Anda di halaman 1dari 8

Pillar of Physics Education, Vol 12.

No 3, 2019, 473-480

ANALISIS SAJIAN BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X


SEMESTER 1 TERKAIT KOMPONEN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL)

Doni Zulfadli1) Desnita2) Festiyed2) Syafriani2)


1)
Alumni Program Studi Sarjana Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
donizulfadli21@gmail.com

ABSTRACT
One approach which is suitable for learning Physics is the contextual approach (CTL approach). To
implement CTL approaches the textbook used must be able to facilitate CTL approach. Currently there are many
textbooks in circulation with various writers. For this reason, it is necessary to find out whether the outstanding
textbooks have been able to facilitate CTL approaches in learning. The solution to this problem is to analyze the
extent to which textbooks facilitate the implementation of CTL approaches. This type of research is a descriptive
study with a qualitative approach. The population in this study are all senior high school physics class X
textbooks circulating in West Sumatra. The sampling technique used Purposive Sampling type. The sample in
this study was the four most textbooks used in West Sumatra Senior High School based on survey results. Data
collection techniques in this study is study of documentation. The instrument used for data collection was an
analysis sheet containing 7 CTL components. Then the instrument translated into 39 indicators. Each indicator
contains one instrument. Data in this study were analyzed using simple statistics. From the research results the
best book in facilitating CTL approach is Mediatama’s book with a percentage of 68.94% and the lowest score
meeting is the Tiga Serangkai’s book with a percentage of 62.07%. All Textbooks are suitable for use in physics
learning using the CTL approach.

Keywords : physics learning, contextual approach, Textbook


his is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction
in any medium, provided the original work is properly cited . ©2018 by author and Universitas Negeri Padang.

PENDAHULUAN perlu menjadi perhatian dari tuntutan pendidikan


menurut undang-undang tersebut. Salah satunya
Pendidikan memiliki peranan yang sangat
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, berarti
penting bagi pengembangan diri dan pola pikir
dalam dunia pendidikan harus dikelola dengan
manusia yang mewadahi manusia untuk membangun
perencanaan yang matang diperlukan suatu pedoman
kompetensi diri. Oleh karena itu pendidikan
yang menjadi acuan penyelenggaraan pendidikan
diharapkan mampu menciptakan sumberdaya
yang dapat mengarahkan semua elemen pedidikan
manusia yang memiliki kompetensi dan
pada pencapaian tujuan pendidikan. Maka diperlukan
keterampilan. Di era globalisasi sekarang ini
kurikulum sebagai acuan dalam mencapai tujuan
Indonesia sedang menghadapi berbagai macam
pendidikan.
tantangan di berbagai sektor, yang diantaranya
Indonesia telah beberapa kali melakukan
globalisasi di sektor budaya, etika, dan perdagangan
perubahan dalam kurikulum sejak tahun 1947 sampai
bebas. Pendidikan harus mampu menyokong
tahun 2013. Perubahan kurikulum harus dengan
pembangunan di masa depan dan mampu
pertimbangan yang jelas dan berlandaskan konsep
mengembangkan potensi peserta didik. Peserta didik
yang dapat mentransformasi kehidupan manusia agar
yang memiliki kompetensi adalah yang mampu
menjadi lebih berkualitas. Arus globalisasi dan
menghadapi dan memecahkan permasalahan
teknologi Informasi yang semakin berkembang
kehidupan yang akan dihadapinya di masa
membuat Indonesia perlu menyempurnakan
mendatang.
kurikulum yang ada untuk disesuaikan dengan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
perkembangan zaman. Perubahan kurikulum tersebut
sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa
dilakukan untuk mnghadapi tantangan zaman yang
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
terus berubah agar Indonesia tidak semakin tertinggal
mewujudkan suasana belajar dan proses
dari negara lain. Tahun 2006 Indonesia mulai
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
menerapkan kurikulum berbasis kompetensi yang
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
dikenal dengan KTSP. Tahun 2013 Indonesia
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
menetapkan kurikulum yang baru yaitu Kurikulum
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
2013 yang merupakan pengembangan dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
penyempurnaan dari KTSP.
bangsa dan negara[12]. Terdapat beberapa hal yang

473
Kebijakan pelaksanaan Kurikulum 2013 ini komponen. Komponen-komponen ini akan sangat
berdampak pada banyak aspek pendidikan di esensial dalam penerapan pendekatan kontekstual
Indonesia. Salah satunya dalam penyusunan standar (CTL) dalam pembelajaran. Ketujuh komponen CTL
nasional pendidikan yang menjadi standar minimal tersebut yaitu: 1) Konstruktivisme; 2) Inkuiri; 3)
pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Standar Bertanya; 4) Masyarakat Belajar; 5) Pemodelan; 6)
Nasional Pendidikan meliputi : a) Standar Isi; b) Refleksi; dan 7) Penilaian Autentik.
Standar Proses; c) Standar Kompetensi; d) Standar Pendekatan kontekstual dikenal juga dengan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan; e) Standar pendekatan CTL membantu peserta didik untuk
Sarana dan Prasarana; f) Standar Pengelolaan; g) menghubungkan materi yang mereka pelajari dengan
Standar Pembiayaan; dan h) Standar Penilaian fakta kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
Pendidikan[6].Penetapan standar nasional pendidikan kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
tersebut bertujuan agar dapat meningkatkan kualitas adalah pembelajaran yang dapat membantu guru
pendidikan. untuk menuntun peserta didik mengaitkan materi
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pelajaran yang mereka pelajari dengan keadaan fakta
Standar Proses memiliki peran yang sangat penting yang terjadi dan mendorong peserta didik untuk
karena berkaitan langsung dengan proses mengaitkan antara pengetahuan yang dipelajari
pembelajaran disekolah. Dalam Permendikbud dikelas dengan penerapannya dalam kehidupan
Nomor 22 proses pembelajaran diamanatkan untuk mereka peserta didik[2]. Dengan pembelajaran
menerapkan model-model yang dapat merubah berbasis pendekatan kontekstual akan melibatkan
prinsip pembelajaran dari peserta didik diberi tahu siswa memahami pengetahuan yang sedang mereka
menjadi peserta didik mencari tahu[7]. Pembelajaran pelajari dengan cara menghubungkan kehidupan
juga diperkuat dengan menggunakan pendekatan mereka.
dalam pembelajaran, seperti pendekatan ilmiah Pendekatan kontekstual menuntun siswa
(scientific approach), tematik terpadu, dan tematik. agar mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri
Salah satu pendekatan lain yang sesuai dengan dengan mengaitkan materi pelajaran tersebut dengan
tuntutan ini yaitu pendekatan kontekstual. Semua kehidupan mereka sehari-hari. Penelitian Zulherman
pendekatan pembelajaran ini dapat membantu guru dalam jurnal Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-
agar lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran agar Journal) SNF2015 menyatakan bahwa dengan modul
proses pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna. pembelajaran yang berbasis kontekstual dapat
Untuk menghadapi tantangan-tantangan membantu siswa mengaitkan pengetahuan yang
perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi diperoleh siswa dengan kehidupan nyata dan modul
maka peserta didik dalam pembelajaran harus dilatih fisika berbasis CTL yang dibuat terkait materi Fluida
berfikir untuk memecahkan masalah-masalah pada Dinamis memenuhi syarat dan bisa digunakan
materi pelajaran dan kemudian mengaitkannya sebagai bahan ajar fisika SMA kelas XI IPA serta
dengan kehidupan mereka sehari-hari. Mata pelajaran meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik [13].
fisika merupakan pelajaran yang mempelajari tentang Jadi pendekatan kontekstual dapat diintegrasikan
gejala alam lengkap dengan segala keteraturannya. kedalam sumber belajar untuk memfasilitasi
Pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran terlaksananya pendekatan kontekstual dalam
yang berperan penting dalam perkembangan dan pembelajaran.
kemajuan dibidang teknologi. Karakteristik Untuk mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran fisika yang berupa miniatur penelitian pembelajaran maka dibutuhkan sumber belajar. Salah
akan sangat cocok dikolaborasikan dengan model satu sumber belajar yang memiliki peran penting
dan pendekatan pembelajaran yang banyak dalam proses pembelajaran adalah buku ajar atau
melibatkan keaktifan siswa. Pada dasarnya juga disebut buku ajar. Sitepu menyatakan buku ajar
pembelajaran Fisika dalam pelaksanaannya harus berfungsi sebagai media informasi dan sumber
menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan belajar yang dapat berbentuk cetakan maupun
tertentu. Materi pelajaran fisika kelas X semester 1 elektronik. Adapun buku ajar dalam bentuk cetak
memuat materi pelajaran yang berhubungan dengan dapat membantu peserta didik dalam proses belajar
kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran yang terdapat secara langsung dan memudahkan guru untuk
pada fisika kelas X semester 1 yaitu mengenai menyampaikan materi kepada peserta didik. Dengan
Hakikat Ilmu Fisika, Besaran dan Pengukuran, menggunakan buku ajar, peserta didik dapat
Vektor, Gerak Lurus, Gerak Parabola, dan Gerak mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran
Melingkar. Semua materi tersebut sangat banyak sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung
ditemukan penerapannya dalam kehidupan sehari- peserta didik dapat lebih berpartisipasi di dalam
hari sehingga pendekatan kontekstual akan lebih kelas.
cocok diterapkan pada materi-materi tersebut. Pandu menyatakan bahwa dengan adanya
Dalam Pembelajaran Contextual Teaching buku ajar pelajaran maka guru dan siswa akan
and Learning (CTL) jika dianggap sebagai suatu terbantu dalam memperlancar proses belajar
pendekatan dalam pembelajaran memiliki 7 mengajar[5]. Buku ajar juga tidak dapat dipisahkan

474
dengan pelajaran Fisika di SMA, baik dengan disekolah saat ini dalam memfasilitasi pendekatan
pembelajaran secara konvensional maupun kontekstual.
pembelajaran yang dilakukan dengan model Adapun yang menjadi populasi dalam
pembelajaran inovatif. Dengan adanya tuntutan penelitian ini adalah seluruh buku ajar Fisika SMA
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar kelas X yang digunakan di Indonesia dan beredar di
proses pendidikan dimana pembelajaran harus Sumatera Barat. Sampel dipilih dengan
menerapkan pendekatan-pendekatan ilmiah menggunakan teknik Nonprobabilility Sampling
didalamnya maka hal ini akan memiliki konsekuensi dengan jenis Sampling Purposive. Sampel diambil
terhadap sumber belajar yang dipakai dalam dengan pertimbangan tertentu tanpa mengubah tujuan
pembelajaran. Sumber belajar yang dipakai harus penelitian. Buku yang dianalisis adalah empat buku
dapat memfasilitasi terlaksananya pendekatan- ajar paling banyak digunakan disekolah berdasarkan
pendekatan ilmiah tersebut dalam pembelajaran. hasil observasi. Maka buku ajar yang menjadi sampel
Dalam pembelajaran Fisika yang menggunakan penelitian yaitu: 1) Buku Fisika terbitan Erlangga
pendekatan kontekstual didalamnya juga harus tahun 2016 yang ditulis oleh Marthen Kanginan
didukung oleh sumber belajar buku ajar yang (MK-EL); 2) Buku Fisika terbitan PT Tiga Serangkai
memfasilitasi terlaksananya pendekatan kontekstual. tahun 2016 yang ditulis oleh Muhammad Farchani
Penelitian terdahulu mengenai kesesuaian Rosyid, dkk. (MF-TS) 3) Buku Fisika terbitan
buku ajar yang telah dilakukan oleh Junaydi Mediatama tahun 2016 yang ditulis oleh Aris
mengintegrasikan model pembelajaran kedalam buku Prasetyo, dkk. (AR-MT), dan d) Buku Fisika terbitan
ajar. Hasil penelitian didapatkan bahwa dalam model Yrama Widya tahun 2016 yang ditulis oleh Sunardi,
pembelajaran berbasis masalah menggunakan buku dkk. (SN-YW).
ajar yang memuat nilai-nilai kecerdasan intelektual Penelitian ini dilakukan meliputi tiga
memberikan perbedaan yang signifikan pada tahapan dalam pelaksanaannya. Pertama peneliti
kompetensi yang dimiliki peserta didik[3]. melakukan tahap persiapan dengan melakukan
Karena banyaknya buku ajar Fisika yang beberapa kegiatan seperti menyiapkan rancangan
sudah beredar oleh banyak penerbit, maka perlu penelitian, menentukan subjek dan objek penelitian
dikaji apakah buku-buku tersebut sudah berupa buku ajar yang akan dianalisis, menyusun
memfasilitasi keterlaksanaan pendekatan kontekstual draft instrumen penelitian, melakukan uji validitas
dalam pembelajaran. Buku yang dianalisis yaitu instrumen, menganalisis uji validitas instrumen dan
empat buku ajar terbanyak yang dipakai di Sekolah melakukan perbaikan instrumen. Tahap kedua
yang dijadikan sampel dalam penelitian yang peneliti melakukan analisis terhadap keempat buku
dianalisis dari aspek sajian materinya yang berkaitan ajar terkait komponen CTL menggunakan instrumen
dengan komponen CTL. Oleh karena itudilakukan analisis yang sudah divalidasi. Ketiga tahap analisis
sebuah analisis sajian buku ajar terkait dengan data hasil yang didapatkan dan merumuskan
komponen kontekstual untuk mendapatkan buku ajar kesimpulan.
yang relevan dan dapat memfasilitasi terlaksananya Menurut Sugiyono instrumen merupakan
pendekatan kontekstual (CTL) dalam pembelajaran. komponen penelitian untuk mengukur variabel dari
Solusi dari masalah ini adalah melakukan objek yang diteliti[9]. Instrumen yang digunakan pada
penelitian deskriptif dengan judul penelitian yang penilitian ini berupa instrumen analisis yang
dilakukan adalah analisis sajian buku ajar Fisika dikembangkan berdasarkan komponen CTL.
SMA kelas X Semester 1 terkait komponen Instrumen analisis tersebut dipakai untuk menilai
Contextual Teaching and Learning (CTL). Tujuan seluruh materi pokok Fisika kelas X Semester 1
penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah sajian terkait komponen CTL. Instrumen yang digunakan
buku ajar Fisika SMA Kelas X Semester 1 yang dalam penelitian ini berupa lembar analisis sajian
banyak digunakan saat ini sudah memfasilitasi buku ajar terkait komponen pendekatan CTL.
keterlaksanaan pendekatan CTL dalam pembelajaran. Instrumen ini berisi 7 komponen CTL yang
kemudian dijabarkan menjadi 39 indikator. Setiap
METODE PENELITIAN
indikator diwakili oleh satu butir instrument. Butir
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian instrument berisi pernyataan butir-butir yang
ini adalah penelitian deskriptif dan pendekatan yang dikembangkan dari definisi-definisi pada pendekatan
digunakan adalah pendekatan kualitatif. Yang CTL. Pada instrumen buku ajar diberi skor 1 jika
dimaksud penelitian deskriptif tersebut adalah jenis pada buku ajar memuat butir CTL dan skor 0 jika
penelitian yang paling dasar. Penelitian ini ditujukan tidak ada. Untuk menguji kevalidannya, instrumen
untuk memaparkan atau menggambarkan fenomena- tersebut sebelum digunakan divalidasi dulu kepada
fenomena, baik fenomena yang bersifat alamiah ahli.
ataupun rekayasan manusia seperti apa adanya[11]. Penilaian validitas instrumen dilakukan oleh
Penelitian ini menghasilkan output berupa deskripsi ahli menggunakan lembar validitas instrumen.
sejauh mana buku ajar yang banyak digunakan Penilaian Lembar validitas ini menggunakan daftar
centang atau check-list dengan skala 1 sampai 4.

475
Hasil penilaian validator terhadap masing masing adalah suatu teknik penelitian untuk membuat
pernyataan pada angket dianalisis dengan kesimpulan yang valid dari teks[4]. Teknik
menggunakaan formula Kappa Cohen (pers. 1). Pada pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini
akhir pengolahan diperoleh nilai moment kappa (k). dengan cara :
[1]
. 1. Menjumlahkan kemunculan komponen CTL pada
setiap buku ajar yang dianalisis.
2. Menghitung persentase sajian buku ajar fisika
Moment kappa (k) = (1)
SMA kelas X semester 1 yang dapat
memfasilitasi komponen CTL pada setiap buku
ajar yang dianalisis dengan rumus :
Keterangan :
k : Moment kappa yang menunjukkan
validitas intrumen.
× 100% (2)
Po : Proporsi yang terealisasi, dihitung dengan
cara jumlah nilai yang diberi oleh validator 3. Menentukan rata-rata persentase proporsi masing-
dibagi jumlah nilai maaksimal. masing kategori CTL dari seluruh buku yang
Pe : Proporsi yang tidak terealisasi, dihitung dianalisis.
dengan cara jumlah nilai maksimal 4. Menentukan kriteria sajian buku ajar fisika SMA
dikurangi dengan jumlah nilai total yang kelas X semester 1 yang dapat memfasilitasi CTL
diberi validator dibagi jumlah nilai dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. [8]
maksimal Tabel 2. Kriteria sajian buku ajar yang dapat
memfasilitasi latihan CTL
Validasi instrumen analisis buku ajar fisika SMA
Kriteria
kelas X semester 1 terkait memfasilitasi Kategori
keterlaksanaan pendekatan contextual teaching and Persentase
learning divalidasi oleh ahli. Hasil validasi dapat
81 – 100 Sangat memfasilitasi
dilihat pada Tabel 1 berikut.
61- 80 Memfasilitasi
Tabel 1. Hasil Validasi Instrumen
Validator Skor Kategori 41 – 60 Cukup memfasilitasi
Silvia 1 21 – 40 Kurang memfasilitasi
Sangat Tinggi
Yulia Sari 0 – 20 Tidak memfasilitasi
Asrizal 0,87 Sangat Tinggi
5. Menarik kesimpulan
Yenni 0,85
Sangat tinggi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Darvina 1. Hasil Penelitian
a. Deskripsi Hasil Analisis Studi Pendahuluan
Teknik pengumpulan data merupakan cara Berdasarkan survey buku yang dianalisis
yang digunakan untuk memperoleh data atau yaitu empat buku ajar yang terbanyak digunakan
informasi penelitian. Teknik pengumpulan data disekolah. Keempat buku tersebut yaitu: 1) Buku
dalam penelitian ini yaitu melalui studi dokumentasi, yang diterbitkan oleh Erlangga yang ditulis Marthen
artinya informasi diperoleh dari berbagai macam Kanginan tahun 2016 dipakai di 16 sekolah; 2) Buku
sumber tertulis atau dari dokumen. Studi yang diterbitkan PT. Tiga Serangkai karangan
dokumentasi ini dilakukan dengan mengumpulkan Muhammad Farchani Rosyid, dkk Tahun 2016
dokumen dan data-data yang diperlukan dalam digunakan di 6 sekolah; 3) Buku yang diterbitkan
permasalahan penelitian lalu dianalisis secara oleh Mediatama yang ditulis Aris Prasetyo, dkk
mendalam. Adapun dokumen yang digunakan pada tahun 2016 digunakan di 5 sekolah; 3) Buku yang
penelitian ini berupa dokumen tertulis yaitu empat diterbitkan Yrama Widya yang ditulis oleh
buku ajar fisika SMA kelas X semester 1 yang Sunardi,dkk pada tahun 2016 digunakan di 4 sekolah.
terbanyak yang digunakan Sekolah di Sumatera
Barat. b. Hasil Analisis Sajian Buku Ajar Terkait
Teknik analisa data yang digunakan pada Komponen CTL
penelitian ini adalah teknik analisa isi (content Analisis buku ajar dilakukan terhadap buku
analysis) yaitu menganalisa isi (content) dari data ajar dengan menilai ketujuh komponen pendekatan
yang tertulis. Analisis isi ini adalah penelitian yang CTL yang termuat dalam buku ajar, ketujuh
dilakukan secara sistematis terhadap catatan-catatan komponen tersebut yaitu: konstruktivisme
atau dokumen sebagai sumber data. Menurut (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya
Mukhtar defenisi analisis isi (content analysis) (questioning), masyarakat belajar (learning

476
community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment). Analisis dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan buku ajar Fisika yang
banyak dipakai saat ini dalam memfasilitasi
terlaksananya pendekatan CTL dalam pembelajaran.
Materi dari buku ajar yang akan dianalis yaitu semua
materi pokok Fisika SMA kelas X semester 1
Kurikulum 2013, yaitu dari KD 3.1 sampai KD 3.6.
Materi pokok pada KD yang akan dianalisis dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Materi Pokok Fisika SMA kelas X Semester Gambar 1. Hasil Analisis sajian buku ajar terkait
1 komponen pendekatan CTL
KD MATERI POKOK Pada Gambar 1 dapat dilihat persentase skor
3.1 Hakikat Ilmu Fisika rata-rata kesesuaian komponen pendekatan CTL
dalam buku ajar untuk keempat buku ajar yang
3.2 Besaran dan Pengukuran dianalisis. Untuk buku MK-EL persentase skor
3.3 Vektor kemunculan indikator CTL sebesar 65,74% dengan
kategori “memfasilitasi”. Selanjutnya untuk buku
3.4 Gerak Lurus MF-TS memiliki persentase skor kemunculan
3.5 Gerak Parabola indikator CTL sebesar 62,07% dengan kategori
“memfasilitasi”. Kemudian untuk AR-MT memiliki
3.6 Gerak Melingkar persentase skor kemunculan indikator CTL sebesar
68,94% dengan kategori “memfasilitasi”. Buku SN-
YW memiliki persentase skor kemunculan indikator
Dari keenam KD Fisika SMA Kelas X
CTL 67,36% dengan kategori “memfasilitasi”
Semester 1 didapatkan hasil persentase skor rata-rata
pelaksanaan pendekatan CTL dalam pembelajaran.
analisis sajian buku ajar terkait komponen CTL. Dari
Begitupun untuk setiap materi yang ada juga
hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa
memiliki keunggulan komponen CTL yang bebrbeda
masing-masing buku memiliki kelebihan dan
juga disetiap materi pokoknya. Hasil analisis masing-
kelemahan yang berbeda-beda pada masing-masing
masing komponen CTL untuk keempat buku ajar
komponen. Hasil analisis ditunjukkan pada gambar 1.
yang dianalisis ditunjukkan pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Hasil analisis sajian buku ajar untuk masing-masing komponen CTL terhadap buku ajar
Pada gambar terlihat hasil analisis sajian dari Pada komponen konstruktivisme buku MK-
keempat buku ajar terkait komponen pendekata CTL. EL memiliki persentase skor rata-rata sebesar
Dengan keterangan masing-masing komponen: (1) 83,33% termasuk kedalam kategori “sangat
Konstruktivisme; (2) Inkuiri; (3) : pertanyaan (4) memfasilitasi”. Pada buku MF-TS memiliki skor
masyarakat belajar; (5) Pemodelan; (6) Refleksi; (7) komponen kontruktivisme sebesar 87,50% yang
Penilaian Autentik. Berikut ini dipaparkan hasil termasuk kedalam kategori “sangat memfasilitasi”.
analisis untuk setiap komponen CTL. Selanjutnya untuk buku AR-MT memiliki skor 75%

477
dengan kategori “memfasilitasi” dan terakhir untuk YW memiliki skor 45,83% dengan kategori “cukup
buku SN-YW memiliki skor 79,17% dengan kategori memfasilitasi”. Komponen pemodelan tertinggi dari
“memfasilitasi”. Komponen konstruktivisme keempat buku terdapat pada buku AR-MT.
tertinggi terdapat pada buku MF-TS. Terakhir pada komponen penilaian autentik
Selanjutnya persentase skor rata-rata memiliki persentase indikator penilaian autentik pada
indikator komponen inkuiri pada buku MK-EL yaitu buku MK-EL yaitu sebesar 40,48% termasuk
sebesar 64,29% termasuk kedalam kategori kedalam kategori “cukup memfasilitasi”. Pada buku
“memfasilitasi”. Pada buku MF-TS memiliki skor MF-TS memiliki skor Penilaian Autentik belajar
komponen inkuiri sebesar 54,76% yang termasuk sebesar 47,62% yang termasuk kedalam kategori
kedalam kategori “cukup memfasilitasi”. Selanjutnya “cukup memfasilitasi”. Selanjutnya untuk buku AR-
untuk buku AR-MT memiliki skor 59,52% dengan MT memiliki skor 64,29% dengan kategori
kategori “cukup memfasilitasi” dan terakhir untuk “memfasilitasi” dan terakhir untuk buku SN-YW
buku SN-YW memiliki skor 80,95% dengan kategori memiliki skor 71,43% dengan kategori
“sangat memfasilitasi”. Komponen Inkuiri tertinggi “memfasilitasi”. Komponen penilaian autentik
terdapat pada buku AR-MT dan SN-YW. tertinggi terdapat pada buku SN-YW
Pada komponen Bertanya memiliki Berdasarkan analisis setiap komponen CTL
persentase indikator komponen bertanya pada buku menunjukkan bahwa setia buku memiliki keunggulan
MK-EL yaitu sebesar 79,92% termasuk kedalam dan kelemahan yang berbeda.
kategori “memfasilitasi”. Pada buku MF-TS 2. Pembahasan
memiliki skor komponen kontruktivisme sebesar Penelitian yang analisis yanng telah
93,75% yang termasuk kedalam kategori “sangat dilakukan mengenai analisis sajian buku ajar Fisika
memfasilitasi”. Selanjutnya untuk buku AR-MT kelas X semester 1 terkait komponen pendekatan
memiliki skor 85,42% dengan kategori “sangat Contextual Teaching and Learning menunjukkan
memfasilitasi” dan terakhir untuk buku SN-YW bahwa dari analisis data yang dilakukan dari keempat
memiliki skor 62,50% dengan kategori buku ajar yang dianalisis telah memfasilitasi
“memfasilitasi”. Komponen bertanya tertinggi terlaksananya pendekatan kontekstual (CTL) dalam
terdapat pada buku MF-TS. pembelajaran.
Pada komponen masyarakat belajar Analisis data komponen konstruktivisme
persentase indikator komponen masyarakat pada dadapatkan bahwa penilaian konstruktivisme untuk
buku MK-EL yaitu sebesar 62,50% termasuk keempat buku sudah memfasilitasi terlaksananya
kedalam kategori “memfasilitasi”. Pada buku MF-TS komponen konstruktivisme dalam pembelajaran.
memiliki skor komponen masyarakat belajar sebesar Komponen konstruktivisme dapat diartikan sebagai
25% yang termasuk kedalam kategori “kurang proses mengkonstruksi atau membangun
memfasilitasi”. Selanjutnya untuk buku AR-MT pengetahuan yang akan dipelajari berdasarkan
memiliki skor 70,83% dengan kategori pengalaman yang nyata. Dalam konstruktivisme
“memfasilitasi” dan terakhir untuk buku SN-YW peserta didik harus mampu mengkonstruksi
memiliki skor 58,33% dengan kategori “cukup pengetahuan yang dipelajari dan mengaitkan dengan
memfasilitasi”. Komponen masyarakat belajar pengalaman mereka. Dari buku ajar yang dianalisis
tertinggi terdapat pada buku AR-MT. komponen konstruktivisme selalu muncul diawal
Selanjutnya hasil analisis untuk komponen materi pokok yang akan dipelajari. Komponen
Pemodelan menunjukkan persentase skor rata-rata konstruktivisme umumnya ditemukan pada awal Bab
indicator pemodelan pada buku MK-EL yaitu sebesar sebagai sarana untuk membangun pengetahuan awal
86,67% termasuk kedalam kategori “sangat pembaca. Persentase ketertemuan indikator
memfasilitasi”. Pada buku MF-TS memiliki skor konstruktivisme tertinggi terdapat pada buku MF-TS.
pemodelan belajar sebesar 80% yang termasuk Hasil analisis untuk komponen konstruktivisme buku
kedalam kategori “sangat memfasilitasi”. Selanjutnya MF-TS ditemukan seperti pada halaman 1, 27, 51,
untuk buku AR-MT memiliki skor 73,33% dengan 71, 97, 117 untuk butir membangun pengetahuan
kategori “memfasilitasi” dan terakhir untuk buku SN- awal. Hal ini dikarenakan setiap buku ajar memuat
YW memiliki skor 73,33% dengan kategori gambar dan pernyataan yang berhubungan dengan
“memfasilitasi”. Komponen pemodelan tertinggi kehidupan peserta didik sehingga akan membantu
terdapat pada buku MK-EL. peserta didik dalam membangun pengetahuan yang
Pada komponen refleksi memiliki persentase mereka pelajari.
indikator komponen refleksi pada buku MK-EL yaitu Selanjutnya untuk komponen inkuiri
sebesar 50% termasuk kedalam kategori “cukup menunjukkan bahwa komponen inkuiri ini banyak
memfasilitasi”. Pada buku MF-TS memiliki skor ditemukan pada kagiatan ataupun aktivitas ilmiah
pemodelan sebesar 45,83% yang termasuk kedalam yang terdapat pada buku ajar. Proses inkuiri dapat
kategori “cukup memfasilitasi”. Selanjutnya untuk diartikan sebagai proses pembelajaran yang identik
buku AR-MT memiliki skor 54,17% dengan kategori dengan proses pencarian dan penemuan yang
“cukup memfasilitasi” dan terakhir untuk buku SN- dilakukan peserta didik dengan menggunakan

478
kemampuan berpikir secara sistematis. Dalam seperti pada halaman 3 dan 36 untuk butir
pendekatan CTL pada komponen inkuiri siswa membentuk kelompok belajar. Tiga buku ajar lainnya
diarahkan untuk melakukan kegiatan pengamatan masih kurang memfasilitasi terlaksananya komponen
atau aktivitas ilmiah untuk menemukan konsep Masyarakat Belajar dalam proses pembelajaran.
materi yang dipelajari agar pengetahuan yang didapat Komponen Masyarakat belajar pada buku ajar
tidak mudah hilang dari ingatan peserta didik. Buku terdapat pada beberapa sajian dalam buku ajar seperti
SN-YW memuat komponen inkuiri seperti pada aktivitas diskusi dimana buku ajar mengarahkan
halaman 26, 54, 119, 140, dan 249 untuk butir Buku peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan
ajar mengajak pembaca mengamati atau melakukan. dengan cara berdiskusi baik dengan teman sebangku
Dari analisis komponen inkuiri ada butir yang jarang ataupun dengan berkelompok dengan teman sekelas.
ditemukan pada buku ajar yaitu Buku ajar mengajak Butir yang jarang muncul pada buku ajar yang
pembaca untuk belajar menggunakan kemampuan dianalisis pada umumnya yaitu Buku ajar digunakan
berpikir kritis, oleh karena itu untuk hal ini sebagai tuntunan belajar bersama di dalam kelompok.
dibutuhkan peran guru agar proses komponen inkuiri Pada komponen pemodelan menekankan
dapat terlaksana secara maksimal dalam bahwa dalam pembelajaran yang menggunakan
pembelajaran Fisika. pendekatan CTL memandang yang dapat dijadikan
Komponen ketiga yaitu komponen bertanya. model dalam proses pembelajaran tidak hanya guru.
Komponen bertanya memandang bahwa belajar pada Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa dari
hakekatnya adalah proses bertanya dan menjawab keempat buku ajar yang dianalisis umumnya sangat
pertanyaan. Bertanya bisa dikatakan sebagai rasa memfasilitasi terlaksananya komponen pemodelan
keingintahuan peserta didik dan menjawab dalam belajar. Komponen pemodelan muncul dalam
pertanyaan merupakan wujud kemampuan seseorang beberapa bentuk sajian buku ajar seperti buku ajar
dalam berpikir[9]. Dalam pembelajaran dengan memuat gambar yang kontekstual dengan kehidupan
pendekatan CTL guru sama sekali tidak disarankan peserta didik, sehingga dengan adanya gambar dalam
menyampaikan pengetahuan atau informasi begitu buku ajar maka peserta didik dapat langsung
saja, akan tetapi guru menstimulus siswa agar dapat menghubungkannya dengan materi yang mereka
menemukan atau mengkonstruksi sendiri pelajari tanpa harus melihat secara nyata objek yang
pengetahuannya. Dari buku ajar yang dianalisis sedang mereka pelajari. Buku MK-EL memiliki
secara umum sudah memfasilitasi terlaksananya persentase indikator komponen pemodelan tertinggi.
komponen bertanya dalam pembelajaran. buku MF- Hasil analisis untuk komponen pemodelan ditemukan
TS komponen bertanya ditemukan seperti pada seperti pada halaman 180 dan 185 pada materi suhu,
halaman 39 pada materi besaran dan pengukuran. kalor, dan perpindahan kalor yang terdapat pada fitur
Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan sebuah contoh soal. Semua buku ajar yang dianalisis juga
sajian dari buku ajar berupa kolom info fisika yang memuat bagan peta konsep yang membantu peserta
dapat memperluas pemahaman pembaca mengenai didik untuk memusatkan perhatian pada materi yang
materi yang sedang dipelajari. Peran guru dalam sedang mereka pelajari.
komponen bertanya disini sangat penting, sebab Analisis data untuk kompoenen refleksi
melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat menunjukkan bahwa untuk keempat buku ajar
membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk umumnya masih berkategori cukup memfasilitasi
menemukan dan mengkonstruksi sendiri setiap untuk komponen refleksi. Komponen refleksi
materi yang dipelajarinya. Dari hasil analisis data mengajak peserta didik sebagai pembaca buku ajar
menunjukkan bahwa pada buku MF-TS memuat untuk mengingat kembali tentang apa yang yang
hampir seluruh butir dari komponen bertanya, telah mereka pelajari. Dengan adanya proses refleksi
begitupun untuk tiga buku ajar lainnya komponen pengetahuan yang didapat peserta didik akan
yanhg dari hasil analisis data sudah memfasilitasi bertahan dalam struktur kognitif peserta didik yang
terlaksananya komponen bertanya dalam pada akhirnya akan menjadi pengetahuan yang
pembelajaran. bermakna bagi siswa[9]. Pada buku ajar komponen
Selanjutnya untuk komponen masyarakat refleksi terdapat pada fitur kolom refleksi yang
belajar. Proses pembelajaran merupakan proses kerja mengajak peserta didik untuk menulis pernyataan
sama antara peserta didik dengan peserta didik, ataupun menguraikan tentang materi yang telah
antara peserta didik dengan gurunya, dan antara dipelajari. Masing-masing buku ajar yang dianalisis
peserta didik dengan lingkungannya. Sehingga memuat komponen refleksi dengan butir pada
dengan masyarakat belajar inilah setiap orang bisa instrumen yang berbeda-beda. Salah satu butir dari
saling terlibat, saling membelajarkan dan bertukar instrumen yang jarang muncul pada buku ajar adalah
informasi serta bertukar pengalaman dalam telah dipelajari dari buku. Untuk mengantisipasi hal
pembelajaran. Pada komponen masyarakat belajar ini maka diperlukan peran guru untuk mengajak
menunjukkan bahwa pada buku AR-MT memiliki siswa merlakukan refleksi terhadap pengetahuan
komponen Masyarakat Belajar tertinggi. Untuk buku yang sudah mereka pelajari.
AR-MT komponen masyarakat belajar ditemukan

479
Terakhir analisis data untuk komponen 62,07%. Buku yang dianalisis sudah memfasilitai
penlaian autentik diapatkan bahwa komponen terlaksananya pendekatan CTL dalam pembelajaran
penilaian tertinggi diantara buku ajar yang dianalisis dan dapat digunakan dalam pembelajaran fisika yang
adalah buku SN-YW. Buku SN-YW memuat menggunakan pendekatan CTL.
komponen penilaian autentik ditemukan seperti pada DAFTAR PUSTAKA
halaman 42 pada materi Hakikat Ilmu Fisika. [1] Boslaugh, Sarah, and Paul Andrew Watters,
Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan 2008. Statistics In A Nutshell: A Desktop Quick
data yang bertujuan untuk mendeskripsikan Reference. Sebastopol, CA: O’Reilly Media.
mengenai apa saja perkembangan yang didapat [2] Darmansyah dan Regina A.D. 2017. Strategi
peserta didik selama pembelajaran. Dari hasil analisis Pembelajaran. Padang: Erka
penilaian autentik umumnya terdapat pada tes, tugas [3] Junaidy Syam, Asrizal, dan Zulhendri Kamus.
portofolio, ataupun fitur pengayaan. Hasil analisis 2017. Pengaruh Buku Ajar Bermuatan
data menunjukkan buku ajar yang dianalisis masih Kecerdasan Komprehensif Dalam Model
kurang memfasilitasai terlaksananya penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
autentik. Butir dari instrumen yang jarang muncul Kompetensi Fisika Peserta Didik Kelas X Sman
pada keempat buku ajar tersebut seperti Buku ajar 9 Padang. Pillar of Physics Education, Vol. 9.
mengajak pembaca untuk melakukan penilaian April 2017. Hal 73-80
pengetahuan. Oleh karena itu diperlukan peran [4] Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian
optimal dari guru untuk menilai perkembangan Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi.
peserta didik secara objektif. [5] Pandu, Jati Laksono dkk. 2016. Analisis Bahan
Dari keempat buku ajar yang dianalisis Ajar Kimia untuk SMA/MA Di Kabupaten
menunjukkan bahwa buku ajar yang dianalisis sudah Karanganyar pada Materi Kelarutan dan Hasil
memfasilitasi terlaksananya pendekatan kontekstual Kali Kelarutan Berdasarkan Kurikulum 2013.
dalam pembelajaran. Buku terbaik dalam Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Sains:390
memfasilitasi terlaksananya pendekatan CTL dalam [6] Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 Pasal
pembelajaran adalah buku yang diterbitkan AR-MT. 2 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dengan diterapkannya pendekatan kontekstual dalam [7] Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang
pembelajaran akan membantu guru dalam Standar Proses.Jakarta.Kemdikbud
melaksanakan amanat permendikbud untuk [8] Riduwan, 2009. Belajar Mudah Penelitian
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan untuk guru, karyawan, dan peneliti muda.
pendekatan ilmiah dalam pebelajaran. Pendekatan Bandung : Alfabeta
kontekstual (CTL) juga dapat membantu peserta [9] Sanjaya, Wina. 2016. Strategi Pembelajaran
didik untuk mendapatkan pengetahuan Fisika yang Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
bermakna yang dapat mereka pakai dalam kehidupan Jakarta: Pranadamedia Group.
nyata. [10] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,
KESIMPULAN Kualitatif dan R & D . Bandung: Alfabeta.
Setelah melakukan penelitian dan melakukan [11] Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode
analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa sajian Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
buku ajar Fisika SMA Kelas X Semester 1 sudah Rosdakarya Offset.
mampu memfasilitasi terlaksananya pendekatan [12] UU No 20 Tahun 2003.Tentang Sistem
CTL. Buku ajar yang terbaik dalam memfasilitasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Kemdikbud
terlaksananya pendekatan CTL adalah buku terbitan [13] Zulherman, Desnita, dan Erfan Handoko. 2015.
Mediatama dengan persentase indikator sebesar Pengembangan Modul Berbasis Contextual
68,94%. Kedua buku yang diterbitkan Yrama Widya Teaching and Learning untuk Fisika SMA Kelas
dengan persentase indikator sebesar 67,36%. Ketiga, XI Semeter II pada Materi Fluida Dinamis.
buku yang diterbitkan Erlangga dengan persentase Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal)
indikator sebesar 65,74%. Keempat buku yang SNF2015. Vol IV. p-ISSN: 2339-0654. e-ISSN:
memiliki persentase indikator terendah yaitu buku 2476-9398. Hal : 191
terbitan Tiga Serangkai dengan persentase sebesar

480

Anda mungkin juga menyukai