Anda di halaman 1dari 8

Pillar of Physics Education, Vol 12.

No 4, 2019, 865-872

META-ANALISIS MODEL INQUIRY BASED LEARNING UNTUK


PEMBELAJARAN IPA DAN FISIKA PADA ABAD 21

Tri Septiani1) Novelia Prima 2) Fitri Nisak3)


1)
Program Studi Magister Pendidikan Fisika UNP
2)
Program Studi Magister Pendidikan Fisika UNP
3)
Guru MAN 3 Padang
triseptiani1109@gmail.com

ABSTRACT
Significant influence of the 21st century provides a change in education in Indonesia. The 21 st century
requires everyone to have a variety of skills to be able to compete in the face of the changing times. The
government changed the curriculum from KTSP to 2013 curriculum. The 2013 curriculum suggested
appropriate learning models used for science and physics learning, one of which was the Inquiry Based
Learning (IBL) model. This study aims to analyze the IBL model in learning physics and science. This research
method is a meta-analysis with a sample of 10 articles in national journals. The result of this meta-analysis
research is that the IBL model can improve student learning outcomes. Media and teaching materials used to
support the implementation of the IBL model are virtual laboratories and student worksheets. The dominant
material used in the IBL research model is temperature and heat. Most of the research conducted is
experimental research, some research development and classroom action research. Therefore, the IBL model is
very good to use if the media and teaching materials are used are virtual laboratories and student worksheet.

Keywords : Meta-analysis, Inquiry based learning, Science, Physics, 21st century


his is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction
in any medium, provided the original work is properly cited . ©2018 by author and Universitas Negeri Padang.

Pendidikan abad ke-21 memiliki empat prinsip


PENDAHULUAN pokok yang seharusnya dimiliki oleh manusia.
Pengaruh signifikan perkembangan abad ke-21 Prinsip pokok tersebut yaitu pembelajaran
memberikan perubahan pada kehidupan manusia. seharusnya berpusat pada peserta didik, kolaboratif,
Abad ke-21 menghendaki setiap orang memiliki memiliki konteks, dan terintegrasi dengan kehidupan
berbagai keterampilan untuk mampu bersaing dalam peserta didik di masyarakat [2]. Peserta didik
mengahadapi perubahan zaman yang semakin cepat. seharusnya menjadi pusat dalam proses pembelajaran
Tuntutan keterampilan tersebut dapat terpenuhi jika dan mampu bekerja sama dengan orang lain. Materi
pelaksanaan pendidikan mempersiapkan peserta pembelajaran seharusnya kontekstual dan terintegrasi
didik untuk menguasai berbagai keterampilan yang dengan lingkungan peserta didik[3]. Oleh sebab itu,
dibutuhkan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan pendidikan seharusnya memenuhi empat
pendidikan memiliki peranan penting dalam prinsip pokok pendidikan tersebut agar dapat
mempersiapkan kemajuan bangsa dimasa sekarang meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di
dan yang akan datang. Indonesia menjadi lebih baik.
Peranan pendidikan dalam pembangunan Perkembangan abad ke-21 membawa
bangsa adalah mencerdaskan dan mengembangkan perubahanpada pembelajaran IPA dan Fisika di
pola pikir, keterampilan dan kepribadian yang baik sekolah. Keterampilan abad ke-21 dapat dicapai
pada manusia Indonesia. Pendidikan nasional dengan melakukan perubahan kualitas pembelajaran
berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk menjadi student center. Pembelajaran yang berpusat
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat kepada peserta didik memunculkan sikap luwes,
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, kreatif, dan proaktif serta terampil dalam
dengan tujuan dapat berkembangnya potensi peserta memecahkan masalah, bijak dalam membuat
didik agar menjadi manusia yang beriman dan keputusan berfikir kreatif, suka bermusyawarah,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dapat mengkomunikasikan gagasan secara efektif,
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan dan mampu bekerja secara efisien baik secara
menjadi warga negara yang demokratis serta individu maupun dalam kelompok.
bertanggung jawab[1]. Hal ini yang membuat Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan
pemerintah Indonesia berusaha untuk meningkatkan untuk menunjang terwujudnya tujuan pendidikan.
kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan yang baik Pembelajaran dapat dianggap sebagai proses yang
akan berdampak membawa pembangunan yang baik sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya
bagi bangsa Indonesia. aktivitas belajar dalam diri individu[4]. Pembelajaran
pada hakekatnya adalah proses interaksi antara

1
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi (ATC21S) mengkategorikan keterampilan pada
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik [5]. pembelajaran abad ke-21 menjadi way of thinking,
Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan way of working, tools for working dan skills for
yang memberikan kesempatan kepada semua peserta living in the world[11]. Peserta didik harus kreatif,
didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi berpikir kritis, mampu memecahkan masalah,
kemampuan yang semakin lama semakin meningkat membuat keputusan, berkomunikasi, berkolaborasi
dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dan bekerjasama dalam tim. Selain itu memiliki
diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk kemampuan dalam pengembangan hidup dan karir,
bermasyarakat, berbangsa dan berkontribusi pada adanya rasa tanggung jawab, dan menguasai IPTEK.
kesejahteraan hidup umat manusia[6]. Berdasarkan Keterampilan abad ke-21 dikenal dengan
pendapat ahli tersebut dapat didefinisikan bahwa prinsip 4C yaitu critical thinking, creativity,
pembelajaran merupakan suatu aktivitas belajar yang collaboration, dan communication[12]. Kompetensi
terjadi dalam diri peserta didik untuk dan keterampilan bertahan hidup yang diperlukan
memberdayakan semua potensi yang dimilikinya oleh peserta didik dalam menghadapi abad ke-21
sehingga tercapainya kompetensi yang diharapkan. ditekankan pada tujuh keterampilan berikut: (1)
Tercapainya kompetensi setiap peserta didik kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah,
merupakan indikator berhasilnya pembelajaran yang (2) kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan
dilakukan. dan kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif dan berjiwa
Pembelajaran dapat juga didefenisikan sebagai entrepeneur, (5) mampu berkomunikasi efektif baik
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar[1]. Pada dan menganalisis informasi, dan (7) memiliki rasa
proses pembelajaran kegiatan guru disususun secara ingin tahu dan imajinasi[13].
terprogram dalam desain instruksional, untuk Pembelajaran IPA dan Fisika berdasarkan
membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada
tuntutan keterampilan abad ke-21 sesuai dengan
penyediaan sumber belajar[7]. Jadi, pembelajaran
penerapan Kurikulum 2013 di mana menekankan
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut pembelajaran yang mendorong partisipasi aktif
serta dalam tingkah laku tertentu atau menghasilkan peserta didik untuk mengembangkan kompetensi
respon terhadap situasi tertentu. dalam dirinya. Kurikulum adalah segala bentuk usaha
Unsur yang terpenting dalam pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
adalah (1) peserta didikyang belajar, (2) guru yang pembelajaran[14]. Hal ini menggambarkan bahwa
mengajar, (3) bahan pelajaran, dan (4) hubungan kurikulum menjadi acuan untuk mencapai tujuan
antara guru dan peserta didik [8]. Kegiatan belajar pembelajaran yang diharapkan. Kurikulum 2013
terutama dalam pembelajaran IPA dan Fisika yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
terpenting adalah peserta didik yang aktif belajar. agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
Semua usaha guru harus diarahkan untuk membantu warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
dan mendorong agar peserta didik mau menemukan inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
sendiri. Guru diharapkan dapat menguasai bahan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
yang mau diajarkan, mengerti keadaan peserta didik
peradaban dunia[15]. Berdasarkan penjelasan tersebut
sehingga dapat mengajar sesuai dengan keadaan dan
perkembangan peserta didik. terlihat bahwa penerapan Kurikulum 2013 bertujuan
Fisika merupakan bagian dari Ilmu menghasilkan luaran dengan kompetensi yang utuh
Pengetahuan Alam (IPA) yang merupakan usaha yaitu keseimbangan soft skills dan hard skills berupa
sistematis dalam rangka membangun dan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga
mengorganisasikan pengetahuan dalam bentuk mampu menghadapi tantangan di abad ke-21.
penjelasan-penjelasan yang dapat diuji dan mampu Struktur Kurikulum 2013 berbeda dengan
memprediksi gejala alam. Berdasarkan definisi kurikulum sebelumnya. Pada Kurikulum 2013
tersebut diketahui bahwa fisika merupakan bagian terdapat empat Kompetensi Inti yang kemudian
dari IPA yang dikembangkan melalui langkah ilmiah dirinci menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran.
untuk mengorganisasikan pengetahuan dalam Kompetensi Inti-1 yaitu mengenai sikap spiritual,
memprediksi gejala alam[9].
Kompetensi Inti-2 mengenai sikap sosial,
Abad ke-21 menuntut agar pembelajaran dapat
menghasilkan peserta didikyang memiliki berbagai Kompetensi Inti-3 berkaitan dengan pengetahuan,
keterampilan untuk menjadi individu yang sukses dan Kompetensi Inti-4 berhubungan dengan
dalam kehidupan. Tujuan utama abad ke-21 adalah keterampilan[16]. Agar tercapainya empat kompetensi
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik ini, guru sebagai fasilitator harus mampu
dan mendukung perkembangannya menjadi lebih memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan
mandiri dalam menghadapi perkembangan zaman [10]. kemampuannya seperti menyediakan bahan ajar
Assessment and Teaching of 21stCentury Skills
dalam proses pembelajaran untuk memudahkan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan
tercapainya tujuan pembelajaran. sikap[17]. Proses pembelajaran tidak hanya memiliki
Pembelajaran yang diterapkan dalam konsep sebatas pengetahuan, namun berperan dalam
kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang dapat proses penyelidikan dan penemuan. Pada pembelajar- an
IPA dan Fisika penemuan konsep dapat dilakukan
2
melalui diskusi maupun eksperimen. Agar proses apa yang telah diketahui, merencanakan investigasi,
pembelajaran efektif untuk mencapai 3 kompetensi memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut
tersebut, dibutuhkan model pembelajaran yang tepat bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengum-
sebagai sarana interaksi antara guru dan siswa dalam pulkan, menganalisa, dan menginterpretasikan data,
proses pembelajaran[18]. mengajukan jawaban, penjelasan dan prediksi, serta
Proses pembelajaran membutuhkan model mengkomunikasikan hasil[21]. Inkuri memerlukan
pembelajaran untuk membantu guru menciptakan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan
situasi kelas yang terstruktur. Model pembelajaran pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan IBL is a process that allows the teacher and
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran students to pose questions about various topics [22]
jangka panjang), merancang bahan pembelajaran, dan yaitu IBL adalah suatu proses yang memungkinkan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain[19]. guru dan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan
Model pembelajaran dapat berupa kerangka mengenai bermacam-macam topik. Disamping itu,
konseptual yang melukiskan langkah-langkah IBL juga dapat diartikan sebagai model pembelajaran
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman yang fleksibel, terbuka dan mengacu pada
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan keterampilan maupun sumber belajar yang beraneka
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang ragam[23]. Jadi,IBL merupakan model pembelajaran
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan dimana peserta didik memberikan pertanyaan-
melaksanakan pembelajaran[20]. Hal ini berarti model pertanyaan mengenai berbagai macam topik melalui
pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru langkah/prosedur ilmiah.
dalam melaksanakan pembelajaran. Setiap model Model pembelajaran yang diyakini dapat
yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran membuat peserta didik aktif dalam kegiatan
juga menentukan perangkat yang dipakai dalam penyelidikan atau pemecahan masalah sesuai
pembelajaran tersebut. tuntutan abad ke-21 adalah model IBL. Model IBL
Kualitas model pembelajaran menurut Johnson berpengaruh terhadap pemahaman, pengembangan
harus dilihat dari dua aspek yaitu produk dan pengetahuan terhadap sebuah topik, keterampilan
proses[20]. Aspek proses mengacu apakah proses ilmiah, sikap terhadap pembelajaran sains,
pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar motivasi dalam belajar dan keterampilan komunikasi
yang menyenangkan (joyful learning) serta peserta didik[24].IBL dapat menciptakan pengetahuan
mendorong peserta didik untuk aktif belajar dan lebih bermakna dan permanen dalam diri peserta
berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah didik. Peserta didik dibiasakan memperoleh
pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu pengetahuan melalui proses inquiry.
meningkatkan kemampuan peserta didik sesuai Model IBL terdiri dari lima fase [25]. Pertama,
dengan standar kompetensi yangditentukan. fase orientation berfokus pada memancing minat dan
Model pembelajaran yang tepat akan membuat rasa ingin tahu peserta didik terkait dengan masalah
proses pembelajaran lebih efektif. Kebutuhan peserta yang dihadapi. Topik belajar diperkenalkan berdasar-
didik perlu dipertimbangkan dalam memilih model kan lingkungan sekitar. Kedua, fase conceptualiza-
pembelajaran. Model pembelajaran memiliki fungsi tion yaitu proses memahami konsep-konsep dari
yang sangat penting untuk mencapai tujuan permasalahan sehingga menghasilkan pertanyaan
pembelajaran dan efektivitas suatu proses penelitian atau hipotesis yang akan ditelitiyang
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dihasilkan berdasarkan pertanyaan. Ketiga, fase
sesuai dengan pembelajaran Fisika abad ke-21 adalah investigation merupakan fase penyelidikan untuk
model IBL. menemukan solusi dari permasalahan. Keempat, fase
Inquiry is the process of defining and conclusion merupakan fase kesimpulan akhir tentang
investigating problems, formulating hypotheses, temuan dari pembelajaran berbasis inquiry, menang-
designing experiments, gathering data, and drawing gapi pertanyaan penelitian atau hipotesis. Kelima,
conculations about problems[21]. Inkuiri juga dapat fase discussion terdiri sub-fase communication dan
dikatakan sebagai aktivitas beraneka ragam yang reflection. Reflection sering lebih terfokus pada
meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa proses pembelajaran berbasis inquiry dan commu-
buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat nication terfokus pada hasil yang telah didapatkan
oleh peserta didik.
Kelima fase dari model IBL berlangsung secara
paralel satu sama lain yang saling berhubungan.
Terdapat beberapa fase yang berjalan beriringan
seperti pada fase komunikasi yang dapat berlangsung
selama proses pembelajaran. Model IBL memiliki
kerangka konseptual seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 1.

3
dibandingkan pembelajaran di kelas yang lebih
tradisional. Pembelajaran dengan model tersebut
dalam waktu yang cukup lama, menunjukkan hasil
belajar dan berbagai keterampilan abad ke-21 dari
peserta didik secara signifikan berbeda dengan kelas
yang menggunakan metode tradisional[30].
Penggunaan model dalam pembelajaran
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
penggunaan model IBL dikemukakan Ramnarain [29].
Pertama, dapat memancing minat peserta didik dalam
pembelajaran sains. Kedua, dapat meningkatkan
pemahaman konsep peserta didik. Ketiga, mengarah
pada pemahaman tentang sifat pengetahuan ilmiah.
Keempat, memfasilitasi kolaborasi antara peserta
didik. Kelima, membantu mengembangkan
keterampilan eksperimen peserta didik. Hal ini
Gambar 1. Tahapan Model IBL [25] memperlihatkan bahwa penggunaan model IBL
sangat sesuai dengan Kurikulum 2013 yaitu
Penggunaan model IBL dalam pembelajaran melibatkan partisipasi aktif peserta didik dalam
dapat mengembangkan semua aspek dalam diri pembelajaran dan dapat meningkatkan kompetensi
peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
peserta didik di kelas yang menggunakan model Penggunaan model IBL juga memiliki
inquiry based learning memperoleh pengetahuan dan kekurangan. Pertama, mengandalkan suatu kesiapan
keterampilan yang lebih baik daripada di kelas berpikir, peserta didik yang mempunyai kemampuan
pembelajaran didaktik[26]. Selain itu,penelitian berpikir tinggi bisa memonopoli model pembelajaran
lainnya memperlihatkan bahwa model IBL ini. Peserta didik yang kemampuan berpikirnya
berpengaruh terhadap pemahaman, pengembangan lambat akan kebingungan dalam berpikir secara luas
pengetahuan terhadap sebuah topik, keterampilan membuat abstraksi, menemukan hubungan antara
proses ilmiah, sikap terhadap pembelajaran sains, konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, atau
motivasi dalam belajar, dan keterampilan komunikasi menyusun apa yang telah mereka peroleh secara
peserta didik[24]. Penelitian lainnya juga menyatakan tertulis atau lisan. Kedua, harapan-harapan dalam
bahwa model IBLmampu meningkatkan pemahaman, model pembelajaran ini dapat terganggu oleh peserta
keterampilan proses, dan sikap peserta didik dalam didik dan guru-guru yang telah terbiasa dengan
pembelajaran[27]. Pembelajaran dengan model IBL pembelajaran tradisional. Ketiga, untuk menguji
juga dapat mendorong rasa ingin tahu dan motivasi kebenaran hipotesis dibutuhkan sarana dan prasarana
peserta didik untuk belajar. Peserta didik yang yang mendukung di laboratorium.
awalnya tidak peduli mengenai pengetahuan yang Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian
diperolehnya bersumber dari mana akan menjadi ini bertujuan untuk menganalisis penelitian yang
lebih aktif untuk mencari tahunya. Hal ini karena IBL berkaitan dengan keefektifan pembelajaran dan
menghubungkan pembelajaran dengan fenomena bahan ajar yang menggunakan model IBL terhadap
dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak langsung, kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan
pembelajaran dengan model IBL dapat abad ke-21 peserta didik. Analisis ditinjau dari segi
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk materi pembelajaran, Bahan ajar atau media, jenis
bekerja di lingkungan yang kompleks terutama dalam penelitian, desain penelitian dan hasil penelitian.
teknologi yang semakin berubah[28] Seperti umumnya penelitian sejenis, meta-analisis ini
Terdapat 4 manfaat penggunaan model IBL[29]. diharapkan dapat bermanfaat dibidang pendidikan
Pertama, dapat memancing minat peserta didik dalam khususnya guru Fisika dalam memilih materi
pembelajaran sains. Kedua, dapat meningkatkan pembelajaran, bahan ajar yang digunakan dan
pemahaman konsep peserta didik. Ketiga, mengarah pengukuran kompetensi peserta didik yang tepat jika
pada pemahaman tentang sifat pengetahuan ilmiah. menerapkan model pembelajaran IBL di sekolah.
Keempat, memfasilitasi kolaborasi antara peserta
didik. Kelima, membantu mengembangkan
METODE PENELITIAN
keterampilan eksperimen peserta didik. Hal ini
memperlihatkan bahwa penggunaan model IBL ideal Penelitian ini menggunakan desain Meta-
untuk memenuhi keterampilan peserta didik abad ke- Analisis. Meta-analisis secara sederhana dapat
21. Hasil penelitian tentang pembelajaran berbasis diartikan sebagai analisis atas analisis. Sebagai
masalah menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut penelitian, meta-analisis merupakan kajian atas
memberikan keuntungan bagi peserta didik untuk sejumlah hasil penelitian dalam masalah yang
belajar secara faktual sejenis. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
Human Instrument. Setelah fokus penelitian menjadi ditemukan sebelumnya. Teknik pengumpulan data akan
jelas, maka akan dikembangkan instrumen penelitian menggunakan teknik dokumentasi. Populasi dalam
sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data penelitian ini adalah semua dokumen tertulis mengenai
dan membandingkan kembali data yang telah penelitian yang menerapkan model pembelajaran IBL.

4
Dokumen tertulis tersebut berupa Tabel 1. Hasil Analisis Materi
10 artikel yang membahas tentang model IBL.
Sampel penelitian diambil menggunakan teknik Jumlah
No Materi Pembelajaran
Purposive Sampling. Hal ini dikarenakan data atau Artikel
informasi yang ingin diperoleh dari sampel 1 Optik Geometri 1
ditentukan berdasarkan kesesuaiannya dengan tema 2 Suhu dan Kalor 6
penelitian ini. Analisis data yang digunakan adalah 3 Dinamika Fluida 1
analisis data kuantitatif dengan persentase dan 4 Kinematika Partikel 1
analisis data kualitatif untuk data-data hasil kajian 5 Elastisitas dan Hukum Hooke 1
naratif terhadap penelitian-penelitian yang ditemui.
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa
dari 10 artikel yang menjadi sampel penelitian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN terdapat variasi materi pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran inkuiri. Materi
1. Hasil Penelitian pembelajaran yang digunakan yaitu materi optik
Penelitian-penelitian tentang pembelajaran geometri, suhu dan kalor, dinamika fluida,
berbasis model IBL yang didapatkan adalah kinematika partikel, elastisitas dan hukum Hooke.
sebanyak 10 artikel penelitian. Penelitian-penelitian Suhu dan kalor merupakan materi yang paling sering
itu diperoleh dari berbagai sumber, yaitu: artikel digunakan dalam penelitian IBL. Hal tersebut dapat
(hasil penelitian) dalam jurnal hasil penelitian dan dilihat lebih 50% materi yang digunakan adalah
laporan penelitian. Analisis artikel dilakukan materi suhu dan kalor.
berdasarakan materi pembelajaran, jenis penelitian,
bahan ajar dan hasil penelitian. b. Model IBL Berdasarkan Bahan Ajar dan Media
a. Model IBL Berdasarkan Materi Pembelajaran Pembelajaran
Keterkaian antara model pembelajaran yang Bahan ajar dan media pembelajaran berperan
digunakan dengan materi pembelajaran sangatlah penting dalam menunjang proses pembelajaran.
penting. Tidak semua model pembelajaran cocok Proses pembelajaran tergantung pada model yang
digunakan pada semua materi. Pemerintah dalam digunakan. Jadi, perlu adanya keterkaitan antara
kurikulum 2013 telah memberikan empat saran bahan ajar dan media yang digunakan dengan model
model pembelajaran yang sebaiknya digunakan. pembelajaran yang diterapkan dalam proses
Empat model pembelajaran tersebut yaitu model IBL, pembelajaran.
Problem Based Learning (PBL), discovery learning, Model pembelajaran IBL membantu peserta
dan Project Based Learning (PjBL). Hal tersebut didik untuk dapat menemukan masalah,
tentu menjadi pertimbangan dalam mengajar mengumpulkan, mengorganisasikan, dan memecah
sehingga didapatkan hasil yang maksimal dalam kan masalah. Bahan ajar dan media pembelajaran
proses pembelajaran. dapat menjadi penunjang tercapainya tujuan
Model pembelajaran inkuiri menuntut peserta pembelajaran yang beriringan dengan langkah-
didik untuk mampu kreatif, kolaboratif dan aktif langkah model IBL. Keterkaitan antara bahan ajar/
dalam proses pembelajaran[24]. Dalam hal ini guru media yang digunakan juga merupakan hal yang
berperan penting dalam mengemas pembelajaran perlu diperhatikan agar mendapatkan hasil yang
menjadi lebih menarik. Oleh sebab itu perlu maksimal dalam proses pembelajaran.
diketahui materi-materi yang telah diujikan Penelitian tentang bahan ajar dan media
menggunakan model pembelajaran IBL. pembelajaran yang menggunkaan model IBL telah
Model pembelajaran merupakan langkah- banyak dilakukan sebelumnya. Hasil meta-analisis 10
langkah sistematik yang berfungsi sebagai pedoman artikel tentang penerapan IBL dan bahan ajar/media
bagi guru dalam melaksankan proses pembelajaran yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
[20]
. Kecocokan antara model dengan materi menjadi Tabel 2. Hasil Analisis Bahan Ajar dan Media
faktor penting untuk mencapai tujuan pembelajaran Media Jumlah
yang maksimal. Oleh karena itu, perlu dianalisis No Bahan ajar
pembelajaran artikel
materi-materi yang telah digunakan pada model IBL Laboratorium
seperti pada Tabel 1. 1 - 2
Virtual
2 LKS - 4
Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan 6 dari 10
artikel menjelaskan media dan bahan ajar yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Media yang
sering digunakan dalam model pembelajarn IBL
adalah laboratorium virtual. Bahan ajar yang
digunakan dalam model IBL adalah LKS dan
laboratorium virtual.
tujuan penelitian. Sebuah penelitian tidak akan
c. Model IBL Berdasarkan Jenis dan Desain berjalan dengan baik jika tidak ada kesesuaian antara
Jenis dan desain penelitian dalam sebuah jenis dan desain penelitian dengan tujuan penelitian.
penelitian adalah jembatan penting untuk tercapainya Hasil penelitian juga tidak akan valid jika tidak
disertai dengan metode yang tepat.
5
Model IBL banyak digunakan dalam penelitian Hasil penelitian yang di informasikan dari 10
eksperimen dan penelitian pengembangan. Penelitian artikel yang dianalisis dapat dilihat dari 2 kategori.
tersebut seharusnya menggunakan jenis dan desain Penelitian eksperimen berupa kompetensi
penelitian yang tepat. Hasil meta-analisis model IBL pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penelitian
dengan jenis dan desain penelitian yang digunakan pengembangan berupa hasil validitas, praktikalitas
dapat dilihat seperti Tabel 3. dan efektivitas bahan ajar yang dikembangkan dapat
Tabel 3. Hasil Analisis Desain Penelitian dilihat pada Tabel 4.
Desain Jumlah
No Jenis Penelitian Tabel 4. Analisis Hasil Penelitian
Penelitian Artikel
Arti-
Non Indikator capaian Hasil Penelitian
kel
Equivalen Kompetensi Rata-Rata post-test
t Control 3 1 pengetahuan 82,48
Quasi Group Rata-Rata Skor
1 Eksperimen Design.
pos-test
One Group Keterampilan proses
2 keterampilan
pre-test 4 sains
proses sains adalah
post- 72,5
test design. Skor kemenarikan
Studi
2 Analisis 1 3, 52 (menarik),
literatur Validitas,
kemudahan 3, 48
Reseacrh and 3 Praktikalitas dan
3 1 (bermanfaat),
Development efektivitas
82,14% siswa telah
Penelitian mencapai KKM
4 Tindakan Kelas 1
Rata-rata Post-test
(PTK)
kemampuan
Kemampuan
berpikir kritis 75,63
Berdasarakan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa 4 berpikir kritis
, rata-rata post-test
jenis penelitian untuk penelitian model IBL cukup dan hasil belajar
hasil belajar siswa
bervariasi. Jenis penelitian yang digunakan seperti 75,46.
penelitian eksperimen, penelitian pengembangan dan Hasil post-test
PTK. Desain penelitian yang digunakan Non 5 Hasil belajar 75,28
Equivalent Control Group Design, One Group pre- Keefektifan
test post-test design. Dan studi literatur. 6 Observasi 86,3%
Jenis penelitian yang dominan adalah Hasil belajar peserta Rata-rata hasil
penelitian eksperimen dengan desain penelitian Non 7 didik belajar 80,64
Equivalent Control Group Design, One Group pre- Kemampuan
test post-test design. Desain penelitian ini hanya 8 berpikir formal % N-gain 63,61
berlaku pada penelitian eksperimen. Penerapan siswa
model IBL dan melihat keterkaitan model IBL Rata-rata hasil
dengan faktor lainnya membutuhkan jenis penelitian 9 Hasil belajar belajar 77
eksperimen, sedangkan untuk pengembangan/ Kemampuan
pembuatan bahan ajar berbasis model IBL 10 Hasil belajar klasikal meningkat
menggunakan jenis penelitian pengembangan. 86%
d. Hasil Penelitian dengan Model IBL Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa
Model pembelajaran yang digunakan sangat banyak aspek yang dapat dibahas dalam penelitian
mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Model model IBL. Hasil penelitian yang ada dari dari 10
dijadikan pedoman oleh guru dalam proses sampel artikel adalah berupa hasil belajar,
pembelajaran. Oleh sebab itu, jika yang dipedomani kemampuan berpikir formal, kemampuan berpikir
tidak benar dapat menyebabkan hasil belajar yang kritis, keterampilan proses sains dan hasil validitas,
tidak baik pula. praktikalitas serta efektivitas dari produk yang
dikembangkan. Setiap aspek yang diteliti memilki
roses pengolahan data secara kuantitatif dan
penjelasan makna secara kualitatif.
2. Pembahasan
Hasil meta-analisis yang dilihat dari segi
kecocokan materi dengan model menunjukkan
beberapa materi cocok menggunakan model IBL.
Salah satunya yaitu materi suhu dan kalor yang kaya dengan kata-katanya sendiri dan mampu memberi
akan percobaan. Percobaan yang dilakukan seperti contoh[31].Hal tersebut cocok dengan model IBL yang
pada sub perpindahan kalor, asas Black, peristiwa membantu peserta didik untuk dapat aktif, kolaboratif
perubahan wujud zat dan lain-lain. Pada tingkat dan kreatif dalam pembelajaran.
pemahaman, siswa mampu menyatakan masalah Pada umumnya model IBL sangat membantu
6
proses pembelajaran yang berbasis praktikum. fase pada model IBL menuntun peserta didik untuk
Langkah-langkah dalam model IBL mengarahkan menemukan dan melakukan penyelidikan sehingga
peserta didik untuk dapat menemukan sendiri dan proses pembelajaran menjadi lebih bemakna [24]. Rata-
melakukan penyelidikan. Oleh sebab itu materi- rata post-test peserta didik meningkat dan persentasi
materi yang cocok menggunakan model IBL adalah kemampuan secara klasikal juga meningkat. Hal ini
materi yang memiliki sub topik untuk melakukan sejalan dengan penelitian sebelumnya [24,26,27,30]. Oleh
eksperimen dan akan sangat membantu untuk karena itu model IBL disimpulkan dapat
meningkatkan keterampilan peserta didik. meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam
Bahan ajar merupakan salah satu perangkat memahami konsep Fisika maupun konsep IPA.
pembelajaran yang dapat menunjang keberhasilan Pengembangan bahan ajar berbasis model IBL
dalam proses pembelajaran. Bahan ajar juga berperan masih minim dalam penelitian pendidikan. Meta-
dalam membantu guru menyajikan materi serta analisis ini memperlihatkan bahwa dari 10 sampel
mengarahkan peserta didik dalam mencapai tujuan artikel hanya terdapat satu artikel pengembangan
pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan LKS berbasis model IBL. Oleh sebab itu untuk
yang digunakan untuk membantu guru/instruktur peneliti kedepannya diharapkan dapat lebih banyak
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar [32]. mengembangkan bahan ajar maupun perangkat
Salah satu bahan ajar yang disarankan oleh pembelajaran berbasis model IBL.
kurikulum 2013 adalah lembar kerja siswa (LKS).
LKS dan laboratorium virtual memiliki tujuan
yang sama dalam proses pembelajaran. Tujuannya KESIMPULAN
antara lain membantu tercapainya kompetensi Berdasarkan hasil meta-analisis pada penelitian
pengetahuan sikap dan keterampilan peserta didik. ini disimpulkan bahwa berbagai penelitian mengenai
Hal ini sejalan denga model pembelajaran inkuiri model IBL meningkatkan hasil belajar peserta didik.
yang dapat membantu peserta didik mencapai Media dan bahan ajar yang digunakan untuk
kompetensi keterampilan. Kompetensi keterampilan menunjang terlaksananya model IBL yang sering
dicapai dengan melakukan praktikum nyata maupun digunakan adalah virtual laboratorium dan Lembar
tidak nyata. Setelah melakukan praktikum peserta kerja siswa. Materi yang dominan digunakan dalam
didik dapat memahami konsep-konsep yang baik penelitian model IBL adalah materi yang
sehingga dapat menunjang kompetensi pengetahuan membutuhkan eksperimen dalam penemuan konsep
peserta didik. LKS dapat berfungsi sebagai seperti suhu dan kalor. Sebagian besar penelitian
penguatan, juga sebagai pengayaan dan dasar yang dilakukan adalah penelitian eksperimen,
pemberian umpan balik kepada peserta didik. LKS beberapa penelitian pengembangan dan penelitian
berfungsi sebagai alat untuk memberi pengayaan tindakan kelas. Oleh sebab itu model IBL sangat
terhadap hasil belajar, karena pekerjaan yang dibuat bagus digunakan jika media dan bahan ajar LKS
dapat memperluas dan memperkaya materi yang digunakan adalah virtual laboratorium dan
pembelajaran yang dipelajari[33]. Pelaksanaan menggunakan jenis penelitian yang sesuai dengan
praktikum yang dibantu oleh media dan bahan ajar tujuan penelitian.
tentunya juga dapat mengarahkan sikap peserta didik
kepada sikap ilmiah.
Sebagian besar dari penelitian pendidikan yang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan cenderung melihat hasil belajar peserta
didik atau tingkat ketercapaian kompetensi [1] Depdiknas. (2003). Undang-Undang Nomor 20
pembelajaran. Empat dari sepuluh artikel yang dipilih Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
secara acak mengemukakan variabel penelitian Nasional. Jakarta: Depdiknas
berupa hasil belajar peserta didik. Enam artikel [2] Nicols, Jennifer. (2013).4 Essential Rules Of
lainnya merupakan variasi dari variabel-variabel 21th Century Learning
penelitian yang lain. [3] Asrizal, Ali Amran, Ananda dan Festiyed.
Penerapan model IBL dapat meningkatkan (2018). Effectiveness of Adaptive Contextual
hasil belajar peserta didik. Hal tersebut karena fase- Learning Model ofIntegrated Science by
Integrating Digital Age Literacy onGrade VIII
Students. IOP Confern. Series. 335
[4] Pribadi, Beni. A. (2009). Model Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
[5] Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
[6] Kemendikbud. (2013). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A
Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.
Jakarta: Kemendikbud.
[7] Sagala, Syaiful. (2011).Konsep dan Makna Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 Bagian C
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta PMP FIS-Minat SMA. Jakarta: Kemendikbud.
[8] Suparno. (2007). Filsafat Penelitian Kuantitatif [10] Yulkifli, Melia Vivi Ningrum, Widyaningrum
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Idrasari. (2019). The Validity of Student
[9] (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Worksheet Using Inquiry-Based Learning Model
7
with Science Process Skill Approach for ADDIE Model. International Journal of
Physics Learning of High School. JPPPF. 5 (2). Applied Research 1(3)
155 [22] Michaela Kostelníková & Miroslava
[11] Griffin, P., McGaw, B. and Care, E. (eds). Ožvoldová. (2013). Inquiry in Physics Classes
(2012). Assessment and Teaching of 21st by means of Remote Experiments. 2nd Cyprus
Century Skills. Dordrecht, NL, Springer. International Conference on Educational
[12] Mendikbud. (2017). Pembenahan Pendidikan Research. 89. 133–138
Nasional. Diakses pada : https://www. Kemdik [23] Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem
bud.go.id/main/blog/2017/07/mendikbud-ppk- Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
pimntu-masuk-pembenahan-pendidikan- Bandung: Refika Aditama.
nasional [24] Bayram, Zeki, dkk. (2013). Effect of Inquiry
[13]Zubaidah, Siti. (2016). Keterampilan Abad Ke- Based Learning Method on student’s
21: Keterampilan yang diajarkan melalui motivation. Procedia-Social and behavioral
pembelajaran. Seminar Nasional Pendidikan science, 106 (2013): 988-996.
Kalimantan Barat [25] Pedaste, Margus, dkk. (2015). Phases of Inquiry
[14] Fadlillah, Muhammad. (2014). Implementasi Based Learning: Definition an the Inquiry
Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, Cycle. Educational reseach Review, 14: 47-61
SMP/MTS, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz [26] Thaiposri, Patamaporn dan Wannapiroon,
Media. Panita (2015). Enhancing Students Critical
[15] Kemendikbud. (2013). Peraturan Menteri Thinking Skills Through Teaching and Learning
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun by Inquiry-Based Learning Activities Using
2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Social Network and Cloud Computing.
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/ Procedia-Social and Behavioral Science. 174,
Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Kemendikbud. 2137-2144.
[16] Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri [27] Simsek, Pinar dan Kabapinar, Filiz (2010). The
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun effect of Inquiry based learning on elementary
2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan student’s conceptual understanding of mater,
Menengah. Jakarta: Kemendikbud scientific procces skills and science attitudes.
[17]Asrizal, Arnel Hendri, Hidayato, Festiyed. Procedia-Social and Behavioral Science. 2,
(2018). Penerapan Model Pembelajaran 1190-1194.
Penemuan Mengintegrasikan Laboratorium [28] Suarez, Angel; Specht, Marcus; Prinsen, Fleur;
Virtual dan Hots untuk Meningkatkan Hasil Kalz, Marco; dan Ternier, Stefaan. (2018). A
Pembelajaran Siswa SMA Kelas XI. Prosiding Review of the Types Of Mobile Activities in
Seminar Nasional Hibah Program Penugasan Mobile Inquiry-Based Learning. Computers &
Dosen ke Sekolah (PDS) Education. 118, 38–55.
[18] Tri Septiani, Zulhendri kamus, Asrizal. (2018). [29] Ramnarain, Umesh Dewnarain. (2014).
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Teachers perceptions of inquiry-based learning
Adaptif Pada Tema Kesehatan Pencernaan in urban, suburban, township and rural high
Terhadap Kompetensi IPA Siswa Kelas VIII schools: The context-specificity of science
SMPN 8 Padang. Pillar of Physics Education. curriculum implementation in South Africa.
11 (1). 17-24 Teaching and Teacher Education 38. 65-75.
[19] Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran [30] Trilling, B. and Fadel, C. (2009). 21st Century
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Skills: Learning for Life in Our Times. San
Jakarta: Rajawali Pers Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley &
[20]Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Sons, Inc
Jakarta:Bumi Aksara [31] Syamsir Hidayat, Festiyed, Ahmad Fauzi.
[21] Leslie W. Trowbridge & Rodger Bybee. (1986). (2012). Pengaruh Pemberian Assessment Essay
Developing of E-content Package by Using Terhadap Pencapaian Kompetensi Siswa Dalam
Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan
Ekspositori dan Inkuiri di Kelas XI IA SMA N
1 Kecamatan Suliki Kabupaten Lima Puluh
Kota. JPPF. 1.1-14
[32] Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan
Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas.
[33] Sumiati. (2007). Metoda Pembelajaran.
Bandung : CV Wacana Prima

Anda mungkin juga menyukai