Anda di halaman 1dari 73

TEORI PERSALINAN,

APN,PERAWATAN BAYI BARU


LAHIR (NORMAL)
Oleh :
Ilham Santoso
21804101076

Dosen Pembimbing Klinik :


dr. Dini Sri Damayanti ,M. Kes
Definisi
 Persalinan/Partus:
serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
 Inpartu: sedang mengalami proses persalinan
 Persalinan Normal:
proses pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan aterm, spontan
janin 1 hidup intra uterin, letak belakang kepala, lama persalinan
sesuai dengan kurve Friedman, tanpa komplikasi yang terjadi
baik pada ibu maupun janin selama proses persalinan dan masa
nifas.
Persalinan Berdasarkan masa gestasi
Persalinan preterm : bila ibu melahirkan bayi dengan
perkiraan masa gestasi 28-37 minggu
Persalinan aterm : bila ibu melahirkan bayi dengan
perkiraan masa gestasi 37-42 minggu
Persalinan post term : bila ibu melahirkan bayi dengan
perkiraan masa gestasi > 42 minggu
Penyebab mulainya persalinan
▪ Penurunan Kadar Progesteron
Progesteron → relaksasi otot-otot rahim.
Estrogen → >> kerentanan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron
dan estrogen didalam darah
Akhir kehamilan atau 1-2 minggu sebelum partus → << progesteron
→ his.
▪ Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
Penyebab Mulainya persalinan
▪ Keregangan Otot-Otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya
teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya.
▪ Pengaruh Janin
Penekanan bagian bawah janin pada pleksus Frankenhaussen, yang terletak
dibelakang serviks uteri→kontraksi uterus
▪ Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 sampai aterm terus
meningkat. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
Tanda Persalinan Sudah Dekat
1. Adanya Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah
masuk pintu atas panggul.
Tanda Persalinan Sudah Dekat
2. Terjadinya his permulaan (his palsu)
 Sifat his permulaan (his palsu) :
✓ Rasa nyeri ringan di bagian bawah
✓ Datangnya tidak teratur
✓ Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
✓ Durasinya pendek
✓ Tidak bertambah bila beraktifitas
Tanda persalinan
Tanda Persalinan
1. Timbulnya his persalinan dengan sifat :
- Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
- Teratur
- Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya
- Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
- Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix
2. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir.
3. Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir.
Faktor His Persalinan His Palsu
Kontraksi Interval teratur Tak teratur
Interval Memendek Tetap memanjang
Intensitas Makin kuat tetap
Lokasi sakit Belakang dan abdomen Abdomen bawah
Pengaruh sedatif Tidak berpengaruh Hilang oleh sedatif
Perubahan serviks Mendatar dan membuka tetap
Faktor yang mempengaruhi proses persalinan

 Power : his, tenaga meneran/ kekuatan ibu


mengejan
 Passage : Jalan lahir keras (tulang panggul) dan
jalan lahir lunak (otot & jaringan ikat)
 Passenger : Sikap, letak, presentasi dan posisi janin
 Psyche : kejiwaan ibu
 Penolong : managemen persalinan yang benar
KALA I
 merupakan awal dimulainya proses persalinan
(inpartu)ditandai dengan adanya his yang mulai
teratur, keluarnya ppv berupa darah dan lendir
(bloody show),
 VT terjadi pembukaan serviks 2 cm (PG), 3 cm (MG).
Lama kala I, 7 – 8 jam (MG), 13 – 14 jam (PG).
 Kemajuan pembukaan 1 cm sejam untuk primi, 2 cm
sejam untuk multi
KALA I
 Fase laten : pembukaan sangat lambat, 0-3 cm
dalam waktu ±8 jam
 Fase aktif : pembukaan lebih cepat
1. Fase akselerasi : pembukaan 3-4 cm dalam 2 jam
2. Fase kemajuan maksimal : 4-9 cm dalam 2 jam
3. Fase deselerasi : 9-10 cm dalam 2 jam
Pemeriksaan
HIS→dinilai frekuensi (jumlah
kontraksi) dalam 10 menit
(….x/10mnt), lama dalam detik
(….”), kekuatannya
kuat,sedang,lemah). Normal 3 – 4
x/10 mnt, 45 – 60 “,kuat
VT (vaginal toucher)→kemajuan persalinan
yang dinilai adalah pembukaan serviks (cm),
KK (+/-), penipisan ( 40 – 100%), bagian
bawah janin (kepala,bokong),penurunan DJJ→dihitung frekuensi dalam 1
(Hodge I-IV), POD/point of direction menit. Dihitung 5” pertama, 5”
ketiga, 5” kelima. Jumlah dikali 4,
Normal 110 – 160 /menit, mis.
12 – 11 – 12 , reguler.
KALA II
 His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100
detik, datang tiap 2-3 menit
 Pasien mulai mengejan
 Akhir kala II → kepala sudah di dasar panggul
perineum menonjol, vulva menganga, rectum
terbuka
 Lama kala II utk PG 2 jam, MG 1 jam
Mekanisme persalinan Kala II
• Engagement (cakap) → akibat kontraksi uterus (his), dan gravitasi, kepala masuk PAP
dengan BPD 9,5 cm,utk letak belakang kepala, dapat diketahui dengan L III dan IV.

• Desensus → akibat his yang semakin kuat pada akhir kala I dan awal kala II, kepala
janin turun dengan dengan posisi sutura sagitalis searah dengan sumbu panggul secara
asinklitismus anterior (kepala mengarah kepromontorium) atau asinklitismus posterior
(kepala janin mengarah kesimfisis)
Mekanisme persalinan Kala II
• Fleksi → karena pengaruh kekuatan his dan pengejanan menimbulkan fleksi kepala
janin sehingga dagu lebih menempel kedada, akibatnya kepala janin dapat melewati
pangguldengan diameter terkecil.

• Rotasi (putaran paksi dalam) → kepala janin berputar → suboksiput berada dibawah
simfisis dan bertindak sebagai hipomoklion. Akibat kekuatan mengejan dan his perineum
meregang, anus dan vagina membuka
Mekanisme persalinan Kala II
• Ekstensi → akibat rotasi sebelumnya berakibat ekstensi yang menyebabkan berturut
turut lahirnya uuk, uub, dahi,hidung,muka terakhir dagu lahir. Disusul lahirnya seluruh
kepala dan badan janin masuk PAP

• Putaran paksi luar → badan janin yang sudah masuk PAP menyebabkan leher janin
bebas, sehingga terjadialah perputaran oksiput jadi searah tulang punggung janin.
Baru kemudian dilanjutkan pertongan persalinan untuk melahirkan seluruh badan janin.
Cardinal
Movement
Pertolongan persalinan badan bayi

• Setelah terjadi putaran paksi luar sempurna, pegang sisi temporal kepala janin, kemudian
tarik kearah bawah asmpai bahu depan lahir.

• Setelah bahu depan lahir, tarik keatas, sehingga bahu belakang lahir.

• Kemudian pegang kedua bahu janin untuk melahirkan dada, perut,bokong dan kaki janin.

• Setelah bayi lahir bersihkan lendir dari hidung dan mulut janin dengan penghisap lendir

• Kemudian tali pusat diklem dengan cord klem sekitar 3 cm dari dinding perut, dan pasang
klem 5 cm diatas cord klem dan tali pusat dipotong dgn gunting.
Asuhan Persalinan Normal
1. Mengenali tanda dan gejala kala II
• Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
• Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vagina
• Perenium menonjol
• Vulva dan spingter ani membuka
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air
mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan
letakan kembali
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi oleh
air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput


ketuban sudah pecah.

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5%.

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ
dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15.Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

16.Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

17.Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan


alat dan bahan

18.Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.


19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang
handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan
kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah
itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan
satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi
perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada
belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap
fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum).
Episiotomi
✓ Suatu tindakan melakukan insisi pada daerah
perineum, untuk membantu mempermudah proses
persalinan.
✓ Indikasi, hanya dilakukan bila sangat terpaksa
untuk mencegah luka yg tidak beraturan (berisiko
mengganggu penyembuhan
Cara episiotomi
✓ Informasi pada pasien, pakai sarung tangan steril
✓ Disinfeksi daerah vulva dan perineum
✓ Ambil disp. Spuit, sedot 3 amp / 6cc, lidokain
✓ Suntikkan im daerah med.lat.ka. perineum
✓ Saat kepala janin, membuka pintu, lakukan insisi dgn
gunting episiotomi daerah medio lat.ka perineum,
sepanjang 5 cm.
✓ Lakukan pertolongan persalinan.
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa
steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan
jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25.Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26.Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi atas perut ibu.
27.Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
28. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
29. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
30. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32.Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33.Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang
topi di kepala bayi.
34.Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm
dari vulva
35.Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
Persalinan Kala III

• Kala III → kala pengeluaran plasenta. Normal memerlukan waktu 15 – 30 menit.

• Mekanisme pelepasan plasenta Menurut Schultze → terlepas sentral/para


sentral, plasenta lahir diikuti perdarahan. Menurut Mathews Duncan → terlepas
dari pinggir, plasenta lahir diikuti perdarahan.

• Plasenta diperiksa apakh kutiledon dan KK telah lahir lengkap, insersi tali
pusat,ukuran dan beratnya ditimbang
36.Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-
hati kearah dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

37.Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga


plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-
hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan
kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40.Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput
ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong
plastik yang tersedia.
41.Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Jahit luka episiotomi
✓ Setelah plasenta lahir, dilakukan repair perineum
yg robek atau bekas episiotomi,
✓ Informasi pada pasien
✓ Bersihkan kotoran sisa2 persalinan
✓ Pasang doek steril, dibawah pantat penderita
✓ Disinfeksi daerah luka dan sekitar
✓ Pakai sarung tangan steril
✓ Eksplorasi luka robekan, perineum, dinding
vagina
Jahit luka episiotomi
✓ Setelah selesai menjahit, lakukan eksplorasi
ulang, apakah semua luka sdh terjahit, dan tidak
ada perdarahan baru.
✓ Pastikan rektum tidak ikut terjahit, dgn
memasukkan jari telunjuk ke rektum.
✓ IMD dapat dilakukan selama proses reparasi
luka, setelah jalan nafas bayi dibersihkan.
✓ Tindakan ini dapat membantu memperbaiki
kontraksi uterus pasca persalinan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49.Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
50.Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.
51.Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi.
52.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan
kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila
ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
Perawatan setelah bayi lahir
Menilai APGAR SKOR bayi
→Yang dinilai :
- Frekuensi Jantung : 0 (tdk terdengar), 1
(kurang dari 100), 2 (lebih dari 100)
- Usaha Nafas : 0 (tdk bernafas), 1 (lemah
/tidak teratur), 2 (baik/menangis)
- Tonus otot : 0 (lumpuh), 1 (ektremitas sedikit
fleksi), 2 (gerak aktif)
Perawatan setelah bayi lahir
Reaksi terhadap rangsangan : 0 (tdk ada), 1
(sedikit gerakan mimik, 2 (batuk/bersin)

Warna kulit : 0 (pucat), 1 (badan merah


ekstremitas biru),2 (seluruh tubuh kemerahan)

HASIL dijumlahkan dalam 5 . 10 dan 15 mnt


NILAI 1 - 5 →Asfiksia berat
6 - 7 →Asfiksia sedang /ringan
8 - 10 →normal.
Perawatan setelah bayi lahir
• Pemeriksaan PLASENTA
• Diperiksa apakah kutiledon lengkap, kulit ketuban
utuh, berat palsenta, panjang tali pusat, insersi
tali pusat.
• Ditentukan jumlah perdarahan pervaginam
(normal 350 – 500 cc),
• Periksa TFU, kontraksi uterus
• Periksa TTV.
Perawatan setelah bayi lahir
• Dalam waktu 2 jam pasca lahirnya plasenta,
apabila tidak ada kelainan pada ibu, barulah
ibu dipindah keruang perawatan pasca
persalinan.
• Ditempat perawatan gabung dengan bayi, ibu
diberikan penyuluhan perawatan ASI, dan bayi
baru lahir.
• Motivasi KB, untuk menjarangkan dan membatasi
jmlah anak.
Lama Persalinan
Primigravida Multigravida
Kala I 12,5 jam 7 jam 20 menit
Kala II 80 menit 30 menit
Kala III 10 menit 10 menit
Persalinan 14 jam 8 jam
Kala IV (Kala Pengawasan)
1) kontraksi uterus
2) perdarahan pervaginam
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir
lengkap
4) kandung kencing harus kosong
5) luka-luka di perineum harus dirawat
6) resume keadaan umum bayi dan ibu
ASUHAN BAYI BARU LAHIR
10 Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir

Meliputi :
 Pencegahan Infeksi
 Penilaian BBL segera setelah lahir
 Pencegahan kehilangan panas
 Asuhan Tali Pusat
 Iniisiasi Meyusu Dini

 Manajemen laktasi BBL


 Pencegahan Infeksi Mata

 Pemberian Vitamin K1

 Pemberian Imunisasi
 Pemeriksaan BBL
1. PENCEGAHAN INFEKSI

“ BBL sangat rentan terhadap infeksi yang di


sebabkan oleh paparan atau kontaminasi
mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung, pastikan penolong persalinan telah
melakukan upaya pencegahan infeksi “
Upaya PI yang dilakukan pada asuhan BBL

 Cuci tangan dengan seksama sebelum dan


sesudah bersentuhan dengan bayi
 Pakai Sarung Tangan bersih pada saat
menangani bayi yang belum di mandikan
 Pastikan semua peralatan telah di sterilisasi
atau desinfeksi tingkat tinggi
 Pastikan semua pakaian,handuk,selimut,dan
kain yang digunakan bayi dalam keadaan
bersih,dekontaminasi dan cuci setiap kali
setelah digunakan
2. PENILAIAN BAYI BARU LAHIR

!!…Segera lakukan penilaian awal dengan


menjawab 4 pertanyaan:

1. Apakah bayi cukup Bulan…?


2. Apakah Air ketuban jernih..?
3. Apakah bayi menangis atau bernafas…?
4. Apakah Tonus bayi baik….?
Bagan Alur Manajemen BBL
PERSIAPAN

1. Apakah bayi cukup bulan?


2. Apakah air ketuban jernih,tidak bercampur mekonium?
3. Apakah bayi menangis atau bernafas?
4. Apakah tonus bayi baik?

Bayi cukup bulan,air ketuban Bayi tidak cukup bulan


Jernih ,menangis,atau bernafas dan atau airketuban bercam
tonus bayi baik pur mekonium,dan atau
Tidak bernafas atau
mengap-mengap dan atau
tonus bayi tidak baik

A B
Manajemen BBL Manajemen Asfiksia BBL
BAGAN A
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR NORMAL
PENILAIAN :-Bayi cukup bulan
-Air ketuban jernih, sebelum by
lahir
tidak bercampur mekoniun

-Bayi menangis atau bernafas segera setelah


bayi baru
la
-Tonus otot

Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Jaga Kehangatan
2. Bersihkan jalan nafas( bila perlu)
3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan
4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun kira-kira 2 menit setelah
lahir
5. Lakukan IMD dengan cara kontak kulit bayi dengan kulit ibu
6. Beri salp mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata setelah IMD
7. Beri Vitamin K1 1 mg im di paha kiri anterolateral
8. Beri Imunisasi HB. 0,5 ml di paha kanan anterolateral sekitar 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1.
3. PENCEGAHAN KEHILANGAN PANAS

INGAT……!!

“Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya


dalam keadaan basah atau tidak segera dikerigkan dan
di selimuti walupun berada di dalm ruangan yang relatif
hangat “
Mekanisme Kehilangan Panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya
melalui cara-cara sebagai berikut :
1.Evaporasi
2.Konduksi
3.Konveksi
4.Radiasi
Mencegah Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
▪ Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
▪ Letakan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
▪ Selimuti ibu dan bayi dan pasang topi di kepala bayi
▪ Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
▪ Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
▪ Bayi jangan di bedong
4. MERAWAT TALI PUSAT
1.Memotong dan mengikat tali pusat :
▪ Klem dan potong tali pusat setelah 2 menit
bayi baru lahir
▪ Lakukan penjepian tali pusat kesatu denagn
klem DTT 3 cm
▪ Pegang tali pusat diantara klem tersebut
▪ Ikat tali pusat dengan benang steril
▪ Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan
masukan ke dalam larutan klorin 0,5 %
▪ Letakan bayi tengkurap di dada ibu untuk
IMD
2.Nasehat untuk merawat tali pusat
▪ Jangan membungkus puntung tali pusat atau
mengoleskan cairan
▪ Mengoleskan alkohol atau povidon iodone
masih di perkenankan
▪ Berikan nasehat pada ibu
5. PEMBERIAN ASI

1. Inisiasi Menyusu Dini / IMD bagi Ibu dan Bayi


2. Langkah Inisiasi Menyusu Dini :
➢ Langkah 1 : Lahirkan,lakukan penilaian pada
bayi, keringkan
➢ Langkah 2 : Lakukan kontak kulit dengan kuit
selama paling sedikit selama 1 jam
➢ Langkah 3 : Biarkan bayi mencari dan
menemukan putting ibu dan mulai menyusu
3. LIMA URUTAN PERILAKU BAYI SAAT
MENYUSU PERTAMA KALI

Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan waktu

1 Bayi beristirahat dan melihat 30 menit


2 Bayi mulai mendecakan bibir dan
membawa jarinya ke mulut
3 Bayi mengeluarkan air liur
30-60 menit setelah lahir
4 Bayi Menendang,menggerakan kaki, dengan kontak kulit
bahu,lengan dan badannya ke arah dengan kulit terus
dada ibu dengan menagandal menerus tanpa putus
kan indera penciumannya.
5 Bayi meletakan mulutnya ke putting ibu
4.Pemberian ASI selanjutnya
 Rangsangan isapan bayi pada putting susu ibu akan diteruskan
oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan
Hormon Prolaktin.Hormon ini akan memacu payudara untuk
menghasilkan ASI.
5.Refleks Laktasi
➢ Refleks mencari putting susu ( rooting refleks)
➢ Refleks menghisap ( suckling refleks)
➢ Refleks menelan (swallowing refleks )
PEDOMAN MENYUSUI

▪ Mulai menyusui segera setelah lahir ( dalam satu


jam)
▪ Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada
bayi ( misalkan air,madu,larutan air gula atau
pengganti susu ibu) kecuali diinsruksikan oeh dokter
denganalasan medis
▪ Berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama
hidupnya dan baru dianjurka untuk memulai
pemberian makanan pendamping ASI setelah periode
ekslusif
▪ Berikan ASI ada bayi sesuai dorongan alamiahnya
baik siang maupun malam (8-10 kali atau lebih dalam
24 jam) selama bayi menginginkanya.
8.Pemberian Vitamin K1

 Setelah Inisiasi Menyusu Dini,semua BBLharus di berikan vitamin K1 1


mg suntikan intramuskuler untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin K1 yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
7. Pencegahan Infeksi Mata
Salep mata unuk pencegahan infeksi mata diberikan pada
Bayi selesai Inisiasi Menyusu Dini.
Cara Pemberian salep mata :
▪ Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan
tujuan pemberian obat tersebut
▪ Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir)
▪ Berikan Salep dalam satu garis lurus mulai dari bagian
mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju
kebagian luar mata
▪ Ujung tabung salep mata tak boleh menyentuh mata
bayi
▪ Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan
keluarga untuk tidak menghapus obat tersebut.
9. Pemberian Imunisasi Bayi Baru Lahir

 Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah Infeksi.Hepatitis B


terhadap bayi,terutama jalur penularan ibu-bayi.
 Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan sekitar 1-2 jam setelah
pemberian Vitamin K1
a. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Tanda-tanda bahaya bayi lahir:


▪ Tiadak dapat menyusu
▪ Kejang
▪ Nafas cepat
▪ Merintih
▪ Retraksi dinding dada bawah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai