Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN AKHIR

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UNIT PELAYANAN JASA


ALSINTAN MELALUI INTRODUKSI ALAT PENGERING GABAH
DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

Budi Raharjo
Sutrisno
Yanter Hutapea
Subowo
Rijallalah

SOUTH SUMATERA FOREST FIRE MANAGEMENT PROJECT


DENGAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
SUMATERA SELATAN
PALEMBANG
2005
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Pengembangan Kelembagaan Unit


Pelayanan Jasa Alsintan Melalui Introduksi
Alat Pengering Gabah Di Lahan Rawa
Pasang Surut
2. Penanggung Jawab Kegiatan
a. Nama : Budi Raharjo, STP.M.Si
b. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk I/III-b
c. Jabatan
c1. Struktural : -
c2. Fungsional : Ajun Peneliti Muda
3. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sumatera Selatan
4. Status Kegiatan : Lanjutan
5. Mulai - Akhir : TH 2004-2007
6. Lokasi Kegiatan : Desa Upang, Kecamatan Makarti Jaya,
Kabupaten Banyuasin

Mengetahui Penanggung Jawab Kegiatan,


Kepala Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Selatan

( Dr. Subowo G ) ( Budi Raharjo, STP.M.Si )


NIP. 080 063 223 NIP 080 128 625

Menyetujui,
Pimpinan Proyek SSFFMP
Sumatera Selatan

( Dr. K.H. Steinmann )

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya
sehingga laporan kegiatan pemberdayaan masyarakat "Pengembangan Kelembagaan
Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Melalui Introduksi Alat Pengering Gabah di
Lahan Rawa Pasang Surut di Desa Upang, Kecamatan Makarti Jaya, Kabupaten
Banyuasin dapat diselesaikan.
Laporan ini disusun sebagai pertanggung jawaban dan untuk memberikan
gambaran pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagaimana yang
tercantum dalam kontrak No. SSFFMP EU 35 tahun 2005. Kami berharap agar hasil
kegiatan ini dapat bermanfaat dan berguna untuk dalam usaha peningkatan pendapatan
petani, yang pada akhirnya diharapkan mendukung program pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Sumatera Selatan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada tim pengkajian dari BPTP Sumatera
Selatan, proyek SSFFMP, Multi Stakeholder Forum (MSF) terutama pihak POKJA III
Kabupaten Banyuasin, dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat di Desa Upang.

Palembang, Desember 2005


Penanggung Jawab Kegiatan,

Budi Raharjo, STP.M.Si


NIP. 080 128 625

3
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… 2


KATA PENGANTAR…………………………………..……………….. 3
DAFTAR TABEL………………………………………………….…….. 5
ABSTRAK ………………………………………………………………. 6
I. PENDAHULUAN……………………………………….……………… 7
1.1. Latar Belakang……………………………………………….…………... 7
1.2. Tujuan …………………………………………….……..……………….. 9
1.3. Luaran…………………………………………………………………….. 9
II. DASAR PERTIMBANGAN…………………………………………….. 9
III. METODOLOGI PENGKAJIAN………………..…………………….. 10
3.1. Waktu dan Tempat…………………………………………..………….. 10
3.2. Bahan..………………………………….……………………………….. 10
3.3. Peralatan Yang Digunakan………………………………………………. 10
3.4. Tahapan Kegiatan ……………………………………………………….. 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…..….………………………………….. 16
4.1. Operasi Pengeringan Gabah Oleh Operator Lokal ………………………. 16
4.2. Gelar Teknologi ………………………………………………………….. 20
4.3. Monitoring dan Pembinaan Teknis …..………………………………….. 20
4.4. Perhitungan Ekonomi…..………………………….…………………….. 22
4.5. Sosialisasi Penggunaan Alat Pengering ………………………………… 23
V. KESIMPULAN ………………………………………………………….. 24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 25
LAMPIRAN……………………………………………………………… 27

4
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Hasil pengukuran parameter pengeringan gabah varietas IR42 Manggar 18


di Desa Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan (Februari
2005).…………………………………………………………………….
2. Rendemen beras giling beberapa varietas gabah hasil pengeringan Dryer 19
BBS………………………………………………………………………
3. Hasil analisis mutu beras (% beras kepala) beberapa varietas gabah hasil 19
Dryer BBS di Desa Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan………..
4. Analisis Biaya Pengeringan……………………………………………... 23

5
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UNIT PELAYANAN JASA ALSINTAN
MELALUI INTRODUKSI ALAT PENGERING GABAH
DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

ABSTRAK

Banyak alternatif untuk memperoleh peningkatan pendapatan sektor pertanian di


antaranya melalui perbaikan mutu produksi beras petani yang dapat diupayakan melalui
pengembangan unit pelayanan jasa alsintan. Dengan cara ini petani lebih diberdayakan
untuk memperkuat potensi yang ada pada mereka dengan memberikan bantuan yang
memungkinkan mereka untuk berkembang. Introduksi mesin pengering box dryer bahan
bakar minyak (BBM) di lahan pasang surut Sumatera Selatan telah dilakukan pada
tahun 1998-2000, oleh Proyek Pengembangan Sistem Usaha Tani (SUP) Badan Litbang
Pertanian bekerja sama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sumatera
Selatan. Hasil yang diperoleh yaitu berkembangnya pengering box dryer bahan dari
tembok yang menggunakan BBM di wilayah Telang I. Dengan teknologi pengeringan
tersebut, rendemen dan mutu beras giling di petani dapat diperbaiki. Namun dengan
terus meningkatnya harga BBM, secara otomatis biaya pengeringanpun ikut meningkat.
Biaya pengeringan dirasakan terlalu mahal dibandingkan dengan biaya penjemuran.
Untuk itu melalui kegiatan CD SSFFMP di Desa Upang dibangun contoh lapangan
Alat Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam yang dikelola oleh UPJA. Dari hasil
ujicoba yang dilakukan bersama antara peneliti, teknisi dan operator, serta
pengoperasian secara komersial oleh UPJA Jaya Bersama didapatkan hasil antara
lain : (i) Lama pengeringan berkisar 8-10 jam tergantung kadar air gabah awal, (ii)
Angka rendemen beras giling meningkat rata-rata menjadi 64,00 %, (iii) Persentase
beras kepala meningkat rata-rata menjadi 69,96 %, (iv) Biaya operasional pengeringan
sebesar Rp. 20,21,-(v) Pada saat musim panen MH 2004/2005 bulan Maret- April 2005,
operasi alat pengering sudah berjalan sebanyak 35 kali. Jumlah gabah yang dikeringkan
untuk sekali operasi berkisar 38- 62 karung setara 2280 - 3720 kg, dengan total gabah
yang dikeringkan sebanyak 1882 karung setera 112.920 kg, dan (vi) Upah pengeringan
sebesar Rp. 2000/karung atau Rp. 33,34/kg. Manfaat pengoperasian alat pengering
berbahan bakar sekam menurut petani dan pengurus UPJA al: (i) Meningkatkan
kualitas beras, beras utuh/kepala lebih tinggi dan tidak ada lagi beras batik, (ii)
Rendemen beras meningkat sampai diatas 60% yang sebelumnya sekitar 50%, (iii)
Peningkatan harga jual beras dari Rp 2.300- Rp. 2.500 menjadi Rp. 2.800 dan Rp.
3.000,-. Bentuk diseminasi kegiatan yang dilakukan meliputi: (i) Pameran dalam
rangka Gelar Teknologi Tepat Guna Tingkpat Propinsi Sumatera Selatan di Politeknik
Negeri Sriwijaya pada tanggal 14-16 Juli 2005, pada kesempatan tersebut Bapak
Gubernur meminta agar teknologi pengeringan dengan menggunakan bahan bakar
sekam untuk mewakili Sumsel pada Gelar Tingkat Nasional pada, (ii) Pameran
Teknologi Tepat Guna Nasional VII di Plaza Benteng Kuto Besak tanggal 27
September- 1 Oktober 2005 dalam Stand Rumah Energi Alternatif Sumatera Selatan,
pada kesempatan ini Bapak Menteri Dalam Negeri dan Bapak Gubernur sangat antusias
dengan pengembangan teknologi yang menggunakan energi alternatif (iii) Pemaparan
dalam Seminar Internasional Padi di Hotel Le Meridien Tanah Lot, Tabanan Bali
tanggal 12-14 September 2005 dan (iv) Kegiatan sosialisasi alat pengering gabah
berbahan bakar sekam kepada pengelola bengkel alsintan, pemilik RMU, kelompok tani
dan petugas dilaksanakan pada tangga 30 September 2005 bertempat di Ruang
Pertemuan SSFFMP.

6
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Sampai dengan Oktober tahun 2000 area gambut dalam di Sumatera Selatan
(Sumsel) yang terbakar seluas 83.000 ha (Anderson dan Bowen, 2000). Berdasarkan
laporan Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel (2003) di Kabupaten MUBA kebakaran yang
terjadi tahun 1997 di kawasan hutan seluas 20.134,85 ha dan 7.456,37 ha kawasan non
hutan. Kawasan non hutan tersebut terdiri dari perkebunan besar 6,592,87 Ha, kawasan
transmigrasi 250 ha dan kebun/ladang masyarakat 615,50 Ha. Kegiatan pembakaran
lahan di wilayah pasang surut terjadi pada saat pembukaan lahan cadangan di sekitar
lokasi transmigrasi. Hal ini dilakukan untuk memperluas areal tanam sebagai upaya
menambah hasil usahatani. Kegiatan ini dilakukan pada saat musim kemarau terutama
kemarau panjang. Dampaknya di samping terjadi polusi adalah mengurangi jumlah/jenis
vegetasi dan tentunya akan mempersempit habitat bagi satwa tertentu, padahal masih
banyak alternatif yang patut dipilih untuk meningkatkan pendapatan berbasis pada
komunitas lokal yang ramah lingkungan. Tentunya hal ini terkait dengan upaya
pemberdayaan sektor ekonomi dan lapisan rakyat di pedesaan. Intinya adalah membantu
rakyat agar lebih berdaya dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Strategi
inilah yang akan dikembangkan.
Upaya memberdayakan masyarakat harus dilakukan melalui: (i) Penciptaan
suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, (ii)
Memperkuat potensi atau daya yang mereka miliki dan (iii) Melindungi atau
keberpihakan kepada petani (Kartasasmita, 1996). Berbagai potensi sudah ada pada
masyarakat pedesaan seperti: tenaga kerja, lahan, tanaman, modal walaupun dalam
keadaan terbatas dan kelembagaan. Kelembagaan merupakan salah satu faktor penting
untuk mencapai keberhasilan dan pengembangan pertanian di suatu wilayah seperti
kelompok tani, P3A, KUD, PPL, alat dan mesin pertanian (Thahir et al.,1999). Masing-
masing keaktifan lembaga tersebut bervariasi, tergantung kemampuan lembaga dan
seberapa besar lembaga tersebut dibutuhkan. Pengembangan kelembagaan usaha
pelayanan jasa alsintan merupakan bagian dari usaha menumbuhkan kelembagaan
agribisnis di pedesaan seperti pengolahan tanah, jasa panen, pengeringan hasil,
penggilingan, dan usaha perbengkelannya. Usaha jasa alat dan mesin pertanian (UPJA)
bertujuan untuk memperoleh keuntungan, dapat dilakukan secara perorangan oleh
petani/pengusaha lokal atau secara berkelompok, baik kelompok tani maupun koperasi

7
(Ananto et al., 2000). Pengembangan kelembagaan dimaksud dapat berupa perluasan
bidang usaha kelembagaan yang ada atau membentuk lembaga baru.
Penggunaan alsintan diarahkan untuk mengatasi masalah dalam pengembangan
usaha pertanian di lahan pasang surut Sumsel, seperti kurangnya tenaga kerja, menekan
kehilangan hasil, pengolahan hasil dan efisiensi usahatani. Dengan tetap mengacu pada
selektifitas agar jenis alsintan yang digunakan tepatguna, sesuai dengan kebutuhan
petani (Ananto et al., 2000).
Produk yang dihasilkan petani selain untuk mencukupi kebutuhan pangan
keluarganya, juga diperuntukkan bagi orang lain di dalam bahkan di luar negeri, agar
peluang tersebut dapat direnggut, maka petani harus mau mempelajari teknologinya,
serta hal-hal lain yang menyangkut masalah finansial dari usaha taninya (Abdullah K.,
1990). Salah satu isu beras kita dalam kaitannya dengan era pasar global, yaitu berdaya
saing rendah. Beras kita mutunya lebih rendah dibandingkan dengan beras impor
(Thailand, Vietnam), sebaliknya harganya lebih tinggi (Sutrisno, et al ., 2000). Oleh
karena itu teknologi produksi padi yang dikembangkan selain berorientasi kepada
perbaikan mutu dan rendemen beras giling, juga terhadap penekanan biaya produksi.
Di bidang pascapanen padi, proses pengeringan memegang peranan penting
untuk mencapai tujuan di atas. Proses pengeringan melalui penjemuran di lahan pasang
surut menemui hambatan. Hambatan tersebut antara lain: waktu panen bertepatan
dengan musim hujan, kondisi lingkungan yang lembab, tenaga kerja kurang, dan
fasilitas yang minim di petani. Akibatnya proses panen dan penjemuran padi banyak
tertunda dalam waktu yang cukup lama, sehingga beras yang dihasilkan bermutu rendah
(Ananto, et al., 1999). Oleh karena itu pengembangan mesin pengering haruslah
disertai dengan pengembangan power threser, untuk dapat menyediakan GKP yang
bermutu tinggi sebelum dikeringkan.
Perkembangan penggunaan mesin pengering box dryer bahan dari tembok tengah
berlangsung di lahan pasang surut Sumatera Selatan. Masalahnya adalah dengan terus
meningkatnya harga BBM, maka biaya pengeringan gabah ikut meningkat. Untuk
menekan biaya pengeringan, dan di lain pihak mempertahankan mutu dan rendemen
beras giling, maka perlu dikembangkan penggunaan tungku sekam model “ABC” yang
telah teruji dapat menekan biaya pengeringan dan menghasilkan beras giling dengan
mutu dan rendemen giling yang tinggi.

8
1.2. Tujuan
1. Memperbaiki mutu (kadar air, rendemen, warna) gabah/beras yang dihasilkan
petani
2. Meningkatkan pendapatan melalui perbaikan teknologi pengeringan
3. Mengembangkan kelembagaan UPJA
4. Menambah kesempatan kerja melalui pengembangan lembaga UPJA
1.3. Luaran
1. Mutu (kadar air, rendemen, warna) gabah/beras yang dihasilkan petani semakin
baik
2. Pendapatan petani meningkat melalui perbaikan teknologi pengeringan
3. Kelembagaan UPJA berkembang
4. Tenaga kerja lebih banyak tertampung melalui pengembangan lembaga UPJA
II. DASAR PERTIMBANGAN
Upaya meningkatkan produksi hasil pertanian dapat dilakukan melalui perluasan
areal tanam yang di lahan transmigrasi wilayah pasang surut Sumsel juga dilakukan
dengan pembakaran lahan. Padahal masih terbuka peluang untuk meningkatkan
produksi dan pendapatan petani dengan menekan kehilangan hasil panen dan
meningkatkan kualitasnya yang akan meningkatkan nilai jual. Dengan demikian petani
lebih diberdayakan untuk memperkuat potensi yang ada pada mereka dengan
memberikan bantuan yang memungkinkan mereka untuk berkembang.
Mengeringkan gabah di lahan pasang surut Sumsel umumnya masih dilakukan
dengan fasilitas yang minim seperti tikar, terpal. Namun ada juga yang menggunakan
lantai jemur. Kesemuanya ini tergantung penuh dengan sinar matahari. Hal ini akan
menjadi masalah ketika musim hujan tiba.
Penggunaan bahan bakar minyak untuk pengeringan gabah harganya terus
meningkat, juga sebagai akibat biaya transportasi dan ketersediaannya sering
mengalami kelangkaan. Di lain fihak, keberadaan sekam di unit-unit penggilingan padi
cukup banyak, dan posisinya lebih dipandang sebagai limbah. Oleh karena itu hadirnya
tungku model “ABC” menggunakan sekam sebagai bahan bakarnya di dalam sistem
pengeringan menggantikan fungsi burner BBM, membuka peluang menurunkan biaya
pengeringan. Biaya pengeringan gabah tidak saja menjadi lebih rendah tetapi cukup
bersaing dengan penjemuran. Hal ini akan membuka peluang dimana mesin pengering
tidak hanya digunakan pada panen musim hujan tetapi juga di musim kemarau. Dengan
demikian masa operasi mesin pengering per tahun akan bertambah panjang.
9
III. METODELOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dimulai pada bulan Maret 2004 dan direncanakan berakhir pada
bulan Desember 2007 dengan mengambil lokasi di Parit 15 Dusun IV Desa Upang
Kecamatan Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin.
3.2. Bahan

Bahan berupa gabah basah (GKP) hasil panen di petani dengan menggunakan
power threser sehingga mutunya baik. Bahan baku GKP yang akan dikeringkan harus
dalam keadaan segar (fresh) tanpa mengalami penundaan. H-1 panen, H-2 perontokan,
dan H-3 pengeringan.
3.3. Peralatan Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan yaitu 1 unit mesin pengering box dryer tungku
tunggal model “ABC” bahan bakar sekam.. Mesin pengering yang digunakan adalah
mesin pengering tungku tunggal bahan bakar sekam model “ABC” bahan bakar sekam,
kapasitas 3 t GKP. Mesin pengering ini terdiri dari 3 komponen, yaitu bak pengering,
tungku, dan blower aksial yang digerakkan oleh motor bakar.
1. Bak Pengering
Bak pengering berbentuk kotak berukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 1,1
m, terbuat dari tembok menggunakan bahan bata merah, semen, dan pasir. Agar
konstruksinya kokoh maka diperkuat dengan menggunakan kerangka besi beton pada
setiap sudut dan dibagian tengah setiap bidang sisi-sisinya, kemudian kerangka besi
beton tersebut dihubungkan dengan slope. Pada ketinggian 50 cm dari alas, dipasang
besi pelat porus dengan Ø lubang pori 2 mm, sebagai alas dari ruang pengering
(Gambar 1).

10
10

3
1
6
4
2

5 7
8

Keterangan :
1.Bak pengering 4. Pintu unloading 7. Blower aksial Ø 60 cm 10. Tungku
2.Besi pelat porus 5. Tangga 8. Plenum
3.Termometer jarum 6. Saluran udara dari bh. terpal 9. Motor bakar penggerak blower

Gambar 1. Mesin pengering box dryer bahan dari tembok + tungku tunggal
model “ABC”

Dengan demikian ruang pengering sebagai tempat gabah yang akan dikeringkan
mempunyai ukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 60 cm. Di sebelah bawah dari
ruang pengering merupakan ruangan kosong untuk menampung udara pengering
(plenum) dengan ukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 50 cm. Ruang plenum
bagian depan pada posisi tengah, dibuat lubang pemasukan udara pengering, berbentuk
empat persegi panjang dengan ukuran panjang (sisi mendatar) 41cm, dan tinggi (sisi
tegak) 32 cm. Pada posisi tengah dari salah satu sisi panjang bak pengering, dibuat
lubang pintu “unloading” dengan ukuran lebar 50 cm dan tinggi 60 cm. Pada alas ruang
pengering yang terbuat dari besi pelat porus, dibuat pintu yang dapat dibuka dan ditutup
(biasanya pada salah satu sudut bagian belakang) berukuran 50 cm x 50 cm, yang
diperlukan oleh petugas untuk membersihkan ruang plenum. Pemasangan besi pelat
lubang menggunakan kerangka kayu berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 50
cm, bahan dari kayu kaso berukuran 4x6 cm. Pada setiap sudut dari bujur sangkar
ditopang oleh kaki setinggi 50 cm, dari bahan yang sama. Di bagian depan ruang
plenum, pada posisi samping dari lubang pemasukan udara pengering, dipasang sebuah
termometer jarum berdiameter ± 7 cm, kemampuan ukur 100 °C, untuk mengukur suhu
udara di dalam ruang plenum (suhu pengeringan).

11
2. Tungku
Tungku sekam yang digunakan yaitu tungku tunggal model “ABC” bahan bakar
sekam, hasil penelitian Balitpa tahun 2003. Tungku ini mempunyai konstruksi “knock
down” terbuat dari bahan besi pelat dengan ketebalan 2 mm, dan 1,2 mm. Tungku
terdiri dari 4 komponen yaitu ruang pembakaran sekam, hopper yang dilengkapi dengan
nako, rumah tungku, dan cerobong asap. Tungku menggunkan sistem pemenasan udara
secara tidak langsung (indirect heating), sehingga udara pengering yang dihasilkan
bersih, bebas dari segala bentuk polusi. Oleh karena itu pengering ini dapat digunakan
untuk mengeringkan berbagai macam komoditas, baik yang masih terlindung oleh kulit
maupun yang sudah dikupas, tanpa mengganggu aroma dari produk keringnya. Sketsa
dari tungku yang dimaksud ditunjukkan oleh Gambar 2.

2
1

4
5

6
7

9
Keterangan :
1. Nako 5. Pintu darurat 9. Roda
2. Hopper 6. Penyambung
3. Cerobong asap 7. Saluran penghubung
4. Rumah tungku 8. Penyambung

Gambar 2. Tungku sekam model “ABC” bahan bakar sekam

3. Blower
Blower yang digunakan yaitu blower tipe aksial Ø 60 cm, yang digerakkan oleh sebuah
motor diesel 7,2 PS.

12
3.4. Tahapan Kegiatan
Metoda pengembangan mesin pengering box dryer tungku tunggal model “ABC”
terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut :
(1) Penentuan lokasi Pilot Project, (2) Sosialisasi Kegiatan, (3) Pengadaan alsintan
(mesin pengering box dryer tungku tunggal model “ABC”) di lokasi yang telah
ditentukan, (4) Kalibrasi mesin pengering tanpa bahan, (5) Kalibrasi mesin pengering
dengan bahan, (6) Pelatihan operator lokal, (7) Pengoperasian mesin pengering oleh
operator lokal, (8) Monitoring dan, (9) Temu Lapang.
1. Penentuan Lokasi Pengembangan
Lokasi pengembangan yang dipilih haruslah memenuhi persyaratan antara lain :
(1) Sentra produksi beras di lahan pasang surut Sumatera Selatan, (2) Memiliki respon
yang positip terhadap pengembangan teknologi pengeringan, (3) Memiliki fasilitas
penggilingan padi, dan bangunan untuk penenempatan mesin pengering (tersedia
sekam yang cukup dan ruangan yang cukup), (4) Usaha penggilingan padi yang aktif
dan memiliki masa operasi yang panjang/th). Kegiatan ini akan dilkukan oleh Tim
identifikasi masalah.
2. Sosialisasi Kegiatan di lokasi Petani
Rencana kegiatan/kerja yang akan dilakukan di lokasi tersebut dan sejauh mana
keterlibatan petani pada kegiatan dimaksud akan dijelaskan pada tahap sosialisasi ini.
Pada tahap ini juga dijelaskan mengenai sejauh mana manfaat dari kegiatan ini pada
petani, kelembagaan alsintan yang ada baik milik perorangan maupun kelompok.
3. Pengadaan Alsintan Di Lokasi Yang Telah Ditentukan
Alsintan yang akan diadakan yaitu 1 unit mesin pengering tungku tunggal model
“ABC” berbahan bakar sekam. Bak pengering menggunakan bahan dari tembok dengan
ukuran yang sudah ditentukan dibangun langsung di lokasi yang sudah ditentukan.
Bahan yang diperlukan : bata merah, pasir, semen, kayu bentuk kaso ukuran 4x6 cm,
paku, dan kerangka besi beton. Sedangkan bahan atau peralatan lainnya : besi pelat
lubang Ø 2 mm ukuran 1x2 m sebanyak 6 lb, dan sebuah termometer jarum Ø 6 cm
diadakan di Sukamandi. Sebuah tungku tunggal model “ABC” bahan bakar sekam,
blower tipe aksial Ø 60 cm, motor penggerak blower, Yanmar 8 PK, saluran bahan dari
terpal diadakan di Sukamandi.
Semua komponen yang diadakan di Sukamandi akan diangkut ke lokasi dan
selanjutnya dilakukan setting oleh Tim dari Balitpa Sukamandi. Out put yang
diharapkan yaitu mesin pengering yang siap untuk dioperasikan. Untuk menghemat
13
biaya, maka Tim dari Sukamandi selain melakukan setting dan Kalibrasi tanpa bahan
dan dilanjutkan dengan Kalibrasi + bahan. Waktu yang diperlukan untuk
pengadaan alsintan (Mesin pengering tungku tunggal model “ABC” masing-masing 1
unit, ± 1 bulan.
4. Kalibrasi Alsin Tanpa Bahan
Kegiatan ini tujuannya untuk mengetahui kinerja dari setiap komponen pada
mesin pengering. Out put yang diharapkan yaitu masing-masing alsin siap untuk
dioperasikan dengan bahan.
5. Kalibrasi Alsin dengan Bahan
Bahan yang digunakan yaitu GKP yang mutunya baik (bersih) dan dalam kondisi
fresh (segar) tanpa mengalami penundaan pada proses panennya. Oleh karena itu proses
panen digunakan power threser. Uji mesin pengering akan digunakan metoda
“Pengeringan biji-bijian lapisan tipis” yang dapat mengungkap fenomena proses
pengeringan yang terjadi, yang secara garis besarnya memungkinkan untuk dipahami
oleh operator lokal. Parameter pengeringan yang diukur meliputi : (1) Berat gabah
basah (kg), (2) Kadar air awal dari gabah, (3) Tebal tumpukan gabah di dalam ruang
pengering (cm), (4) Suhu ambient (Tbk, Tbb), (5) Suhu pengeringan di dalam ruang
plenum (ºC), (7) Suhu gabah per lapis, lapis bawah (TB), tengah (TT), dan atas (TA),
(8) Kadar air gabah per lapis, lapis bawah (MB), tengah (MT), dan lapis atas (MA), (9)
Suhu exhaust (Te), (10) Berat gabah kering (kg), (11) Kadar air gabah akhir
pengeringan (%), (12) Kecepatan aliran udara pengering menembus tumpukan gabah di
dalam ruang pengering, Vu (m/menit), (13) RPM blower (-), (14) banyaknya sekam
yang digunakan (kg), (15) Kadar air sekam (%), (16) Banyaknya solar yang digunakan
(l), (17) Waktu untuk pengeringan (jam), (18) Berat abu sekam yang dihasilkan (kg),
dan (19) Kadar air abu sekam (%).
6. Pelatihan Operator Lokal
Kegiatan ini dalam pelaksanaannya dibersamakan pada saat diadakan Pelatihan
(Training). Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman
dan ketrampilan operator dalam pengoperasian (penggunaan), pemeliharaan, dan
perawatan alsintan alat pengering dan perontok gabah, serta menumbuhkan jiwa
kewirasusahaan (enterpreneurship) yang mandiri terutama dalam bidang pengelolaan
jasa alsintan dalam bentuk kelembagaan UPJA di Desa Upang yang menjadi lokasi
kegiatan pemberdayaan masyarakat SSFFMP.

14
Materi yang diberikan berupa teori dan praktek pengoperasian alat pengering dan
perontok gabah , serta pengetahuan dasar tentang proses pengeringan. Selain itu
diberikan juga materi manajemen kelembagaan UPJA. Peserta pelatihan disamping para
operator lokal, para pengusaha penggilingan, manager dan pengurus UPJA, PPL,
pemegang kebijakan (KCD), dan unsur terkait lainnya yang dianggap perlu.
Dari pelatihan ini, keluaran yang diharapkan adalah terjadinya peningkatan
pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan operator dalam pengoperasian (penggunaan),
pemeliharaan, dan perawatan alsintan alat pengering dan perontok gabah, serta
menumbuhkan jiwa kewirasusahaan (enterpreneurship) yang mandiri terutama dalam
bidang pengelolaan jasa alsintan dalam bentuk kelembagaan UPJA di Desa Upang yang
menjadi lokasi kegiatan pemberdayaan masyarakat SSFFMP.
Pelatihan ketrampilan operator dan pengelolaan jasa alsintan ini dilaksanakan
melalui: (1) Kelas dan diskusi sebanyak 40 % dan (2) Praktek 60 %.
7. Operasi Pengeringan Gabah Oleh Operator Lokal
Kegiatan ini dapat berlangung pada musim panen padi yang sedang berjalan atau
musim panen berikutnya, tergantung kepada keberadaan GKP. Pelaksanaan pengeringan
gabah dilakukan oleh operator lokal yang sudah dilatih, sedangkan pelatih hanya
mendampingi sambil mengamati apa yang mereka kerjakan. Dalam hal ini operator
lokal diwajibkan mencatat : (1) Nama petani pemilik gabah, (2) Berat gabah basah pada
setiap pengeringan (kg), (3) Kadar air awal gabah (%), (4) Waktu yang diperlukan
untuk pengeringan (jam), (5) Berat kering gabah (%), (6) Suhu pengeringan, (7)
Kecepatan aliran udara pengering menembus gabah di dalam ruang pengering
(m/menit), (8) Bahan bakar yang digunakan (sekam (kg), solar (l)), (9) Harga sekam
(Rp/kg), harga solar (Rp/l), Jumlah operator (orang), (10) Upah operator
(Rp/orang/hari) atau (Rp/kg GKP), (11) Upah pengeringan (Rp/kg GKP), (12) Berat
abu sekam yang dihasilkan (kg), dan (13) Kadar air abu sekam (%). Selain itu perlu
dicatat hambatan-hambatan yang ditemui oleh operator lokal selama melaksanakan
operasi pengeringan gabah. Untuk memudahkan dalam pencatanan banyak hal tersebut,
maka perlu dibuatkan blanko isian yang kemudian di berikan kepada operator lokal.
Khususnya tentang upah pengeringan gabah, sebaiknya dapat diputuskan sendiri antara
pihak-pihak yang terkait di dalam hal ini, yaitu petani pemilik gabah, pemilik mesin
pengering, dan operator lokal.

15
8. Monitoring dan Pembinaan Teknis
Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Pembina Teknis dari BPTP Sumsel. Sedangkan
tujuannya yaitu untuk melakukan bimbingan teknis sekaligus mengetahui secara dini
masalah-masalah yang masih terjadi di lapangan, dan selanjutnya mencarikan jalan
keluarnya. Masalah ini dapat bersifat teknis, sosial, atau budaya. Dalam usahanya untuk
mendapatkan jalan keluar dari masalah yang timbul di lapangan, Tim Pembina Teknis
dapat berkonsultasi dengan Tenaga Ahli dari Balitpa.
9. Gelar Teknologi
Kegiatan ini diikuti oleh kelompok UPJA dan kelompok tani dari beberapa
lokasi atau desa tetangga. Selain itu juga diundang petugas (PPL), KCD dan staf Dinas
tingkat Kabupaten. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendiskusikan dan mencari jalan
keluar bersama terhadap permasalahan yang dihadapi baik dalam pelaksanaan kegiatan
maupun usahatani padi pada umumnya.
IV. HASIL KEGIATAN

Sebagian kegiatan sudah dilaksanakan pada tahun 2004, dan sebagian lagi yang
merupakan kegiatan lanjutan dilaksanakan pada tahun 2005. Kegiatan yang
dilaksanakan pada tahun 2005 terdiri:
4.1. Operasi Pengeringan Gabah Oleh Operator Lokal
Kegiatan ini bertujuan: (1) Menguji coba operasional alat pengering gabah
berbahan bakar sekam dengan menggunakan gabah hasil panen dan (2) Meningkatkan
pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan operator dalam pengoperasian (penggunaan),
pemeliharaan, dan perawatan alsintan perontok gabah, alat pengering gabah dan
penggilingan padi. Praktek dan pelatihan teknis pengeringan gabah kepada operator
lokal dilaksanakan selama 8 (delapan) hari tanggal 21-28 Februari 2005.
Adapun cara kerja mengikuti prosedur berikut, GKP varietas IR42 Manggar
sebanyak 3,5 t ditempatkan di dalam bak pengering secara curah membentuk ketebalan
sebesar 45 cm. Selanjutnya ketebalan gabah tersebut dibagi menjadi 3 lapisan yang
sama tebal yaitu lapis bawah (B), lapis tengah (T), dan atas (A) sehingga B=T=A=15
cm. Setting termometer batang pada setiap lapisan gabah dan titik-titik yang perlu
diukur suhunya, ditunjukkan oleh Gambar 3.

16
B3 T2 A1
Gabah
A3 B2 T1

T3 A2 B1

Tampak Atas
B2
Tbk Tbb
B T A Te

A=15 cm
Gabah A air

45 cm T=15 cm 37,5 cm
T
Tungku

B=15 cm 22,5 cm
B Termo
meter
7,5 cm Plenum blower

Tampak Depan

Gambar 3. Setting alat ukur pada percobaan pengeringan gabah varietas IR42 Manggar di
Desa Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan (Februari, 2005).

Hasil pengukuran parameter pengeringan disajikan pada Tabel 1, dan pola


penurunan kadar air gabah per lapis selama proses pengeringan berlangsung
ditunjukkan oleh Gambar 4.Dari Tabel 1 tampak bahwa untuk menurunkan kadar air
gabah dari 19,76 % menjadi 13,44 % memerlukan waktu 10 jam, atau laju pengeringan
rata-rata sebesar 0,63 %/jam. Proses pengeringan gabah berlangsung pada suhu rata-
rata, Tpl= 40 °C, dan Vu =6,65 m/menit. Suhu dan kadar air gabah per lapis tidak sama,
TB>TT>TA dan MB<MT<MA (Gambar 4). Hal ini disebabkan aliran udara panas dari
bawah ke atas.

17
Tabel 1. Hasil pengukuran parameter pengeringan gabah varietas IR42 Manggar di Desa
Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan (Februari 2005).

Ta (°C) Tgabah (°C) Mgabah (%) M Vu


Tpl Te
No. WIB (%) (m/men
Tbk Tbb (°C) (°C) B T A B T A
it)
0 10.00 - - - 19,76 19,76 19,76 19,76 6,50
1 11.00 34,50 31,50 36,00 32,00 33,67 31,50 31,20 18,50 19,50 19,70 19,23 6,50
2 12.00 34,50 31,50 40,00 32,00 38,00 35,00 32,50 18,00 19,30 19,50 18,93 6,50
3 13.00 35,50 32,50 40,00 32,00 39,50 35,50 32,50 17,60 19,00 19,40 18,67 6,50
4 14.00 36,50 32,50 42,00 32,50 40,00 36,00 34,00 16,97 18,50 19,10 18,19 6,50
5 15.00 36,50 32,50 40,00 32,50 40,00 38,50 36,00 15,40 18,33 18,53 17,42 6,50
6 16.00 31,00 29,00 40,00 35,00 40,00 39,20 36,50 14,07 16,50 17,80 16,12 6,50
7 17.00 32,50 30,20 42,00 35,50 41,00 39,50 38,00 13,17 15,70 16,90 15,26 6,50
8 18.00 32,50 30,50 40,00 35,50 40,00 39,00 38,50 12,80 14,50 16,00 13,87 7,00
9 19.00 31,00 29,00 40,00 35,00 40,00 39,50 39,00 12,40 13,30 15,50 13,73 7,00
10 20.00 29,00 27,00 40,00 35,00 40,00 40,00 39,50 11,90 13,15 15,27 13,44 7,00
Rata-rata 33,35 30,62 40,00 33,70 6,65

Keterangan :
Ta, suhu ambient Te, suhu exhaust MB, kadar air gabah lapis bawah
Tbk, suhu bola kering TB, suhu gabah lapis bawah MT, kadar air gabah lapis tengah
Tbb, suhu bola basah TT, suhu gabah lapis tengah MA, kadar air gabah lapis atas
Tpl, suhu plenum (suhu pengeringan) TA, suhu gabah lapis atas M, kadar air gabah rata-rata
Vu, kecepatan aliran udara

25.00

20.00
K.a. gabah (%)

15.00
B
10.00 T
A
5.00

0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu (jam)

Gambar 4. Pola penurunan kadar air gabah per lapis selama proses pengeringan.

18
Penurunan kadar air gabah selama 10 jam proses pengeringan pada lapisan
bawah, tengah dan atas berturut-turut sebesar 7,86%; 6,61% dan 4,49%. Pola yang
terjadi pada Tabel 1 dan Gabar 4, sama dengan pola pada varietas yang lain yaitu Tiga
Dara, dan Ciherang.
4.1.1.Test Penggilingan
Hasil test penggilingan menghasilkan angka rendemen giling, ditunjukkan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Rendemen beras giling beberapa varietas gabah hasil pengeringan Dryer BBS.
No. Varietas Gabah Rendemen (%)
1. IR42 Manggar 64,00
2. IR42 Manggar 63,75
3. Tiga Dara 63,25
4. Ciherang 65,00
Rata-rata 64,00

Angka rendemen beras giling rata-rata sebesar 64,00 % (Tabel 2) lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil penjemuruan dan Dryer BBM hasil penelitian sebelumnya
berturut-turut 60 % dan 62 % (Ananto et al., 1999).

4.1.2. Analisis Mutu Beras


Analisis mutu beras dilaksanakan di Laboratorium Gugus Kendali Mutu di
Balitpa, hasilnya ditunjukkan oleh Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis mutu beras (% beras kepala) beberapa varietas gabah hasil
Dryer BBS di Desa Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan.
No. Varietas Gabah Beras Kepala (%)
1. IR42 Manggar 79,75
2. IR42 Manggar 63,51
3. Tiga Dara 59,69
4. Ciherang 76,89
Rata-rata 69,96

Persentase beras kepala rata-rata sebesar 69,96 % (Tabel 3) lebih tinggi


dibandingkan dengan hasil penjemuran dan Dryer BBM hasil penelitian sebelumnya
berturut-turut 34,83 % dan 64,75 % (Ananto et al., 1999).

19
4.2. Gelar Teknologi
Gelar teknologi bertujuan untuk mendesiminasikan teknologi pasca panen
kepada petani kooperator dan non-kooperator, petugas pertanian lapangan dan stake
holder lainnya dalam bentuk demontrasi dan unjuk kerja alat perontok gabah, alat
pengering gabah dan pengilingan padi.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2005 yang diikuti oleh
kelompok UPJA dan kelompok tani dari beberapa lokasi atau desa tetangga. Selain itu
juga diundang petugas (PPL), KCD dan staf Dinas tingkat Kabupaten.sebanyak 79
orang (Lampiran 4).
4.3. Monitoring dan Pembinaan Teknis
4.3.1. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan ini dilakukan Tim Pembina Teknis dari BPTP Sumsel yang selalu
berkoordinasi dengan anggota Pokja IV MSF Kabupaten Banyuasin. Beberapa
kunjungan lapang dalam rangka monitoring kegiatan adalah:
4.3.1.1 Kunjungan Monitoring Operasi Alat Pengering Padi dan RMU
Dari hasil kunjungan monitoring yang dilaksanakan beberapa kali, terlihatbahwa
petani sangat antusias terhadap manfaat penggunaan alat pengering, sehingga terjadi
antrian gabah yang menunggu untuk dikeringkan dengan alat pengering bahan bakar
sekam padi tersebut. Melihat kondisi ini, kapasitas dari alat pengering dirasakan sangat
kurang sekali, namun tidak ada pilihan selain mengeringkan dengan alat pengering.
Karena antrian pengeringan gabah, ada gabah yang baru bisa dikeringkan setelah 15
hari menunggu.
Dari catatan UPJA Jaya Bersama, selama musim panen MH 2004/2005 bulan
Maret- April 2005, operasi alat pengering sudah berjalan sebanyak 35 kali. Jumlah
gabah yang dikeringkan untuk sekali operasi berkisar 38- 62 karung setara 2280 - 3720
kg, dengan total gabah yang dikeringkan sebanyak 1882 karung setera 112.920 kg
(Lampiran 2). Kadar air awal rata-rata gabah yang dikeringkan sebesar 22% dan kadar
air akhir rata-rata sebesar 14,19%. Lama pengeringan berkisar 8-10 jam untuk satu kali
operasi. Upah pengeringan sebesar Rp. 2000/karung atau Rp. 33,34/kg.
Sedangkan untuk penggilingan dengan menggunakan RMU double past telah
dilaksanakan 32 kali, dengan jumlah gabah yang digiling berkisar 2- 66 karung setara
120 - 3960 kg dengan total 1337 karung setara 80.220 kg. Upah penggilingan yang
dipungut oleh UPJA sebesar 10%.

20
4.3.1.2. Kunjungan Tim Pokja IV MSF Kabupaten Banyuasin
Kunjungan lapang dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2005 terdiri dari ;
Budi Raharjo (BPTP Sumsel), Djoko Setijono (SSFFMP), Bambang Oetojo (Dishut
Prop Sumsel), M Hasbi (BKP Kab Banyuasin), dan Dian Maulina (LSM OWA).
Dari laporan pengurus UPJA (Andi Nasir), keberadaan alat pengering gabah
yang dioperasikan oleh UPJA pada musim panen bulan Februari- Mei 2005 sudah
banyak menarik perhatian, terutama para pengusaha RMU dan Bengkel Alsintan.
Secara sengaja atau tidak pengusaha RMU yang melihat keberadaan alat pengering
gabah berbahan bakar sekam sangat tertarik dan ingin sekali mencontoh.
Manfaat pengoperasian alat pengering berbahan bakar sekam menurut petani
dan pengurus UPJA al: (i) Meningkatkan kualitas beras, beras utuh/kepala lebih tinggi
dan tidak ada lagi beras batik, (ii) Rendemen beras meningkat sampai diatas 60% yang
sebelumnya sekitar 50%, (iii) Peningkatan harga jual beras dari Rp 2.300- Rp. 2.500
menjadi Rp. 2.800 dan Rp. 3.000,-.
4.3.1.3 Kunjungan IRRI Postproduction Workgroup (Dr. Martin Gummert)
Kunjungan lapang dilaksanakan pada tanggal 26 November 2005, dengan tujuan
melihat potensi dan kemajuan teknologi, serta kemungkinan merancang kegiatan
bersama dalam hal penanganan pasca panen padi di Sumatera Selatan, terutama di lahan
rawa pasang surut. Peninjauan ke gudang RMU UPJA Jaya Bersama meninjau alat
pengering tipe box berbahan bakar sekam padi dan RMU units. Beberapa masukan dari
Martin antara lain:
- Pada blower pengering dan engine agar belt pada pulley harus lebih "center" atau
lurus
- Pulley engine dianjurkan lebih besar dari pulley blower
- RMU units kalau bisa dilengkapi separator, dan seharusnya gabah yang belum pecah
kulit dimasukan lagi ke huller agar mendapatkan beras pecah kulit yang akan
dipoles dengan polisher dengan mutu yang baik. Selain itu langkah ini diambil agar
mesin polisher menjadi lebih awet.
Demonstrasi penggunaan kantong "Super bag" sebagai kemasan menyimpan
benih atau gabah lebih baik. Penggunaan super bag terutama untuk penyimpanan benih
dapat menekan kerusakan yang diakibatkan oleh serangga (insek) dan sekaligus
memperpanjang usia simpan tanpa mengurangi daya tumbuh benih. Penggunaan super
bag juga bisa digunakan untuk menyimpan gabah untuk konsumsi.

21
Diskusi dengan dari hasil peninjauan ke lahan, kelompok tani/UPJA
mengusulkan antara lain :
- Keinginan petani untuk tanam 2x kali dalam rangka meningkatkan pendapatan
- Dalam rangka diseminasi teknologi dan tindak lanjut sosialisasi alat pengering,
petani mengusulkan agar apabila ada penambahan unit tungku pengering untuk bak
berkapasitas 6 t (dari Balitpa) agar direalisasikan di lokasi lain (Delta Telang).
Petani bersedia menyiapkan bak pengering dan gudangnya.
- Untuk mendukung pertanaman 2 kali petani berkeinginan agar dinas pertanian
membina kegiatan penangkaran benih.
- Program lumbung pangan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Kab
Banyuasin membutuhkan penyimpanan yang baik, sehingga pengenalan super bag
atau alat/metode penyimpanan yang lain dapat membantu.
4.3.2. Pembinaan Teknis
Pembinaan teknis dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan
operator, kinerja UPJA sekaligus memperabiki kualitas produk yang dihasilkan.
Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah; (1) Up grading RMU milik UPJA Jaya
Bersama dari tipe one past menjadi double past, (2) Melengkapi dan melatih operator
dalam mengoperasikan peralatan pengukur kadar air gabah/beras dan alat penjahit
karung, (3) Pengemasan dan pelabelan beras produk UPJA Jaya Bersama kemasan 20
kg dengan merk "Beras Upang", dan (4) Pemasaran beras kemasan produk UPJA
langsung kepada konsumen.
4.4. Perhitungan Ekonomi
Perhitungan secara ekonomis dilakukan untuk mengetahui nilai tambah yang
diperoleh oleh berbagai fihak yang terlibat dalam penerapan teknologi yaitu petani,
RMU, dan Dryer BBS.

Asumsi :
Produktivitas lahan : 5 t GKP/ha
Rendemen pengeringan dengan Dryer BBS 87,5 %
Rendemen penjemuran 85 %
Rendemen beras giling dengan Dryer BBS 64,00 %
Rendemen penjemuran 60,00 %
% beras kepala hasil Dryer BBS 69,96 %, harga beras Rp.2.200,-/kg
% beras kepala hasil penjemuran 34,83 %, harga beras Rp.1.900,-/kg

22
Upah penjemuran Rp.40,00/kg GKP
Upah Dryer BBS sama dengan upah penjemuran Rp.40,-/kg GKP (Biaya pokok
Rp.20,21.kg GKP)
Upah giling dibayar natura sebesar 15 % dari hasil beras yang digiling.
Hasil samping bekatul 8 % dari GKG; harga jual Rp.250,-/kg
Tabel 4. Analisis Biaya Pengeringan

Uraian Dryer BBS Penjemuran

Pengeluaran
Upah pengeringan 5.000 GKP (Rp) 200.000 200.000
GKG yang didapat (kg) 4.375 4.250
BG yang didapat (kg) 2.800 2.550
Upah penggilingan 15 % x BG (kg) 420 382,5
Upah penggilingan (Rp) 924.000 726.750
Bekatul untuk RMU 4 % (kg) 112 102
Bekatul untuk RMU Rp.250,-.kg 28.000 25.500
(Rp)
Total pengeluaran (Rp) 1.152.000 952.250
Pendapatan
BG netto (kg) 2.380 2.167,5
Uang yang didapat dari penjualan 5.236.000 4.118.250
beras (Rp)
Uang dari penjualan bekatul 8 % 56.000 51.000
(Rp)
Total pendapatan (Rp) 5.292.000 4.169.250
Pendapatan petani (Rp/ha) 4.140.000 3.217.000
Nilai tambah bagi petani (Rp/ha) 923.000 0,00
Nilai tambah bagi penggilingan 199.750 0,00
(Rp/ha)
Nilai tambah Dryer BBS (Rp/ha) 98.950 0,00
Nilai tambah RMU+Dryer BBS 298.700 0,00
(Rp/ha)

4.5 Sosialisasi Penggunaan Alat Pengering


Kegiatan sosialisasi alat pengering gabah berbahan bakar sekam kepada
pengelola bengkel alsintan, pemilik RMU, kelompok tani dan petugas dilaksanakan
pada tangga 30 September 2005 bertempat di Ruang Pertemuan SSFFMP
Palembang.Jl. Jendral Sudirman No 2837 Km 3,5 Palembang dan Stand Rumah Energi

23
Alternatif Pameran Teknologi Tepat Guna Nasional VII di Plaza Benteng Kuto Besak
pada hari jum'at tanggal 30 September 2005. Jumlah peserta sosialisasi sebanyak 40
orang (Lampiran 5).
Kegiatan ini bertujuan antara lain : (i) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman
dan ketrampilan operator dalam pengoperasian dan penggunaan alat pengering gabah,
dan (ii) Mendesiminasikan teknologi pasca panen kepada pengelola bengkel alsintan,
pemilik RMU, kelompok tani, petugas pertanian lapangan dan stake holder lainnya
dalam bentuk demontrasi dan unjuk kerja alat pengering gabah.
Bentuk diseminasi kegiatan yang dilakukan meliputi: (i) Pameran dalam rangka
Gelar Teknologi Tepat Guna Tingkat Propinsi Sumatera Selatan di Politeknik Negeri
Sriwijaya pada tanggal 14-16 Juli 2005, pada kesempatan tersebut Bapak Gubernur
meminta agar teknologi pengeringan dengan menggunakan bahan bakar sekam untuk
mewakili Sumsel pada Gelar Tingkat Nasional pada, (ii) Pameran Teknologi Tepat
Guna Nasional VII di Plaza Benteng Kuto Besak tanggal 27 September- 1 Oktober 2005
dalam Stand Rumah Energi Alternatif Sumatera Selatan, pada kesempatan ini Bapak
Menteri Dalam Negeri dan Bapak Gubernur sangat antusias dengan pengembangan
teknologi yang menggunakan energi alternatif (iii) Pemaparan dalam Seminar
Internasional Padi di Hotel Le Meridien Tanah Lot, Tabanan Bali tanggal 12-14
September 2005.
KESIMPULAN

1. Tahapan kegiatan yang dapat diimplementasikan pada tahun 2005 yang merupakan
lanjutan dari kegiatan tahun 2004 meliputi : (1) Ujicoba alat menggunakan bahan
oleh peneliti dan teknisi bersama calon operator alat pengering, (2). Gelar teknologi
penanganan pasca panen padi, (3) Operasional alat pengering gabah oleh operator
UPJA, (4) Sosialisasi penggunaan alat pengering kepada pengelola bengkel
alsintan, pemilik RMU, kelompok tani dan petugas, (5) Diseminasi teknologi alat
pengering melalui pameran, seminar dan lokakarya , dan pembuatan brosur serta
leafet.
2. Hasil ujicoba pengeringan oleh operator lokal yang dikawal oleh peneliti dan
teknisi BPTP Sumsel serta Balitpa Sukamandi didapatkan hasil; (1) Lama waktu
pengeringan rata-rata adalah 10 jam dengan penurunan kadar air gabah pada lapisan
bawah, tengah dan atas berturut-turut sebesar 7,86%; 6,61% dan 4,49%; (2) Angka
rendemen beras giling rata-rata sebesar 64,00 % lebih tinggi dibandingkan dengan

24
hasil penjemuruan dan Dryer BBM hasil penelitian sebelumnya berturut-turut 60 %
dan 62 %; dan (3) Persentase beras kepala rata-rata sebesar 69,96 % lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil penjemuran dan Dryer BBM hasil penelitian
sebelumnya berturut-turut 34,83 % dan 64,75 %.
3. Dari pengoperasian alat pengering dan RMU oleh UPJA Jaya Bersama didapatkan
hasil, selama musim panen MH 2004/2005 bulan Maret- April 2005, operasi alat
pengering sudah berjalan sebanyak 35 kali. Jumlah gabah yang dikeringkan untuk
sekali operasi berkisar 38- 62 karung setara 2280 - 3720 kg, dengan total gabah
yang dikeringkan sebanyak 1882 karung setera 112.920 kg. Kadar air awal rata-rata
gabah yang dikeringkan sebesar 22% dan kadar air akhir rata-rata sebesar 14,19%.
Lama pengeringan berkisar 8-10 jam untuk satu kali operasi. Upah pengeringan
sebesar Rp. 2000/karung atau Rp. 33,34/kg. Sedangkan untuk penggilingan dengan
menggunakan RMU double past telah dilaksanakan 32 kali, dengan jumlah gabah
yang digiling berkisar 2- 66 karung setara 120 - 3960 kg dengan total 1337 karung
setara 80.220 kg. Upah penggilingan yang dipungut oleh UPJA sebesar 10%.
4. Hasil ujicoba dan pengoperasian alat pengering oleh UPJA Jaya Bersama membuat
banyak pihak tertarik terutama petani, pengusaha RMU dan bengkel alsintan serta
dinas/instansi teknis pertanian untuk mencontoh dan menerapkan teknologi
tersebut.
5. Tindak lanjut dari banyak pihak yang merespon dan siap mengadopsi teknologi
pengeringan gabah dengan bahan bakar sekam, adalah pelaksanaan sosialisasi
penggunaan alat pengering kepada petani, pengusaha RMU dan bengkel alsintan
serta dinas/instansi teknis pertanian pada tanggal 30 September 2005 bertempat di
Ruang Rapat SSFFMP Palembang.
6. Diseminasi kegiatan dalam rangka menyebarluaskan hasil kegiatan percontohan
introduksi alat pengering gabah bahan bakar sekam dilaksanakan dalam bentuk
keikutsertaan dalam pameran teknologi tepat guna tingkat propinsi dan nasional ,
seminar dan lokakarya baik dilevel propinsi, nasional dan internasional.
7. Tindak lanjut kegiatan yang akan dirancang pada tahun 2006 adalah kerjasama
dengan International Rice Research Institute (IRRI) dalam program penanganan
pasca panen padi di lahan rawa pasang surut.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah K. 1990. Konsep dan gagasan pengembangan berbagai teknologi pengeringan


maju dan peluang komoditas hasil pertanian kering dalam pasar domestik dan
luar negeri. Seminar Nasional Teknologi Pengeringan Komoditi Pertanian.
Jakarta, 21-23 November 1990.

Ananto E.E., Astanto, Sutrisno, E. Suwangsa, dan Soentoro. 1999. Perbaikan


Penanganan Panen dan Pascapanen di Lahan Pasang surut Sumatera
Selatan.Proyek Pengembangan Sistem Usaha Pertanian (SUP) Lahan Pasang
Surut Sumatera Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian.

Ananto.E.E., Sutrisno, Astanto dan Soentoro. 2000. Pengembangan Alat dan Mesin
Pertanian. Menunjang Sistem Usahatani dan Perbaikan Pascapanen di Lahan
Pasang Surut Sumatera Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian.

Anderson. I.P and M.R. Bowen. 2000. Fire Zones and The Threat to The Wetlands of
Sumatera, Indonesia. Forest Fire Prevention and Control Project, Kantor
Wilayah Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.

Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel, 2003. Laporan Bulanan Pencegahan dan


Penanggulangan kebakaran huta dan Lahan di Provinsi Sumsel, Palembang.
Kartasasmita, G. 1999. Pembangunan Untuk Rakyat. Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan. CIDES, Jakarta.

Sutrisno, Astanto, dan E. Eko Ananto. 1999. Kinerja alat dan mesin pengering gabah
tipe “ABC” berbahan bakar sekam suhu rendah. Prosiding Simposium Penelitian
Tanaman Pangan IV. Bogor, 22-24 November 1999.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.

Sutrisno, M. Wahyudin, dan E.Eko Ananto. 2001. The Technical and Economical
Performance of The “ABC” Type Paddy Dryer. Indonesian Journal of
Agricultural Science. Vol.2, No.2, Oktober 2001. Agency for Agricultural
Research and Development.

Thahir R., Sutrisno, dan K. Abdullah. 1988. Dasar-dasar dan teknik pengeringan biji-
bijian. Latihan Teknik Penelitian Pasca Panen Pertanian, Balai Penelitian
Tanaman Padi. Sukamandi, 7 November- 3 Desember 1988.

Thahir R., H. Subagyo, T. Alihamsyah, A. Abbas, I.W. Sudana, M. Hidayat dan A.


Nurhasanah. 1999. Identifikasi dan Karakterisasi Wialayah Pengembangan
Sistem Usaha pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Tahap II. Bagian
Proyek Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera
Selatan di Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

26
Lampiran 1. Susunan pengurus dan anggota UPJA Jaya Bersama Desa Upang.
No. Nama Jabatan
1. Andi Nasir Petelawa Ketua/Operator
2. Nurdin Kardiat Sekretaris/Operator
3. E ko Tryan to Bendahara
4 Triyanto Anggota
5. Jufri Anggota
6. Sukiman Anggota
7. Wakirin Anggota
8. Iskandar Anggota
9. Ad i Anggota
10. Sarto Anggota
11. Hartono Anggota
12. Marto Anggota
13. Maji Anggota
14. Gunawan Anggota
15. Yono Anggota
16. Sarwono Anggota
17. Supriyadi Anggota
18. Purwono Anggota
19. And i Tham r i n Anggota
20. Muji Anggota
21. Mamat Anggota
22. Rahman Anggota
23. H. P e t a p a s e n g Anggota
24. Andi Umra Anggota
25. Salim Anggota
26. Jamal Anggota
27. Ruslan Anggota
28. Nuril Anggota
29. Saudi Anggota
30. Tamir Anggota
31. Awi Anggota
32. Syahri Anggota
33. Ahmad Anggota
34. Andeng Anggota
35. Shobirin Anggota
36. Jasman Anggota
37. Ayi Anggota
38. Ngaijo Anggota
39. Lasmono Anggota
40. Muraji Anggota
41. Supri Anggota
42. Sidik Anggota/Operator

27
Lampiran 2. Data petani dan jumlah gabah yang dikeringkan dengan menggunakan
Alat Pengering Gabah Tipe Box dengan Tungku Sekam Model ABC
pada UPJA Jaya Bersama Desa Upang.
Jumlah
No Tanggal Nama Petani Operator Keterangan
(Karung)
1. 5 Maret 2005 Kandar 64 Nurdin  Kadar air
2. 6 Maret 2005 Adi Andeng 60 Nurdin awal rata-
3. 7 Maret 2005 Adi Sarto 61 Nurdin rata: 22%
4. 8 Maret 2005 Umsyahri 55 Nurdin  Kadar air
5. 9 Maret 2005 Tahang/Nasir 54 Nurdin akhir rata-
6. 10 Maret 2005 Salim 55 Nurdin rata: 14,19%
7. 11 Maret 2005 Salim/Nasir 54 Nurdin  Berat 1
8. 12 Maret 2005 Wagirin 56 Nurdin karung =
9. 14 Maret 2005 Sriyanto 55 Nurdin + 60 kg
10. 17 Meret 2005 Nasir 58 Nurdin  Upah
11. 17 Maret 2005 Nasijo 58 Nurdin pengeringan
12. 18 Maret 2005 Kandar 60 Uun Rp.
13. 18 Maret 2005 Ayik 50 Uun 2000/karung
14. 19 Maret 2005 Ayik 50 Uun
15. 19 Maret 2005 Slamet 56 Uun
16. 22 Maret 2005 Slamet 52 Uun
17. 23 Maret 2005 Jubaidah 48 Uun
18. 24 Maret 2005 Supri 40 Uun
19. 24 Maret 2005 Supri 43 Uun
20. 25 Maret 2005 Ansori 54 Uun
21. 26 Maret 2005 Jupri 55 Uun
22. 27 Maret 2005 Tahang 55 Jepri
23. 28 Maret 2005 Tahang 55 Jepri
24. 29 Maret 2005 Nasir 55 Jepri
25. 29 Maret 2005 Supri 56 Jepri
26. 30 Maret 2005 Musyahri 42 Jepri
27. 31 Maret 2005 Saudik 56 Jepri
28. 1 April 2005 Nasir 70 Jepri
29. 2 April 2005 Sumaji 55 Jepri
30. 2 April 2005 Sumaji 61 Jepri
31. 4 April 2005 Eko 50 Jepri
32. 4 April 2005 Eko 50 Jepri
33. 6 April 2005 Rikum 50 Jepri
34. 7 April 2005 Muji 38 Jepri
35. 8 April 2005 Jamal 55 Jepri
Total 1882

28
Lampiran 3. Data petani dan jumlah gabah yang digiling dengan menggunakan RMU
double past pada UPJA Jaya Bersama Desa Upang.

Jumlah
No Tanggal Nama Petani Operator
(Karung)
1. 6 Maret 2005 Kandar 66 Nasir
2 7 Maret 2005 Andung 40 Nasir
3 8 Maret 2005 Andi Sarto 40 Nasir
4 9 Maret 2005 Musjahri 33 Nasir
5 10 Maret 2005 Tohang 21 Nasir
6 11 Maret 2005 Agus Salim 59 Nasir
7 14 Maret 2005 Nasir 50 Nasir
8 15 Maret 2005 Wagirin 23 Nasir
9 16 Maret 2005 Sryanto 44 Nasir
10 17 Maret 2005 ngaijo 41 Nasir
11 18 Maret 2005 Kandar 66 Nasir
12 19 Maret 2005 Ayik 61 Nasir
13 20 Maret 2005 Slamat 63 Nasir
14 21 Maret 2005 Kandar 32 Nasir
15 26 Maret 2005 Jubaida 59 Nasir
16 27 Maret 2005 Supri 47 Nasir
17 28 Maret 2005 Srini 8 Nasir
18 28 Maret 2005 Tahang 42 Nasir
19 29 Maret 2005 Sarto 2 Nasir
20 2 April 2005 Ansori 32 Nasir
21 3 April 2005 Jupri 33 Nasir
22 4 April 2005 Tahang 66 Nasir
23 5 April 2005 Nasir 33 Nasir
24 6 April 2005 Jurni 32 Nasir
25 8 April 2005 Musyahri 30 Nasir
26 9 April 2005 Saudik 26 Nasir
27 10 April 2005 Nasir 40 Nasir
28 12 April 2005 Sumaji 66 Nasir
29 14 April 2005 Eko 59 Nasir
30 16 April 2005 Rikum 32 Nasir
31 17 April 2005 Muji 38 Nasir
32 18 April 2005 Jamal 33 Nasir
Total 1337

29
Lampiran 4. Peserta Gelar Teknologi Pasca Panen Padi di Desa Upang Kecamatan
Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin, 28 Februari 2005.

No Nama Jenis Kelamin Asal Peserta


1. Agus Salim Laki-laki Desa Upang
2. Sriyanto Laki-laki Desa Upang
3. Shobirin Laki-laki Desa Saleh Agung
4. Musyari Laki-laki Desa Upang
5. Sumarto Laki-laki Desa Saleh Agung
6. Iskandar Laki-laki Desa Upang
7. Suyan Laki-laki Desa Upang
8. Sukartono Laki-laki Desa Upang
9. Sri Hariani Perempuan Desa Upang
10. Sarinah Perempuan Desa Upang
11. Wiwik Perempuan Desa Upang
12. Rusmiyati Perempuan Desa Upang
13. Gomin Laki-laki Desa Upang
14. Rinyanah Perempuan Desa Upang
15. Mujianah Perempuan Desa Upang
16. Sukardi Laki-laki Desa Upang
17. Andi Nasir Laki-laki Desa Upang
18. Yusup Laki-laki Desa Upang
19. Rasimin Laki-laki Jalur 11 Desa Upang
20. Saebek Laki-laki Jalur 11 Desa Upang
21. Joko Ismanto, AMd Laki-laki PPL Desa Upang
22. Purnadi Laki-laki Desa Upang
23. Rohiman Laki-laki Dusun 1 Desa Upang
24. Anwar Laki-laki Dusun 4 Desa Upang
25. Nurdin Laki-laki Dusun 4 Desa Upang
26. Trimulyani Perempuan Desa Upang
27. Andi Humra Laki-laki Dusun 4 Desa Upang
28. Kosrad Laki-laki Desa Upang
29. Ahmad Laki-laki Desa Upang

30
Lampiran 4. Peserta Gelar Teknologi Pasca Panen Padi di Desa Upang Kecamatan
Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin, 28 Februari 2005. (Lanjutan)
No Nama Jenis Kelamin Asal Peserta
31. Sularno Laki-laki Desa Saleh Agung
32. Hamid Laki-laki Desa Upang
33. Murniati Perempuan Desa Upang
34. Jamaludin Laki-laki Desa Upang
35. Sibeng Laki-laki Desa Upang
36. Sukiman Laki-laki Desa Upang
37. A. Nurdin Laki-laki Desa Upang
38 Sumaji Laki-laki Desa Upang
39. Suhan HR Laki-laki PPL Desa Saleh Agung
40. Ngajowijoyo Laki-laki Parit 15 Desa Upang
41. Kamawi Laki-laki PPL Desa Damarwulan
42. Oto Lihman,SP Laki-laki PPL Desa Ma. Telang
43. Syamsul Joni Laki-laki PPL Desa Sidoharjo
44. Harsono Laki-laki PPL Desa Sri Mulyo
45. Mujanah Perempuan Desa Upang
46. Hiliyanti Perempuan Desa Upang
47. Siti Masitoh Perempuan Desa Upang
48. Yuyun Sumarsih Perempuan Desa Upang
49. Saroh Perempuan Desa Upang
50. Supriyatin Perempuan Desa Upang
51. Ir. Pudiyaka,MSi Laki-laki Majalah Agribisnis
52. Usman Setiawan,SP Laki-laki BPTP Sumsel
53. Istiyar Perempuan Desa Upang
54. Nanai Yanti Perempuan Desa Upang
55. Andi Diana Perempuan Desa Upang
56. Minasa Perempuan Desa Upang
57. Slamet Riadi Laki-laki Saleh Agung
58. Ayik Handoko Laki-laki Desa Upang
59. Agus Ansori Laki-laki Desa Upang
60. Andang Herdiana Laki-laki Balitpa Sukamandi

31
Lampiran 4. Peserta Gelar Teknologi Pasca Panen Padi di Desa Upang Kecamatan
Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin, 28 Februari 2005. (Lanjutan)
No Nama Jenis Kelamin Asal Peserta
61. Mulyono Laki-laki Balitpa Sukamandi
62. Ir. Sutrisno, MS Laki-laki Balitpa Sukamandi
63. Ir. Yustisia, MSi Perempuan BPTP Sumsel
64. Ir. Yandriani Perempuan SSFFMP
65. Thamrin Arisondi Laki-laki Kepala Desa Upang
66. Hanafiah Laki-laki BPD Desa Upang
67. Ir. NP Sri Ratmini Perempuan BPTP Sumsel
68. Ir. Yanter Hutapea, M.Si Laki-laki BPTP Sumsel
69. Erni Herawati Perempuan BPTP Sumsel
70. Tukiran Laki-laki BPTP Sumsel
71. Nini Novianti Perempuan Desa Upang
72. Drs. Yusairin AH Laki-laki BPTP Sumsel
73. Rijalalah Laki-laki BPTP Sumsel
74. Pandu A. Hutabarat Laki-laki BPTP Sumsel
75. Ir. Djoko Setijono Laki-laki SSFFMP
76. Dr. KH. Steinmann Laki-laki SSFFMP
77. Dr. Subowo Laki-laki BPTP Sumsel
78. Budi Raharjo, STP.M.Si Laki-laki BPTP Sumsel
79. Momon Sodik I, SP. MSc Laki-laki UNSRI

32
Lampiran 5. Peserta Sosialisasi Alat Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam Padi
No Nama Alamat Jabatan
1. Juwedi Mulyasari, Jalur 17 Telang II Pengusaha RMU
2. Andi Kube Jalur 8 Telang Pengusaha RMU
3. Andi Nasir Jalur 8 Saleh, Desa Upang Pengusaha RMU
4. Andi Asaf Jalur 8 Saleh, Desa Upang Pengusaha RMU
5. Atok Suparto Telang Jaya, Jalur 8 Telang I Bengkel Alsin
6. Jumadi Jalur 8 Saleh, Desa Upang Pengusaha RMU
7. Daeng Marala Jalur 8 Saleh, Desa Upang Pengusaha RMU
8. Thamrin Arisondi Desa Upang Kepala Desa
9. Syamsul Joni Desa Sidoharjo PPL
10. Sumanto Makarti Jaya KCD Pertanian Kec.
Makarti Jaya
11. M. Harun Jalur 8 Telang I, Desa Telang Jaya Bengkel Alsin
12. Suhan HR Air Saleh PPL
13. Yusuf Jalur 8 Saleh, Desa Upang Pengusaha RMU
14. Ojo Suparto Jalur 8 Telang I, Desa Telang Jaya Bengkel Alsin
15. Nardi Jalur 8 Telang I, Desa Telang Jaya Pengusaha RMU
16. Romani Desa Muara Telang Ketua UPJA
17. Bahusin Desa Muara Telang Kelompok Tani
18. Iskandar Desa Muara Telang Motivator Desa
19. Syamsudin Desa Muara Telang Pengusaha RMU
20. Ahmad Sahil Desa Muara Telang Seketaris Kades
21. Oto Lihman Desa Muara Telang PPL
22. Abbas Desa Prajen Jaya Kelompok Tani
23. M. Nazir Desa Prajen Jaya Motivator Desa
24. Ir. Hj. Herawati Palembang Dinas TPH Pop Sumsel
25. Ir. Yenni Yuliasti Palembang Dinas TPH Pop Sumsel
26. Ir. Syawalina Pangkalan Balai Distanak Banyuasin
27. Ir. H. Suwarso Pangkalan Balai BKP Banyuasin
28. Derry Palembang PT. Rutan Machinerry
29. Ramelan Palembang PT. Rutan Machinerry
30. Suharman Hadi Palembang Balai Riset Indag
31. Muhadjir Palembang BPTP Sumatera Selatan
32. Tumarlan T Palembang BPTP Sumatera Selatan
33. Yanter Hutapea Palembang BPTP Sumatera Selatan
34. Reza S. Palembang BPTP Sumatera Selatan
Andriandri
35. Reni Utami S. Palembang BPTP Sumatera Selatan
36. Rijallalah Palembang BPTP Sumatera Selatan
37. Edward Canto Palembang BPTP Sumatera Selatan
38. Achmad Subendi Palembang BPTP Sumatera Selatan
39. Netty Herawati Palembang BPTP Sumatera Selatan
40. Rijallalah Palembang BPTP Sumatera Selatan

33

Anda mungkin juga menyukai