Anda di halaman 1dari 6

EVIDENCE BASED PRACTICE GAWAT DARURAT PASIEN

DENGAN CIDERA KEPALA BERAT POST OP KRANIOTOMI

Disusun oleh :

Alvison Ginthama

4002160109

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA

BANDUNG

2017
Cidera kepala merupakan gangguan otak karena otak mengalami

trauma baik tumpul maupun tajam. Cedera kepala adanya deformitas

 penyimpangan bentuk dan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan

 perlambatan hasil dari perubahan bentuk yag dipengaruhi oleh peningkatan

 pada percepatan dan rotasi pada kepala yang dirasakan oleh otak sebagai efek

dari perputaran pada pencegahan (padila, 2012)

Merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan dan sering

diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sebagian masyarakat

belum mengetahui akibat dari cedera kepala yang dapat menyebabkan

kematian. 50% terjadi pada korban berusia dibawah 45 tahun akibat

kecelakaan kendaraan bermotor, sementara itu 21% karena jatuh dan 10%

akibat olahraga. Laki-laki lebih sering mengalami cedera kepala dibadning

wanita. Setelah mengalami cedera kepala pasien lebih rentan mengalami

kejadian yang sama 2-3 kali karena perhatian pasien yang berkurang, reaksi

lambat dan sulit mengambil keputusan. Kerusakan otak disebabkan oleh

kejadian

 berulang ini.

Kematian akibat kasus ini dari thaun ke tahun semakin meningkat,

 bertambahnya angka kematian akibat jumlah penerita cedera kepala semakin

 bertambah dan penanganan yang kurang tepat dan tidak sesuai dengan

harapan. Hal ini disebabkan oleh mobilitas usia produktif yang tinggi dan

kesadaran menjaga keselamatan dijalan masih rendah dan penanganan masih


 belum sesuai dan juga rujukan yang lambat akan mengakibatkan penderita

meninggal dunia.

Untuk menangani penderita cidera kepala berat terdapat cara dengan

oprasi pada derah trauma kepala yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa

 penderita. Setelah penderita cidera kepala berat dilakukan tindakan oprasi

maka tugas perawat untuk melakukan tindakan perawatan luka agar penderita

tidak mendapatkan penyakit tambahan yaitu infeksi pada luka pasca oprasi.

Infeksi luka oprasi (ILO) merupakan infeksi yang terjadi pasca

 pembehan. WHO melaporkan bahwa tingkat kejadian ILO di dunia berkisar

5%-15%. Data WHO 5%-34% data infeksi adalah infeksi luka oprasi ILO dan

merupakan infeksi ketiga yang sering terjadi dirumah sakit sekitar 14%-16%

dari total pasien dirumah sakit mengalami ILO.

DEPKES RI pada tahun 2011 menyatakan angka kejadian ILO

dirumah sakit pemerintah Indonesia sebanyak 55,1%. Hal ini membuktikan

 bahwwa ILO menjadi kejadian yang tidak bias dianggap remeh. Faktor

kejaidan ILO adalah misalnya diabetes mellitus, obesitas, malnutrisi dan

faktor luka yang meliputi pencukuran daerah oprasi dan suplai darah ke area

luka yang kurang. Dan faktor lain misalnya lama oprasi, antibiotic profilaksis

dan ventilasi ruangan oprasi dan tenik oprasi. Untuk diperhatikan bahwa

membersihkan daerah oprasi sangat perlu dilakukan karna ini merupakan

faktor yang menyebabkan kejadian ILO pada pra oprasi. \


Tingkat kejadian ilo pada saat oprasi disebabkan juga oleh

mikroorganisme pathogen yang terdapat pada luka oprasi pada saat oprasi

dilakukan maupun setelah oprasi dilakukan. Penggunaan drain juga

merupakan faktor yang menyebabkan ILO dapat terjadi. Luka sudah

terinfeksi apabila luka mengeluarkan nanah dan luka tersebut mengalami

inflamasi. Hal ini dapat menambah lama hari perawatan pasien. Lama

perawatan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ekstrinsik dan intrinsic.

Faktor ekstrinsik yaitu

 pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat, teknik oprasi, obat dan perawatan

luka. Sedangkan faktor intrinsic yaitu usia, sirkulasi yang terganggu, nyeri

dan mobilisasi.

Perawatan post op yang kurang akan menghasilkan ketidakpuasan dan

tidak memenuhi standart. Perawatan pos op bertujuan untuk menghilangkan

rasa nyeri, mengidentifikasi masalah dan mengatasinya. Hal yang perlu

diperhatikan pada perawatan pos op adalah memberikan dukungan kepada

 pasien, menghilangkan rasa sakit, antisipasi dan atasi segera komplikasi,

memelihara komunikasi yang baik dengan tim perawatan, merencanakan

 perawatan dengan kebutuhan pasien.

Wound care merupakan elemen penting untuk meminimalkan

komplikasi dan akan membrikan hasil yang optimal. Pengangkatan debris

dari

 permukaan luka akan merangsang tumbuhnya jaringan baru. Bandage akan

dapat menyokong dan menstabilkan luka, menampung darah atau cairan

 berlebih, membri tekanan pada luka untuk homeostasis, melindungi luka dari
kekeringan dan terkontaminasi bakteri. Bandage diperlukan pada luka yang

dijahit, salaf basitrasin diperlukan untuk dioleskan diatas pinggir luka dan

kemudian di plester. Yang perlu diperhatikan pada post op care yaitu adalah :

1. Prevent hematoma

 Meticulous homestasi after undermining

 Minimize soft tissue dead space during wound closure

 Aspirate hematomas

 Consider pressure dressing, suction drains

2. Control soft tissue tension

 Adequate undermining

 Use appropriate suture technique

 Consider using steri-strips in addition suture

3. Wound dressing

 Antibiotic ointment

  Nonadhesive gauze, gauze sponge

4. Prevent suture tracks

 Remove suture at earliest time without compromising

wound integrity. After suture removal. Steri-strips can be

used to reduce wound tension.


Metode penulisan makalah ini menggunakan metode analisis jurnal

keperawatan yang brkaitan dengan penanganan infeksi luka oprasi post op

kraniotomy dengan pendekatan evidence based practice. Dalam laporan ini

 berdasarkan 5 jurnal keperawatan terkait dengan penganganan infeksi luka

oprasi post op kraniotomy. Adapun jurnal tersebut berjudul :

1. Infeksi Luka Post Operasi Pada Pasien Post Operasi Di Bangsal

Bedah Rs Pku Muhammadiyah Bantul. (Sri Fajriani A Marsaoly)

2. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Post Craniotomy Dengan

Diagnose Cidera Kepala Berat (CKB) Di Intensive Care Unit

(ICU). (Nadia Citra Savitri)

3. Gambaran Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Cidera Kepala Berat Dengan Post Craniotomy. (Sri Wahyuni)

4. Asuhan Keperawatan Pada Tn S Dengan Gangguan System

Persyarafan : Cidera Kepala Post Kraniuotomi Hari Ke 2 Diruang

Sofa Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta. (Wijayanti)

5. Perawatan Post Operatif (Dr Sri ELstari SpKK)

Anda mungkin juga menyukai