Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Geologi Regional


Geologi Jawa timur dibagi atas beberapa zona, menurut van Bemmelen jawa
timur dibagi atas 4 bagian antara lain :
2 Zona Pegunungan Selatan Jawa (Souththern dan batuan karbonat. .
3 Zona Gunung Api Kuarter (Quartenary Volcanoes) : merupakan gunung aktif
4 Zona Kendeng (Kendeng Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas Sekuen
dari volkanogenik dan sedimen pelagik.
5 Zona Rembang (Rembang Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas endapan
laut dangkal , sedimen klastik , dan batuan Mountains) : batuan pembentuknya
terdiri atas siliklastik, volkaniklastik, volkanik ,
6 karbonat. Pada zona ini juga terdapat patahan yang dinamakan Rembang High
dan banyak lipatan yang berarah timur-barat
6.1.1 Fisiografi Jawa Timur
Van Bemmelen (1949) membagi Jawa Timur menjadi beberapa zona dan sub zona
fisiografi, yaitu :
1. Zona Pegunungan Utara, terdiri dari Gunung Muria yang tersusun
atas batuan leucite, Gunung Lasem dan Gunung Butak dengan batuan
penyusun andesitik. Gunung Muria pada Kala Holosen merupakan
gunung yang berdiri sendiri tetapi sekarang dihubungkan dengan
Pulau Jawa oleh dataran alluvial Semarang – Demak – Kedu – Pati –
Rembang.
2. Zona Perbukitan Rembang-Madura, merupakan sebuah daerah
antiklinorium Rembang Utara dan Cepu yang berada di bagian
selatannya, dengan arah memanjang dari barat ke timur. Kedua
antiklinorium ini dipisahkan oleh Depresi Blora-Kening.
Antiklinorium ini merupakan hasil gejala tektonik Tersier Akhir yang
dapat ditelusuri hingga Selat Madura. Zona ini sejajar dengan Zona
Kendeng dan dipisahkan oleh Depresi Randublatung. Puncak tertinggi
yaitu Gunung Gading (535 m). Zona ini tersusun atas endapan pasir
dan kerikil.
3. Zona Depresi Randublatung, merupakan zona depresi fisiografi
maupun tektonik yang membentang antara Zona Kendeng dan
Rembang. Depresi initerbentuk pada Kala Plistosen dengan arah
barat-timur. Bagian tersempitnya berada di sekitar Cepu yang melebar
kearah timur hingga Selat Madura.Zona ini juga merupakan
sinklinisasi yang tersusun atas berbagai batuansedimen tebal.
4. Zona Kendeng, merupakan antiklinorium dengan panjang 250
kilometer, lebar kurang lebih 20 kilometer, dan ketinggiannya kurang
lebih 500 meter. Zona ini membentang dari Gunung Ungaran ke arah
timur sampai ke daerah Mojokerto, bahkan dapat ditelusuri hingga
Madura. Di dekat Ngawi zona ini terpotong oleh Sungai Solo yang
mengalir dari selatan ke utara. Di bagian timur terdapat Gunung
Pandan yang menembus lapisan berumur Tersier. Pegunungan
Kendeng merupakan tulang punggung dari zona ini. Mulai dari daerah
ini, lebar dan ketinggiannya berangsur-angsur menurun dan
antiklinnya menghilang di bawah endapan delta Brantas di sekitar
Mojokerto. Berdasarkan intensitas vulkanik dan variasi stratigrafinya,
Zona Kendeng dibagi beberapa wilayah: Kendeng Barat mencakup
daerah yang berbatasan dengan Gunung Ungaran disebelah barat
hingga daerah sekitar Purwodadi, Kendeng Tengah mencakup daerah
Purwodadi hingga Gunung Pandan, dan Kendeng Timur mencakup
daerah Gunung Pandan hingga Mojokerto.
5. Zona Solo, merupakan suatu depresi yang secara tektonik dan
fisiografi serupa dengan Zona Bandung Jawa Barat. Zona ini tersusun
oleh beberapa gunungapi muda dan dapat dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu: - Sub Zona Ngawi-merupakan sebuah depresi sinklin
yang berbatasandengan Zona Kendeng di sisi selatan. Batuan alluvial
mengisi zona ini mulai dari Delta Brantas sampai Sragen dan Ngawi
hingga Jombang. Subzona Solo terbentuk oleh gunungapi-gunungapi
kuarter dan dataran intermotan.- Subzona Blitar-berbatasan dengan
zona pegunungan selatan di selatan Jawa Timur.
6. Zona Pegunungan Selatan Jawa Timur, merupakan suatu blok yang
telah terangkat dan tererosi dengan lebar 55 kilometer. Bagian timur
terisi oleh batu gamping, sedangkan bagian utara terisi oleh sedimen
volkanik. Dilihat dari letaknya, maka secara fisiografi daerah
penelitian termasuk ke dalam Zona Kendeng bagian timur.

6.1.1.1 Fisiografi Daerah Pasuruan

Adapun fisiografi daerah pasuruan sebagai berikut:


1. Daerah pasuruan berada di perbatasan zona kendang bagian timur dan sub
zona solo.
2. Geomorfologi dibagi menjadi satuan satuan geomorfik puncak gunung api,
lereng gunung api , dataran fluvial dan bukit antiklin
3. Berada pada 112○ 45’ - 112○ 55’BT dan 7○35’ - 7○45’LS. Dataran rendah
dengan ketinggian 4 mdpl. Topografi landai, kemiringan 0- 1% dari
selatan keutara
6.2 Geomorfologi Daerah Pasuruan
Dataran Pasuruan termasuk jenis aluvium (tanah lumpur) dengan sifat batuannya
intermedier sampai agak basis. Kondisi tanah bertekstur liat dengan kandungan
Na dan Cl yang tinggi sehingga sesuai untuk budidaya tambak dan penggaraman.
Secara Geomorfologi, Kabupaten Pasuruan terbagi atas 5 (lima) bagian, yaitu
kerucut gunung api, pegunungan, perbukitan, dataran pasir dan dataran rendah,
masing-masing sebagai berikut :
1. Kerucut gunung api disebelah barat dan tenggara, dengan ciri bentuk strato
dan kerucut gunung api, berketinggian antara 2.000 –3.350 m dpl.
Puncaknya antara lain: Gunung Welirang, Arjuno, Ringgit dan Bromo.
2. Pegunungan, ada di bagian barat dan barat laut, bercirikan strato dengan
ketinggian 600 –2.000 mdpl. Puncaknya antara lain adalah Gunung
Penanggungan. Daerah ini sebagian besar masih tertutup semak dan hutan
tropic dengan batuan piroklastika dan epiklastika.
3. Perbukitan, bercirikan gelombang deretan bukit, pegunungan, atau
pematang, berketinggian 25 –600 m dpl. Puncak utamanya Gunung
Baung, Gunung Tinggi, Gunung Pule, dengan aliran sungai yang menonjol
adalah Sungai Welang. Daerah ini sebagian merupakan lahan pertanian
dan perkebunan yang membentang dari wilayah Kecamatan Tosari dan
Kecamatan Puspo sampai ke arah barat yaitu Kecamatan Tutur, Purwodadi
dan Prigen.
4. Dataran Pasir, terletak di dasar kawah Tengger berbentuk tapal kuda
mengelilingi Gunung Bromo, dengan ketinggian 200 –2.100 m dpl ;
5. Dataran rendah, membentang di daerah bagian utara dan sekitar pantai
utara. Dengan ketinggian 0 –25 m dpl memiliki endapan alluvium yang
membentang dari timur, yaitu wilayah Kecamatan Nguling, ke arah barat
yaitu Kecamatan Lekok, Rejoso, Kraton, dan Bangil. Sebagian besar
merupakan lahan pertanian, pertambakan, dan perkebunan, dengan sungai
utamanya adalah Sungai Rejoso, Sungai Masangan dan Sungai
Kedunglarangan
6.3 Geologi Regional Daerah Pasuruan
Letak geografi Kabupaten Pasuruan antara 112033′ 55′′ hingga 113030′ 37′′ Bujur
Timur dan antara 7032′ 34′′ hingga 8030′ 20′′ Lintang Selatan dengan batas –batas
wilayah:
Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura.
Selatan : Kabupaten Malang
Timur : Kabupaten Probolinggo.
Barat : Kabupaten Mojokerto.

Bagian utara wilayah Kabupaten Pasuruan merupakan dataran rendah. Bagian


barat daya merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno dan
Gunung Welirang. Bagian tenggara adalah bagian dariPegunungan Tengger,
dengan puncaknya Gunung Bromo.

Kondisi wilayah Kabupaten Pasuruan terdiri dari daerah pegunungan berbukit dan
daerah dataran rendah, yang secara rinci dibagi menjadi 3 bagian :
1. Bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian
permukaan tanah antara 186 meter sampai 2.700 meter yang membentang
mulai dari wilayah kecamatan Tutur, Purwodadi dan Prigen.
2. Bagian Tengah terdiri dari dataran rendah yang berbukit dengan
ketinggian permukaan antara 6 meter sampai 91 meter dan pada umumnya
relatif subur.
3. Bagian Utara terdiri dari dataran rendah pantai yang tanahnya kurang
subur dengan ketinggian permukaan tanah 2 meter sampai 8 meter. Daerah
ini membentang dari timur yakni wilayah kecamatan Nguling ke arah
Barat yakni Kecamatan Lekok, Rejoso, Kraton dan Bangil.
Secara geologis daerah Kabupaten Pasuruan dilewati oleh lempeng Eurasia,
lempeng ini terus bergerak dari waktu ke waktu. Gerakan ini akan menimbulkan
pergeseran lempeng, yang akan membentuk lipatan atau patahan. Dapat kita temui
deretan perbukitan mulai dari jalan sepanjang daerah Purwodadi-Nongkojajar.
6.3.1 Formasi Kabuh
Terdiri atas batupasir tufan, batu lempung tufan, batu pasir
gampingan,konglomerat, lempung dan tuf. Formasi Kabuh termasuk runtutan
batuan pada lajurKendeng bagian timur, dan berfasies laut yang berangsur ke arah
fasies darat. Fasiesdaratnya terdiri dari batuan sedimen gunungapi epiklastika.
Fasies lautnya terdiri darilempung berfosil dan batu pasir gampingan, yang
terletak pada bagian bawah formasi.Tebal formasi ini diperkirakan antara 150 m
dan 300 m. formasi Kabuh setempatdiduga tertindih selaras oleh foramsi Jombang
dan tak selaras oleh batuan gunung api kuarter. Sebarannya tidak luas terdapat di
sekitar Desa Raci dan di sebelah baratdayaKota Bangil. Lokasi tipenya terletak di
sebelah utara Desa Ploso, Jombang.
6.3.2 Formasi Jombang
Terdiri atas breksi batu pasir tufan, batu lempung tufan, lempung, batugampinng
dan tuf. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang menindih formasiKabuh dan
tertindih batuan gunungapi kuarter, maka formasi ini diperkirakanberumur
Plistosen Tengah. Formasi ini terendapkan pada lingkungan darat sampailitoral,
dan tebalnya diperkirakan antara 100 m dan 250 m. Formasi Jombang termasuk
ke dalam Lajur Kendeng bagian barat. Sebarannya terdapat di sekitar Raci,di
sebelah selatan Bangil, dan di sekitar Gondangwetan. Lokasi tipenya terletak
padabukit rendah di sebelah barat Jombang, sekitar Desa Pojok, atau dekat Desa
segunungdi sebelah timur Mojokerto, Jawa timur (Lembar Mojokerto, Noya,
1985).
6.3.3 Formasi Gunung Api Ringgit
tersusun atas lava, breksi gunungapi dan tufa bersisipan batupasir tufaan. Lava
berwarna hitam atau kelabu kehitaman, bersusunan basal, andesit piroksin, basal
leusit dan andesit hornblende. Lava basal berhablur halus sebagian berstruktur
melembar dan setempat dijumpai retas basal pada breksi gunungapi. Sentuhannya
dengan tufa menampakkan gejala backing effect sehingga tufanya berwarna
merah bata, keras dan tersilisifikasi. Lava basal di gunung Ringgit mengandung
leusit yang sangat halus, sedangkan di gunung Lurus basalnya yang berstruktur
porfiri mengandung fenokris leusit dan piroksin. Lava andesit piroksin berwarna
kelabu muda-tua, sebagian berstruktur porfiri dan fenokris piroksin. Setempat
andesit piroksin merupakan retas pada breksi gunungapi atau sebagai komponen
pada klastika kasar gunungapi. Leleran lava andesit hornblende di gunung Lurus
menindih lava basal leusit. Breksi gunungapi berwarna kelabu tua hingga
kehitaman disusun oleh komponen basal, basal leusit, andesit piroksin dan andesit
hornblende berukuran kerakal hingga bongkah, didalam matriks batupasir tufaan
kasar hingga sangat kasar dan bersifat konglomeratan. Litologi ini tersingkap baik
di Alaspinang, Jerukan dan menerus ke timur atau tenggara hingga Situbondo.
Tebalnya berkisar antara 40-200 cm. Berdasarkan analisa K-Ar batuan gunungapi
bersusunan alkali-potash dan potash-tinggi ini oleh Soeria Atmadja, dkk dicirikan
berumur 2 juta tahun atau Pliosen Akhir. Satuan ini menindih selaras formasi
Leprak dan tersingkap setebal lebih dari 500 meter.
6.4 Struktur Geologi Pulau jawa
Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur
geologi dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki
pola-pola yang teratur. Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek
sejarah penurunan basin, pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah
pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara umum,
ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut –Barat Daya (NE-SW)
yang disebut pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah
Timur – Barat (E-W) (Gambar 7). Perubahan jalur penunjaman berumur kapur
yang berarah Timur Laut – Barat Daya (NE-SW) menjadi relatif Timur – Barat
(E-W) sejak kala Oligosen sampai sekarang telah menghasilkan tatanan geologi
Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit disamping mengundang pertanyaan
bagaimanakah mekanisme perubahan tersebut. Kerumitan tersebut dapat terlihat
pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah sekitarnya.
Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri, di bagian
tengah terekspresikan dari pola penyebarab singkapan batuan pra- Tersier di
daerah KarangSambung.
Pola Sunda berarah Utara - Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan
sementara perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan.Ekspresi yang
mencerminkan pola ini adalah pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri,
Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna.
Pola Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh pola
yang telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994 dalam Natalia dkk., 2010 ). Data
seismik menunjukkan bahwa pola sesar naik dengan arah barat-timur masih aktif
hingga sekarang.

1.5 Potensi Pertambangan Daerah Pasuruan


Daerah pasuruan memiliki potensi pertambangan yang cukup besar karena
terdapat gunung aktif yang dapat dijadikan sebagai area pertambangan meliputi :
1. Mineral non logam : Yodium, Belerang, Bentonit, dan Mangan.
2. Mineral batuan : Trass, Andesit, tanah liat, tanah urug, batu apung, pasir,
dan sirtu.

1.6 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah:
1. Mampu melakuakn observasi tentang morfologi dilapangan
2. Mampu mempraktikan orientasi dilapangan
3. Mampu mempraktikan pemerian batuan dilapangan
4. Mampu mempraktikan Analisa dan obserfasi geologi struktur dilapangan
BAB II

HASIL PRAKTIKUM

2.1 Peta Dan Ploting data setiap pos


2.2 Pendeskripsian batuan beku

Dalam kuliah lapangan yang telah penulis seslesaikan didapt hasil deskripsi
batuan beku sebagai berikut:
2.3 pendeskripsian batuan sedimen

Dalam kuliah lapangan yang telah penulis seslesaikan didapt hasil deskripsi
batuan sedimen sebagai berikut:

2.4 Sketsa observasi geologi struktur grojokan limo


Dalam kuliah lapamham yang penulis selesaikan diperoleh data kekar yang
berupa stike dan dip yaitu:
1. N…E/
2. N…
3. N…
4. N….
5. N…..

Selanjutnya di lokasi grojokan limo, penulis mendapatkan data bahwa


grojokan limo merupakan produk dari sesar naik, sehingga aliran air di
grojokan limo berbelok hampir 90 derajat dikarenakan adanya sesar geser
kanan.

2.5 Pendeskripsian batuan piroklastik

Dalam kuliah lapangan yang telah penulis seslesaikan didapt hasil deskripsi
batuan piroklastik sebagai berikut:

2.6 Data observasi Analisa kelongsoran

Data obserfasi longsoran dilapangan termasuk tipe longsoran guling dikarenakan


tebing hampir tegak lurus dengan permukaan kita berdiri, batuan penyusunnya
sedimen, breksi, dan konglomerat yang memilii tingkat kelapukan yang tinggi
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Review Perjalanan Kuliah Lapangan Satu

Diawali dengan pemberian materi di dalm kelas maupun dilabolatorium


sehingga penulis mengetahui gambaran yang ada di kuliah lapangan. Kuliah
lapangan berangkat pukul 04.37 wib pada hari sabtu 16 november 2019
menuju lokasi pertama yaitu Kawasan sungai berantas tepatnya di dusun
nyangkiring desa beujeng kecamatan bijih kabupaten pasuruan jawa timur. Di
tempat tersebut penulis mengamati sungai berantas, sungai berantas termasuk
dalam jenis sungai tua karena memiliki yang arus pela dan cukup dalam.
Dialiran dan disekitar sungainya terdapat cukup banyak vegetasi. Sungai
berantas memiliki channel bar yang mengakibatkan sungai berantas
bercabang. Tidak hanya kenampakan sungai tetapi kenampakan pegunungan
diataranya gunung welirang, penanggungan dan arjuna. Setaelah mengamati
kenampakan alam penulis melakukan makan pagi dilanjut dengan
penyeketsaan geomorfologi di lapangan. Dan hasilnya sebagai berikut
(LAMPIRAN)

Setelah itu praktikan melanjutkan perjalananya menuju tempat kedua di dusun


sumur gemuling, desa kenap, kecamatan beji kabupaten pasuruan, jawa timur.
Disana yang penulis pertama lakukan adalah pengamatan pada sungai yang
ada disana, sungai tersebut termasuk dalam jenis sungai dewasa karena
memiliki arus yang hampir tidak ada dan cukup dangkal, sungai tersebut
banyak terdapat sampah dari penduduk sekitar dan banyak bebatuan yang
relaif berukuran lempung hingga kerakal, dari bebatuan tersebut penulis
melakukan sampleing dan pendeskripsian. Pukul 11.40 wib melakukan
perjalanan menyusuri sungai hingga berhenti di pos satu. Di pos satu penulis
mendapatakn materi berupa analisis orientasi medan. Sehingga penulis dapat
menentukan posisi dengan menggunakan kompas. Selanjutnya penulis
melanjutkan perjalanan menuju pos 2 disana penulis melakuan sampleing
sebanyak empat batuan beku yang kemudian mendeskripsikan batuan tersebut
dan dilanjutkan dengan penggambaran sketsa lokasi dan sketsa singkapan.
Pada pos tiga penulis melakuan sampleing batuan sedimen, dilanjutkan
dengan penggambaran sketsa lokasi dan sketsa singkapan yang kemudian
mendeskripsikan batuan sedimen yang telah ditentukan. Penulis melanjutkan
perjalannan ke grojokan limo untuk istirahat dan juga makan siang, setelah
makan siang penulis melanjutkan perjalnan menuju pos 4 disana penulis
mendapat materi tentang grojokan limo yang merupakan produk dari sesar
naik, sehingga aliran air di grojokan limo berbelok hampir 90 derajat
dikarenakan adanya sesar geser kanan, kemudian melakukan pengukuran
kekar sebanyak 12 data menggunakan kompas brunton. Dipos 5 penulis
mendapat materi tentang batuan piroklastik, penulis melakuan sampleing
batuan piroklastik, dilanjutkan dengan penggambaran sketsa lokasi dan sketsa
singkapan yang kemudian mendeskripsikan batuan piroklastik yang telah
ditentukan. Pos 6 penulis mengamati sebuah lereng yang memiliki ciri ciri
longsoran guling yaitu lereng hampir tegak lurus dengan …….?, dengan
susunan batuannya yang mudah lapuk. Setelah itu penulis melanjutakan
perjalanan untuk istirahat, makan malam dan …………?
Dengan itu diakhirilah kuliah lapangan 1 dan dilanjut perjalanan pulang.

3.1 Peta Dan Ploting data setiap pos (pos 1)


Penggenalan penggunaan kompas, menembak bamboo dan menembak umah
hijau , membalik kompas, depannya mana dan menyuruh teman kita jalan
ketitik dipilih dan mengukur jaraknya dan tiggi pennembak jga berpengaruh
dam memasukkan data pada rumus sehingga kita tau di posisi mana kita
berdiri dengan adannya persilangan dua garis dari data.

3.2 Pendeskripsian batuan beku

Penulis melakukan sampleing dengan menggunakan palu geologi sehingga


mendapatkan beberapa sampel yaitu pertama dengan melihat kenampakan
batuan sehingga dapat menyimpulkan warna (warna segar dan warna lapuk),
dan juga struktur batuan tersebut. Untuk menentukan tekstur perlu
menganalisa batuan tersebut mulai dari menganalisa granularitas (ukuran
butir), kristalinitas (bentuk kristal), Fabrik (kristal), kemas (hubungan antar
butir). Untuk komposisi mineralnya diperoleh dengan menggunakan alat bantu
lup untuk memperjelas batuan tersebut.

3.3 Pendeskripsian batuan Sediment

Penulis melakukan sampleing dengan menggunakan palu geologi sehingga


mendapatkan beberapa sampel yaitu pertama dengan melihat kenampakan
batuan sehingga dapat menyimpulkan warna (warna segar dan warna lapuk),
dan juga struktur batuan tersebut. Untuk menentukan tekstur perlu
menganalisa batuan tersebut mulai dari menganalisa granularitas (ukuran
butir), kristalinitas (bentuk kristal), Fabrik (kristal), kemas (hubungan antar
butir). Untuk komposisi mineralnya diperoleh dengan menggunakan alat bantu
lup untuk memperjelas batuan tersebut.

3.4 Sketsa Observasi Geologi Struktur Grojokan Limo (pos 4)

Penulis melakukan penggukuran kekar dilapangan menggunakan kompas


bruton. Tatacara pengukuran sebagai berikut:

1. Mengukur Strike (arah jurus) Caranya adalah sebagai berikut, tempelkan


sisi E (east), kemudian geser gelembung nivo (bull's eye level) masuk
kedalam/tengah lingkaran. Tunggu jarum kompas hingga tidak bergerak lagi
atau pada posisi diam. Yang terakhir amatilah sudut jarum yg menuju sudut
utara. Lalu tulis dengan benar arah dengan format N _ E.

2. Mengukur Dip (arah bidang) Caranyaah sebagai berikut: Tempelkan sisi W


(west) badan kompas usahakan membentuk sudut 90 derajat terhadap strike.
Kemudian clinometer diputar sampai gelembung udara tepat berada ditengah-
tengahnya. Kemudian baca sudut dalam clinometer scale.

3.5 Pendeskripsian batuan Piroklastik

Penulis melakukan sampleing dengan menggunakan palu geologi sehingga


mendapatkan beberapa sampel yaitu pertama dengan melihat kenampakan
batuan sehingga dapat menyimpulkan warna (warna segar dan warna lapuk),
dan juga struktur batuan tersebut. Untuk menentukan tekstur perlu
menganalisa batuan tersebut mulai dari menganalisa granularitas (ukuran
butir), kristalinitas (bentuk kristal), Fabrik (kristal), kemas (hubungan antar
butir). Untuk komposisi mineralnya diperoleh dengan menggunakan alat bantu
lup untuk memperjelas batuan tersebut.

3.6 Data Observasi Analisa Longsoran

Dengan cara melihat langsung lereng dan batuan penyusunnya adalah breksi,
kongklomerat dan sedimen yang mudah lapuk. Lereng tersebut termasuk dalam
jenis longsoran guling dengan lereng yang hampir tegak lurus dengan …….?
BAB 4

KESIMPULAN
DAFATR PUSTAKA

Peta geologi regional daerah lembar malang (sentosa dan suwarti, 1992)

Fisiografi jatim (van bemmelem, 1949)

Stukutur regional (plunggono dan martojoyo, 1994)

https://blogmahmudin.blogspot.com/2014/12/mengukur-strike-and-dip-
menggunakan.html

Anda mungkin juga menyukai