Penyakit Diabetes
Disusun Oleh :
Jl. Brigjen Saptadji Hadiprawira No.19, RT.01/RW.01, Cilendek Bar., Kec. Bogor Bar., Kota Bogor,
Jawa Barat 16112
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah bahasa Indonesia tepat waktu.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan
kelak. Penulisan makalah berjudul “ Presentasi Kasus Kehamilan Dengan Penyakit Pernafasan,
Penyakit Infeksi Menular Seksual, Penyakit Endokrin, Penyakit Diabetes” dapat diselesaikan karena
bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik
pada judul makalah ini. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan wawasan baru
setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian
isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah asuhan kebidanan
kehamilan ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I
Pendahuluan
I.III Tujuan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal
setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Pada tahun 2013 lebih dari
289.000 perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan (WHO, 2014).
Tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000
jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000
kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000
kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran
hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014). hasil SDKI 2012, Angka
Kematian Bayi mencapai angka 32/1.000 KH dan Angka Kematian Ibu di Indonesia
359/100.000 KH.
Riwayat kesehatan dan persalinan lalu juga menjadi salah satu faktor risiko
kehamilan ibu yang berikutnya, seperti riwayat abortus berulang, Riwayat asma, riwayat
hipertensi, selain itu kondisi kesehatan dan gizi ibu saat ini juga sangat berpengaruh bagi
kehamilan ibu.
Bidan sebagai pemberi asuhan kebidanan memiliki posisi strategis untuk berperan
mendampingi dan memantau ibu hamil pada proses kehamilan dan pasca kehamilan. Untuk
itu bidan harus memiliki kualifikasi yang diilhami oleh filosofi asuhan kebidanan yang
menekankan asuhannya terhadap perempuan (woman centre care), salah satu upaya untuk
meningkatkan kualifikasi bidan yaitu dengan menerapkan model asuhan kebidanan yang
berkelanjutan yaitu dengan Continuity Of Care (COC) dalam pendidikan klinik (Yanti, 2015).
Setiap asuhan kebidanan yang diberikan menggunakan managemen 7 langkah varney yaitu
pengumpulan data, intepretasi data, mengidentifikasian diagnosis, penyusunan rencana
asuhan, penatalaksanaan asuhan dan diakhiri dengan evaluasi. Wanita dengan obesitas
ditambah lagi dengan riwayat abortus dan penyakit penyerta di kategorikan sebagai wanita
dengan risiko tinggi sehingga memerlukan pendampingan yang lebih intensif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sesak napas pada kehamilan juga dapat terjadi akibat masalah di saluran
pernapasan. Berikut adalah beberapa gangguan pernapasan yang mengintai ibu hamil:
1. Emboli Paru
Emboli paru, atau pulmonary embolism, terjadi ketika ada bekuan darah di
pembuluh darah nadi (arteri) di paru. Hal tersebut menyebabkan aliran darah di paru
berkurang, kadar oksigen dalam darah menurun, dan memengaruhi organ lainnya. Ada
beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang berisiko mengalami emboli paru. Satu di
antaranya adalah kehamilan. Penekanan janin terhadap pembuluh darah di daerah panggul
menyebabkan darah mengalami pengumpulan di area tersebut dan mudah menjadi bekuan
(clot).
Emboli paru tidak boleh dianggap enteng karena dapat berakibat fatal. Penyakit ini
merupakan penyebab kematian utama pada ibu hamil, terutama di negara berkembang.
Gejala awalnya adalah sesak napas, nyeri dada, sakit kepala, pandangan kabur, dan kulit
tampak pucat atau kebiruan. Umumnya gejala-gejala tersebut terjadi dengan cepat dan
dapat bertambah parah hingga berujung pada kematian.
2. Asma
Asma adalah gangguan medik yang paling sering, dengan prevalensi dilaporkan 2%
dalam kehamilan. Ada banyak obat untuk mengendalikan penyakit ini, dan terapi dalam
kehamilan berbeda sedikit dengan diluar kehamilan. Asma adalah kelainan berupa inflamasi
kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang dapat menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa
berat terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik
dengan atau tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009). Asma, terutama apabila dengan tingkat
keparahan yang berat, dapat mempengaruhi hasil kehamilan secara bermakna. Dalam
Sebagian penelitian, dijumpai peningkatan insidensi preeklamsia, persalinan preterm, bayi
berat lahir rendah, dan mortalitas perinatal. Walaupun belum terbukti, secara logika asma
yang terkontrol baik akan memberi hasil yang lebih baik. Kematian ibu dapat terjadi akibat
status asmatikus. Penyulit yang mengancam nyawa adalah pnemotoraks,
pneumomediastium, kor pulmonale akut, aritmia jantung, kelelahan otot serta henti napas.
Gejala asma meliputi inflamasi kronis jalan nafas yang ditandai oleh spasme, edema,
peningkatan produksi mucus, hiperesponsivitas terhadap stimulus (Kriebs, Carolyn, 2005).
Perjalanan penyakit asma, secara klinis, asma merupakan suatu spectrum penyakit yang luas
yang berkisar dari mengi ringan sampai bronkokonstriksi berat yang menyebabkan gagal
napas, hipoksemia berat, dan kematian. Akibat fungsional dari bronkospasme akut adalah
obstruksi jalan nafas, perubahan oksigenasi selanjutnya merupakan cerminan dari ketidak
sesuaian ventilasi-perfusi karena penyempitan jalan nafas tidak merata (Cunningham;
Leveno; Gant; Hauth; Gilstrap; Wenstrom, 2006).
Hipoksia pada awalnya dikompensasi dengan baik oleh hiperventilasi, seperti
tercermin oleh normalnya tekanan karbondioksida sehingga terjadi alkaliosis respiratorik.
Seiring dengan dengan bertambah parahnya penyempitan jalan nafas, gangguan ventilasi-
perfusi meningkat sehingga terjadi hipoksemia arteri. Pada obstruksi yang parah, ventilasi
sedemikian teranggu karena kelelahan otot pernapasan sehingga terjadi retensi CO2 awal.
Karena adanya hiperventilasi, hal ini mungkin dijumpai pada awal penyakit karena tekanan
CO2 arteri kembali ke kisaran normal. Akhirnya, pada obstruksi yang sudah kritis, terjadi
gagal napas yang ditandai dengan hiperkapnia dan asidemia (Cunningham; Leveno; Gant;
Hauth; Gilstrap; Wenstrom, 2006). Efek kehamilan pada asma. tidak ada bukti bahwa
kehamilan menimbulkan efek yang dapat diprediksi pada asma. schatz dkk. (1998) secara
prospektif meneliti gejala dan pemeriksaan spirometri sepanjang kehamilan dan nifas pada
366 wanita yang megidap asma. Mereka melaporkan bahwa sekitar sepertiga dari para
pasien masing-masing membaik, tidak mengalami perubahan, atau malah memburuk. Pada
studi prospektif lainnya oleh Stenius-Aarniala dkk. (1988) terhadap 198 kehamilan, hampir
40 persen wanita memerlukan terapi yang lebih intensif untuk asmanya pada suatu saat
kehamilan. Oleh karena ini, sekitar sepertiga wanita asmatik mengalami perburukan
penyakit pada suatu saat selama kehamilan mereka (Cunningham; Leveno; Bloom; Hauth;
Rouse; Spong, 2013). Efek asma pada kehamilan, pada sebagian besar penelitian, dijumpai
peningkatan insiden preeklamsi, persalinan preterm, bayi berat lahir rendah, dan mortalitas
perinatal.
Efek asma pada janin, penelitian pada hewan maupun manusia mengisyaratkan
bahwa alkaliosis pada ibu dapat menyebabkan hipoksemia janin jauh sebelum oksigenasi ibu
terganggu (Rolston dkk., 1997). Gangguan pada janin diperkirakan disebabkan oleh
kombinasi beberapa faktor, yaitu: berkurangnya aliran darah uterus, berkurangnya aliran
balik vena ibu, dan pergerseran kurva disosiasi oksihemoglobin ke kiri akibat basa. Apabila
ibu tidak mampu lagi mempertahankan tekanan oksigen normal dan terjadi hipoksemia,
janin akan berespons dengan mengurangi aliran darah umbilikus, meningkatkan resistensi
vascular sistemik dan paru, dan akhirnya mengurangi curah jantung (Cunningham; Leveno;
Bloom; Hauth; Rouse; Spong, 2013).
Asma dapat terjadi pada ibu hamil jika sebelumnya memang memiliki riwayat
penyakit tersebut. Umumnya asma akan sering muncul di usia kehamilan 24-36 minggu.
Gejala asma meliputi sesak napas, batuk, dada terasa berat, napas berbunyi, dan dipicu oleh
pencetus tertentu, seperti cuaca, debu, dan sebagainya. Sepertiga ibu hamil dengan asma
mengeluh gejala asmanya semakin berat selama kehamilan. Hal tersebut disebabkan oleh
perubahan hormon selama hamil, seperti peningkatan estrogen dan progesteron yang
menyebabkan hidung lebih tersumbat dan napas lebih cepat. Sehingga saat asma kambuh,
gejalanya akan lebih berat. Asma dapat menimbulkan sejumlah komplikasi serius, seperti
kematian janin, kelahiran prematur (sebelum waktunya), peningkatan tekanan darah, dan
meskipun jarang, kematian ibu.
4. Preeklamsia
Preeklamsia, atau yang dikenal dengan sebutan “keracunan kehamilan”, adalah
kondisi yang hanya dapat terjadi pada ibu hamil. Kondisi ini ditandai dengan adanya
peningkatan tekanan darah pada ibu hamil yang sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit
darah tinggi. Tekanan darah yang tinggi tersebut menyebabkan ginjal mengalami kerusakan,
sehingga terdapat molekul protein dalam urine ibu tersebut. Pada kondisi yang berat,
preeklamsia dapat menjadi eklamsia, yang ditandai dengan adanya kejang.
Selain peningkatan tekanan darah dan adanya protein dalam urine, gejala dari
preeklamsia adalah kesulitan bernapas, nyeri perut, nyeri kepala hebat, muntah, dan
pandangan kabur. Sejauh ini, belum diketahui penyebab pasti dari preeklamsia, tetapi
beberapa faktor risikonya adalah riwayat preeklamsia di kehamilan sebelumnya, obesitas,
dan hamil kembar. Sesak napas saat hamil dapat menjadi pertanda adanya beragam jenis
penyakit. Karena itu, demi keselamatan ibu dan bayi, jangan anggap enteng gangguan
pernapasan yang dialami ibu hamil. Segera periksakan diri ke dokter kebidanan untuk
memastikan kondisi Anda dan mendapat penanganan yang cepat dan tepat.
Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar ditularkan melalui
hubungan seksual, baik hubungan seks vaginal (melalui vagina), anal (anus/dubur) atau oral
(melalui mulut). Infeksi Menular Seksual biasa juga dikenal sebagai Penyakit Menular Seksual
(PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin.