Anda di halaman 1dari 9

PERANAN DNA,RNA DALAM PEMBENTUKAN KODE

GENETIK

DISUSUN OLEH :
Amalia nur rahma
Damar kukuh s
Indah ramadhani
Nabila fita
Nadya maulida h
Valeryan yusuf
M alif Ramadhan
Kata pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan karya ilmiah tentang gas mulia ini. Penulisan karya ilmiah tentang
gas mulia ini betujuan tidak lain adalah untuk memenuhi tugas biologi kelas xi semester 3
tentang hereditas. Selain itu, karya ilmiah ini juga dibuat untuk meningkatkan rasa ingin tahu
pembaca dan masyarakat mengenai peranan DNA,RNA dalam pembentukan kode genetic.

Kesulitan yang penulis hadapi dalam membuat karya ilmiah ini adalah kurangnya sumber
informasi dalam bahasa Indonesia. koordinasi tim yang kurang menjadi penghambat dalam
penulisan kaya tulis ini. Namun, kesalahan adanya memang di manusia dan kesempurnaan
adanya di tangan Tuhan.

Ucapan terima kasih kami ucapkan ke segenap kalangan yang telah membantu kami dalam
penulisan karya tulis ini. Jasa-jasa kalian tak akan terlupakan seumur hidup. Penulis juga
menerima segala kritik dan saran atas penulisan karya ilmiah ini, mengingat segala
keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki.

Jakarta,2 oktober 2017


DAFTAR ISI
A.PEMBUKA

 Kata pengantar………………………………………………………………………
 Daftar isi ……………………………………………………………………………..

B. ISI

 BAB I………………………………………………………………………………….
1.1 latar belakang…………………………………………………………………….
 BAB II…………………………………………………………………………………
2.1 kode genetik……………………………………………………………………….
2.2 peranan DNA dan RNA dalam pembentukan kode genetik…………………...
2.3 sintesis protein…………………………………………………………………….

C.PENUTUP

 Kesimpulan………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Pembentukan karakter seseorang berlangsung melalui reaksi-reaksi kimia yang kompleks. Reaksi
kimia itu sendiri dibantu oleh enzim yanga tersusun atas protein. Oleh karena itu, sintesis protein
menentukan karakter dan diatur oleh gen. Dengan demikian, pertumbuhan karakter pada
hakikatnya mengalami liku-liku yang kompleks dari sintesis protein.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh G.W. Beadle dan E.L. Tatum (1964) disimpulkan
bahwa dalam sintesis protein, meskipun satu gen bekerja dengan teliti, bukannya tidak mungkin
terjadi kesalahan pembentukan protein (enzim) hal ini bisa disebabkan oleh terjadinya perubahan
basa Nitrogen pada DNA. Hal tersebut merupakan salah satu mekanisme terjadinya mutasi gen.

Sintesis protein terjadi di dalam DNA, hanya terdapat empat macam basa nukleotida untuk
menspesifikasikan 20 asam amino. Aliran informasi dari gen ke protein didasarkan pada kode triplet
(triplet code): instruksi-instruksi genetik untuk rantai polilpetida ditulis dalam DNA sebagai rangkaian
kata tiga nukleotida yang tidak tumpang tindih.

Perlu diperhatikan untuk suatu gen, untai yang sama digunakan sebagai cetakan setiap kali gen
tersebut ditranskripsi.

Perpasangan serupa dengan yang terbentuk saat replikasi DNA, hanya saja U, pengganti untuk T
pada RNA, berpasangan dengan A, dan nukleotida mRNA mengandung ribosa, bukan deoksiribosa.
Seperti untai baru DNA, molekul RNA disintesis dengan arah yang anti pararel terhadap untai
cetakan DNA.

Misalnya triplet basa ACC pada DNA (ditulis sebagai 3’-ACC-5’) menjadi cetakan untuk 5’-UGG-3’
pada molekul mRNA. Triplet basa mRNA disebut kodon dan biasanya ditulis dengan arah 5’ à 3’.

DNA mengirim pesan untuk sintesis protein dengan bantuan RNA (ribonucleic acid). Ada 3 tipe RNA
yang berkaitan dengan sintesis protein. Messenger RNA (mRNA) membawa pesan/perintah dari inti
sel (DNA) ke sitoplasma. Ribosomal RNA (rRNA) dan transfer RNA (tRNA) tergabung dalam proses
perangkaian asam amino untuk memproduksi protein. Proses ini disebut juga translation
(penterjemahan). Ketiga RNA tersebut berupa asam-asam nukleat dan juga membentuk nukleotida-
nukleotida. Nukleotida RNA mirip dengan nukleotida DNA kecuali komposisi gula, yakni ribosa
(ribose), dan basa uracil (U) menggantikan tyhmine (T).
BAB II
ISI
Peranan DNA dan RNA dalam Pembentukan Kode Genetika
Pembentukan karakter seseorang berlangsung melalui reaksi-reaksi kimia yang kompleks. Reaksi
kimia itu sendiri dibantu oleh enzim yanga tersusun atas protein. Oleh karena itu, sintesis protein
menentukan karakter dan diatur oleh gen. Dengan demikian, pertumbuhan karakter pada
hakikatnya mengalami liku-liku yang kompleks dari sintesis protein.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh G.W. Beadle dan E.L. Tatum (1964) disimpulkan bahwa
dalam sintesis protein, meskipun satu gen bekerja dengan teliti, bukannya tidak mungkin terjadi
kesalahan pembentukan protein (enzim) hal ini bisa disebabkan oleh terjadinya perubahan basa
Nitrogen pada DNA. Hal tersebut merupakan salah satu mekanisme terjadinya mutasi gen.

1. Sintesis Protein

Untuk sintesis protein diperlukan beberapa faktor, yaitu:

a. bahan: asam amino (20 macam);

b. pelaksana: RNA-d, RNA-t, RNA-r;

c. enzim: RNA Polimerase;

d. energi: ATP.

Adapun langkah-langkah sintesis protein adalah sebagai berikut.

a. Transkripsi

Bagian tertentu dari sebuah molekul DNA (sense) dalam inti ikatan hidrogennya lepas dan menjadi
cetakan untuk RNA-d. RNA-d yang terbentuk merupakan salinan dari kode pada sense. Selanjutnya
RNA-d meninggalkan inti menuju ke ribosom di dalam sitoplasma.

b. Translasi

Beberapa tahap pada proses translasi adalah sebagai berikut.

1) Di dalam sitoplasma terdapat asam-asam amino dan RNA-t. Tiap molekul RNA-t memiliki 3 basa
nitrogen (antikodon) pada salah satu sisinya, yang menggambarkan jenis asam amino tertentu yang
dapat terlihat pada salah satu sisi lainnya.
2) Setiap molekul RNA-t mengambil, mengikat asam amino yang sesuai dengan kodon, yang
memerlukan energi dari ATP.

3) RNA-t membawa asam amino ke ribosom, 3 basa nitrogennya berpasangan dengan 3 basa
nitrogen pada RNA-d (antikodon berpasangan dengan kodon) yang sesuai.

4) Selanjutnya RNA-t yang lainnya juga datang membawa asam amino lainnya. Dua asam amino itu
kemudian membentuk ikatan kimia bersama-sama.

c. Pembentukan Polipeptida

RNA-d bergerak memanjang dan bergeser 3 basa-3 basa . RNA-t pertama melepaskan diri dari DNA-d
dan kembali ke sitoplasma. Sebuah RNA-t ketiga datang lagi dengan membawa asam amino lainnya
lagi dan seterusnya. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai sebuah rantai asam amino atau
sebuah molekul polipeptida terbentuk. Jika ribosom sudah sampai ke ujungRNA-d, rantai protein
telah lengkap dan akhirnya ribosom dan protein memisahkan diri dari RNA-d. Setelah tugasnya
selesai, RNA-t kembali ke sitoplasma dan selanjutnya dapat dipergunakan kembali untuk sintesis
protein berikutnya.

Pembentukan ini sesuai dengan kode-kode pada RNA-d, yang pada dasarnya adalah salinan dari DNA
dalam inti sel. Waktu yang diperlukan untuk merakit satu molekul hemoglobin diperkirakan satu
menit. Untuk lebih jelasnya mengenai jalannya sintesis protein, perhatikan skema tahap sintesis
protein pada gambar dibawah ini:
KODE GENETIK

Sintesis protein terjadi di dalam DNA, hanya terdapat empat macam basa nukleotida untuk
menspesifikasikan 20 asam amino.

Aliran informasi dari gen ke protein didasarkan pada kode triplet (triplet code): instruksi-instruksi
genetik untuk rantai polilpetida ditulis dalam DNA sebagai rangkaian kata tiga nukleotida yang tidak
tumpang tindih.

Misalnya, triplet basa AGT diposisi tertentu pada seuntai DNA menghasilkan penempatan asam
amino serin pada posisi yang bersesuaian dari polipeptida yang sedang dibuat. Untuk setiap gen,
hanya satu dari kedua untai DNA yang ditranskripsikan.

Untaian ini disebut untai cetakan (template strand) karena menyediakan pola, atau cetakan, untuk
sekuens nukleotida-nukleotida dalam transkrip RNA. Untai DNA tertentu merupakan untai cetakan
untuk beberapa gen disepanjang molekul DNA, sedangkan untuk gen-gen lain untai
komplementerlah yang berfungsi sebagai cetakan.

Perlu diperhatikan untuk suatu gen, untai yang sama digunakan sebagai cetakan setiap kali gen
tersebut ditranskripsi.

Perpasangan serupa dengan yang terbentuk saat replikasi DNA, hanya saja U, pengganti untuk T
pada RNA, berpasangan dengan A, dan nukleotida mRNA mengandung ribosa, bukan deoksiribosa.
Seperti untai baru DNA, molekul RNA disintesis dengan arah yang anti pararel terhadap untai
cetakan DNA.

Misalnya triplet basa ACC pada DNA (ditulis sebagai 3’-ACC-5’) menjadi cetakan untuk 5’-UGG-3’
pada molekul mRNA. Triplet basa mRNA disebut kodon dan biasanya ditulis dengan arah 5’ à 3’.

Dalam contoh kita, UGG merupakan kodon untuk asam amino triptofan (disingkat Trp). Istilah kodon
juga digunakan untuk triplet basa disepanjang untai bukan cetakan (non template).

Kodon-kodon ini komplementer terhadap untai cetakan, dan dengan demikian bersekuens identik
dengan mRNA hanya saja mengandung T bukan U (karena alasan ini, untai DNA bukan cetakan,
terkadang disebut ‘untai pengode’).

Saat translasi, sekuens kodon di sepanjang molekul mRNA diterjemahkan atau ditranslasi, menjadi
sekuens asam amino yang menyusun rantai polipeptida.

Karena kodon merupakan triplet basa, jumlah nukleotida yang menyusun suatu pesan genetik
pastilah tiga kali lebih banyak daripada jumlah asam amino dalam protein yang dihasilkan.

Misalnya 300 nukleotida diperlukan disepanjang satu untai mRNA untuk menodekan asam-asam
amino dalam polipeptida yang panjangnya 100 asam amino.
Kodon pertama kali dipecahkan pada tahun 1961 oleh Marshal Nirenberg dan Mathei. Mereka
melakukan percobaan menggunakan E. coli dengan asam poli urasil. Menurut hasil percobaan
tersebut, cetakan UUU yang dibawa oleh mRNA, artinya adalah asam amino fenilalanin.

Dengan cara yang sama, triplet CCC diartikan sebagai prolin dan triplet AAA artinya asam amino lisin.
Pada kamus kode genetik terdapat 64 kombinasi triplet untuk 20 asam amino. Jadi, terdapat asam
amino tertentu melebihi triplet (kodon). Setiap triplet disusun oleh 3 basa nitrogen.

Rangkaian tiga basa nitrogen yang menyusun kode disebut triple atau trikodon atau kodon.
Rangkaian tiga basa nitrogen yang ada pada DNA yang bertugas membuat kode-kode disebut
kodogen (agen pengkode).

Dari 64 triplet hanya 61 triplet yang mengodekan asam amino (lihat tabel kodon) . Ketiga kodon yang
tidak mengodekan asam amino merupakan sinyal ‘stop’, atau kodon terminasi, yang menandai akhir
translasi. Perhatikan bahwa kodon AUG berfungsi ganda: mengodekan asam amino metionin (Met)
dan berfungsi sebagai sinyal ‘mulai’, atau kodon inisiasi.

Tabel Kodon

Pesan-pesan genetik dimulai dengan kodon mRNA, AUG, yang memberi sinyal pada mekanisme
penyintesis protein untuk mulai mentraslasikan mRNA pada lokasi itu. (karena AUG juga
mengodekan metionin), rantai polipeptida diawali oleh Metionin saat disintesis. Akan tetapi, sejenis
enzim mungkin akan segera menyingkirkan asam amino strarter dari rantai tersebut.

Lihatlah tabel kodon ada redundansi dalam kode genetik, namun tidak ada ambiguitas. Misalnya
walaupun kodon GAA dan GAG sama-sama menspesifikasikan asam glutamat (redundansi) tidak ada
satu pun diantaranya yang menspesifikasikan asam amino lain (tidak ada ambiguitas).
KESIMPULAN
Pembentukan karakter seseorang berlangsung melalui reaksi-reaksi kimia yang kompleks.
Reaksi kimia itu sendiri dibantu oleh enzim yanga tersusun atas protein. Oleh karena itu, sintesis
protein menentukan karakter dan diatur oleh gen. Dengan demikian, pertumbuhan karakter pada
hakikatnya mengalami liku-liku yang kompleks dari sintesis protein.

RNA-d bergerak memanjang dan bergeser 3 basa-3 basa . RNA-t pertama melepaskan diri
dari DNA-d dan kembali ke sitoplasma. Sebuah RNA-t ketiga datang lagi dengan membawa asam
amino lainnya lagi dan seterusnya.

Sintesis protein terjadi di dalam DNA, hanya terdapat empat macam basa nukleotida untuk
menspesifikasikan 20 asam amino.Aliran informasi dari gen ke protein didasarkan pada kode triplet
(triplet code): instruksi-instruksi genetik untuk rantai polilpetida ditulis dalam DNA sebagai rangkaian
kata tiga nukleotida yang tidak tumpang tindih.

Dari 64 triplet hanya 61 triplet yang mengodekan asam amino (lihat tabel kodon) . Ketiga
kodon yang tidak mengodekan asam amino merupakan sinyal ‘stop’, atau kodon terminasi, yang
menandai akhir translasi. Perhatikan bahwa kodon AUG berfungsi ganda: mengodekan asam amino
metionin (Met) dan berfungsi sebagai sinyal ‘mulai’, atau kodon inisiasi.

Pesan-pesan genetik dimulai dengan kodon mRNA, AUG, yang memberi sinyal pada
mekanisme penyintesis protein untuk mulai mentraslasikan mRNA pada lokasi itu. (karena AUG juga
mengodekan metionin), rantai polipeptida diawali oleh Metionin saat disintesis. Akan tetapi, sejenis
enzim mungkin akan segera menyingkirkan asam amino strarter dari rantai tersebut.

Anda mungkin juga menyukai