Anda di halaman 1dari 9

Masa Orde Lama

Pada era ini, presiden soekarno telah mengikrarkan suatu wilayah dari Sabang sampai Merauke
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstelasi politik dalam negeri yang
begitu cepat berubah tidak menggoyahkan presiden sebagai pemimpin besar Revolusi. Pada
percaturan politik luar negeri, Bung Karno telah berhasil menjadi kampium dunia yang disegani
kawan maupun lawan. Gerakan non Blok dan konfrensi Asia-Afrika adalah salah satu bukti
keperkasaan dalam percaturan politik internasional.1 Kekuasaan Bung Karno berakhir pasca
diterbitkan Supersemar ( yang penuh dengan kontrofersi), dengan dilantiknya Jendral Suharto
sebagai Presiden RI ke 2 oleh MPRS pada tanggal 27 Maret 1968. Nasionalisme pada era orde
lama (Bung Karno) dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Bung Karno menginginkan suatu  ’nation character building’ karakter politik


nasionalisme Indonesia adalah anti imperialisme, anti kolonialisme, sekaligus pro-
perdamaian.
  Tujuan nasionalisme ala Bung Karno adalah membangkitkan rasa percaya diri sebagai
bangsa besar, yang sanggup menyelesaikan masalah sendiri.
 Bung Karno menggelorakan sentimen nasionalisme dengan sesuatu yang ”mengangkat”
martabat bangsa dan dengan progresif mengisi karakter nasionalisme Indonesia.
 Bung Karno merumuskan politiknya sebagai ”anti nekolim”, yang membuatnya dekat
dengan blok Timur dan sejalan dengan PKI.2
A. Masa Orde Baru
Pada periode awal kepemimpinannya, yakni selama masa jabatan pertama 1968-1973, dominasi
gagasan-gagasan sendiri lebih menonjol dalam pesan-pesan politik Presiden Soeharto. Orde Baru
berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, kepemimpinan mantan
Presiden Soeharto telah memberikan berbagaai kemajuan dan juga kemundurun.3

1
http://www.antaranews.com/berita/421358/sejarah-era-orde-lama-1945-1965. diakses pada tanggal 01 maret 2014
pukul 18.00 Wib
2
http://sosok.kompasiana.com/2013/04/16/mengenal-gaya-hasil-kepemimpinan-presiden-di-indonesia-551824.html
di akses pada tanggal 01 maret 2014 pukul 18.00 Wib
3
Roeder, O.G., Anak Desa Biografi Presiden Soeharto, Jakarta: Gunung Agung, Cet.5, 1984.
Walaupun terdapat berbagai kekurangan dari pemerintahan Soeharto tapi tidak dapat
dipungkiri bahwa pada masa pemerintahan Soeharto Indonesia menjadi salah satu negara kaya
dan disegani negara lain. kelebihan
1. Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru perkembangan GDP per kapita Indonesia yang
pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000
2. Kemajuan sektor migas

Puncaknya adalah penghasilan dari migas yang memiliki nilai sama dengan 80% ekspor
Indonesia. Dengan kebijakan itu, Indonesia di bawah Orde Baru, bisa dihitung sebagai kasus
sukses pembangunan ekonomi.

Keberhasilan Pak Harto membenahi bidang ekonomi sehingga Indonesia mampu


berswasembada pangan pada tahun 1980-an, menurut Emil Salim, diawali dengan pembenahan
di bidang politik. Kebijakan perampingan partai dan penerapan azas tunggal ditempuh
pemerintah Orde Baru, dilatari pengalaman masa Orde Lama ketika politik multi partai
menyebabkan energi terkuras untuk bertikai.

3. Swasembada beras

Seperti pepatah From Zero to Hero itulah kebijakan yang dilakukan oleh HM. Soeharto pada
masa pemerintahannya. Saat itu Indonesia menjadi pengimpor beras terbesar didunia, namun
oleh Soeharto ini dijadikan motivasi untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung beras dunia.
Puncaknya adalah ketika pada 1984 Indonesia dinyatakan mampu mandiri dalam memenuhi
kebutuhan beras atau mencapai swasembada pangan. Prestasi itu membalik kenyataan, dari
negara agraria yang mengimpor beras, kini Indonesia mampu mencukupi kebutuhan pangan di
dalam negeri. Pada tahun 1969 Indonesia memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton beras tetapi
tahun 1984 bisa mencapai 25,8 juta ton.

4. Sukses transmigrasi
5. Sukses Program KB
6. Sukses memerangi buta huruf
7. Sukses swasembada pangan
8. Pengangguran minimum
9. Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
10. Sukses Gerakan Wajib Belajar
11. Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
12. Sukses keamanan dalam negeri
13. Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia.
14. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
B. Era Reformasi

Era reformasi di Indonesia merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Yang dimulai dari tahun 1998 karena pemerintahan yang ada tidak menjalankan fungsinya
dengan baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pasca pemerintahan orde baru lengser
pada tahun 1998, era reformasi muncul ditahun 1998 sampai dengan sekarang. Era reformasi
berlangsung dari tahun 1998 sampai dengan saat ini.4

Krisis ekonomi dan moneter tahun 1997 yang berkembang menjadi krisis multi dimensional
tahun 1998 telah memberikan energi positif bangkitnya reformasi di Indonesia untuk
merekonstruksi kehidupan bernegara yang demokratis dan bermartabat. Satu dekade reformasi
telah berlangsung, namun masih berada dalam tahapan transisi demokrasi prosedural- elektoral
dan belum terwujud demokrasi substansial. Dalam tahapan ini masih ditengarai bahwa agenda
signifikan berlangsungnya pemilihan umum (Pemilu) secara regular sebagai arena kompetisi
partai politik merebut mandat rakyat untuk mengakumulasi kekuasaan dalam jabatan publik baik
di lembaga legislatif maupun lembaga esksekutif. 5 selain itu juga ada beberapa pencapaian
kebijakan pada era reformasi yaitu. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, rezim orba
dinilai tidak adil oleh daerah-daerah yang memiliki nilai lebih dalam arti memiliki sumber daya
alam yang berlimpah. Ketidak adilan tersebut ditandai dengan pengaturan sistem pemerintahan
darah yang sentralistis, berdasarkan UU No. 5 Tahun 1974 tentang pemerintahan daerah UU No.
5 tahun 1974 dibuat dengan asumsi bahwa dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya
daerah akan menjadi tidak respek terhadap pemerintah pusat yang pada akhirnya akan
menyebabkan disintegrasi. Otonomi Daerah.

4
http://politik.kompasiana.com/2013/08/06/era-reformasi-demokrasi-dan-keterbukaan-di-indonesia-579405.html di
akses pada tanggal 01 maret 2014 pada pukul 19.31 Wib.
5
Soebagio “Distorsi Dalam Transisi Demokrasi Di Indonesia” Tangerang. Program Pascasarjana, Universitas Islam
Syekh Yusuf, 15118, Indonesia
Dalam bidang pemerintahan daerah, Habibie menjawab tuntutan daerah kaya, dengan
mengeluarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah, dan UU No. 25 tahun 1999
tentang pertimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Kedua UU tersebut secara subtansial
sangat berbeda dengan UU No. 5 Tahun 1974 tentang pemerintahan daerah. Dalam beberapa hal
UU No. 22 tahun 1999 dianggap telah menganut asas-asas federalism, sering dengan semakin
sedikitnya kewenangan yang dimiliki pemerintah pusat di daerah. Dalam pasal 7 UU No. 22
tahun 1999, yang menegaskan bahwa kewenangan pemerintah pusat di daerah hanya meliputi:

1. Bidang pertahanan

2. Bidang moneter dan fiskal

3. Bidang politik  luar negeri

4. Bidang peradilan

5. Agama

Berakhirnya kekuasaan Habibi sebagai akibat kebijaksanaan yang kontroversial  yang


mengizinkan Timor Timur mengadakan referendum, yang kemudian menyebabkan lepasnya
Tim-Tim dari Indonesia. Persoalan tersebut menjadi sandungan utama  Habibie untuk masa
jabatan kedua pasca pemilu 1999, sebab pertanggung jawabannya ditolak oleh MPR-RI.
Walaupun secara realistis kebijakan-kebijakan Habibie sebenarnya logis, tetapi realitas politik
menyatakan bahwa Habibie harus turun dari kursi kepresidenan.

Abdurrahman Wahid yang semakin banyak dipersoalkan oleh kalangan politisi senanyan,
akhirnya harus turun dari kursi kepresidenan seiring dengan hasil temuan pansus
Bulogate/Brunei Gate yang memberikan kesimpulan patut diduga kalau Abdurrahman Wahid
terlibat kasus tersebut. Abdurrahman Wahid akhirnya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri
sebagai presiden RI. Megawati Soekarno Putri yang rasionalis telah banyak diprediksi
sebelumnya, bahwa pemerintahannya tidak akan sungguh-sungguh menangani
pelaksanaan otonomi daerahberdasarkan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999
dalam banyak hal kedua UU tersebut mengandung banyak persoalan. Di era Megawati
Soekarnoputri dengan Mendagrinya Hari Sabarno, timbul upaya-upaya untuk merevisi UU No.
22 Tahun 1999, padahal UU tersebut belum sepenuhnya dijalankan, berhubung masih banyaknya
aturan pelaksanaan kedua UU tersebut yang belum dikeluarkan oleh pemerintah.

I. MP3EI

Sejak dimulainya pencanangan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi


Indonesia atau disingkat MP3EI pada 27 Mei 2011, masyarakat Indonesia harus bersiap
menghadapi pembangunan besar-besaran yang difokuskan pada beberapa sektor seperti pangan,
energi, dan infrastruktur.6

MP3EI bisa diartikan sebagai salah satu bagian dari rencana pembangunan jangka panjang
Indonesia. Landasan hukumnya adalah Perpres No. 32 tahun 2011. Pasal 1 ayat 2 Perpres ini
menyebutkan bahwa MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode lima belas tahun sejak 2011 sampai 2025 dalam
rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, dan
melengkapi dokumen perencanaan yang ada.7 Untuk mendukung penguatan MP3EI, Pemerintah
telah menetapkan Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional, yang antara lain
mengatur strategi program, peta panduan, dan rencana aksi dalam memperbaiki kinerja logistik
Indonesia sebagaimana diatur dalam Perpres No. 26 tahun 2012.

Dalam lampiran Perpres itu, disebutkan bahwa MP3EI disusun mengingat membesarnya
peran Indonesia dalam perekonomian global. Indonesia menempati urutan ekonomi ke-17
terbesar di dunia. Karena itu Indonesia diharapkan terlibat dalam berbagai forum global dan
regional seperti ASEAN, APEC, G-20, dan berbagai kerjasama bilateral lainnya. Lebih lanjut
dipaparkan bahwa keberhasilan Indonesia melewati krisis ekonomi global tahun 2008,
mendapatkan apresiasi positif dari berbagai lembaga internasional.

Sementara itu, keberadaan Indonesia di pusat baru gravitasi ekonomi global, yaitu
kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, mengharuskan negara ini mempersiapkan diri lebih

6
http://www.setkab.go.id/mp3ei.html, 11 September 2012, Presiden Undang Investor APEC Sukseskan MP3EI. di
akses pada tanggal 01 maret 2014 pada pukul 20.05 Wib
7
Dokumen perencanaan tersebut: Sistem Perencanaan dan Penganggaran dalam  UU Nomor 25 tahun
2004 dan  UU Nomor 17 tahun 2003, RPJPN 2005-2025, RPJMN 2014, RKP, RAN GRK, REDD, RTRWN, RTRW
Pulau, serta RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota)
baik untuk mempercepat terwujudnya suatu negara maju dengan hasil pembangunan dan
kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat.8

a. MP3EI Sebagai Koneksi ASEAN

Keberadaan MP3EI tak terlepas dari peran negara-negara dan lembaga-lembaga


keuangan internasional. Lembaga-lembaga seperti International Monetary Fund (IMF), World
Bank (WB), dan Asian Development Bank (ADB), menyiapkan dana besar untuk mendukung
proyek-proyek infrastruktur.9 Sebelum pertemuan APEC di Rusia, pertemuan internasional
negara-negara anggota G20 telah menjadikan infrastruktur sebagai fokus perundingan. G20 ingin
menerapkan skema penyediaan dan pembiayaan infrastruktur dalam rangka menolong krisis.
Pertemuan APEC di Rusia kemudian menyepakati bahwa akselerasi investasi infrastruktur
adalah strategi penting untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan di Asia Pasifik.10

APEC beranggotakan 21 negara dan lembaga keuangan internasional seperti ADB, WB, dan
insitusi-institusi bisnis lainnya.[7] Bisa dikatakan bahwa inisiatif-inisiatif untuk membuka
peluang investasi global secara lebih luas melalui pembangunan proyek-proyek infrastruktur
yang didengungkan dalam pertemuan APEC, G20, dan ASEAN berjalan seiring. Tetapi, ide
tentang konektivitas ASEAN ini pertama kali diusulkan oleh Perdana Menteri Thailand Abhisit
Vejjajiva pada pembukaan pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-42 pada 20 Juli 2009 di
Thailand. Ia mengatakan bahwa community of connectivity (keterhubungan komunitas) dimana
semua barang, orang, investasi dan inisiatif bisa berjalan tanpa hambatan, seharusnya menjadi
tujuan ASEAN tahun 2015.

Usulan Abhisit tersebut ditindaklanjuti dalam beberapa pertemuan ASEAN selanjutnya. Pada 24
Oktober 2009, para pemimpin ASEAN merancang Master plan on ASEAN connectivity yang
kemudian disepakati dalam KTT ASEAN Ke-17 di Hanoi, Vietnam, pada 28 Oktober
2010. Master plan ini adalah dokumen strategis untuk ASEAN connectivity  dan rencana aksi
2011-2015 untuk menghubungkan ASEAN melalui pembangunan infrastruktur fisik,
konektivitas institusional dan konektivitas orang.[8]

8
Lampiran Perpres No. 32 tahun 2011 hal 1.
9
Salamuddin Daeng, Manipulasi Kapitalisme atas Krisis Infrastruktur, artikel dalam Jurnal Free Trade Watch, IGJ,
Jakarta, edisi Oktober 2012, hal 6
10
Ibid, hal 8.
Mengapa konektivitas penting bagi negara ASEAN? Karena ASEAN adalah pasar 573 juta
orang, dengan daya beli yang cenderung meningkat. Sedangkan Indonesia adalah pusat
pertumbuhan ASEAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,50%, Singapore 6,10%, Malaysia
5,80%, China 5,80%, Thailand 3,50% dan Filipina 3,20%.

Dengan demikian, ASEAN community akan menyediakan pasar lebih besar, lebih efektif, dan
kompetitif. Apalagi total perdagangan ASEAN sedang naik, dari 17,4 triliun ASD ke 72,3 triliun
pada 2010.[9] Potensi ASEAN inilah yang kemudian dilirik oleh negara-negara maju dan
lembaga-lembaga keuangan internasional. Apalagi dengan krisis ekonomi yang melanda Uni
Eropa, lembaga-lembaga tersebut memandang ASEAN sebagai pasar yang menjanjikan untuk
ekspansi modal mereka.

Keterkaitan MP3EI dengan perekonomian ASEAN rupanya menemukan benang


merahnya. Duta Besar RI mengatakan bahwa integrasi hanya dapat dilakukan jika ASEAN  dan
intra-connectivity dapat tercipta, sehingga perpindahan barang, orang, dan jasa dapat dilakukan
dengan cepat, murah dan leluasa. Untuk itu negara-negara kepulauan di ASEAN perlu
menggalakkan pembangunan infrastruktur darat, laut, dan udaranya guna menunjang integrasi
antar sesama negara ASEAN serta antar negara ASEAN dengan kawasan dan dunia. 11Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Presiden SBY bahwa perbaikan infrastruktur di Indonesia akan
meningkatkan konektivitas ASEAN dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi di
lingkup APEC dan dunia.

Pemerintah mencontohkan proyek MPEI kerjasama dengan negara-negara ASEAN


diantaranya adalah Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT – GT) juga tercantum
dalam Koridor Ekonomi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI), dengan contoh kerjasama: jaringan listrik ASEAN yang dinamaiASEAN Power Grid
yang berkapasitas 600 MW antara Semenanjung Malaka, Malaysia, dan Pulau Sumatera dan
menjadi bagian dari Proyek Melaka – Pekanbaru Interconnectiondalam program kerjasama
subregional IMT – GT.12

11
http://www.setkab.go.id/mp3ei.html, 3 April 2012, Indonesia Undang Pengusaha ASEAN Investasi Proyek
MP3EI. di akses pada tanggal 01 maret pukul 21.00 wib
12
http://www.setkab.go.id/mp3ei.html, 5 November 2012, JICA Sarankan Pengembangan 2 Jalur Kapal Ro-Ro di
Segitiga RI, Malaysia dan Thailand. di akses pada tanggal 01 maret pukul 21.00 wib
Dari rumusan lampiran Perpres No.32 tahun 2011 di atas, terlihat betapa Pemerintah
menginginkan Indonesia menjadi negara maju dengan cepat. Itulah mengapa masterplan ini
menggunakan pendekatan percepatan transformasi ekonomi, bukan pendekatan business as
usual.  Masterplan ini menggunakan slogan: locally integrated, globally connected. Ia
menggunakan pendekatan spasial, membagi Indonesia menjadi 6 koridor ekonomi, yaitu koridor
ekonomi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, Papua-Maluku.

Masing-masing koridor ekonomi memiliki tema sesuai dengan potensinya: koridor


Ekonomi Sumatera sebagai “Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi
Nasional”; Koridor Ekonomi Jawa sebagai “Pendorong Industri dan Jasa Nasional”; Koridor
Ekonomi Kalimantan sebagai “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung
Energi Nasional”; Koridor Ekonomi Sulawesi sebagai ‟ Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil
Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional”; Koridor Ekonomi Bali –
Nusa Tenggara sebagai ‟Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional; dan
Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku sebagai “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan,
Energi, dan Pertambangan Nasional”.

MP3EI ini terfokus pada 8 program utama, yaitu: pertanian, pertambangan, energi,
industri,  kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis.
Pengembangan kawasan dengan penentuan koridor-koridor tersebut menurut Pemerintah dapat
memberi dampak spill over (melampaui batas) dan mendorong pertumbuhan kawasan-kawasan
sekitarnya secara lebih cepat.13

II. KESIMPULAN

13
http://www.setkab.go.id/mp3ei.html, 5 November 2012, JICA Sarankan Pengembangan 2 Jalur Kapal Ro-Ro di
Segitiga RI, Malaysia dan Thailand. di akses pada tanggal 01 maret pukul 21.00 wib

Anda mungkin juga menyukai