DI SUSUN OLEH :
TINGKAT 3A KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas
penyusunan makalah tentang “Teori Kepemimpinan dan Pengarahan ”. Adapun
penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen
Keperawatan. Kami sampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya
kepada pihak yang sudah mendukung kami selama berlangsungnya pembuatan
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun amat kami nantikan dari
kalangan pembaca agar nantinya meningkatkan dan merevisi kembali pembuatan
makalah ditugas lainnya dan diwaktu berikutnya.
Penyusun
i
Daftar isi
Kata pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
D. Manfaat penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Teori kepemimpinan 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 41
B. Saran 41
Daftar pustaka
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang
memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok ke arah tujuan yang hendak
dicapai bersama.
Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian
pengaruh pada kegiatan dari kelompok anggota yang saling berkaitan
tugasnya.
Pengarahan (Direction) adalah untuk membuat orang lain
mengikuti keinginannnya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau
kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan
jangka panjang perusahaan
Pengarahan adalah salah satu fungsi penting manajemen dan juga
dianggap sebagai esensi dari manajemen
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan yaitu tentang Teori
Kepemimpinan dan Pengarahan dalam Manajemen
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan.
2. Mengetahui secara menyeluruh tentang Manajemen Keperawatan
dengan :
a. Memahami tentang Teori Manajemen.
b. Memahami tentang Pengarahan dalam Manajemen
1
2
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk pembaca
Sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menambahkan
pengetahuan dan wawasan, sebagai sumber informasi yang sangat
penting untuk kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk mahasiswa
Sebagai referensi informasi manajemen keperawatan.
3. Untuk penulis
Memberikan pengetahuan tentang teori kepemimpinan dan pengarahan
sebagai bahan acuan untuk penulisan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TEORI KEPEMIMPINAN
1. Menurut Ns. Roymond, H. Simamora, M.Kep. (2012). Buku Ajar
Manajemen Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Konsep Kepemimpinan
a. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktifitas-aktifitas suatu kelompok ke arah tujuan yang hendak dicapai
bersama.
b. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas kelompok
yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan.
c. Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh
pada kegiatan dari kelompok anggota yang saling berkaitan tugasnya.
Dari berbagai penjelasan yang sudah di paparkan di atas dapat di
simpulkan bahwa kepemimpinan ialah sesuatu yang berkaitan dengan
kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam pengertian secara sederhananya kepemimpinan adalah proses untuk
mempengaruhi orang lain sehingga mereka dengan senang hati melakukan
tugas yang diberikan dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Selain itu
juga dari kepemimpinan perlu digaris bawahi bahwa unsur-unsur utama
dari kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1) Pemimpin atau orang yang mempengaruhi
2) Orang yang dipimpin sebagai pihak yang dipengaruhi
3) Interaksi atau kegiatan dan proses mempengaruhi
4) Tujuan yang hendak dicapai dalam proses mempengaruhi
5) Perilaku atau kegiatan yang dilakukan sebagai hasil mempengaruhi
3
2. Menurut dr. H. Syamsul Arifin, M.pd. (2012). LEADERSHIP Ilmu dan
Seni Kepemimpinan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media
Teori Kepemimpinan
Beberapa ahli membedakan beberapa konsep dan metode mengenai
kepemimpinan dalam banyak pendekatan/ teori, seperti:
a. Pendekatan Kesifatan
Dalam teori ini ditekankan mengenai sifat kepemimpinan yang sudah
dibawa sejak lahir, bukan dibuat. Seseorang dilahirkan dengan membawa
atau tidak membawa sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
Seseorang tersebut dilahirkan dengan membawa karakteristik yang
berbeda dengan orang lain menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan
fungsi kualitas seseorang dari suatu individu, bukan dari situasi,
teknologi, maupun dukungan masyarakat. Teori ini disebut dengan great
man theory. Namun demikian teori kontemporer menjelaskan bahwa
kepemimpinan yang dibawa dan dimiliki seseorang dapat dikembangkan,
tidak semata-mata sifat yang dibawa sejak lahir.
b. Pendekatan Situasi
Pendekatan ini menjelaskan peranan kepemimpinan seorang manajer yang
dipengaruhi oleh situasi-situasi tertentu. Situasi yang menguntungkan
akan meningkatkan efektifitas kepemimpinan. Menurut Fiedler
berpendapat situasi empiris tersebut dibagi menjadi tiga dimensi: pertama,
hubungan pimpinan dengan anggota. Kedua, tingkatan dalam struktur
tugas dan ketiga, posisi kekuasaan pemimpin yang didapat melalui
kewenangan formal.
c. Teori Path-Goal
Teori ini cenderung menggunakan pendekatan analisis mengenai
pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi dan pelaksaan kerja bawahan.
Teori ini berusaha meramalkan efektifitas kepemimpinan dalam segala
situasi. Pemimpin yang efektif karena pengaruh motivasi mereka yang
41
positif, kemampuan untuk melaksanakan dan kepuasan pengikutnya.
Terdapat dua dalil penting, yaitu:
a. Tingkah laku pemimpin efektif sejauh mana bawahan
mempersepsikan perilaku tersebut sebagai suatu sumber kepuasan
langsung atau sebagai sarana bagi kepuasan di masa mendatang.
b. Tingkah laku pemimpin bersifat motivasional sejauh mana
memberikan kepuasan dari kebutuhan bawahan yang kontingen pada
prestasi efektif dan melengkapi lingkungan bawahan dengan
memberikan bimbingan, kejelasan arah, dan penghargaan yang
diperlukan untuk prestasi efektif.
Menurut teori ini ada empat perilaku pemimpin yang berlangsung dalam
setiap organisasi, yaitu:
42
memperlihatkan kepercayaan bahwa para bawahan akan mencapai standar
yang tinggi.
43
Menurut teori kepemimpinan ini, seorang pemimpin besar terlahir
sebagai pemimpin yang memiliki ciri-ciri yang istimewa mencakup
karisma, kecerdasan, kebijaksaan, dan memberikan dampak besar.
Teori manusia terbaik, dari filsuf Aristotle, menyatakan bahwa
beberapa orang dilahirkan untuk menjadi pemimpin, sedangkan orang
lain dilahirkan untuk dipimpin. Teori sifat menyatakan bahwa
beberapa orang memiliki karakteristik atau sifat individu tertentu yang
membuat mereka memimpin lebih baik daripada yang lainnya. Untuk
menentukan sifat yang membedakan pemimpin besar, peneliti
mempelajari kehidupan seseorang yang menonjol sepanjang sejarah.
Efek bawaan dan dampak situasi tersebut diabaikan.
3. Big Bang Theory
Suatu peristiwa besar bisa menciptakan seseorang menjadi pemimpin.
Seorang pemimpin mampu mengintegrasikan antara situasi dan
pengikut. Situasi merupakan peristiwa besar seperti revolusi,
kekacauan/ kerusuhan, pemberontakan, reformasi dan lain-lain. Dalam
hal ini, pengikut adalah orang yang menokohkan seseorang dan
bersedia patuh serta taat.
4. Behavior Theory
Teori ini tidak menekankan pada sifat-sifat atau kualitas yang harus
dimiliki seorang pemimpin tetapi memusatkan pada bagaimana cara
aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi orang lain dan hal
ini dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing. Dasar
pemikiran pada teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suau
kelompok ke arah pencapaian tujuan. Teori ini memandang bahwa
kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari
sifat-sifat (Traits) seorang pemimpin. Alasannya sifat seseorang relatif
sukar untuk diidentifikasikan.
Menurut teori ini, kepemimpinan merupakan interaksi pemimpin
dengan pengikut, dan dalam interaksi tersebut pengikutlah yang
44
menganalisis dan mempersepsikan apakah menerima atau menolak
pengaruh dari pemimpinnya. Melahirkan dua orientasi perilaku
pemimpin, yaitu:
a. Berorientasi tugas (task orientation)
Mengutamakan penyelesaian tugas, dan menampilkan gaya
kepemimpinan otokratis
b. Berorientasi pada orang (people orientation)
Mengutamakan penciptaan hubungan-hubungan manusiawi
menampilkan gaya kepemimpinan domokratis taua partisipatif.
Dari kedua orientasi dapat disimpulkan bahwa perilaku pemimpin
inilah seterusnya melahirkan gaya-gaya kepemimpinan.
5. Situasional Theory
Teori kepemimpinan situasional adalah suatu pendekatan terhadap
kepemimpinan yang menganjurkan pemimpin untuk memahami
perilaku bawahan, dan situasi sebelum menggunakan perilaku
kepemimpinan terentu. Teori muncul sebagai reaksi terhadap teori
perilaku yang menempatkan perilaku pemimpin dalam dua kategori
yaitu otokratis dan demokratis dalam teori ini dijelaskan bahwa
seorang pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel
situasional. Teori ini menitikberatkan pada berbagai gaya
kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi
tertentu. Keefektifan pemimpin tidak tergantung pada gaya tertentu
terhadap suatu situasi, tetapi tergantung pada ketepatan pemimpin
berperilaku sesuai dengan situasinya.
45
a. Fase pertama
Ciri-cirinya yaitu ketika bawahan masuk pertama kali
memasuki organisasi, cocok beri instruksi mengenai tugas dan
dibaut terbiasa dengan peraturan dan prosedur organisasi,
pemimpin tidak mengarahkan (non directive) menyebabkan
kecemasan dan kebingungan dikalagan pengikut baru;
pendekatan hubungan pengikut yang partisipatif tidak tepat;
bawahan belum dapat dianggap sebgai teman
b. Fase kedua
Ciri-cirinya yaitu bawahan mulai mempelajari tugasnya,
pemimpin yang berorientasi pada tugas tetap penting karena
mereka belum mau menerima tanggung jawab sepenuhnya;
kepercayaan dan dukungan pemimpin terhadap baawahan
dapat meningkat sejalan dengan makin akrabnya ia dengan
baawahan dan ingin mendorong usaha lebih lanjut di pihak
mereka; pemimpin boleh memulai perilaku yang berorientasi
pada bawahan.
c. Fase ketiga
Ciri-cirinya yaitu kemampuan dan motivasi bawahan mulia
menignkat dan mereka secara aktif mulai mencari tanggung
jawab yang lebih besar; pemimpin tidak perlu lagi
mengarahkan akan tetapi pemimpin akan terus mendukung dan
memperhatikan agar dapat memperkuat kebulatan tekad
bawahan untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar
d. Fase keempat
Ciri-cirinya yaitu bawahan sudah tidak memerlukan atau
mengharapkan lagi suatu hubungan yang bersifat mengarahkan
dengan pemimpin; bawahan sudah mampu berdirikari.
6. Contingency Theory
46
Kepemimpinan dipengaruhi oleh variabel-variabel lingkungan
yang menentukan gaya kepemimpian. Tidak ada gaya
kepemimpinan yang terbaik untuk semua situasi. Keberhasilan
pemimpin tergantung pada sejumlah variabel. Termasuk gaya
kepemimpinan, kualitas para pengikut, dan aspek lingkungan.
Teori ini masih mengandung dua sudut pandang keberhasilan suatu
kepemimpinan. Di satu sisi pemimpin harus fleksibel dengan
situasi, tetapi ada variabel lain yang menentukan seperti kualitas
bawahan dan aspek lingkungan.
Teori disebut dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu
yang pasti, artinya seseorang dapat menjadi pemimpin jika
memiliki bakat, lingkungan yang membentuknya, kesempatan dan
kepribadian, motivasi dan minat yang memungkinkan untuk
menjadi pemimpin.
8. Teori Motivasi
Teori motivasi dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu :
a. Maslow
b. Aldefer
c. Herzberg
d. McCelland
e. Adams
47
f. V. Vroom
No Teori Penjelasan
1. Hierarki Kebutuhan (Maslow) Fisiologis : gaji pokok
Aman : perencanaan yang regular
(gaji)
Kasih sayang : kerja sama seacara
tim
Harga diri : pencapaian posisi
Aktualisasi : tantangan dalam
bekerja
2. Teori ERG (Clayton Aldelfer) E : Existence (fisiologis)
R : Relatedness (kasih sayang)
G : Growth (harga diri dan
aktualisasi)
3. Teori Dua Faktor (Frederich Motivators : kepuasan kerja
Herzberg) Hygiene : lingkungan yang
kondusif
4. Teori Belajar (McClelleand) Affiliation : bersahabat
Power : memerintah orang lain
Achievement : suka tantangan,
kompetisi, dan menyelesaikan
masalah secara detail
48
Motivasi akan muncul menjadi suatu masalah apabila tiga hal tidak
dapat terpenuhi. Tiga hal tersebut adalah pembagian tugas yang tidak
jelas, hambatan dalam pelaksanaan dan kurang/tidak adanya
penghargaan.
9. Teori Z
Teori ini merupakan teori Y dari McGregor dan mendukung gaya
kepemimpinan demokratis. Komponen Teori Z meliputi pengambilan
keputusan dan kesepakatan, menenmpatkan pegawai sesuai
keahliannya, menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang
lambat, dan pendekatan yang holistik terhadap staff. Teori ini lebih
menekankan pada staff dibandingkan dengan kualitas produksi,
sehingga di Amerika teori ini masih banyak yang diperdebatkan.
49
Karakteristik Kepemimpinan
1. Tipe Otoriter
Gaya kepemimpinan otoriter mungkin tampak apatis. Karena gaya
menggunakan perilaku direktif. Keputusan kebijakan dibuat semata-
mata oleh pemimpin yang cenderung mendikte tugas dan teknik
kepada pengikut. Para pemimpin memberi tahu para pemimpin apa
yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Gaya ini
menekankan dan membiarkan acara berlangsung sendiri. Pemimpin
adalah ukuran perhatian yang tinggi untuk tugas. Para pemimpin
otoriter ditandai dengan memberi perintah. Gaya mereka dapat
menciptakan permusuhan dan ketergantungan di antara para pengikut,
mungkin juga menghambat kreativitas dan inovasi. Di sisi lain,
kekurangannya, gaya ini memiliki kelebihan bila digunakan dengan
gaya ini bias sangat efisien, terutama dalam krisis.
2. Demokratis
Pendekatan ini menyiratkan hubungan dan orientasi orang. Kebijakan
adalah masalah diskusi dan keputusan kelompok. Pemimpin
mendorong dan membantu diskusi dan pengambilan keputusan
kelompok. Hubungan manusia dan kerja tim adalah fokusnya. Masalah
pemimpin dan langkah tindakan selanjutnya. Memotivasi partisipasi
adalah tantangan yang konstan.
3. Laissez-Faire
Gaya ini mempromosikan kebebasan penuh untuk keputusan kelompok
atau individu, ada minimum partisipasi pemimpin. Seorang pemimpin
menggunakan ini berdasarkan non-interfernsi, keputusan yang jelas
mungkin tidak pernah dirumuskan. Gaya Laissez-Faire menghasilkan
keputusan, sadar atau tidak, untuk menghindari gangguan baik permisif
dan menumbuhkan kebebasan atau tidak mampu membimbing
kelompok. Pengikut mungkin membutuhkan struktur yang lebih besar
daripada yang diberikan pemimpin. Meskipun kelompok potensial dari
50
penyedia perawatan independen atau professional bekerja bersama.
Secara keseluruhan, satu gaya belum tentu lebih baik dari yang lain.
Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada factor
situasional dan kontekstual yang perlu dipertimbangkan ketika
memilih gaya. Gaya harus bervariasi sesuai dengan tanggung jawab
bersama dengan pengikut dengan melibatkan kesesuaian situasi
ndengan mengacu pada mereka dalam pengambilan keputusan. Dalam
keperawatan, interdisiplin-evaluasi efektivitas. Fleksibilitas itu penting.
Semua kerja tim adalah elemen utama dalam keefektifan. Gaya
demokratis membuat output tampak bergerak lebih lambat dan
dianggap memakan waktu lebih lama daripada menggunakan gaya
otoriter. Consensus kelompok perlu waktu dan fasilitasi untuk dipupuk.
Selanjutnya, kebutuhan kelompok minoritas yang kehilangan haknya
harus seimbang. Kohesi antar kelompok adalah fokus dengan gaya ini.
Tantangan gaya demokratis adalah membuat orang dengan latar
belakang professional yang berbeda, bias pribadi, misalnya, jika
seorang perawat lebih suka beroperasi dalam gaya demokratis tetapi
tiba-tiba terjadi situasi kode, maka perawat harus cepat beralih dari
gaya demokrasi ke gaya otoriter. Beberapa pemimpin demokratis tidak
dapat mengubah gaya mereka secara memadai untuk mengangani
krisis. Di sisi lain, dalam rapat staf, pemimpin yang otoriter mungkin
tidak efektif dengan sekelompok profesionaldan perlu cukup
fleksibeluntuk beralih gaya demokratis atau Laissez-Faire, tergantung
pada keadaan. Kebutuhan dasar adalah untuk kesadaran diri pemimpin
dan pengetahuna tentang kemampuan kelompok dan tingkat kemauan
sebelum mereka elemen situasional dan memilih gaya
kepemimpinan.kesadaran diri adalah kunci untuk menggunakan gaya
kepemimpinan secraa strategis.
51
5. Menurut Dr. Mamik, S. M. (2015). Manajemen Keperawatan.
Sidoarjo: Zifatama.
Karakteristik Kepemimpinan
1. Tipe Otoriter
Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Di sini, pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya
memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok batasan
kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang.
Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, bawahan hanyalah
mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau
mengaukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin
secara mutlak.
52
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tipe
kepemimpinan otoriter tidak tepat untuk suatu organisasi atau
kelompok masyarakat saat ini dimana hak-hak asasi manusia yang
menjadi anggota organisasi atau kelompok masyarakat tersebut juga
harus dihormati.
2. Tipe Laissez-Faire
Dalam Bahasa Prancis berarti : “Biarkan mereka sendiri”. Di sini
pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan
bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin akan menggunakan
sedikit kekuasannya melakukan tugas mereka. Dengan demikian
sebagian besar diambil oleh anak buahnya. Pemimpin semacam ini
sangat tergantung pada bawahannya dalam membuat tujuan itu. Mereka
menganggap peran mereka sebagai “Pembantu” usaha anak buahnya
dengan cara memberikan informasi dan menciptakan lingkungan.
53
kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam
bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang
pemimpin yang professional.
3. Tipe Demokratis
Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota kelompoknya. Hubungan
pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan,
tetapi lebih seperti kakak dengan saudara-saudaranya. Dalam tindakan
dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan
kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan
kemampuan kelompoknya.
54
d. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam
usaha mencapai tujuan
e. Sengan ikhlas memberikan kebebasan yang kemudian
dibandingkan da diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat
kesalahan yang lain.
4. Tipe Pseudo-Demokratis
Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatik.
pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja
demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia
mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di
lembaga pendidikannya, maka hal tersebut akan dibicarakan dan
dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan
diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak
agar menerima ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama.
5. Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas
yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu meperoleh
pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat
menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi.
Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut, sikap, dan perilaku
dan serta gaya dari si pemimpin.
55
Tipe pemimpin kharismatik ini adalah tipe kepemimpinan yang
dipandang sulit untuk dianalisis, karena literature yang ada tentang
kepemimpinan kharismatik tidak memberikan petunjuk yang cukup.
Artinya, tidak banyak hal yang dapat disimak dari literature yang ada
tentang kepemimpinan kharismatik ini. Seorang pemimpin kharismatik,
penampilan fisik ternyata bukan menjadi ukuran yang berlaku umum,
karena ada pemimpin yang dipandang sebagai pemimpin kharismatik,
yang kalau hanya dilihat dari penampilan fisiknya saja sebenarnya
kurang mempunyai daya tarik. Usia pun tidak selalu dapat dijadikan
ukuran.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang
(pemimpin) pada saat ia mempengaruhi orang lain. Pendapat senada
dikemukakan oleh Thoha yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pemimpin pada
saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang
ia lihat. Sementara itu Hersey At All mendefinisikan gaya kepemimpinan
sebagai pola perilaku yang dilakukan oleh pemimpin pada saat berupaya
mempengaruhi aktivitas orang lain (bawahan) seperti yang dilihat orang lain.
Dalam hal ini perlu adanya keselarasan persepsi antara orang yanga kan
mempengaruhi dengan orang yang akan dipengaruhi.
56
Berdasarkan beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa gaya
kepemimipinan adalah ciri khas yang dimiliki seseorang dalam menjalankan
perannya sebagai seorang pemimpin. Seorang (pemimpin) juga merupakan
hasil persepsi orang lain yang melihat perilaku pemimpin tersebut dalam
upaya mempengaruhi aktivitas orang lain. Orang lain yang melihat itu bisa
jadi atasan si pemimpin, teman sejawat, atau bawahannya sekalipun. Oleh
karena itulah, untuk mengetahui dan mengukur gaya kepemimpinan seorang
pemimpin dapat digunakan persepsi dari(pemimpin) itu sendiri, atau dari
orang lain seperti atasannya, bawahannya, dan teman sejawatnya. Ada 4 gaya
sebagai berikut :
1. Directing : gaya tepat apabila kita di hadapkan dengan tugas yang rumit
dan staff kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk
mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada dibawah tekanan
waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus
dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya harus jadi overcomuncating
(penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan
pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin
memberikan aturan-aturan dan proses yang detail kepada bawahan.
Pelaksanaan dilapangan harus menyesuaikan dengan detail yang sudah
dikerjakan.
2. Coaching : gaya ini dikenal dengan gaya pemberitahu. Gaya pemimpin
yang selalu memberikan intruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta
menguasai pekerjaan dari jarak dekat. Gaya pemberitahu membantu untuk
memastikan pekerja yang baru untuk mengahsilkan kinerja yang
maksimalkan dan akan menyediakan pondasi solid bagi kepuasan mereka
dimasa datang.Pemimpin tidak hanya memberikan detail proses dan aturan
kepada bawahan tapi juga enjelaskan mengapa sebuah keputusna itu
diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima
berbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staff kita telah
57
lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas.
Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti
akan tugasnya dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan
komunikasi yang baik dengan mereka.
3. Supporting : sebuah gaya dimana pemimpin memfasilitasi dan membantu
upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak
memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses
pengambilan kepuusan dibagi bersama dengan bawahannya. Gaya ini
akanberhasil apabila karyawan akan mengenal tehnik-tehnik yang dituntut
dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda.
Dalam hal ini kita perlu meluangkan waktu untuk berbincang-bincang,
untuk lebih elibatkan mereka dalam pengambilan keputusan kerja, serta
mendengarkan saran-saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
4. Delegating : gaya delegasi adalah gaya pemimpin yang cenderung
mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala pekerja pada tingkat kesiapan
tertinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena
pengikut dianggap kelak kompeten dan termotivasi penuh
untukmengambil tanggung jawab atas pekerjaannya.
58
situasional leadership, sebagaimana telah disinggung diatas. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya
kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan
khusus yakni:
a). Kemampuan analitis (analitical skills) yakni kemampuan untuk
menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam
melaksanakan tugas.
b). Kemampuan fleksible (fleksibelity atau adaptability skils) yaitu
kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat
berdasarkan analisa terhadap situasi.
c). Kemampuan berkomunikasi (communication skils) yakni kemampuan
untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya
kepemimpinan yang kita terapkan.
Setidaknya ada sejumlah ciri-ciri an nilai yang muncul dari seorang pemimpin
yang memiliki hati yang melayani, yaitu tujuan utama seorang pemimpin adalah
melyani kepentingan mereka yang dilayaninya. Orientasinya adalah bukan
untukkepentingan pribadi maupun golongan tapi justru untuk kepentingan publik
yang dipimpinnya. Inilah yang dalam pandangan penulis tertuang dalam spirt
Nawacita untuk Indonesia sebagai bentuk nyata model pemimpin yang melayani.
Secara sederhana semangat ini yang harus diperhatikan banyak pihak, bukan
59
karena presiden yang berkuasa saat ini tetapi cita-cita luhur tersebutlah yang
menjadi upaya bersama untuk mewujudkannya yaitu :
60
untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya
sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya. Keberhasilan
seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang orang disekitarnya, karena keberhasilan sebuah
organisasi sangat tergantung kepada potensi sumber daya manusia dalam
organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai
banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa
tersebut maka berkembang dan menjadi kuat.
1. Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas, visi ini
merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan,
yang mendorong terjadinya proses peledakan kreatifitas yang dahsyat
melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang
yang ada dalam organisasi tersebut. Inilah ide dasar dari
digabungkannya kembali gerakan revolusi mental oleh presiden Joko
Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting jiwa merdeka jiwa kebebasan
untuk meraih kemampuan. Jiwa merdeka disebut presiden Jokowi
sebagai positivisme.
2. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang resfonsif. Artinya
dia selau tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan
impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif
dalam mencari solusi dari setiap permasalahan dan tantangan yang
dihadapi. Dalam kehidupan sehrai-hari, praktek revolusi mental adalah
menjadi manusia yang berintegritas, mau berkerja keras, dan punya
semangat gotong royong para pemimpin dan aparat negara akan jadi
pelopor untuk menjadi revolusi mental, dimulai dari masing-masing
kementrian/lembaga (K/L). Sebagai pelopor gerakan refolusi mental
pemerintah lewat K/L harus melakukan 3 hal utama yaitu : bersinergi,
membangun menejemen isu dan terakhir penguatan kapastitas aparat
negara.
3. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping
bagi orang orang yang dipimpinnya. Artinya diamemiliki kemampuan
61
untuk menginspirasi, mendorong, dan memamukan anak buahnya
dalam menyusun perencanaan (termasuk renaca kegiatan, targer atau
sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb, melakukan kegiatan
sehari-hari seperti monitoring dan pengendalian serta mengevaluasi
pekerja dari anak buahnya.
62
3. Pemimpin sejati mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek,
baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya
senantiasa menyelaaskan (Recaliblating) dirinya terhadap komitmen
dalam melayani tuhan dan sesama.
63
(Encourager), motivator, inspirator dan maksimizer. Konsep
pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak
bisa di terima oleh para pemimpin konvensional yang justru
mengharapkan penghormatan dan pujian.
BAB III
PENUTUP
64
A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang
memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok ke arah tujuan yang hendak
dicapai bersama.
Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian
pengaruh pada kegiatan dari kelompok anggota yang saling berkaitan
tugasnya.
Pengarahan (Direction) adalah untuk membuat orang lain
mengikuti keinginannnya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau
kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan
jangka panjang perusahaan
B. Saran
1. Untuk Pembaca
Setelah membaca makalah tentang teori kepemimpinan, manajemen
waktu, dan manajemen konflik diharapkan para pembaca dapat
mengetahui apa teori kepemimpinan, manajemen waktu, dan
manajemen konflik, serta untuk menambah pengetahuan dan dapat
menggali lebih dalam lagi pembaca dapat mencari sumber lain selain
makalah ini sebagai sumber referensi.
2. Untuk Mahasiswa / mahasiswi
Agar dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan dan diharapkan
para mahasiswa saat bekerja nanti mampu menerapkan manajemen
keperawatan.
3. Untuk Penulis
Dalam penulisan makalah masih banyak kekurangan dalam penulisan
untuk itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepannya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
65
Diane L. Huber, P. R.-B. (2014). Leadership and Nursing Care Management,
Fifth Edition. Missouri: Elsevier.
dr. H. Syamsul Arifin, M. (2012). LEADERSHIP Ilmu dan Seni Kepemimpinan.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Dr. Mamik, S. M. (2015). Manajemen Keperawatan. Sidoarjo: Zifatama.
Maria H. Bakrie, S. M. (2017). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Ns. Roymond, H. Simamora, M.Kep. (2012). Buku Ajar Manajemen
Keperawatan. (S. Monica Ester, Ed.) Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Prof. Dr. Nursalam, M. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam
Praktik Keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
S. Suarli, Y. B. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga
66
67