama pada saat sumber daya fiskal untuk stimulus ekonomi sedang terbatas.

Baca juga: Faisal Basri Sebut Akan Ada 'Hantu Baru' Omnibus Law yang Datang, Ini Maksudnya

CAESAR AKBAR

UU Cipta Kerja

Kadin

Rosan Roeslani

Omnibus Law
TERKAIT

Marissa Haque Sebut Jaminan Produk Halal Hilang di Omnibus Law

3 hari lalu

Polri Beri Alasan Tolak Rocky Gerung dan Gatot Nurmantyo Jenguk Anggota KAMI

3 hari lalu

Polri Tak Akan Tangguhkan Penahanan Para Tersangka Penghasut UU Cipta Kerja

3 hari lalu

Apindo Sebut Pembahasan UU Cipta Kerja Dimulai di Era SBY

3 hari lalu

Polisi: Seorang Pendemo Aksi 1310 Masih Ditahan karena Bawa Ketapel

3 hari lalu

Baca Juga

Dapatkan berita terkini dan terverifikasi dengan mengikuti social media TEMPO.CO

TEMPO.CO | Majalah Tempo | Majalah Tempo English | Koran Tempo | Tempo Institute | Indonesiana |
Tempo Store | TEMPO.CO English

Tentang Kami

Pedoman Media Siber Tempo Media Group © 2017


img_title

img_title

NEWS

OPINI

DETAIL

Pro Kontra Omnibus Law


Kamis, 12 Maret 2020 | 11:48 WIB

Penulis:

Red

GELOMBANG demonstrasi dan penolakan omnibus law terjadi dibeberapa tempat. Bahkan mereka
sudah memberi signal 23 Maret 2020 gelombang demo dan penolakan akan semakin massif dan gencar.
Mereka menilai pemerintah telah menyerahkan draft RUU Cipta Lapangan Kerja yang kini namanya
diganti menjadi Cipta Kerja berisi 1028 halaman yang membahas berbagai hal, dari peningkatan
ekosistem investasi, ketenagakerjaan, hingga jaminan sosial, sangat merugikan kaum pekerja. Beberapa
pasal dalam draf RUU ini potensial menimbulkan kontroversi.

Muncul pertanyaan, mengapa pemerintah mengusulkan omnibus law? Apa yang dimaksud omnibus
law? Apa alasan dan pertimbangan bagi yang tidak setuju dengan omnibus law ? Apa alasan dan
pertimbangan bagi yang setuju dengan omnibus law ?

Mengapa pemerintah mengusulkan omnibus law ?

Pemerintah merumuskan Visi Indonesia Maju 2045 sebagai langkah strategis menjadikan Indonesia
sebagai 5 (lima) besar kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2045. Untuk mewujudkannya, pemerintah
mengharapkan adanya “gelombang investasi” guna mempercepat proses pembangunan. Kenyataan
dilapangan terjadi tumpang-tindih dan ketidak harmonisan undang-undang sektoral menjadi hambatan
utama untuk menciptakan iklim berinvestasi yang ramah bagi para investor.

Atas dasar itu lah, deregulasi dan debirokrasi perlu dilakukan. Banyak peraturan perundang-undangan
hendak dipangkas, dirubah, bahkan bila perlu membuat norma baru yang belum ada UU sebelumnya
melalui satu UU sekaligus yang dipopulerkan dengan nama Omnibus Law. Bus Omni ini dianggap akan
menciptakan iklim investasi yang ramah melalui langkah penyederhanaan perizinan, kemudahan
persyaratan, dan proses yang dipercepat bagi pelaku bisnis, baik domestik maupun asing, di Indonesia.

Ketika Joko Widodo dilantik sebagai presiden untuk periode kedua 2019 – 2024, di Gedung DPR RI
(20/10/2019), dalam pidato resminya presiden terpilih mengkonfirmasi kembali rencana dan keperluan
pemerintah membuat Omnibus Law, sekaligus meminta dukungan politik dari DPR RI. Petikan pidatonya
sbb.: “Segala bentuk kendala regulasi harus kita sederhanakan, harus kita potong, harus kita pangkas.
Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan dua undang-undang besar. Yang pertama, UU Cipta
Lapangan Kerja. Yang kedua, UU Pemberdayaan UMKM. Masing-masing UU tersebut akan menjadi
omnibus law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU.....”.

Gagasan omnibus law ini bukanlah hal baru. Tercatat, pemerintah pernah melontarkan gagasan ini ke
publik pada tahun 2017. Kemudian, masih kuat dalam ingatan kita pada September 2019 Pemerintah
dan DPR RI gagal mengesahkan ragam RUU dan revisi UU, termasuk RUU Pertanahan setelah menuai
gelombang protes dari masyarakat luas. Sebulan kemudian, omnibus law mulai intensif disuarakan
pemerintah. Seperti dalam pidato saat Jokowi dilantik kembaIi memimpin Indonesia untuk lima tahun
kedepan menegaskan sekaligus mengkonfirmasi kembali rencana dan keperluan pemerintah membuat
omnibus law, sekaligus dukungan politik dari DPR RI.

Tujuan omnibus law dibuat untuk menyederhanakan perizinan dan regulasi. Sekaligus untuk menarik
investasi, dan mengkikis tumpang tindih regulasi. Greget dan semangat membentuk omnibus law ini
juga berdasarkan evaluasinya di periode pertama, dimana visi dan misi Presiden Jokowi kental dalam
mempermudah investasi dari luar negeri ke Indonesia. Dalam pidatonya, Jokowi memang menyebut
pentingnya menyederhanakan birokrasi. Investasi untuk penciptaan lapangan kerja harus diprioritaskan.
Prosedur yang panjang harus dipotong.

Apa itu omnibus law?

Edbert Gani, peneliti CSIS Departemen Politik dan Perubahan Sosial, mengatakan omnibus law adalah
sebuah konsep hukum. Peraturan ini dibuat untuk menyasar sebuah isu besar dan punya kemungkinan
untuk mencabut atau mengubah beberapa UU. Membuat UU yang sekiranya bisa mengambil alih
beberapa peraturan terdahulu. Langsung dijadikan dalam satu paket UU. Negara-negara asing lain juga
sering melakukan hal semacam ini.

Artinya, omnibus law merupakan metode atau konsep pembuatan regulasi yang menggabungkan
beberapa aturan yang substansi pengaturannya berbeda, menjadi satu peraturan dalam satu payung
hukum. Banyaknya UU yang tumpang tindih di Indonesia ini yang coba diselesaikan lewat omnibus law.
Salah satunya sektor ketenagakerjaan. Di sektor ketenagakerjaan, pemerintah berencana
menghapuskan, mengubah, dan menambahkan pasal terkait dengan UU Ketenagakerjaan.
Omnibus berasal dari bahasa latin omnis yang berarti banyak. Artinya, omnibus law bersifat lintas sektor
yang sering ditafsirkan sebagai UU sapujagat. Ada tiga hal yang disasar pemerintah, yakni UU
perpajakan, cipta lapangan kerja, dan pemberdayaan UMKM. Omnibus law juga bukan barang baru. Di
Amerika Serikat, omnibus law sudah sering dipakai sebagai UU lintas sektor. Ini membuat pengesahan
omnibus law oleh DPR bisa langsung mengamandemen beberapa UU sekaligus. Pemerintahan Presiden
Jokowi sendiri mengidentifikasi sedikitnya ada 74 UU yang terdampak dari omnibus law.

Apa alasan dan pertimbangan bagi yang tidak setuju dengan omnibus law ?

Bagi yang tidak setuju atau menolak omnibus law, beralasan paling tidak menurut kacamata dan versi
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) ada 9 (sembilan) poin kontroversial dan dampak negatif
omnibus law. Untuk itu KSPI menolak draf omnibus law Cipta Kerja yang telah diserahkan pemerintahan
ke DPR. Berikut ini sembilan poin kontroversial tersebut:

Hilangnya upah minimum, hilangnya pesangon, PHK sangat mudah dilakukan, karyawan kontrak seumur
hidup, outsourcing seumur hidup, jam kerja yang eksploitatif, tenaga kerja asing (TKA), buruh kasar,
unskill worker, berpotensi bebas masuk ke Indonesia, hilangnya jaminan sosial, dan sanksi pidana
hilang, dalam UU 13/2003, pengusaha yang tidak memberikan kepada pekerja/buruh yang memasuki
usia pensiun, dipidana dengan pidana penjara paling sedikit setahun dan paling lama 5 tahun dan/atau
dengan denda paling sedikit 100 juta dan paling banyak 500 juta. Dalam RUU Cipta Kerja sanksi pidana
ini dihilangkan.

Ada pendapat bagi yang tidak setuju dengan omnibus law. Pertama, omnibus law berpotensi
mengabaikan ketentuan formal pembentukan undang-undang. Sifatnya yang cepat dan merambah
banyak sektor dikhawatirkan akan menerobos beberapa tahapan dalam pembentukan undang-undang,
baik di tingkat perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan, maupun pengundangan.
Pelanggaran ini bertentangan dengan prinsip negara hukum yang menghendaki segala tindakan
pemerintah didasari hukum.

Kedua, omnibus law mempersempit keterbukaan dan partisipasi publik dalam pembentukan undang-
undang. Dalam praktik di beberapa negara, pembentukan UU Omnibus law didominasi oleh pemerintah
atau DPR. Materi dan waktu pengerjaannya pun bergantung pada instansi tersebut. Biasanya UU
diusahakan selesai secepat mungkin, bahkan hanya dalam satu kesempatan pengambilan keputusan.
Akibatnya, ruang partisipasi publik menjadi kecil, bahkan hilang. Padahal prinsip keterbukaan dan
partisipasi dalam membuat undang-undang adalah roh utama dalam negara demokratis. Pelanggaran
atas prinsip ini tentu sangat mengkhawatirkan.

Ketiga, omnibus law bisa menambah beban regulasi jika gagal diterapkan. Dengan sifatnya yang
mencakup lebih dari satu aspek yang digabung menjadi satu UU, pembahasan UU Omnibus law
dikhawatirkan tidak komprehensif. Pembahasan akan berfokus pada UU Omnibus law dan melupakan
UU yang akan dicabut, akan menghadirkan beban regulasi lebih kompleks.

Apa alasan dan pertimbangan bagi yang setuju dengan omnibus law ?

Indonesia memang sedang dilanda over-regulasi. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK)
mencatat, pada masa pemerintahan Jokowi hingga November 2019, telah terbit 10.180 regulasi.
Rinciannya, 131 undang-undang, 526 peraturan pemerintah, 839 peraturan presiden, dan 8.684
peraturan menteri. Data inilah yang menjadi salah satu pertimbangan setuju dengan omnibus law.

Omnibus law mendorong upaya perkuat perekonomian nasional melalui penciptaan lapangan kerja dan
pemberitan fasilitas perpajakan. Salah satu sisi positif dari tujuan RUU Omnibus Law tersebut adalah
untuk menciptakan lapangan kerja bagi para pengangguran. Salah satu fokus dari omnibus law, adalah
untuk menciptakan pekerjaan bagi 7 juta penganggur yang ada. Omnibus law diyakini berdampak positif
bagi pengembangan properti. Pengembang berharap agar rencana pemerintah menerbitkan UU
Omnibus law bisa memberi dampak positif terhadap kinerja sektor properti pada 2020.

RUU Omnibus law cipta lapangan kerja dan RUU Omnibus law perpajakan, diharapkan memperkuat
perekonomian nasional melalui perbaikan ekosistem investasi dan daya saing Indonesia, khususnya
dalam menghadapi ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global. Setidaknya ada 3 (tiga) manfaat
dari penerapan omnibus law. Pertama, menghilangkan tumpang tindih antar peraturan perundang-
undangan. Kedua, efisiensi proses perubahan/pencabutan peraturan perundangan-undangan. Ketiga
menghilangkan ego sektoral yang terkandung dalam berbagai peraturan perundang-undangan.

(Drs. Pudjo Rahayu Risan, M.Si, lulusan Magister Administrasi Publik Undip, pengurus Asosiasi Ilmu
Politik Indonesia (AIPI) Semarang, pengajar tidak tetap STIE Semarang dan STIE BPD Jateng)

#Opini
#Omnibus Law

BERITA LAINNYA

img_title

OPINI

19 Oktober 2020 , 00:35 WIB

Mencintai Diri Sendiri Itu Penting, Ini 4 Manfaatnya

img_title

OPINI

19 Oktober 2020 , 00:27 WIB

Fokus ke Kompetisi Liga 1 Tahun Depan

img_title

OPINI

19 Oktober 2020 , 00:27 WIB

Membuka Komunikasi UU Cipta Kerja

img_title

OPINI

19 Oktober 2020 , 00:17 WIB

Polemik UU Cipta Kerja

img_title

OPINI

19 Oktober 2020 , 00:07 WIB

Asa Kesejahteraan Masyarakat Desa

PILIHAN REDAKSI

img_title

NASIONAL
Bakamla RI Tangkap 2 Kapal Pencuri Ikan Asal Vietnam di Natuna

img_title

EKONOMI DAN BISNIS

Duh! Simpanan Nasabah Koperasi Turun 71 Persen

img_title

PARLEMEN

Gedung DPRD Kabupaten Batang Terbuka untuk Kegiatan Kemasyarakatan

img_title

EKONOMI DAN BISNIS

Pengurangan Konsumsi Rokok, Kemenkes Jangan Jadikan DBHCHT Sebagai Tolok Ukur

img_title

NASIONAL

Kabar Baik! Uji Klinis Fase III Vaksin Covac- Inggris di Indonesia

TOPIK TERKINI

Pilkada

Ekonomi

Umkm

Satgascovid19

Pendidikan

E-PAPER

image_titleBaca Selengkapnya >>

TERPOPULER

img_title
EKONOMI DAN BISNIS

Duh! Simpanan Nasabah Koperasi Turun 71 Persen

img_title

PARLEMEN

Gedung DPRD Kabupaten Batang Terbuka untuk Kegiatan Kemasyarakatan

img_title

NASIONAL

Bakamla RI Tangkap 2 Kapal Pencuri Ikan Asal Vietnam di Natuna

img_title

EKONOMI DAN BISNIS

Pengurangan Konsumsi Rokok, Kemenkes Jangan Jadikan DBHCHT Sebagai Tolok Ukur

img_title

img_title

FEATURES

19 Oktober 2020 , 07:46 WIB

HUT Ke-43 SMPN 21 Semarang, Alumni Seruni 21 Berbagi Kasih ke 5 Panti Asuhan

REGIONAL

Ikuti kami di:

Peta Situs

Tentang Kami

Kontak Kami

Info Iklan

Pedoman Media Siber

Kebijakan Privasi

Disclaimer
Info Karir

SUARAMERDEKA.com ©2019

| All Right Reserved

A Group Member of VIVAnetworks

Jagodangdut

100kpj

Intipseleb

Viva

Vlix

Sahijab

Suaramerdeka

TvOne

LOGO CNBC Indonesia

CNBC Indonesia

Get it on Google Play GETX

logo

Search

HOME

MARKET

INVESTMENT

NEWS
ENTREPRENEUR

SYARIAH

TECH

LIFESTYLE

INSIGHT

OPINI

PROFIL

MARKET DATA

MARKET FLASH

WATCHLIST

CNBC TV

TOPIK

FOTO

VIDEO

INFOGRAFIS

INDEKS

REGISTER LOGIN

IKUTI KAMI

HOME MARKET INVESTMENT NEWS ENTREPRENEUR SYARIAH TECH LIFESTYLE OPINI PROFIL MARKET
DATA MARKET FLASH WATCHLIST CNBC TV TOPIK FOTO VIDEO INFOGRAFIS INDEKS

Home News Berita

Termasuk Soal Pesangon, Ini 9 Alasan Buruh Tolak RUU Ciptaker

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia

NEWS 16 February 2020 19:45


Simak penjelasan Presiden KSPI Said Iqbal berikut ini.

Jakarta, CNBC Indonesia - Para buruh yang terdiri dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI)
dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sepakat untuk menolak draft RUU Omnibus Law Cipta
Kerja (Ciptaker) untuk dijadikan undang-undang.

Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan, RUU itu telah menghilangkan prinsip kesejahteraan buruh.
Beberapa prinsip tersebut di antaranya tidak adanya jaminan pekerjaan, perlindungan mengenai
pendapatan bagi pekerja, dan hilangnya social security atau jaminan sosial.

"Setelah kita pelajari dari draft resmi yang diterima oleh DPR oleh pemerintah, RUU Cipatker itu
merugikan kaum buruh. Karena semua isi UU 13 Tahun 2003 yang bersifat perlindungan itu diturunkan,
bahkan ada yang hilang. Itu kenapa kami menolak RUU Omnibus Law Ciptaker dijadikan undang-
undang," kata Said saat dihubungi CNBC Indonesia, Minggu (16/2/2020).

Lebih lanjut, Ia mengatakan, berdasarkan isi pasal demi pasal RUU Ciptaker tersebut, ada 9 alasan buruh
menyuarakan penolakan.

1. Menghilangkan upah minimum

Di dalam Pasal 88 RUU Ciptaker, pemerintah menggunakan terminologi Upah Minimum Provinsi (UMP).
Menurut Iqbal, terminologi itu tidak dibutuhkan. Yang dibutuhkan sebenarnya adalah upah minimum
kabupaten-kota (UMK) dan upah minimum sektoral kabupaten-kota (UMSK).

Seperti diketahui, dalam RUU Omnibus Law Ciptaker akan memberlakukan upah minimum provinsi yang
ditetapkan oleh kepala daerah setempat berdasarkan pertumbuhan ekonomi pada tiap provinsi pada
tahun tersebut
"Misalnya Jawa Barat UMP-nya Rp 1,8 juta. Sementara UMK di Kabupaten-Kota Bekasi [saat ini] UMK-
nya Rp 4 juta dan Kabupaten Karawang UMK-nya Rp 4,5 juta. Berlakunya RUU ini, maka turun upah,"
jelas Iqbal.

2. Hilangnya Pesangon

Di dalam pasal 56, pemerintah memperbolehkan pekerja kontrak untuk bisa diterapkan di semua jenis
pekerjaan. Tidak ada batasan waktu, sehingga kontrak bisa dilakukan seumur hidup.

"Pekerja tetap akan semakin langka. Dengan demikian juga tidak adanya pesangon, karena pesangon
hanya untuk pekerja tetap," kata Iqbal.

Meskipun di dalam RUU Omnibus Law Ciptaker tersebut pemerintah telah memberikan skema uang
pemanis atau sweetener bagi para pekerja aktif dengan threshold upah maksimal Rp 20 juta. Menurut
Iqbal, buruh tidak membutuhkan itu.

"Kita gak butuh sweetener, yang kita butuhkan adalah pesangon," kata dia melanjutkan.

Dalam RUU Cipatker, uang penghargaan masa kerja juga diturunkan dan penggatian hak juga dihapus.

3. Penggunaan Outsourcing Secara Bebas

Dalam RUU Omnibus Law Ciptaker, pemerintah menghapus pasal mengenai pekerjaan melalui
perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.

Iqbal mengartikan pemerintah telah memperbolehkan perusahaan dalam penggunaan tenaga kerja
rombongan atau outsourcing secara bebas, tanpa batas atau seumur hidup. Ini artinya pemerintah telah
melegalkan perdagangan manusia.

Pasalnya pekerja outsourcing merupakan karyawan yang berasal dari agen pekerja. Agen dalam hal ini
memperdagangkan tenaga buruh.
"Ini artinya pemerintah melegalkan memperdagangkan manusia dalam tenaga kerja manusia," tuturnya.

Baca:Membandingkan Bonus Pekerja RI dengan Negara Lain, Cuan Mana?

4. Pekerja Kontrak Seumur Hidup

Berbeda dengan pekerja outsourcing, pekerja kontrak merupakan pekerja yang langsung dipekerjakan
oleh satu perusahaan dengan batas waktu tertentu.

Di dalam RUU Ciptaker, tidak adanya batasan waktu pekerja kontrak, atau bisa diberlakukaan seumur
hidup. Ini artinya, membuat pekerja bisa di PHK sewaktu-waktu.

5. Hilangnya Jaminan Sosial

Jaminan Sosial dalam hal ini adalah jaminan kesehatan dan jaminan pensiun. Pekerja kontrak dan
outsourcing seumur hidup, sudah pasti jaminan sosial tersebut hilang jaminan penisunnya.

"Kan gak mungkin agen tenaga kerja pensiun, apalagi dengan upah sistem kerja per satuan waktu. Itu
gak akan mungkin memasukan jaminan kesehatan dan jaminan pensiun," kata Iqbal.

6. Pemutusan Hak Kerja (PHK) Tanpa Kesepakatan

Seperti diketahui, dalam Pasal 61 disebutkan, perjanjian kerja berakhir apabila selesainya suatu
pekerjaan tertentu. Akibatnya pengusaha bisa gampang melakukan PHK dengan atau efisiensi karena
order atau pekerjaannya sudah habis.

Sedangkan bagi pekerja kontrak yang di PHK karena selesainya suatu pekerjaan, padahal masa
kontraknya belum berakhir, berpotensi tidak lagi mendapatkan hak sesuai dengan sisa kontraknya.
"PHK jadi mudah. Tidak perlu lagi berunding dengan serikat pekerja," ucapnya.

7. Jam Kerja yang Eksploitatif

Dalam Pasal 77 ayat (2) disebutkan, waktu kerja sebagaimana dimaksud paling lama 8 jam dalam 1 hari
dan 40 jam dalam 1 minggu. Di mana opsi 6 hari kerja dan 7 hari kerja dihapus. Sehingga memungkinkan
pengusaha untuk mengatur jam kerja secara fleksibel.

"Sekarang di RUU Omnibus law Ciptaker tidak pakai per harinya berapa jam. Berarti orang bisa bekerja
sehari 12 jam atau bahkan 14 jam. Ditambah dalam RUU tersebut lembur boleh 18 jam seminggu.
Kelelahan orang pasti kan," jelas Iqbal.

8. Sanksi Pidana Dihapuskan

Dalam RUU Omnibus Law Ciptaker, beberapa pasal mengenai sanksi pidana untuk perusahaan
dihapuskan. Salah satunya adalah apabila pengusaha tidak membayarkan upah, maka pengusaha tidak
diberikan sanksi apapun, termasuk tindakan pidana.

9. Tenaga Kerja Asing (TKA) yang Dibebaskan Bekerja

Dalam Pasal 42 ayat (3) disebutkan, pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja asing dari
pemerintah pusat tidak berlaku untuk anggota direksi atau anggota dewan komisaris dengan
kepemilikan saham sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain itu juga tidak berlaku untuk tenaga kerja asing yang dibutuhkan oleh pemberi kerja pada jenis
kegiatan pemeliharaan mesin produksi untuk keadaan darurat, vokasi, start-up, kunjungan bisnis dan
penelitian untuk jangka waktu tertentu.

Iqbal menilai, tidak ada lagi kewajiban bagi pemberi kerja untuk memiliki izin tertulis untuk
mempekerjakan tenaga asing, dapat mengakibatkan TKA bebas masuk ke Indonesia.
(miq/miq)

TAG: buruh omnibus law ruu cipta kerja kspi said iqbal

SHARE :

ARTIKEL TERKAIT

7 Alasan Buruh Tolak Omnibus Law: Benar PHK tak Ada Pesangon?

NEWS2 minggu yang lalu

Tolak RUU Ciptaker, 2 Juta Buruh Fix Bakal Mogok Nasional!

NEWS2 minggu yang lalu

Omnibus Law Digugat di PTUN, Ini Pernyataan Saksi Pemerintah

NEWS1 bulan yang lalu

Nasib Sedih Buruh 2020: Diserbu Pekerja Asing & Upah per Jam

NEWS9 bulan yang lalu

Kado Tahun Baru Jokowi: 100 Ribu Buruh Demo di 20 Provinsi!

NEWS9 bulan yang lalu

ANDA MUNGKIN SUKA

Arloji pria merek dijual, diskon hari ini 90%.

Cristino Rollister

Pelayan melayani tiga pria aneh - lalu mereka bertanya apakah mereka dapat membayar di belakang

Daily-Story
Jangan beli arloji murah lagi,Brand Swiss diskon 90%

Cristino Rollister

SALE!! Jam Tangan Swiss ini, potongan 90% hanya hari ini

Cristino Rollister

Tautan Sponsor oleh Taboola

BACA JUGA

Beredar Surat Sumitomo ke Wamenlu soal Omnibus, Apa Isinya?

Dari Zaman Belanda, Baru Kali Ini Buruh 'Digaji' Saat PHK

Mau Tau Hitungan Pesangon Pensiun UU Ciptaker? Ini Rinciannya

Omnibus Law UU Cipta Kerja Bikin UMKM Cepat Pulih?

MARKETMARKET DATAMARKET FLASHINVESTMENTWATCHLISTNEWSCNBC


TVENTREPRENEURTOPIKSYARIAHFOTOTECHVIDEOLIFESTYLEINFOGRAFISOPINIINDEKSPROFIL

Ikuti Kami:

Download aplikasi CNBC Indonesia:


Link To Google Play Link To App Store Link To Huawei App

©2020 CNBC Indonesia, A Transmedia Company

Tentang Kami | Redaksi | Pedoman Media Siber | Karir | Disclaimer

Anda mungkin juga menyukai