Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“KEADILAN HANYA MILIK ORANG-ORANG YANG BER-UANG”


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pancasila

Disusun Oleh:
Jerry Desember Putra C.
51418032

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
berkat dan rahmatNya Makalah Ilmiah yang berjudul “Keadilan hanya milik orang-orang
yang ber-uang “ ini dapat terselesaikan tepat waktu, walaupun terdapat banyak hambatan
yang penulis hadapi namun pada akhirnya berjalan sesuai dengan rencana-Nya.
Makalah Ilmiah ini diajukan guna memenuhi nilai tugas mata kuliah filsafat pancasila
Jurusan manajement di Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing serta pihak yang
telah membantu terselasaikannya penyusunan makalah ilmiah ini. Menyadari bahwa makalah
ilmiah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang mendukung guna penyempurnaan makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap makalah ilmiah dapat membawa manfaat bagi pembaca.
Terima kasih.

Penulis
ABSTRAK

KEADILAN HANYA MILIK ORANG-ORANG YANG BER-UANG

Oleh:

Jerry Desember Putra C.

Keadilan hanya bisa didapatkan oleh orang yang memiliki uang, disini menjelaskan
tentang bagaimana hukum bisa didapatkan oleh orang yang memiliki banyak uang dimana
mereka mendapatkan keadialan yang seadil-adilnya, karena mereka memiliki uang,
sedangkan rakyat miskin yang tidak memiliki uang tidak memiliki keadilan sama sekali,
sebegitu lucunya Negeri ini, hanya orang hebat yang bisa merasakan penjara seperti
apartemen, makan di penjara seperti makan direstoran, tidur pun nyenyak, bisa berkumpul
dengan keluarga, liburan ke negara asing tanpa adanya halangan apapun, ya memang Negeri
ini sangat ironis. Para koruptor dibela secara mati-matian sedangkan rakyat kecil ditindas
secara habis.

Kata Kunci: Keadilan, Uang, Rakyat kecil

BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian Keadilan Menurut Aristoteles

A. Keadilan Dalam Arti Umum


Keadilan sering diartikan sebagai ssuatu sikap dan karakter. Sikap dan karakter yang
membuat orang melakukan perbuatan dan berharap atas keadilan adalah keadilan, sedangkan
sikap dan karakter yang membuat orang bertindak dan berharap ketidakadilan adalah
ketidakadilan.
B. Keadilan Dalam Arti Khusus
Keadilan dalam arti khusus terkait dengan beberapa pengertian berikut ini,
yaitu:Sesuatu yang terwujud dalam pembagian penghargaan atau uang atau hal lainnya
kepada mereka yang memiliki bagian haknya
Keadilan ini adalah persamaan diantara anggota masyarakat dalam suatu tindakan
bersama-sama. Persamaan adalah suatu titik yang terletak diantara “yang lebih” dan “yang
kurang” (intermediate).
Dengan demikian keadilan bisa disamakan dengan nilai-nilai dasar sosial. Keadilan
yang lengkap bukan hanya mencapai kebahagiaan untuk diri sendiri, tetapi juga kebahagian
orang lain. Keadilan yang dimaknai sebagai tindakan pemenuhan kebahagiaan diri sendiri
dan orang lain, adalah keadilan sebagai sebuah nilai-nilai. Keadilan dan tata nilai dalam hal
ini adalah sama tetapi memiliki esensi yang berbeda. Sebagai hubungan seseorang dengan
orang lain adalah keadilan, namun sebagai suatu sikap khusus tanpa kualifikasi adalah nilai.
Ketidakadilan dalam hubungan sosial terkait erat dengan keserakahan sebagai ciri utama
tindakan yang tidak fair.
Keadilan sebagai bagian dari nilai sosial memiliki makna yang amat luas, bahkan
pada suatu titik bisa bertentangan dedengan hukum sebagai salah satu tata nilai sosial. Suatu
kejahatan yang dilakukan adalah suatu kesalahan. Namun apabila hal tersebut bukan
merupakan keserakahan tidak bisa disebut menimbulkan ketidakadilan. Sebaliknya suatu
tindakan yang bukan merupakan kejahatan dapat menimbulkan ketidak adilan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kasus

Sidang berlangsung dari pukul 11 hingga pukul 16, dengan agenda tunggal
pembacaan tuntutan. Dalam persidangan yang digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor) Jakarta pada Kamis (29/03), jaksa menilai Setya Novanto memiliki peran penting
dalam skandal korupsi yang merugikan negara sebesar Rp 2,3 triliun itu. Dia dituding
melakukan korupsi bersama sembilan orang lainnya. Maka dari itu, jaksa menuntut majelis
hakim untuk menyatakan Setya Novanto bersalah dalam perkara korupsi KTP elektronik itu,
dan "menjatuhkan hukuman kurungan selama 16 tahun dan denda sebesar Rp 1miliar, yang
apabila tidak dibayar diganti kurungan selama 6 bulan," ujar jaksa Abdul Basir.

Jaksa menuntut pula hukuman tambahan berupa uang pengganti US$7,3 juta yang
dikurangi oleh uang yang sudah dikembalikan terdakwa sebesar Rp 5 miliar rupiah. Selain
itu, jaksa pula menuntut Setya Novanto untuk dicabut hak politiknya selama 5 tahun. Jaksa
menilai, faktor yang memberatkan Novanto antara lain tidak kooperatif selama pemeriksaan.
Jaksa Wawan Yunarwanto menjelaskan bahwa Setya Novanto menerima komisi sebesar US$
7,3 juta untuk memuluskan pembahasan anggaran e-KTP di DPR. "Berdasarkan fakta hukum,
maka dapat disimpulkan bahwa terdakwa telah menerima pemberian fee seluruhnya
berjumlah US$7,3 juta," ujar jaksa Wawan.

Perinciannya, Novanto menerima uang dari Made Oka Masagung sebesar US$ 3,8
juta dan uang yang sebesar US 3,5 juta diterima dari Irvanto Hendra Pambudi Cahyo. "Serta
menerima satu jam tangan merk Richard Mille seharga USD 135 ribu," kata Wawan. "Selain
itu terdakwa bersama-sama yang lain melakukan tindak pidana korupsi yang menguntungkan
diri sendiri," imbuhnya. Dalam fakta persidangan yang terungkap dari keterangan 81 saksi,
9sembilan ahli terdakwa dan barang bukti, jaksa menilai Setya Novanto menyalahgunakan
wewenang dan kedudukannya sebagai ketua DPR dalam hal pengadaan barang dan jasa.
Sebagai ketua DPR, Novanto menyalahgunakan wewenang untuk memastikan usulan
anggaran proyek penerapan KTP elektronik yang bernilai Rp 5,9 triliun itu lolos di DPR.
Novanto juga disebut meminta pengusaha yang mengerjakan proyek KTP elektronik untuk
memberikan komisi sebesar 5 persen untuk para anggota DPR RI di Komisi II.

B. Argument/ Opini

Setelah saya baca teori dari aristoteles saya dapat meninjau permasalahan yang terjadi
pada saat ini keadilan hanya milik mereka yang ber-uang karena apa di negara kita terutama
indonesia sangat tumpul sekali oleh karena itu keadilan hanya bisa didapat oleh mereka yang
memiliki uang saja dan sedangkan rakyat kecil tidak bisa berbuat apa-apa kalau tidak
memiliki uang.

Sama seperti halnya kasus setya novanto sudah terbukti dia bersalah akan tetapi dia
sekarang tidak dipenjara, karena apa setya novanto memiliki uang untuk membeli hukum
dinegara kita Indonesia saat ini, karena keadilan sangat minim sekali di negara kira oleh
karena itu siapa yang memiliki uang disitulah dia memiliki keadilan.

Sungguh sangat ironis sekali Indonesia saat ini terkadang ada kasus lagi nenek tua
yang mengambil kayu bakar dihutan ketahuan polisi kehutanan akhirnya dia dipenjara, akan
tetapi para koruptor uang rakyat di negara ini malah dipelihara dan dibiarkan bebas
berkeliaran dimana-mana bisa makan di restoran mahal, enak dan tidur ditempat yang enak
sedangkan rakyat kecil yang bersalah dijatuhi hukuman bertahun-tahun dan ditempatkan di
penjara.

Sedangkan kasus ini bisa ditinjau dengan menggunakan teori aristoteles, aristoteles
berbicara mengenai keadilan yaitu suatu sikap dan karakter yang dimiliki oleh seseorang,
sikap dan karakter yang membuat orang melakukan perbuatan dan berharap atas keadilan,
sedang sikap dan karakter yang membuat orang berindak dan berharap ketidakadilan adalah
ketidakadilan.

Karena tindakan memenuhi/ mematuhi hukum adalah adil, maka semua tindakan
pembuatan hukum oleh legislatif sesuai dengan aturan yang ada dan adil tidak berat sebelah
atau memihak kepada orang yang memiliki uang saja. Tujuan pembuatan hukum adalah
untuk mencapai kemajuan kebahagiaan masyarakat, maka semua tindakan yang cenderung
untuk memproduksi dan mempertahankan kebahagiaan masyarakat adil.

Dengan demikian keadilan bisa disamakan dengan nilai-nilai dasar sosial, keadilan
yang lengkap bukan hanya mencapai kebahagiaan diri sendiri melainkan orang lain. Keadilan
yang dimaknai sebagia tindakan pemenuhan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain, adalah
keadilan sebagai sebuah nilai- nilai.

Keadilan sebagai nilai dari sosial memiliki makna yang luas bahkan suatu titik bisa
bisa memiliki makna yang luas, bahkan pada suatu titik bisa bertentangan dengan hukum
sebagai salah satu nilai sosial. suatu kejahatan yang dilakukan sebagai suatu kesalahan. Oleh
karena itu saya ingin menyoroti kasus ketidakadilan ini dengan menggunakan teori yang
sudah dikemukakan oleh aristoteles, keadilan sangat diperlukan bagi setiap manusia kalau
manusia tidak memiliki keadilan rasanya melakukan apapun salah, dan kesalahan yang
dilakukan selalu berdampak fatal. Padahal banyak sekali kasus yang sangat fatal tetapi
dihukum tidak sesuai dengan perbuatan yang dia lakukan.
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

https://alisafaat.wordpress.com/2008/04/10/pemikiran-keadilan-plato-aristoteles-dan-john-
rawls/ (diakses pada 01/12/2018 17:58)

https://www.komentarmu.com/contoh-abstrak/(diakses pada 02/12/2018 18.30)

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43579739 (diakses pada 04/12/2018 14.50)

Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam Kacamata
Soekarno).

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

Anda mungkin juga menyukai