Anda di halaman 1dari 10

PBL Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Korban Bullying

Kelompok 4 :
1. Fauziah Dinda Pratama 131811133022
2. Titis Mustikowati Danasari 131811133027
3. Marthalia Oktavianty Dwi Cahyani 131811133034
4. Atikah Nuraini 131811133071
5. Nofita Dwi Rochmawati 131811133072
6. Nurika Dian Meirani 131811133075
7. Febry Hayyu Hanifah 131811133083
8. Rahajeng Mahardhini 131811133085
9. Mahayu Sarita 131811133127
10. Sabrina Fadilah 131811133130
11. Halim Rahmat Zhafran 131811133131

Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
2020
Definisi Bullying
Bullying berasal dari bahasa Inggris “bully” yang berarti menggertak atau mengganggu.
Bullying merupakan tindakan kekerasan atau menyakiti orang lain yang lebih lemah dan
dilakukan secara berulang, baik menyakiti secara fisik, kata-kata, ataupun perasaannya. Bullying
yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar,
diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar, kekerasan, pemerasan, mengancam dan
mengambil barang–barang, cyber bullying.
Bullying dapat terjadi pada semua tingkatan sekolah, mulai dari TK sampai dengan SMA,
bahkan Perguruan Tinggi. Bullying berpeluang besar untuk ditiru, seseorang cenderung
melakukan bullying setelah mereka sendiri pernah disakiti oleh orang yang lebih kuat, misalnya
oleh orang tua, kakak kandung, kakak kelas, ataupun teman sebaya yang lebih dominan.

Jenis Bullying
Bullying adalah hal yang sering dijumpai, beberapa hal berikut termasuk jenis Bullying,
diantaranya : (Kemenpppa, 2018)
1. Kontak fisik langsung.
Kontak fisik langsung dapat berupa tindakan memukul, mendorong, menggigit,
menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga
termasuk memeras dan merusak barang yang dimiliki orang lain.
2. Kontak verbal langsung.
Kontak verbal langsung dapat berupa tindakan mengancam, mempermalukan,
merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme,
mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gossip.
3. Perilaku non-verbal langsung.
Hal ini dapat berupa tindakan melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam. Biasanya hal ini juga
disertai dengan bullying fisik atau verbal.
4. Perilaku non-verbal tidak langsung.
Hal ini dapat berupa tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan
sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat
kaleng.
5. Cyber Bullying.
Hal ini dapat berupa menyakiti orang lain dengan sarana media elektronik (rekaman
video intimidasi, pencemaran nama baik lewat media sosial).
6. Pelecehan seksual.
Terkadang tindakan pelecehan seksual dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.

Bullying Sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying.
Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan.
Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan
hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar
siswanya.

Peran dalam Kejadian Bullying


Menurut Djuwita (2008) terjadinya bullying merupakan suatu proses dinamika kelompok,
dinama ada pembagian-pembagian peran. Peran-peran tersebut adalah: Bully, Asisten Bully,
Reinforcer, Victim, Defender, dan Outsider. Bully merupakan orang yang dikategorikan sebagai
pemimpin, yang berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku bullying. Asisten Bully juga terlibat
aktif dalam perilaku bullying, namun ia cenderung tergantung atau mengikuti perintah bully.
Reinforcer adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan,
mentertawakan korban, memprovokasi bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan
sebagainya. Victim merupakan orang yang menjadi sasaran dari tindakan bullying. Defender
adalah orang yang berusaha membantu atau membela korban, tapi seringkali juga menjadi
sasaran korban berikutnya. Outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun
tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli.

Tanda dan Gejala


a. Tanda dan Gejala Pembully
1. Bertindak agresif, baik secara verbal maupun fisikal
2. Sering membuat onar
3. Memiliki konsep positif terhadap kekerasan
4. Bertindak impulsif
5. Memiliki kesulitan dalam berempati
6. Gerak geriknya sering kali dapat ditandai dengan sering berjalan didepan, sengaja
menabrak, berkata kasar, dan menyepelekan/melecehkan

b. Tanda dan Gejala Korban Bullying


1. Fisik muncul lebam, tergores, atau luka yang tidak dapat dijelaskan
2. Psikosomatis Nyeri yang tidak spesifik, sakit kepala, sakit perut, atau muncul sariawan
3. Perubahan dalam perilaku social, jumlah teman berkurang, tidak ingin keluar rumah
4. Indikator emosional, terlihat kesal, mudah marah, tidak bahagia, gelisah, mudah cemas,
mudah menangis, tertekan, depresi, berpikir untuk bunuh diri, dan perubahan suasana hati
atau mood yang negatif
5. Terjadi perubahan perilaku yang mengkhawatirkan : susah tidur, susah makan, mimpi
buruk, mengompol, menangis saat tidur

c. Tanda dan Gejala Saksi Bullying


1. Cenderung diam dan apatis
2. Mudah khawatir, takut,cemas dan gelisah
3. Terkadang menarik diri dari pergaulan

Cara Menghadapi Para Pembully


Dalam rangka mencegah bullying, banyak pihak telah menjalankan program dan
kampanye anti bullying di sekolah-sekolah, baik dari pihak sekolah sendiri, maupun organisasi-
organisasi lain yang berhubungan dengan anak. Namun, pada nyatanya, bullying masih kerap
terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan cara lain untuk menghadapi
para pembully antara lain, sebagai berikut :
1. Pertama, membantu anak memahami dan mengetahui bullying, seperti :
a. Memberitahu pada anak bahwa bullying tidak baik dan tidak dapat dibenarkan
dengan alasan maupun tujuan tertentu. Setiap orang layak diperlakukan dengan
hormat, apapun perbedaan yang mereka miliki.
b. Memberitahu pada anak mengenai dampak – dampak bullying bagi pihak – pihak
yang terlibat maupun bagi yang menjadi “saksi bisu”
dengan ini anak dapat lebih mudah mengenali saat bullying menimpa mereka.
2. Kedua, setelah diberikan pemahaman mengenai bullying, anak – anak juga perlu dibekali
pengetahuan dan keterampilan ketika mereka menjadi sasaran dari bullying agar dapat
menghadapinya dengan aman tanpa menggunakan cara – cara yang agresif atau
kekerasan yang dapat memperburuk keadaan. Misalnya dengan mengabaikan pelaku,
menjauhi pelaku, atau menyampaikan keberatan mereka terhadap pelaku dengan terbuka
dan percaya diri. Mereka juga dapat menghindari bullying dengan berada disekitar orang
– orang dewasa, atau sekelompok anak – anak lain. Apabila anak menjadi korban
bullying dan cara – cara diatas sudah dilakukan namun tidak berhasil, mereka sebaiknya
didorong untuk menyampaikan masalah tersebut kepada orang – orang dewasa yang
mereka percayai, baik itu guru di sekolah maupun orang tua atau anggota keluarga
lainnya di rumah.
3. Ketiga, Membangun hubungan dan komunikasi dua arah dengan anak. Biasanya pelaku
bullying akan mengancam atau mempermalukan korban bila mereka mengadu kepada
orang lain, dan hal inilah yang biasanya membuat seorang korban bullying tidak mau
mengadukan kejadian yang menimpa mereka kepada orang lain. Oleh karena itu, sangat
penting untuk senantiasa membangun hubungan dan menjalin komunikasi dua arah
dengan anak, agar mereka dapat merasa aman dengan menceritakan masalah yang
mereka alami dengan orang - orang terdekat mereka, dan tidak terpengaruh oleh ancaman
- ancaman yang mereka terima dari para pelaku bullying.
4. Keempat, membantu anak menemukan minat dan potensi mereka. Dengan mengetahui
minat dan potensi mereka, anak-anak akan terdorong untuk mengembangkan diri dan
bertemu serta berteman dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Hal ini
akan meningkatkan rasa percaya diri dan mendukung kehidupan sosial mereka sehingga
membantu melindungi mereka dari bullying.

Masalah Keperawatan yang sering muncul pada korban Bullying


1. Harga Diri Rendah Situasional
Perilaku bullying memberikan efek negatif terutama pada korban. Banyak studi yang sudah
dilakukan dan membuktikan bahwa seseorang yang pernah menjadi korban bullying berakibat
pada penurunan harga diri pada masa dewasa dan setelahnya dan ini akan berakibat buruk pada
kepribadian dan cara mereka menyelesaikan masalah.
2. Isolasi Sosial
Isolasi sosial juga menjadi efek negatif pada korban bullying. Isolasi sosial terjadi karena
bullying yang dilakukan terus menerus dapat menimbulkan kecemasan, malu, menurunkan
kepercayaan diri dan gelisah sehingga mendorong korban bullying untuk mengisolasi diri dari
lingkungan sosial.
3. Risiko Bunuh Diri
efek negatif lain pada korban bullying adalah risiko bunuh diri. Korban merasa terkucilkan
sehingga menyebabkan depresi dan memilih bunuh diri sebagai jalan keluar dari keadaannya
sekarang.
4. Gangguan Interaksi Sosial
Bullying dapat menghambat proses perkembangan anak dan menyebabkan anak tidak bisa
berinteraksi dengan baik seperti tidak berminat untuk melakukan aktivitas dengan teman
sebayanya.
INTERVENSI

Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Keperawatan

Gangguan interaksi sosial Interaksi Sosial (L. 13115) Promosi Sosialisasi (I. 13498)
(D.0118) Observasi
Gangguan interaksi sosial b.d Tujuan : - Identifikasi kemampuan
penganiayaan atau Setelah dilakukan tindakan melakukan interaksi dengan
pengabaian anak d.d merasa keperawatan Selma 3 x 24 jam orang lain.
tidak nyaman dengan situasi diharapkan kualitas hubungan - Identifikasi hambatan
sosial, merasa sulit menerima sosial meningkat. melakukan interaksi dengan
atau mengkomunikasi orang lain
-kan perasaan, tidak berminat Kriteria Hasil: Terapeutik
melakukan kojntak fisik atau - Perasaan nyaman dengan - Motivasi meningkatkan
emosi, dan kontak mata situasi sosial meningkat keterlibatan dalam satu
kurang (5) hubungan
- Responsif pada orang - Motivasi berpartisipasi dalam
lain meningkat (5) aktivitas baru dan kegiatan
- Minat melakukan kontak kelompok
emosi meningkat (5) - Motivasi berinteraksi di luar
- Kontak mata meningkat lingkungan
(5) - Berikan umpan balik positif
- Gejala cemas menurun pada setiap peningkatan
(5) kemampuan.

Edukasi
- Anjurkan berinteraksi dengan
orang lain secra bertahap
- Anjurkan ikut kegiatan sosial
dan kemasya
-ratan
- Latih bermain peran untuk
meningkatkan keterampilan
komunikasi
- Latih mengekspresikan marah
dengan tepat

Resiko bunuh diri (D.0135) Kontrol Diri (L. 09076) Pencegahan Bunuh Diri (I. 14538)
Resiko bunuh diri b.d
gangguan psikologis (riwayat Tujuan : Observasi
penganiayaan masa kanak- Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi gejala risiko
kanka) keperawatan Selma 3 x 24 jam bunuh diri (kesedihan)
diharapkan kemampuan untuk - Identifikasi keinginan dan
mengendalikan atau mengatur pikiran rencana bunuh diri
emosi , pikiran dan perilaku - Monitor adanya perubahan
dlam menghadapi masalah mood atau perilaku
meningkat - Monitor lingkungan bebas
bahaya secara rutin
Kriteria Hasil : Terapeutik
- Perilaku melukasi diri - Libatkan dalam perencanaan
sendiri / orang lain mandiri
menurun (5) - Libatkan keluarga dalam
- Verbalisasi isyarat bunuh perencanaan perawatan
diri meningkat (5) - Tingkatkan pengawasan pada
- Verbalisasi rencana kondisi tertentu
bunuh diri meningkat (5) - Pastikan obat di telan
Edukasi
- Anjurkan mendiskusikan
perasaan yang dialami kepada
orang lain
- Anjurkan menggunakan
sumber pendukung (layanan
spiritual)
- Latih pencegahan risiko
bunuh diri (relaksasi oto
progresif)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik
- Rujuk ke pelayanan kesehaan
mental, jika perlu
Harga diri rendah Harga diri (L.09069) Promosi Koping (I.09312)
situasional (D.0087) Tujuan : Setelah dilakukan Observasi
Harga diri rendah situasional tindakan keperawatan Selma 3 x - Identifikasi dampak situasi
ber 24 jam diharapkan kualitas terhadap peran dan tubungan
Harga diri meningkat. - Identifikasi metode
penyelesaian masalah
Kriteria Hasil : - Identifikasi kebutuhan dan
1. Penilaian diri positif 5 keinginan terhadap dukungan
2. Berjalan menampakkan social
wajah 5 Teraputik
3. Postur tubuh - Diskusikan perubahan peran
menampakkan wajah 5 yang dialami
4. Perasaan memiliki - Diskusikan perubahan peran
kelebihan positif 5 yang dialami
- Diskusikan risiko yang
membahayakan diri sendiri
- Hindari mengambil
keputusan saat dibawah
tekanan
- Motivasi mengidentifikasi
system pendukung yang
tersedia
- Perkenalkan dengan orang
yang mengalami sesame
- Kurangi rangsangan
lingkungan yang mengancam
Isolasi social (D.0121) Keterlibatan social (L.13116) Promosi sosialisasi (I.13498)
Isolasi social b.d Perubahan Tujuan : Setelah dilakukan Observasi
status mental tindakan keperawatan Selma 3 x - Identifikasi kemampuan
24 jam diharapkan kualitas melakukan interaksi dengan
Keterlibatan sosial meningkat. orang lain
Kriteria Hasil : - Identifikasi hambatan
1. Minat interaksi melakukan interaksi dengan
meningkat 5 orang lain
2. Verbalisasi isolasi Terapeutik
menurun 5 - Motivasi berinteraksi di luar
3. Verbalisasi lingkungan
ketidakamanan di tempat - Diskusikan kekuatan dan
umum menurun 5 keterbatasan dalam
4. Perilaku bermusuhan berkomunikasi dengan orang
menurun 5 lain
5. Kontak mata membaik 5 - Berikan umpan balik positif
- Motivasi kesabaran dalam
mengembangkan suatu
hubungan
Edukasi
- Anjurkan berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
- Anjurkan berbagi
pengalaman dengan orang
lain
- Latih mengekpresikan marah
dengan tepat
Daftar Pustaka :

Arinata, Firdian Setiya, dkk. 2017. Keefektifan Bimbingan Kelompok Teknik Modeling dan
Pengukuhan Positif untuk Mengurangi Perilaku Bullying Siswa SD. Jurnal Bimbingan
Konseling. 6 (2) : 154 – 158.
Budhi, S. (2016) KILL BULLYING: HENTIKAN KEKERASAN DI SEKOLAH. Edited by M. N.
Syahrin. Banjarmasin.
XDjuwita, Ratna. 2008. Bullying: Kekerasan Terselubung Di Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Junita, Mamesah, M., & Hidayat, D. R. (2016). Kondisi Emosi Pelaku Bullying (Studi Kasus
pada Siswa Kelas VIII di SMP Diponegoro 1 Jakarta. 6, 57–63.

Kemenpppa. (2018). BULLYING. Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan


Anak, 1–5.
Kustiyono, K. (2019). Masalah dan Pencegahan Bullying Pada Anak Sekolah.
https://osf.io/ec8na/download/?format=pdf. Diakses pada 16 September 2020.

Sari, Y. P., & Azwar, W. (2018). Fenomena Bullying Siswa: Studi Tentang Motif Perilaku
Bullying Siswa di SMP Negeri 01 Painan, Sumatera Barat. Ijtimaiyya: Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam, 10(2), 333–367.
https://doi.org/10.24042/ijpmi.v10i2.2366

Yani, Athi’ Linda, dkk. 2016. EKSPLORASI FENOMENA KORBAN BULLYING PADA
KESEHATAN JIWA REMAJA DI PESANTREN. Jurnal Ilmu Keperawatan. 4 (2) : 99 –
113.
ZAKIYAH, E. Z., HUMAEDI, S., & SANTOSO, M. B. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi
Remaja Dalam Melakukan Bullying. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(2), 324–330. https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14352

Anda mungkin juga menyukai