Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan tinggi akuntansi yang menghasilkan lulusan dalam

bidang akuntansi saat ini dituntut untuk tidak hanya menghasilkan lulusan

yang menguasai kemampuan di bidang akademik, tetapi juga mempunyai

kemampuan yang bersifat teknis analisis dalam bidang humanistic skill

(kemampuan menghadirkan diri secara manusiawi dalam kehidupan

masyarakat yang turut bertanggungjawab bagi kelangsungan nilai-nilai

kemanusiaan dan kemasyarakatan) dan professional skill (kemampuan

melaksanakan profesinya dengan berbekal pengetahuan akademik yang

memadai dalam rangka mengaktualisasikan dirinya di masyarakat)

sehingga mempunyai nilai tambah dalam bersaing di dunia kerja

(Budhiyanto dan Nugroho, 2004:260).

Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan tinggi akuntansi yang

diselenggarakan di perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa

agar dapat bekerja sebagai seorang Akuntan Profesional yang memiliki

pengetahuan di bidang akuntansi. Untuk dapat menghasilkan lulusan yang

berkualitas maka perguruan tinggi harus terus meningkatkan kualitas pada

sistem pendidikannya.

Menurut Mawardi (2011) dalam Junifar dan Kurnia (2015)

pengetahuan yang dibutuhkan untuk akuntan menurut hasil evolusi

pendidikan terdiri dari pengetahuan umum organisasi, bisnis, dan


akuntansi. Untuk memperoleh pengetahuan tersebut maka pengetahuan

tentang dasar-dasar akuntansi merupakan suatu kunci utama, diharapkan

dengan adanya dasardasar akuntansi sebagai pegangan, maka semua

praktik dan teori akuntansi akan dengan mudah dilaksanakan.

Salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan pendidikan

tinggi akuntansi adalah sikap dan mental serta kemampuan membaca diri

sendiri dalam kaitannya aspek psikologi personal mahasiswa dalam

mengembangkan pribadinya dan pengertian tersebut sering diistilahkan

dengan Emotional Quotient (EQ). Hasil penelitian (Kennedy, 2013) dan

(Ansharullah, 2013) menyatakan bahwa kecerdasan emosional

berpengaruh positif secara signifikan terhadap tingkat pemahaman

akuntansi.

Perilaku belajar yang baik dapat terwujud apabila mahasiswa sadar

akan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa, sehingga mereka dapat

membagi waktu mereka dengan baik antara belajar dengan kegiatan di luar

belajar. Hasil penelitian (Artana, 2014) dan ( Rachmi, 2010) menyatakan

perilaku belajar berpengaruh positif secara signifikan terhadap tingkat

pemahaman akuntansi.

Kecerdasan emosional (EQ) mahasiswa memiliki pengaruh

terhadap prestasi belajar mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu

melatih kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk

memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi,

kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat,


mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja

sama dengan orang lain. Kecerdasan ini yang mendukung seorang

mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya (Nugraha, 2013).

Selain kecerdasan emosional dan perilaku mahasiswa, minat

belajar selama di perguruan tinggi juga mempengaruhi prestasi akademik

seorang mahasiswa. Minat belajar mahasiswa erat kaitannya dengan

penggunaan waktu yang baik untuk belajar maupun kegiatan lainnya.

Minat belajar yang tinggi akan dapat terwujud apabila mahasiswa sadar

akan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa, sehingga mampu

meningkatkan motivasi dan disiplin diri agar mampu mencapai target yang

diinginkan dalam memahami suatu materi yang berhubungan dengan

akuntansi.

Perilaku belajar selama di perguruan tinggi juga mempengaruhi

prestasi akademik seorang mahasiswa. Kebiasaan atau perilaku belajar

mahasiswa erat kaitannya dengan penggunaan waktu yang baik untuk

belajar maupun kegiatan lainnya. (Hanifah dan Syukriy, 2001:67)

bependapat bahwa belajar yang efisien dapat dicapai apabila menggunakan

strategi yang tepat, yakni adanya pengaturan waktu yang baik dalam

mengikuti perkuliahan, belajar di rumah, berkelompok ataupun untuk

mengikuti ujian. Perilaku belajar yang baik dapat terwujud apabila

mahasiswa sadar akan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa,

sehingga mereka dapat membagi waktu mereka dengan baik antara belajar

dengan kegiatan di luar belajar. Motivasi dan disiplin diri sangat penting
dalam hal ini karena motivasi merupakan arah bagi pencapaian yang ingin

diperoleh dan disiplin merupakan perasaan taat dan patuh pada nilai-nilai

yang diyakini dan melakukan pekerjaan dengan tepat jika dirasa itu adalah

sebuah tanggung jawab.

Terdapat sejumlah penelitian yang mengungkap tentang faktor

tingkat pemahaman akuntansi, yaitu faktor kecerdasan emosional.

Menurut Luqman (2010) dalam Dewi dan Wirama (2016) menyatakan

bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap tingkat

pemahaman akuntansi, sedangkan menurut Hariyoga dan Suprianto (2011)

dalam Ariantini et al, 4 (2014) menyatakan bahwa kecerdasan emosional

berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Kecerdasan emosional yang baik dapat dilihat dari kemampuan mengenal

diri sendiri, mengendalikan diri, memotivasi diri, berempati, dan

kemampuan sosial.

Selanjutnya menurut Jayadi (2013) dalam Rokhana dan Sutrisno

(2016) menyatakan perilaku belajar yang diukur dengan aspek kebiasaan

mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, mengunjungi

perpustakaan, dan kebiasaanmenghadapi ujian sercara signifikan

berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Dijelaskan pada penelitian

Smith (2001) dalam Dewi dan Wirama (2016) belajar yang efisien dapat

dicapai menggunakan strategi yang tepat, yakni adanya pengaturan waktu

yang baik dalam mengikuti perkuliahan, belajar di rumah, berkelompok

ataupun untuk mengikuti ujian. Perilaku belajar yang baik dapat terwujud
apabila mahasiswa sadar akan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa,

sehingga mereka dapat membagi waktu mereka dengan baik antara belajar

dengan kegiatandi luar belajar.

Selain itu, Melandy dan Azizah (2006) dalam Pramamyanti dan

Listiadi (2016) menyatakan kepercayaan diri menjadi variabel moderasi

antara kecerdasan emosional dan tingkat pemahaman akuntansi. Sehingga

kepercayaan diri disini menjadi variabel moderating dapat

memperkuat/memperlemah antara kecerdasan emosional dan perilaku

belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada mahasiswa.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul “PENGARUH

KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR

TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI DI

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG”

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifiksikan beberapa

masalah yang akan dijadikan bahan penelitian selanjutnya

1. Pengaruh kecerdasan emosional mahasiswa terhadap tingkat

pemahaman akuntansi

2. Pengaruh belajar terhadap pemahaman akuntansi

3. Minat mahasiswa terhadap tingkat pemahaman akuntansi

4. kepercayaan diri memoderasi pengaruh kecerdasan emosional terhadap

tingkat pemahaman akuntansi


5. kepercayaan diri memoderasi pengaruh perilaku belajar terhadap

tingkat pemahaman akuntansi

1.3 Batasan Masalah

Agar penilitian ini dapat dilakukan dengan fokus dan mendalam maka

penulis memandang permasalahan penilitian yang diangkat perlu di

variabelnya. Oleh sebab itu penulis hanya membatasi diri hanya berkaitan

dengan pengaruh kecerdasan emosional dan perilaku belajar terhadap tingkat

pemahaman akuntansi di UPI “YPTK” Padang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang diatas, maka penelitian ini akan

menganalisa tentang pengaruh kecerdasan emosional dan perilaku belajar

terhadap tingkat pemahaman akuntansi di Universitas Putra Indonesia “YPTK”

Padang. Sehingga dalam penelitian ini rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat

pemahaman akuntansi?

2. Apakah perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman

akuntansi?

3.Apakah kepercayaan diri memoderasi pengaruh kecerdasan emosional

terhadap tingkat pemahaman akuntansi?

4. Apakah kepercayaan diri memoderasi pengaruh perilaku belajar

terhadap tingkat pemahaman akuntansi?


1.5 Tujuan penilitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai

berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat

pemahaman akuntansi.

2. Untuk menganalisis pengaruh perilaku belajar terhadap tingkat

pemahaman akuntansi.

3. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat

pemahaman dengan kepercayaan diri sebagai pemoderasi.

4. Untuk menganalisis perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman

akuntansi dengan kepercayaan diri sebagai pemoderasi.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Manfaat Bagi Penulis Dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

yang berkaitan dengan pengaruh kecerdasan emosional dan perilaku

belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan para pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi atau

bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya dan sebagai penambah

wacana keilmuan.
1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Lembaga Akademik

Dapat memberikan informasi bagi lembaga akademik mengenai

pengaruh kecerdasan emosional dan perilaku belajar terhadap tingkat

pemahaman akuntansi.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi peneliti

untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh dibangku kuliah sebagai

dasar penelitian selanjutnya

1.7 Kompetensi Dosen

Menurut Isnaini, Kusuma, & Noviani (2015) kompetensi merupakan

gabungan dari penguasaan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan

tugasnya. Sedangkan menurut Kadir(2018)kompetensi adalah kemampuan,


kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan

hukum.

Menurut UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2009 tentang Dosen

menyatakan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan

tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pedidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat.

Jadi, kompetensi dosen adalah kemampuan yang dimiliki oleh dosen yang

mencakup penguasaan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang


direfeleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam proses

pembelajaran yang efektif dan efisien agar menjadikan anak didik menjadi orang

yang cerdas dan menjadi sumber daya manusia yang potensial (Isnaini et al.,

(2015)

Dosen yang berkompeten pada umumnya dilihat dari seberapa jauh dosen

menguasai materi dan dosen tersebut dapat menerapkan model pembelajaran

yang tepat untuk materi yang dipelajari(Kadir, 2018).Kompetensi dosen telah

dijelaskan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, dimana kompetensi tersebut telah sesuai dengan perspektif

kebijakan nasional. Kompetensi dosen yang dijelaskan meliputi:


1. Kompetensi Pedagogik

Istilah kompetensi pedagogik hampir sama dengan kompetensi kognitif.

Kompetensi pedagogik berkaitan dengan kemampuan guru atau dosen dalam

melaksanakan proses-proses pembelajaran. Guru atau dosen dalam memenuhi

kompetensi pedagogik, maka perlu memiliki bekal pengetahuan yang meliputi

pengetahuan ilmu kependidikan dan ilmu pengetahuan bidang studi(Irham &

Wiyani, 2017: 140).

Secara garis besar, kompetensi pedagogik merupakan kemampuan

seorang pendidik dalam pengelolaan peserta didik. Rasa ingin tahu mahasiswa

yang tinggi menjadikan tanggungjawab dosen untuk mengembangkan


keingintahuan mahasiswa(Kadir, 2018).

2. Kompetensi Kepribadian

Menurut Kadir(2018), kompetensi kepribadian merupakan kemampuan

personal seorang pendidik yang mencerminkan kepribadian yang mantap,

stabil, arif, dan berwibawa serta dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya.

Kompetensi kepribadian lain dosen mencakup sikap dan perasaan dosen yang

menunjang proses pembelajaran, baik terhadap mahasiswa maupun terhadap

lingkungan. Sikap dosen dapat berupa sikap ramah, empati, bersahabat yang

menjadikan mahasiswa lebih merasa dihargai dan diperhatikan(Irham &

Wiyani, 2017: 141).

3. Kompetensi Sosial
MenurutKadir (2018), kompetensi sosial merupakan kemampuan untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar (Irham & Wiyani, 2017: 142).

4. Kompetensi Profesional

Istilah profesional mengarah pada tingkat kemampuan dosen dalam

melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pendidik dengan baik. Seorang dosen

dikatakan profesional apabila telah memenuhi kriteria atau persyaratan

kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, serta kompetensi profesional (Irham & Wiyani, 2017: 140).
Menurut Kadir(2018), kompetensi profesional merupakan kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

Dosen yang merupakan tenaga pendidik yang dituntut dapat mentransfer

ilmu yang mereka miliki.Dalam menyampaikan materi dalam matakulliah

akuntansi, dosen diharapkan mampu menyampaikannya dengan jelas.Salah satu

yang dapat dilakukan adalah dengan megembangkan kompetensinya.Sehingga

mahasiswa dapat menerima ilmunya dengan mudah dan nantinya dapat

meningkatkan pemahamanan akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai