Anda di halaman 1dari 99

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.

I DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : TB PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEO-MEO
KOTA BAU BAU

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

OLEH

NURHAYATI
NIM. P00320018175

POLTEKKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2019
v

HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN. I DENGAN


GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: TB PARU
DI WILAYAII KERJA PUSI(ESMAS MEO-MEO
KOTA BAU BAU

Disusun dan diajukan oleh :

NURIIAYATI
NIM. P0032001817s

Telah mendapatkan persetujuan Tim Pembimbing

Menyetujui

102019880320A2

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan


,.:',.11 '- :

,1,97"00330 1 99503 1 00 1
}IAI,AMAN PENGESA}IAN

ASUTIAN KEPEEAWATAN PAI}A KSLUARGA:TN. I DENGAN


GANGGUAN SISTEM PERNAPASAIY : TB PARU
I}I WILAYAH KEKJA PT]SKESMAS MEO -MEO
KOTA BALT BAL'

Disusun dan diajukan oleh :

NTIRHAYATI
NIM. p00320t118175

Tulis ini telah dipertahankan pada serninar t{asil Karya Tulis Ilrniah di depan
lfuryl
Tim Penguji pada HariiTanggal . 12 Juli 2019 ctan telah dinyatakan memenuhi syarat

Menyetujui

Lena Atoy, SST. MPH \


-faamu,
A.Kep" S.Pd" M.Kes .)
Dali, SKM. M.Kes
Hj. ){urjannah, B.Sc. S.Pd. M.Kes

Mergetahui"

I(etua Jurusan Keperawatan

3301 99503 1001

ul
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : NURHAYATI
NIM : P00320018175
INSTITUSI : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. I dengan Gangguan


Sistem Pernapasan : TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Meo-meo Kota Bau Bau

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis benar benar hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, .........Juli 2019

NURHAYATI

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Nurhayati
2. Tempat/Tinggal Lahir : Wanci, 22 November 1969
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Buton/Indonesia
6. Alamat : Jl. Sirkaya No.45 Kota Bau-bau
7. No.Telp/hp : 081341788195

II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri 3 Wanci Tamat Tahun 1983
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bau-bau Tamat Tahun 1986
3. SPK Depkes Kendari tamat tahun 1989
4. DIII Perawat Poltekkes Kendari Tahun 2018

v
MOTTO

Tiada kata jera dalam perjuangan


Sabar adalah kunci sukses

vi
ABSTRAK

NURHAYATI (P00320018175). Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. I Dengan


Gangguan Sistem Pernapasan : TB Paru Di Wilayah kerja Puskesmas Meo-meo Kota
Bau Bau. Dibimbing oleh ibu Nurjannah, S.Pd. M.Kes (xii + 56 + 4 Tabel + 5
lampiran). Latar belakang; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tahun 2010
melaporkan Indonesia telah mampu mencapai target MDGs (Millenium Development
Goals) tahun 2015 yaitu dengan penurunan angka kematian menjadi 27 per 100.000
penduduk, proporsi kasus TB sebesar 78,3% dan proporsi keberhasilan pengobatan
91,2%. Namun kegiatan yang inovatif, program yang agresif dan penelitian yang baik
diharapkan mampu membantu menurunkan prevalensi hingga 50 persen dari
pencapaian pada tahun 2020. Tujuan penulisan; Mampu menerapkan asuhan
keperawatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
komprehensif Pada keluarga Tn. I Dengan Gangguan Sistem Pernapasan : TB Paru
Di Puskesmas Meo-meo Kota Bau-bau. Hasil; Pada pengkajian didapatkan data
batuk lebih dari dua minggu, sakit dada, penurunan berat badan, nafsu makan kurang,
kulit berwarna kuning, urine berwarna pekat sampai hitam, dan demam. Keluhan
lain timbul ialah keringat malam, dan malaise. Diagnosa keperawatan yang timbul
adalah Bersihan jalan napas tidak efektif, gangguan pola tidur dan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Kesimpulan; Perawatan TB Paru dengan tindakan
mandiri perawat, observasi, health education, kolaboratif dan keterlibatan anggota
keluarga dalam memastikan pasien mendapatkan pengobatan dan penatalaksanaan
maksimal dapat mempercepat proses penyembuhan. Saran; Petugas kesehatan
khususnya perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang
komprehensif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dan melibatkan
anggota keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) dalam melaksanakan asuhan
keperawatan TB Paru.

Kata kunci : TB Paru, perawatan TB Paru

Referensi : 14 (tahun 2000-2017)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan limpahan berkah dan karunia Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Studi kasus dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Keluarga Tn. I Dengan Gangguan Sistem Pernapasan : TB Paru

Di Wilayah kerja Puskesmas Meo-meo Kota Bau Bau”.

Karya Tulis Ilmiah ini di susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan pada program Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.

Dalam proses pembuatan hingga penyelesaian karya tulis ilmiah ini tentunya tidak

lepas dari bantuan dan motivasi yang diberikan oleh berbagai pihak, untuk itu dengan

segala kerendahan hati dan keikhlasan yang tulus penulis menyampaikan terima kasih

yang sebesar sebesarnya kepada Ibu Nurjannah, S.Pd. M.Kes, selaku pembimbing

yang memberikan motivasi, arahan dan masukan terhadap penulisan karya tulis ini.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Askrening, SKM.M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep. Ns. M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari

3. Kepala Puskesmas Meo-meo Kota Bau-bau yang telah memberikan ijin

pengambilan data penelitian

4. Bapak/ibu penguji Lena Atoy, SST, MPH, Taamu, S.Pd. M.Kes, dan Dali, SKM.

M.Kes atas masukan saran dan kritiknya untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

viii
5. Terkhusus suamiku tercinta Drs. Mustafa Rauf, M.Pd, dan anakku tersayang

Muh. Ikhwan, S.Kom, Ikra Yunita, S.Psi, Tri Rahmatia, SH dan Indah Mustika

Ningsih yang selalu memberikan support dan dukungan untuk belajar agar

sukses.

6. Rekan-rekan kerja yang bertugas pada Puskesmas Meo-meo atas motivasi dan

bantuannya.

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa program Khusus RPL Angkatan II, yang telah

membantu penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam

Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi penyempurnaan Kara Tulis Ilmiah ini, semoga Allah SWT selalu

merahmati kita semua. Amin.

Kendari, Juni 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... v
MOTTO ....................................................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 4
C. Manfaat Penulisan ........................................................................................... 5
D. Teknik dan Sistematika Penulisan .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Keluarga ............................................................................................. 9
B. Tinjauan Tentang TB Paru .............................................................................. 18
C. Tinjauan Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................... 32

BAB III LAPORAN KASUS


A. Pengkajian ........................................................................................................ 43
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 53
C. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................... 56
D. Implementasi Keperawatan.............................................................................. 62
E. Evaluasi Keperawatan...................................................................................... 62

x
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ........................................................................................................ 73
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 75
C. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................... 76
D. Implementasi Keperawatan.............................................................................. 77
E. Evaluasi Keperawatan...................................................................................... 78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 80
B. Saran................................................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel. 1. Teori Rencana keperawatan Keluarga


Tabel. 2. Komposisi keluarga

Tabel. 3. Pemeriksaan fisik


Tabel. 4. Analisa Data
Tabel. 5. Intervensi keperawatan keluarga
Tabel 6. Implementasi dan Evaluasi keperawatan keluarga

xii
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat keterangan telah melakukan penelitian

Lampiran 2. Surat keterangan bebas pustaka

Lampiran 3. Surat keterangan bebas administrasi

Lampiran 4. Dokumentasi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama

diparu atau diberbagai organ tubuh lainnya.TB paru dapat menyebar ke setiap

bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe dan lainnya.

(Smeltzer dan Bare, 2015).

Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15% dari morbiditas atau

kesakitan berbagai penyakit anak dibawah umur 6 tahun adalah penyakit TB

paru. Saat ini TB paru merupakan penyakit yang menjadi perhatian global,

dengan berbagaiupaya pengendalian yang dilakukan insidens dan kematian

akibat TB paru telahmenurun, namun TB paru diperkirakan masih menyerang 9,6

juta orangdan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014 (WHO, 2015).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, lima

negara dengan insiden kasus TB terbanyak yaitu, India (2,0-2,5 juta), China

(0,9-1,0 juta), Afrika Selatan (0,4-0,6 juta), Indonesia (0,4-0,5 juta), dan Pakistan

(0,3-0,5 juta). India dan Cina masing-masing menyumbangkan 26% dan 12%

dari seluruh jumlah kasus di dunia (Timimi, et al. 2017)

1
Tahun 2013, kejadian TB paru terus secara bertahap menurun antara orang

kulit hitam non Hispanik atau Afrika Amerika (-6,4%), kulit putih non-Hispanik

(-12,1%), dan Hispanik atau Latin (-4,0%). Centres for Desease Control (CDC)

melaporkan di dunia pada tahun 2015, tingkat insiden TB paru terus menurun

untuk orang <5 tahun dan berusia 15-24 tahun di dunia. Namun tingkat kejadian

untuk orang berusia 45-64 tahun meningkat sedikit 3,5-3,6 kasus / 100.000

orang. (CDC, 2015) Tingkat insiden untuk semua kelompok usia lainnya tetap

sama dengan tahun 2014 di dunia. Orang dewasa berusia ≥65 tahun memiliki

tingkat kejadian 4,8 kasus/100.000, anak-anak berusia 5-14 tahun memiliki

tingkat terendah pada 0,5 kasus/100.000 pada tahun 2015. Menurut kelompok

umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2015 paling banyak ditemukan pada

kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,65% diikuti kelompok umur 45-54

tahun sebesar 17,33% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 17,18%.

Kejadian TB paru tingkat Asia juga menurun 2013-2015 (-1,0%), pada tahun

2015 tingkat kejadian TB secara keseluruhan untuk Asia selama tiga kali lebih

tinggi. Angka prevalensi TB paru di Indonesia pada tahun 2014 menjadi sebesar

647 orang dari 100.000 penduduk. Angka penderita TB paru ini meningkat dari

tahun 2013, penderita TB paru pada tahun 2013yang berjumlah 272 dari 100.000

penduduk. (WHO, 2015)

Angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014 sebesar 81,3% sedangkan

WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%.

Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target minimal 88% untuk angka

2
keberhasilan pengobatan pada tahun 2014. Dengan demikian pada tahun 2014,

Indonesia tidak mencapai standar angka keberhasilan pengobatan pada kasus TB

paru. Berdasarkan hal tersebut, pencapaian angka keberhasilan pengobatan tahun

2014tidak memenuhi target rentra tahun 2014 (Riskesdas. 2018).

Terdapat 3 faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB paru di Indonesia

yaitu, waktu pengobatan yang relatif lama (6 sampai 8 bulan) menjadi penyebab

penderita TB sulit sembuh karena pasien TB paru berhenti berobat (Drop Out)

setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai sehingga

menyebabkan kekambuhan pada penderita TB paru dengan DO. Selain itu,

masalah TB paru diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang

berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB Multi Drugs Resistant

(MDR) atau kebal terhadap bermacam obat. Masalah lain adalah adanya

penderita TB paru laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan

tubuh menurun, penyakit TB paru akan muncul. Kesembuhan dapat mengurangi

jumlah penderita dan terjadinya penularan.Untuk itu, obat harus diminum dan

diawasi oleh keluarga atau orang terdekat.Saat ini upaya penanggulangan TB

paru dirumuskan lewat Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS),

dimana pengobatan yang disertai pengamatan langsung. Pelaksanaan strategi

DOTS dilakukan di sarana-sarana Kesehatan Pemerintah dengan Puskesmas

sebagai ujung tombak pelaksanaan program. (Dinas Kesehatan Kota Bau-bau.

2016)

3
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Kota Bau-bau berdasarkan catatan

Dinas Kesehatan Kota Tahun 2018 penyakit TB Paru menempati urutan nomor 2

dari 10 penyakit terbesar dengan jumlah pasien sebanyak177 kasus dan urutan 8

penyakit TB Paru dengan BTA + dan hasil studi pendahuluan di puskesmas Meo-

meo didapatkan penyakit TB Paru menempati urutan ke..2 dari 10 penyakit

terbesar. (Profil Puskesmas Meo-meo, 2018).

Berdasarkan data dan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dalam bentuk studi kasus dengan judul “ Asuhan

Keperawatan pada Keluarga Tn. I dengan Gangguan sistem Pernapasan : TB

Paru di Puskesmas Meo-meo Kota Bau-bau”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penilisan karya tulis ilmiah ini adalah penulis mampu

melaksanakan asuhan keperawatan pada Keluarga Tn. I dengan gangguan

sistem Pernapasan : TB Paru di Puskesmas Meo-meo Kota Bau-bau.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan ini karya tulis ilmiah adalah agar penulis mampu:

1. Memberikan gambaran pengkajian pada Keluarga Tn. I dengan gangguan

sistem Pernapasan : TB Paru di Puskesmas Meo-meo Kota Bau-bau

2. Memberikan gambaran diagonasa keperawatan yang tepat pada Keluarga

Tn. I dengan gangguan sistem Pernapasan : TB Paru di Puskesmas Meo-

meo Kota Bau-bau

4
3. Memberikan gambaran rencana tindakan keperawatan pada Keluarga Tn. I

dengan gangguan sistem Pernapasan : TB Paru di Puskesmas Meo-meo

Kota Bau-bau

4. Memberikan gambaran implementasi keperawatan pada Keluarga Tn. I

dengan gangguan sistem Pernapasan : TB Paru di Puskesmas Meo-meo

Kota Bau-bau

5. Memberikan gambaran evaluasi keperawatan pada Keluarga Tn. I dengan

gangguan sistem Pernapasan : TB Paru di Puskesmas Meo-meo Kota Bau-

bau

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis yang dapat di ambil sebagai berikut :

a. Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah

diperoleh selama dibangku kuliah pada pasien secara langsung.

b. Sebagai bahan dan media referensi bagi mahasiswa, petugas kesehatan

dan masyarakat secara umum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi klien dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit

TB Paru dan perawatannya.

b. Bagi institusi pendidikan, merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia

pendidikan dan dapat menjadi referensi atau kajian empiris untuk

peneliti selanjutnya.

5
c. Bagi Puskesmas, dapat dijadikan masukan untuk petugas kesehatan

agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit TB Paru dan

perawatannya dan memaksimalkan asuhan keperawatan yang

diberikan pada pasien dengan diagnosa medis TB Paru.

d. Bagi peneliti, sebagai input pengetahuan yang kedepannya mampu

digunakan oleh peneliti sebagai rujukan referensi pada kasus yang

serupa pada penelitian selanjutnya.

D. Metode dan Teknik Penelitian

1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Puskesmas

Wajo pada tanggal 6 s/d 10 Maret 2019

2. Teknik pengumpulan data

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan data obyektif dan relevan

dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik

pengumpulan data sebaagai berikut :

a. Studi kepustakaan

Studi ini dilakukan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang

berhubungan dengan karya tulis ilmiah ini.

b. Studi kasus

Studi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan pada klien yang meliputi pengkajian, penerapan diagnosa

6
keperawatan, penyuusunan rencana tindakan, penerapan implementasi

keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.

Untuk melengkapi data atau informasi dalam pengkajian penulis

menggunakan beberapa metode antara lain :

1) Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara

melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan

keadaan klien

2) wawancara

Mengadakan wawancara langsung terhadap klien dan keluarga klien

terkait dengan penyakit yang diderita.

3) Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan secara per sistem terhadap klien dengan cara

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

4) Studi dokumentasi

Penulis peroleh data dari medical record dan data pemeriksaan

penunjang berupa hasil pemeriksaan laboratorium

5) Metode diskusi

Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang

bertugas saat pengambilan data di Puskesmas Meo-Meo Kota Bau-

Bau

7
3. Teknik penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari

lima bab, yaitu :

Bab I : pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penulisan dan teknik penulisan

Bab II: tinjauan pustaka yang mencakup konsep dasar medis meliputi

definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik

dan penatalaksanaan. Sedangkan konsep dasar keperawatan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan

Bab III : Tinjauan kasus yang mencakup hasil pengkajian, analisa data,

diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi.

Bab IV : pembahasan kasus yang berisi perbandingan antara teori

keperawatan dan kasus yang di amati

Bab V : penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

Diakhiri dengan daftar pustaka yang memuat referensi yang dipergunakan

dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang terbentuk berdasarkan ikatan

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras

dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2012).

Wall, (1986) dalam Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga

merupakan sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua

individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait

dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi

sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai

keluarga.

2. Ciri-Ciri Keluarga

Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

9
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.

d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan

dan membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah

tangga.

3. Tipe Keluarga

Berbagai tipe keluarga adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti

Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang

mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak

(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2007), Kelurga inti

adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang

direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena

kelahiran (natural) maupun adopsi.

2) Keluarga adopsi.

Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung

jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang

tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling

menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak orang

10
tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi anak

adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat

menginginkan mereka (Friedman, 2010).

3) Keluarga besar ( Extended Family )

Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan

rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak /

adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan

oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan

membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan

menurut Sudiharto (2007), keluarga besar adalah Keluarga inti

ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya

kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti

orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga dengan

pasangan sejenis.

4) Keluarga dengan orang tua tunggal

Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,

ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).

5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri

Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa

bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri

atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman–teman seperti

mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo,

11
atau hidup bertetangga. Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi

anggota keluarga yang penting (Yolanda, 2017).

6) Keluarga orang tua tiri

Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan

yang kompleks dan peneuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang

perlu dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau

subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan

kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga harus

menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak – anak

seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan

tugas perkembangan mereka (Yolanda, 2017).

7) Keluarga binuclear

Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak

merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua

rumah tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal

tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah

tangga (Yolanda, 2017).

4. Fungsi keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) dalam Murwani (2017):

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan

maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi

12
afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran

utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini

berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap

kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.

b. Fungsi sosialisasi dan status social

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang

diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak–anak tentang

cara menjalankan fungsi dan memikul peran social orang dewasa seperti

peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian

status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada

anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi

saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.

c. Fungsi reproduksi

Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat

yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat.

d. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan

makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan

perlindungan terhadap bahaya.Pelayanan dan praktik kesehatan adalah

fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.

13
e. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya

yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai

melalui proses pengambilan keputusan.

4. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, struktur peran,

struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011)

menggambarkan sebagai berikut :

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,

melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.

b. Struktur peran

Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang

diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran

bisa bersifat formal atau informal.

c. Struktur kekuatan

Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau

mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate power

(hak), referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward power

(hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.

14
d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota

keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku

yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini adalah

lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

5. Fungsi keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun

untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif

merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama

orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini

berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap

kebutuhan sosio emosional semua anggota keluarganya.

b. Fungsi sosialisasi dan status sosial

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan

dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara

menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti

peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau

pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian

status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga,

15
walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang

dewasa Amerika.

c. Fungsi reproduksi

Untuk menjamin kontiniutas antar generasi keluarga dan masyarakat

yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat.

d. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan

makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan

perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah

fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.

e. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya

yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai

melalui proses pengambilan keputusan.

6. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman

(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan

yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan

orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta

16
dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,

faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga

terhadap masalah.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis

2) danperawatannya).

3) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

4) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

5) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga

6) yangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas

7) fisik,psikososial).

8) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

17
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.

2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

3) Pentingnya hiegine sanitasi.

4) Upaya pencegahan penyakit.

5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.

6) Kekompakan antar anggota kelompok.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.

2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

B. Konsep TB Paru

1. Pengertian

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Bakteri

Tahan Asam (BTA) Mycobacterium tuberculosa dan TB adalah penyakit

menular yang mematikan (Dye & Williams, 2010; Shen, Cheng, & Basu,

2010). Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1)

tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2)

tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan

18
aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi

tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009) Menurut Robinson, dkk (2014), TB

Paru merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya infiltrat paru,

pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta pembentukan

kavitas.

2. Etiologi

TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang

dapat ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif

mengeluarkan organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan

menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak

diri.Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia,

granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer dan Bare, 2015).

Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara,

maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai,

atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang

panas, droplet atau nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke

udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis

yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini

terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri

tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012). Menurut Smeltzer&Bare (2015),

Individu yang beresiko tinggi untuk tertular virus tuberculosis adalah:

19
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka

yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan

HIV).

c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.

d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;

etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan

dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).

e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,

gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).

f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.

g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas

yang beresiko tinggi.

3. Klasifikasi TB Paru

TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013 halaman 161

yaitu:

a. Pembagian secara patologis

1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)

2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).

b. Pembagian secara aktivitas radiologis

TB paru (koch pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif

yang mulai menyembuh)

20
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)

1) Tuberkulosis minimal

2) Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun

kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

3) Moderately advanced tuberculosis

4) Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.

5) Far advanced tuberculosis

6) Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada

moderately advanced tuberkulosis.

Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,

radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya.Klasifikasi ini penting

karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menentukan strategi

terapi. Sesuai dengan program Gerdunas-TB (Gerakan Terpadu Nasional

Penanggulan Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:

a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:

1) Dengan atau tanpa gejala klinik

2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali

disokong biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1

kali.

3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

21
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:

1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.

2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.

c. Bekas TB Paru dengan kriteria:

1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif

2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan

serial foto yang tidak berubah.

4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih

mendukung).

4. Patofisiologi

Kuman M.tuberculosis masuk melalui saluran pernafasan, saluran

pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi

melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman

kuman basil tuberkel yang berasal dari orang – orang yang terinfeksi. TB

adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel. Sel

efektor adalah makrofag, dan limfosit( biasanya sel T) adalah sel

imunresponsif. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan

makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.

Respons ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas seluler (lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi

sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang

22
lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus

dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruangan alveolus,

biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,

biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,

basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit

polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri

namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah hari- hari pertama,

leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami

konsolidasi, dan timbulkan pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat

sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau

proses dapat berjalan terus difagosit atau berkembang biak dalam di dalam

sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjer getah

bening regional.

Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan

sebagian bersatu sehingga membentuk seltuberkel epiteloid, yang dikelilingi

oleh limfosit.Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan

seperti keju disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis

kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan

fibroblas menimbulkan respons berbeda. Jaringan granulaasi menjadi lebih

fibroblas membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer

paru disebut Fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening

23
regional dan lesi primer disebut Kompleks Ghon. Kompleks Ghon yang

mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan

menjalani pemeriksaan radio gram rutin. Namun kebanyakan infeksi TB

paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.

Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,

yaitu bahan cairan lepas kedalam bronkus yang berhubungan dan

menimbulkan kavitas. Bahan tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas

akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang

kembali dibagian lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring,

telinga tengah atau usus. Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil

dapat menutup dan meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila peradangan

mereda, lumen bronkus dapat menyepit dan tertutup oleh jaringan parut yang

terdapat dekat dengan taut bronkus dan rongga. Bahan perkijuan dapat

mengental dan tidak dapat kavitas penu dengan bahan perkijuan, dan lesi

mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.Keadaan ini dapat tidak

menimbulkan gejala demam waktu lama atau membentuk lagi hubungan

dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.

Organisme yang lolos dari kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah

dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada

berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran

limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.Penyebaran hematogen

24
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB miler, ini

terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak

organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ – organ

tubuh. (Sylvia, 2005).

5. Manifestasi Klinis

Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB paru

primer dengan TB paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi

menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat

) dan gejala sistematik.

a. Gejala respratorik

1) Batuk

Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang

paling sering dikeluhkan.

2) Batuk darah

Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama

klien untuk meminta pertolongan kesehatan.

3) Sesak nafas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau

karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.

4) Nyeri dada

25
Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini

timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.

b. Gejala sistematis

1) Demam

Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau

malam hari mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin

lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan

semakin pendek.

2) Keluhan sistemis lain

Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,

penurunan berat badan, dan malaise.Timbulnya keluhan biasanya

bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu sampai bulan. Akan

tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak nafas. Gejala

reaktivasi tuberkulosis berupa demam menetap yang naik dan turun

(hectic fever), berkeringat pada malam hari yang menyebabkan basah

kuyup (drenching night sweat), kaheksia, batuk kronik dan

hemoptisis. Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitif dan sangat non

spesifik terutama pada fase awal penyakit.Pada fase lanjut diagnosis

lebih mudah ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, terdapat demam

penurunan berat badan, crackle, mengi, dan suara bronkial.

(Darmanto, 2009)

26
c. Gejala klinis

Gejala yang timbul tergantung dari tipe infeksinya. Pada tipe infeksi

yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa

gejala neumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer dapat

juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam

bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas.

Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh dengan sendirinya,

hanya saja tingkat kesembuhannya 50%.

TB postprimer terdapat gejala penurunan berat badan, keringat dingin

pada malam hari, tempratur subfebris, batuk berdahak lebih dari dua

minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh darah

disekitar bronkus, sehingga menyebabkan bercak-bercak darah pada

sputum, sampai ke batuk darah yang masif, TB postprimer dapat

menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti

meningitis, tuberlosis miliar, peritonitis dengan fenoma papan catur,

tuberkulosis ginjal, sendi, dan tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher,

yakni berupa skrofuloderma. (Tabrani Rab, 2016)

6. Komplikasi

Menurut Wahid&Imam (2013), masalah yang sering menjadi komplikasi

pada TB paru adalah :

27
a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

c. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

d. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps

spontan karena kerusakan jaringan paru.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal,

dan sebagainya.

f. Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).

7. Penatalaksanaan

Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga

bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).

a. pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul

erat dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes

tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka

pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan

mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif,

berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.

28
b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompokkelompok

populasi tertentu misalnya: a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai

pengobatan. b) Penghuni rumah tahanan.

c. Vaksinasi BCG Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi

anak yang berumur kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat

mengurangi makna pada tes tuberkulin.

Pemeriksaan dan pengawasan Dilakukan pada pasien yang dicurigai

menderita tuberkulosis, yakni: 1) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia

dengan tes Heaf positif dan pernah berkontak dengan pasien yang

mempunyai sputum positif harus diawasi. 2) Walaupun pemeriksaan BTA

langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan pernah berkontak dengan

pasien penyakit paru. 3) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan

mempunyai kemungkinan terkena. 4) Bila tes tuberkulin negatif maka

harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu dan ila tetap negatif maka

dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami konversi,

maka pengobatan harus diberikan.

d. Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12

bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri

yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi

yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis

sekunder diperlukan bagi kelompok berikut: 1) Bayi dibawah lima tahun

dengan hasil tes tuberkulin positif karena resiko timbulnya TB milier dan

29
meningitis TB, 2) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan

hasil tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang

menular, 3) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari

negatif menjadi positif, 4) Penderita yang menerima pengobatan steroid

atau obat immunosupresif jangka panjang, 5) Penderita diabetes melitus.

e. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis

kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit

oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan

Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif,

2012).

f. Penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini berdasarkan

mekanisme kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT) yaitu :

1) Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat. Yaitu; a)

Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan

Streptomisin (S). b) Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah

Rifampisin dan Isoniazid (INH).

2) Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)

yaitu; a) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin

dan Isoniazid. b) Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan

Rifampisin dan Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli,

digunakan Pirazinamid (Z).

30
3) Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas

bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam. Yaitu; a) Ekstraseluler,

jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam para-amino

salistik (PAS), dan sikloserine. b) Intraseluler, kemungkinan masih

dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam keadaan telah terjadi

resistensi sekunder.

g. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3

bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Panduan obat yang digunakan

terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang

digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin,

Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004)

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu

berdasarkan lokasi TB paru, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan

bakteriologi, apusan sputum dan riwayat pengobatan

sebelumnya.Disamping itu, perlu pemahaman tentang strategi

penanggulangan TB paru yang dikenal sebagai Directly Observed

Treatment Short Course (DOTSC). DOTSC yang direkomendasikan oleh

WHO terdiri atas lima komponen, yaitu: 1). Adanya komitmen politis

berupa dukungan para pengambil keputusan dalam penanggulangan TB

paru. 2). Diagnosis TB paru melalui pemeriksaan sputum secara

mikroskopik langsung, sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti

pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan

31
yang memiliki sarana tersebut. 3) Pengobatan TB paru dengan paduan

OAT jangka pendek dibawah pengawasan langsung oleh Pengawas

Menelan Obat (PMO), khususnya dalam dua bulan pertama di mana

penderita harus minum obat setiap hari. 4). Kesinambungan ketersediaan

paduan OAT jangka pendek yang cukup. Pencatatan dan pelaporan yang

baku.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Kasus TB Paru

1. Pengkajian

Fokus Pengkajian pada keluarga model Friedman (2010) yang

diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama TBC Paru meliputi :

a. Data umum

Data umum yang perlu dikaji adalah :

1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis

kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.

2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta

kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe

keluarga

3) Status sosial ekonomi Keluarga, Status sosial ekonomi keluarga

ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun

anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

32
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan

keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.

2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,

menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang

belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha

penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan

yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa

pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian lingkungan

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah

ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber

air, sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah

mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah.

d. Fungsi keluarga

33
1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling

asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain,

menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan.

2) Fungsi sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan,

hukuman, serta memberi dan menerima cinta.

3) Fungsi keperawatan; a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan :

menjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan

yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga. b) Status kesehatan

keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa : keluarga mengkaji

status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan

terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan. c) Praktik diet keluarga :

keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi, cara

menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan

kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan. d) Peran keluarga dalam

praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki

status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan

keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah. e) Tindakan pencegahan

secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan

pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan.

4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi

keluarga adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan

34
dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga

dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).

5) Fungsi ekonomi Data ini menjelaskan mengenai kemampuan

keluarga dalam memenuhi sandang, pangan, papan, menabung,

kemampuan peningkatan status kesehatan.

e. Pemeriksaan fisik

Menurut Somantri (2009), Data-data yang perlu dikaji pada asuhan

keperawatan dengan TB paru adalah sebagai berikut:

1) Keadaan umum dan Tanda-tanda Vital

Biasanya KU sedang atau buruk, TD : Normal ( kadang rendah

karena kurang istirahat) Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat

Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat ( normal : 16-20x/i)

Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu

mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam

2) Kepala

Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,

konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis,

mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.

3) Thorak

Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada,

biasanya pasien kesulitan saat inspirasi Palpasi : Fremitus paru yang

35
terinfeksi biasanya lemah Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat

suara pekak Auskultasi : Biasanya terdapat bronki

4) Abdomen

Inspeksi : biasanya tampak simetris, Palpasi : biasanya tidak ada

pembesaran hepar, Perkusi : biasanya terdapat suara tympani,

Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar

5) Ekremitas atas

Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada

edema

6) Ekremitas bawah

Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada

edema

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada keluarga dengan

masalah TBC adalah (NANDA NIC-NOC 2017) :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan eksudat

yang berlebihan

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruktif jalan napas

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia

36
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

f. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses infeksi

g. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan ekses yang berlebihan

h. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

i. Resiko perdarahan berhubungan dengan ekses pembuluh darah

j. Ketidakefektifan perfusi jaringan paru berhubungan dengan ambilan

oksigen yang tidak adekuat

k. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi

2. Intervensi Keperawatan Keluarga

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,

diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,

dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative

dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak,

atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat

keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

Tabel. 1. Rencana Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC

keperawatan

Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Manajemen Jalan

gas b.d perubahan tindakan keperawatan Napas

37
membran alveolar d.d selama 3 x 30 menit 1.Bersihkan jalan napas

Klien mengatakan diharapkan klien mampu dengan teknik chin lift


nyeri pada dada, Klien mencapai NOC: atau jaw thrust
mengatakan susah
Status Pernapasan : 2.Posisikan pasien untuk
bernapas, Hasil
Ventilasi memaksimalkan
pemeriksaan BTA +,
Kriteria hasil : ventilasi
RR : 24 x/ menit dan
a. Tekanan parsial 3.Identifikasi kebutuhan
Skala nyeri dada 5
oksigen di darah arteri aktual/potensial pasien
(sedang)
(PaO2) dalam rentang untuk insersi alat

normal pembuka jalan napas

b. Tekanan parsial 4.Lakukan fisioterapi

karbondioksida dada

(PaCO2) di arteri 5.Buang sekret dengan

dalam batas normal memotivasi pasien

c. Saturasi oksigen untuk batuk

dalam rentang normal 6.Ajarkan cara

d. Keseimbangan melakukan batuk

ventilasi dan perfusi efektif

dalam rentang normal 7.Posisikan untuk

meringankan sesak

napas

38
Monitor tanda tanda

vital

1. Monnitor tekanan

darah, suhu dan status

pernapasan

2. Monitor vital sign

sebelum dan sesudah

berbaring, duduk dan

berdiri

3. Monitor dan laporkan

tanda dan gejala

hipotermia dan

hipertermia

4. Monitor irama

jantung

5. Monnitor suara paru

6. Monitor warna kulit

7. Identifikasi penyebab

perubahan vital sign

39
Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan Terapi aktifitas

kelemahan umum d.d tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat


Klien mengatakan selama 3 x 30 menit kemampuan klien
susah bernapas, Klien
diharapkan klien mampu dalam beraktifitas
Mengatakan kedua
mencapai NOC: sehari-hari
kaki bengkak dan
Activity Tolerance 2. Identifikasi aktifitas
sakit, Nyeri tekan pada
Kriteria hasil : yang dapat dilakukan
punggung kaki, Lutut
a. Saturasi oksigen di 3. Bantu pasien
dan punggung kaki
darah arteri (SaO2) membuat jadwal
terdapat

pembengkakan, Bunyi dalam rentang normal aktifitas rutin

whezing saat inspirasi, b. Frekuensi pernapasan 4. Anjurkan keluarga

Pergerakan terbatas dalam batas normal membantu dalam

karena nyeri dan setelah aktifitas memenuhi ambulasi


Kelemahan pada c. Tekanan darah dalam harian dan perawatan
tungkai.
batas normal setelah diri

aktifitas 5. Monitor perubahan

tanda tanda vital

selama aktifitas

40
Ketidakefektifan Setelah perawatan Pendidikan kesehatan :

pemeliharaan selama 3 x 24 jam Pengajaran proses


kesehatan keluarga diharapkan : penyakit
b.d. kurangnya
keluarga dapat mengenal
informasi dan
masalah :
dukungan
Pengetahuan : Proses

penyakit

Keluarga mampu 1. Pengajaran individu

merawat anggota 2. Peningkatan

keluarga yang sakit : keterlibatan keluarga

 Pengetahuan :

manajemen

penyakit kronis

 Pengetahuan :

pengobatan

 Perilaku

kepatuhan : diet

dan penggunaan

obat

Keluarga mampu 1. Identifikasi resiko

41
memodifikasi lingkungan 2. Manajemen

: lingkungan

 Pengendalian

faktor resiko

42
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian dengan metode auto anamnesa dan allo anamnesa

yaitu pengumpulan data dan menggunakan teknik pengumpulan data melali studi

kepustakaan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang berhubungan dengan

karya tulis ini. Studi kasus menggunakan proses keperawatan dengan pendekatan

observasi dan wawancara selain itu melakukan pengamatan langsung dan

pemeriksaan secara langsung dengan metode per sistem melalui inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi. Hasil pengkajian penulis sajikan sebagai berikut :

Data Umum

1. Kepala Keluarga (KK) : Tn. I

2. Alamat : Jl. La Ode Boha kel. Lanto

3. Pekerjaan KK : Pelaut

4. Pendidikan KK : D-IV Tehnika

5. Komposisi Keluarga :

43
Tabel. 2. Komposisi keluarga

No Nama JK Hubungan Umur Status imunisasi Ket

dgn KK

BCG POLIO DPT HB CPK

1 Ny. H P Istri 31 Th Lengkap

2 An. Y P Anak 3 bln v v v v v

Genogram :

Keterangan :
: laki-laki

U
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah

Ket.:

G1. Generasi pertama tidak ada penyakit menular

44
G2. Tidak ada riwayat penyakit menular

G3. Klien menderita penyakit TB paru

6. Tipe Keluarga : Keluarga inti (Nuctear Family)

7. Suku/Bangsa : Keluarga klien berasal dari suku Buton bangsa Indonesia

8. Agama : Seluruh keluarga Th. I menganut agama islam

9. Status Sosial ekonomi keluarga :.Pengahasilan keluarga didapat dari hasil Th, I

dengan pendapatan < 10.000.000/ bulan. uang ini digunakan setiap bulannya

untuk kebutuhan harian, kebutuhan bulana, kebuthan makan, bayar pajak,

bayar rekenening listrik dan biaya transportasi. penghasilan keluarga sudah

cukup memenuhi kebutuhan.

10. Aktivitas Rekreasi keluarga :

Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton TV

bersama dirumah, sedangkan rekreasi di luar rumah kepantai

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

11. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Tn. I saat ini pada tahap II yaitu keluarga yang sedang menyusui

bayi

12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tidak ada tugas keluarga yang belum terpenuhi terlaksana pada tahap

perkembangan

45
13. Riwayat kesehatan keluarga inti

Saat ini Tn. I menderita penyakit TB Paru terdiagnosis BTA + sejak 2 bulan

lalu dan keluarga sudah membawa ke puskesmas dan kemudian sudah

meminum obat OAT 2 bulan berjalan, Tn. I sudah cek kesehatan lagi untuk

mengetahui perkembangan kuman Tb. Tidak ada anggota keluarga menderita

cacat fisik

14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Tn. I sebagai kepala keluarga jarang sakit tidak mempunyai masalah dengan

istrahat maka maupun kebutuhan dasar yang lain, tidak mepunyai penyakit

menurun maupun menular

III. Data Lingkungan

15. Karakteristik rumah

Pada hasil observasi menunjukan rumah Tn. I tipe permanen, dinding beton,

dan lantai mengnunakan tehel jumlah ruangan ruang tamu, 1 ruang keluarga,

1 dapur, 5 kamar dan 2 kamar mandi. Kondisi rumah secara umum terawat

dengan baik dan sangat bersih, ventilasi cukup, pencahayaan baik, keluarga

mendapatkan air bersih untuk minum, mandi pakai air dari sumur BOR

jernih, tidak berasa tidak berbau.

46
Denah rumah :

Dapur WC
kt

kt rk rk

RT
teras

16. Karakteristik tetangga dan komunitas

Hubungan antara tetangga Tn. I baik saling menghormati kerukunan terjaga

bila ada yang memiliki kesulitan makan saling membantu dengan gotong

royong.

17. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. I selama ini sebagai penduduk asli di wilayah kelurahan lanto.

18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dgn masyarakat

Interaksi keluarga paling sering terjadi yaitu pagi hari dan malam hari

biasanya interaksi terjadi pada saat menonton TV, makan bersamah dan

waktu senggang

19. Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yaitu 3 orang, terdiri dari KK, Istri dan 1 orang anak

kandung perempuan

47
IV. Struktur Keluarga

20. Struktur Peran

Pembagian peran dalam anggota keluarga yaitu Tn. I sebagai kepala

keluarga, sebagai bapak untu anak-anaknya, sebagai pencari nafkah. Ny. H

berperan sebagai seorang Ibu dan anak sebagai anggota keluarga tidak ada

peran ataupun konflik ketidaksesuaian peran dalam keluarga.

21. Nilai atau norma keluarga

Tn. I bersuku Buton dalam keluarga, tidak ada nilai - nilai tertentu ada nilai

agama yang bertentangan dengan kesehatan karena menurut keluarga

kesehatan merupakan hal yang penting

22. Pola komunikasi keluarga

Komunikasi menggunakan bahasa indonesia dan bahasa daerah

23. Struktur kekuatan keluarga

V. Fungsi Keluarga

24. Fungsi afektif

Semua anggota Tn. I saling menyayangi, saling meguatkan dan menjaga satu

sama lain

25. Fungsi Sosialisasi

Anggota keluarga Tn. I tidak ada yang ikut dalam keanggotaan organisasi

masyarakat

26. Fungsi Reproduksi

Keluarga masih sebagai pasangan usia subur.

48
27. Fungsi Ekonomi

keluarga dapat memenuhi makan 3 kali sehari, pakaian untuk anak dan biaya

untuk berobat dan lain-lain.

28. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Kemampuan Mengenal masalah kesehatan

Keluarga sudah mengetahui penyakit Tn. H tetapi belum mengenal

penyakit Tb secara mendalam bagaimana prosesnya sehingga tn. H

mengalami penyakit tersebut dan

b. Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Keluarga mengatakan hanya mengambil keputusan untuk beristirahat dan

memeriksakannya ke puskesmas sebelum keluhannya bertambah parah.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga tidak tahu cara tepat dan benar merawat anggota keluarga yang

sakit.

d. Kemampuan memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat

Keluarga juga belum tahu cara memodifikasi lingkungan sehingga anggota

keluarga lainnya tidak tertular penyakit yang sama

e. Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

Keluarga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia yaitu

puskesmas.

49
VI Stres dan Koping Keluarga

29. Stresor jangka pendek dan panjang

D. Stres jangka pendek dan jangka panjang

Stresor jangka pendek

Klien mengeluh masih batuk

E. Stresor jangka panjang

30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor

Keluarga selalu memeriksa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas dan

petugas kesehatan.

31. Strategi koping yg digunakan

Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk meyelesaikan masalah yang

ada.

32. Strategi adaptasi disfungsional

Jika sakit Tn. I beristrahat dan tidur.

33. Harapan Keluarga

Keluarga berharap mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dari

petugas kesehatan dan pengobatan secara maksimal untuk mengobati

penyakitnya

50
VII. Pemeriksaan Kesehatan Tiap individu anggota keluarga

Tabel.3. Hasil pemeriksaan fisik anggota keluarga

Data Tn. I Ny. H An. A

Keadaan KU tampak lemah, KU baik, kesadaran KU baik, kesadaran

umum dan kesadaran compos compos mentis. TTV : compos mentis. TTV :

tanda vital mentis. TTV : TD : 120/80 mmHg TD : 100/70 mmHg

TD : 150/100 mmHg N : 80 x/ menit N : 84 x/ menit

N : 88 x/ menit P : 18 x/menit P : 20 x/menit

P : 24 x/menit S : 36,2 0 C S : 36 0 C

S : 37 0 C BB : 50 Kg BB : 22 Kg

BB : 54 Kg

Kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala

mesosephal, rambut mesosephal, rambut mesosephal, rambut

hitam, rambut mudah bersih, Tidak ada nyeri bersih, tidak rontok.

rontok, Tidak ada nyeri tekan Tidak ada ketombe

tekan

Mata Normal penglihatan Normal penglihatan Normal penglihatan baik,

baik, tidak pakai baik, tidak pakai tidak pakai kacamata

kacamata kacamata

Hidung Penciuman normal, Penciuman normal, Penciuman normal,

bentuk hidung simetris bentuk hidung simetris bentuk hidung simetris

Mulut Mulut kering, gigi Mulut kering, gigi Mulut bersih lembab, gigi

51
lengkap, tidak ada lengkap, tidak ada lubang 2 buah, tidak ada

gangguan menelan, gangguan menelan, gangguan menelan, fungsi

fungsi pengecapan fungsi pengecapan pengecapan normal

normal normal

Telinga Tidak ada nyeri, tidak Tidak ada nyeri, tidak Tidak ada nyeri, tidak ada

ada cairan, fungsi ada cairan, fungsi cairan, fungsi

pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik

Leher Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat

pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar

tiroid tiroid tiroid

Dada Terdapat tarikan dada, Bentuk dada normo Bentuk dada normo chest,

nyeri dada, pergerakan chest, simestris, simestris, pergerakan

tidak simetris, inspirasi pergerakan baik, tidak baik, tidak terdapat suara

terbatas, terdapat suara terdapat suara napas napas tambahan

napas tambahan tambahan

Abdomen Tidak terdapat Bentuk rata, tidak ada Bentuk rata, tidak ada

pelebaran vena, tidak pelebaran vena, terdapat pelebaran vena, tidak ada

ada distensi, tidak ada striae gravidarum, tidak nyeri tekan

nyeri tekan ada nyeri tekan

ekstermitas Pergerakan terbatas Pergerakan baik, Pergerakan baik, kekuatan

karena nyeri, terdapat kekuatan otot normal otot normal

pembengkakan pada

kedua lutut, terdapat

52
pembengkakan pada

punggung kaki,

kelemahan pada

tungkai

B. Diagnosis Keperawatan Keluarga

1. Analisis Data

Tabel. 4. Analisa data

No Data Penyebab Masalah

1 DS Perubahan Gangguan

1. Klien mengatakan nyeri pada penampang pertukaran gas

dada membran alveolar

2. Klien mengatakan susah

bernapas Penurunan

DO ekspansi paru

1. Hasil pemeriksaan BTA +

2. TD: 150/100 mmHg

3. RR : 24 x/ menit Gangguan

4. SB : 370C pertukaran gas

5. Klien Tampak lemah

6. Skala nyeri 5 (sedang)

53
2 DS Intoleransi

1. Klien mengatakan susah Penurunan aktifitas

bernapas ambilan gas O2

2. Klien Mengatakan kedua kaki

bengkak dan sakit

DO Perubahan suplai

1. Nyeri tekan pada punggung dan kebutuhan O2

kaki

2. Lutut dan punggung kaki

terdapat pembengkakan Kelemahan umum

3. Tarikan dada saat inspirasi

4. Bunyi whezing saat inspirasi

5. Pergerakan terbatas karena

nyeri

6. Kelemahan pada tungkai

3 DS : Kurangnya Ketidakefektifan

1. Keluarga mengatakan belum informasi dan pemeliharaan

mengenal penyakit TB dan dukungan kesehatan

bagaimana prosesnya sehingga keluarga

54
anggota keluarga tertular

DO:

1. Keluarga hanya

mengistirahatkan pasien di

rumah dan memeriksakan ke

puskesmas

2. Keluarga tidak tahu cara yang

tepat dan benar untuk merawat

anggot keluarga yang sakit

3. Keluarga sudah menggunakan

fasilitas kesehatan yang

tersedia

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar d.d Klien

mengatakan nyeri pada dada, Klien mengatakan susah bernapas, Hasil

pemeriksaan BTA +, RR : 24 x/ menit dan Skala nyeri dada 5 (sedang)

b. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum d.d Klien mengatakan susah

bernapas, Klien Mengatakan kedua kaki bengkak dan sakit, Nyeri tekan

pada punggung kaki, Lutut dan punggung kaki terdapat pembengkakan,

55
Bunyi whezing saat inspirasi, Pergerakan terbatas karena nyeri dan

Kelemahan pada tungkai.

c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga b.d. kurangnya

informasi dan dukungan d.d. Keluarga mengatakan belum mengenal

penyakit TB dan bagaimana prosesnya sehingga anggota keluarga

tertular, Keluarga hanya mengistirahatkan pasien di rumah dan

memeriksakan ke puskesmas, Keluarga tidak tahu cara yang tepat dan

benar untuk merawat anggot keluarga yang sakit.

C. Intervensi Keperawatan

Tabel.4. Rencana intervensi keperawatan

Diagnosa NOC NIC

keperawatan

Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Manajemen Jalan

gas b.d perubahan tindakan keperawatan Napas


membran alveolar d.d selama 3 x 30 menit 1. Bersihkan jalan napas

Klien mengatakan nyeri


diharapkan klien mampu dengan teknik chin lift
pada dada, Klien
mencapai NOC: atau jaw thrust
mengatakan susah
Status Pernapasan : 2. Posisikan pasien
bernapas, Hasil
Ventilasi untuk
pemeriksaan BTA +,
Kriteria hasil : memaksimalkan
RR : 24 x/ menit dan

Skala nyeri dada 5


a. Tekanan parsial ventilasi

56
(sedang) oksigen di darah 3. Identifikasi kebutuhan

arteri (PaO2) dalam aktual/potensial

rentang normal pasien untuk insersi

b. Tekanan parsial alat pembuka jalan

karbondioksida napas

(PaCO2) di arteri 4. Lakukan fisioterapi

dalam batas normal dada

c. Saturasi oksigen 5. Buang sekret dengan

dalam rentang normal memotivasi pasien

d. Keseimbangan untuk batuk

ventilasi dan perfusi 6. Ajarkan cara

dalam rentang normal melakukan batuk

efektif

7. Posisikan untuk

meringankan sesak

napas

Monitor tanda tanda

vital

1. Monnitor tekanan

darah, suhu dan status

57
pernapasan

2. Monitor vital sign

sebelum dan sesudah

berbaring, duduk dan

berdiri

3. Monitor dan laporkan

tanda dan gejala

hipotermia dan

hipertermia

4. Monitor irama

jantung

5. Monnitor suara paru

6. Monitor warna kulit

7. Identifikasi penyebab

perubahan vital sign

Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan Terapi aktifitas

kelemahan umum d.d tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat


Klien mengatakan selama 3 x 30 menit kemampuan klien
susah bernapas, Klien
diharapkan klien mampu dalam beraktifitas
Mengatakan kedua kaki
mencapai NOC: sehari-hari
bengkak dan sakit,
Activity Tolerance 2. Identifikasi aktifitas
Nyeri tekan pada

58
punggung kaki, Lutut Kriteria hasil : yang dapat dilakukan

dan punggung kaki a. Saturasi oksigen di 3. Bantu pasien


terdapat darah arteri (SaO2) membuat jadwal
pembengkakan, Bunyi
dalam rentang aktifitas rutin
whezing saat inspirasi,
normal 4. Anjurkan keluarga
Pergerakan terbatas
b. Frekuensi membantu dalam
karena nyeri dan
pernapasan dalam memenuhi ambulasi
Kelemahan pada
batas normal setelah harian dan perawatan
tungkai.
aktifitas diri

c. Tekanan darah dalam 5. Monitor perubahan

batas normal setelah tanda tanda vital

aktifitas selama aktifitas

59
Diagnosa keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan Setelah perawatan Pendidikan kesehatan :

pemeliharaan kesehatan selama 3 x 24 jam Pengajaran proses penyakit


keluarga b.d. kurangnya diharapkan :
informasi dan dukungan
keluarga dapat

mengenal masalah :

Pengetahuan : Proses

penyakit

Keluarga mampu 3. Pengajaran individu

merawat anggota 4. Peningkatan keterlibatan

keluarga yang sakit : keluarga

 Pengetahuan :

manajemen

penyakit kronis

 Pengetahuan :

pengobatan

 Perilaku

kepatuhan : diet

dan penggunaan

obat

60
Keluarga mampu 3. Identifikasi resiko

memodifikasi 4. Manajemen lingkungan

lingkungan :

 Pengendalian

faktor resiko

61
D. Implementasi dan evaluasi keperawatan keluarga

Tabel. 6. Implementasi dan evaluasi keperawatan keluarga

No. Tanggal Intervensi Paraf Tanggal Evaluasi

Diagnosa dan waktu dan

waktu

1 Rabu, 1. Membersihkan jalan napas dengan Subyektif :

6/3/2019 teknik chin lift atau jaw thrust Klien mengatakan masih

16.00 2. Memposisikan pasien untuk sesak

memaksimalkan ventilasi Nyeri pada dada masih

3. Melakukan fisioterapi dada terasa.

4. Membuang sekret dengan Skala nyeri ; 5 (sedang)

memotivasi pasien untuk batuk

5. Mengajarkan cara melakukan batuk Obyektif :

62
efektif Terdapat tarikan dada saat

6. Memposisikan untuk meringankan bernapas

sesak napas Klien tampak sesak

7. Memonitor tanda-tanda vital RR: 24 x/menit

Analisis :

Masalah belum teratasi

Planning :

Lanjutkan intervensi

2 Rabu, 1. Mengkaji tingkat kemampuan klien Subyektif :

6/3/2019 dalam beraktifitas sehari-hari Klien mengatakan aktifitas

16.00 2. Mengidentifikasi aktifitas yang masih dibantu

dapat dilakukan

3. Membantu pasien membuat jadwal Obyektif :

aktifitas rutin Pergerakan masih terbatas

63
4. Menganjurkan keluarga membantu Klien tampak sesak

dalam memenuhi ambulasi harian Analisis :

dan perawatan diri Masalah belum teratasi

5. Memonitor perubahan tanda tanda Planning :

vital selama aktifitas Lanjutkan intervensi

3 Kamis, 1. Mengkaji pengetahuan keluarga Subyektif :

7/3/2019 tentang TBC Paru Keluarga dan Klien belum

16.00 2. Mendiskusikan tentang pengertian, mampu menjelaskan kembali

gejala, penyebab dan faktor resiko hasil diskusi tentang TB paru

TBC Paru Keluarga bersedia menjadi

3. Mengevaluasi kemampuan kognisi pengawas minum obat

keluarga tentang TBC Paru Klien mau dan bersedia

4. Memberikan pujian pada keluarga meminum OAT selama 6

64
atas jawaban yang benar bulan tanpa putus.

5. Mendiskusikan dengan keluarga Keluarga bersedia membantu

tentang metode pengobatan dan memodifikasi lingkungan

pengawasan anggota keluarga yang

menderita TBC Paru Obyektif

6. Mengevaluasi kembali keputusan Klien sudah mendapatkan

keluarga OAT

7. Memberikan pujian pada keluarga Keluarga bersedia membuat

atas keputusan yang di ambil jadwal minum obat

8. Menjelaskan pentingnya lingkungan Analisis

dalam membantu mobilisasi dan Masalah belum teratasi

aktifitas Tn. I Planning

9. Mengidentifikasi resiko, baik Lanjutkan intervensi

penularan maupun cedera.

65
1 Jumat, 1. Memposisikan pasien untuk Subyektif :

8/3/2019 memaksimalkan ventilasi Klien mengatakan sesak

16.00 2. Melakukan fisioterapi dada mulai berkurang

3. Membuang sekret dengan Nyeri pada dada mulai

memotivasi pasien untuk batuk berkurang.

4. Mengajarkan cara melakukan batuk Skala nyeri ; 4 (sedang)

efektif

5. Memposisikan untuk meringankan Obyektif :

sesak napas Terdapat tarikan dada saat

6. Memonitor tanda-tanda vital bernapas terlihat ringan

RR : 22 x/menit

Analisis :

Masalah belum teratasi

Planning :

66
Lanjutkan intervensi

2 Jumat, 1. Mengkaji tingkat kemampuan klien Subyektif :

8/3/2019 dalam beraktifitas sehari-hari Klien mengatakan aktifitas

17.00 2. Mengidentifikasi aktifitas yang masih dibantu

dapat dilakukan Klien mengatakan dapat

3. Membantu pasien membuat jadwal bergerak perlahan

aktifitas rutin

4. Menganjurkan keluarga membantu Obyektif :

dalam memenuhi ambulasi harian Pergerakan masih terbatas

dan perawatan diri Klien tampak sesak bila

5. Memonitor perubahan tanda tanda beraktifitas lebih dari 5 menit

vital selama aktifitas Analisis :

Masalah belum teratasi

Planning :

67
Lanjutkan intervensi

3 Sabtu, 1. Mendiskusikan tentang pengertian, Subyektif :

9/3/2019 gejala, penyebab dan faktor resiko Keluarga dan Klien mampu

16.00 TBC Paru menjelaskan kembali hasil

2. Mengevaluasi kemampuan kognisi diskusi tentang TB paru

keluarga tentang TBC Paru Keluarga bersedia menjadi

3. Memberikan pujian pada keluarga pengawas minum obat

atas jawaban yang benar Klien mau dan bersedia

4. Mendiskusikan dengan keluarga meminum OAT selama 6

tentang metode pengobatan dan bulan tanpa putus.

pengawasan anggota keluarga yang Keluarga bersedia membantu

menderita TBC Paru memodifikasi lingkungan

5. Mengevaluasi kembali keputusan

keluarga Obyektif

68
6. Memberikan pujian pada keluarga Kepatuhan minum obat 90%

atas keputusan yang di ambil (baik)

7. Menjelaskan pentingnya lingkungan Pengetahuan resiko 75%

dalam membantu mobilisasi dan (baik)

aktifitas Tn. I Analisis

8. Mengidentifikasi resiko, baik Masalah teratasi

penularan maupun cedera. Planning

Intervensi selesai

1 Minggu, 1. Memposisikan pasien untuk Subyektif :

10/3/2019 memaksimalkan ventilasi Klien mengatakan sudah

9.00 2. Melakukan fisioterapi dada lumayan ringan sesaknya

3. Membuang sekret dengan Nyeri pada dada masih

memotivasi pasien untuk batuk terasa.

4. Mengajarkan cara melakukan batuk Skala nyeri ; 3 (ringan)

69
efektif Obyektif :

5. Memposisikan untuk meringankan Terdapat tarikan dada saat

sesak napas bernapas

6. Memonitor tanda-tanda vital RR : 20x/menit

Analisis :

Masalah teratasi

Planning :

Intervensi selesai

2 Minggu, 1. Mengkaji tingkat kemampuan klien Subyektif :

10/3/2019 dalam beraktifitas sehari-hari Klien mengatakan aktifitas

10.00 2. Mengidentifikasi aktifitas yang masih dibantu

dapat dilakukan Obyektif :

3. Membantu pasien membuat jadwal Pergerakan tidak terhambat

aktifitas rutin Klien tampak sesak lebih dari

70
4. Menganjurkan keluarga membantu 10 menit

dalam memenuhi ambulasi harian Analisis :

dan perawatan diri Masalah teratasi

5. Memonitor perubahan tanda tanda Planning :

vital selama aktifitas Intervensi selesai

71
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahapan pengambilan data oleh perawat dengan ditandai

pengumpulan informasi yang bersifat terus menerus dan sebagai keputusan

profesional yang mengandung arti sebagai informasi yang dikumpulkan.

Pengumpulan data bersumber dari pasien maupun keluarga dengan mekanisme

wawancara, pemeriksaan fisik, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya serta

pengalaman anggota keluarga yang dilaporkan. (padila, 2012). Pengkajian

keluarga menurut Muwarni (2007) adalah suatu tahapan dimana perawat

mengambil informasi secara terus menerus terhadap keluarga yang menjadi

binaannya.

Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada keluarga Tn. I sesuai dengan

teori yang telah di jabarkan tersebut di atas dengan menggunakan format

pengkajian keluarga dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik

dan juga menggali informasi dari pengalaman anggota keluarga untuk memenuhi

data dan informasi yang diperlukan dalam proses asuhan keperawatan.

Dalam pengkajian keluarga dengan TB Paru didapatkan keluhan Tn. I

mengatakan mengatakan sakit dada, batuk lebih dari sebulan, berkeringat dingin

di malam hari dan kurang nafsu makan, BB turun dan pemeriksaan BTA +.

72
Keluhan yang didapatkan penulis pada pengkajian sesuai dengan tanda dan

gejala Penyakit TB Paru menurut NSW Tuberculosis prevention and control,

(2007) yaitu batuk lebih dari dua minggu, sakit dada, penurunan berat badan,

nafsu makan kurang, kulit berwarna kuning, urine berwarna pekat sampai hitam,

dan demam. Menurut Arif Muttaqin (2012) gejala yang timbul selain dari batuk

darah, dapat pula ditemukan demam, nyeri dada, sesak napas, pada kasus berat

efusi pleura.

Pada pengkajian Tn. I mengatakan sering terpapar orang yang batuk.

Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, kurang nafsu makan,

penurunan berat badan, dan malaise. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(Darmanto, 2009) bahwa timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul

dalam beberapa minggu sampai bulan. Akan tetapi penampilan akut dengan

batuk, panas, dan sesak nafas. Gejala reaktivasi tuberkulosis berupa demam

menetap yang naik dan turun (hectic fever), berkeringat pada malam hari yang

menyebabkan basah kuyup (drenching night sweat), kaheksia, batuk kronik dan

hemoptisis. Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitif dan sangat non spesifik

terutama pada fase awal penyakit.Pada fase lanjut diagnosis lebih mudah

ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, terdapat demam penurunan berat badan,

crackle, mengi, dan suara bronkial.

B. Diagnosa Keperawatan

73
Diagnosa keperawatan keluarga adalah integrasi diagnosis ke sistem keluarga

yang merupakan hasil dari pengkajian keperawatan keluarga. Diagnosa

keperawatan keluarga terdiri dari masalah kesehatan keluarga baik aktual

maupun potensial. (Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:

1. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).

2. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah

ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

3. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan

dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat

ditingkatkan.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan

masalah TBC Paru adalah (NANDA NIC-NOC 2017) :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam

jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa sekresi

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan,

keletihan otot pernapasan

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-

kapiler

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk mencerna makanan

5. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit

6. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi

74
7. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

8. Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

kewaspadaan perdarahan

9. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

10. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan,

infeksi/kontaminan interpersonal, ancaman pada konsep diri

Pada studi kasus ini penulis menemukan 2 diagnosa keperawatan pada keluarga

Tn. I dengan Kasus Hipertensi yaitu :

1. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran alveolar

2. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum

Diagnosa Gangguan pertukaran gas yang penulis angkat dalam proses

keperawatan keluarga Tn. I ditandai dengan adanya keluhan batuk lebih dari

sebulan, sakit dada, nafsu makan berkurang, berkeringat dimalam hari.

Diagnosa tersebut sesuai dengan teori dimana tanda dan gejala atau respon

tubuh yang mengalami hipertensi menurut Darmanto (2009) yaitu menetap yang

naik dan turun (hectic fever), berkeringat pada malam hari yang menyebabkan

basah kuyup (drenching night sweat), kaheksia, batuk kronik dan hemoptisis.

Diagnosa kedua yaitu intoleransi aktifitas dimana diagnosa ini didukung oleh

data ketidaktahuan klien dan keluarga dalam mengatasi kondisi kelemahan klien,

batuk lebih dari sebulan, sesak napas dan keluarga tidak tahu merawat anggota

75
keluarga yang sakit dengan TBC Paru. Faktor ini disebabkan oleh lingkungan

keluarga dan juga informasi kesehatan yang kurang didapatkan oleh keluarga.

Diagnosa tersebut sesuai dengan teori Somantri (2009), beberapa keluhan pasien

Tb paru adalah 1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul. 2) Batuk:

terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk

membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering

sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum). 3) Sesak nafas: bila sudah

lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru. 4) Keringat malam. 5)

Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke

pleura sehingga menimbulkan pleuritis. 6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia,

nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat

malam. 7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. 8) Perlu

ditanyakan dengan siapa pasien tinggal.

C. Rencana Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

Intervensi dilakukan dengan ONEC yaitu (Observation) yaitu rencana tindkan

mengkaji tau melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien untuk memantau

secara langsung dan dilakukan secara kontinu, (Nursing) yaitu rencana tindakan

yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah perluasan

masalah, (Education) adalah rencana tindakan yang berbentuk pendidikan

76
kesehatan dan (Colaboration) yaitu tindakan kerjasama dengan tim kesehatan

lain yang dilimpahkan sebagian pelaksanaannya kepada perawat.

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosa

keperawatan, pernyataan keluarga dan perencanaan keluarga dengan

merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternatif dan sumber

serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak atau standar tetapi

dirancang bagi keluarga tertentu. (Friedman, 2010).

Pada intervensi dalam diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif

karena peningkatan produksi mukus difokuskan pada intervensi yang

memungkinkan keluarga mengenali masalah kesehatan dalam keluarga, mampu

untuk mengambil keputusan baik dalam pengawasan maupun memberikan obat

komplementer dan medis, serta keluarga mampu menggunakan fasilitas

kesehatan yang tersedia seperti puskesmas, dokter praktek maupun poliklinik

rumah sakit.

Pada intervensi dalam diagnosa keperawatan intoleransi aktifitas difokuskan

pada intervensi yang memungkinkan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang

tugas keperawatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan anggota keluarga

dimana keluarga harus mampu mengenal setiap kondisi sakit anggota

keluarganya dengan menekankan pada peningkatan kognisi atau pengetahuan

keluarga tentang penyakit. mampu untuk mengambil keputusan baik dalam

pengawasan maupun dalam memodifikasi linngkungan yang dapat membantu

77
anggota keluarga pemdertita TB Paru untuk menjalani aktifitas yang terbatas dan

bertahap.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana

intervensi yang telah disusun berdasarkaan hasil analisa data dengan

memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan memandirikan keluarga

dlam bidang kesehatan sehingga mampu memenuhi tugas keperawatan keluarga.

Klien dan keluarga dapat menilai potensi dan kemampuan sumber daya sendiri

dan mengembangkannya dalam implementasi yaitu mampu mengenal masalah

kesehatan anggota keluarga, mampu membuat keputusan untuk masalah

kesehatan keluarga, mampu merawat anggota keluarga yang sakit, mampu

memodifikasi lingkungan untuk kesehatan keluarga dan mampu menggunakan

fasilitas kesehatan yang tersedia. (Muwarni, 2007).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan utuk mengukur kemajuan proses

keperawatan terhadap respon klien selama mendapatkan tindakan keperawatan

dan pencapaian dari indikator keberhasilan suatu tujuan dimana perawat

melakuka evaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau

kemajuan dalam diagnosa keperawatan (Wijayaningsih, 2013).

78
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang terjadi saat

melakukan kontak dengan klien dengan menggunakan metoda

SOAP(subyektif,obyektif,analisis dan planning) dimana S (subyektif) berisi data

subyektif dari wawancara atau ungkapan langsung pasien, O(obyektif) berisi data

analisa dan interpretasi yang didapatkan dari pemeriksaan fisik pasien,

A(analisis) berdasarkan simpulan penalaran perawat terhadap hasil tindakan dan

P (planning) adalah perencanaan selanjutnya terhadap tindakan baik asuhan

mandiri, kolaboratif, diagnosis laboratorium maupun konseling sebagai tindak

lanjut (Potter and Perry, 2009).

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses dimana penulis melakukan

penilaian terhadap keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatannya sehingga memiliki tingkkat produktifitas tinggi dan dapat

mengembangkan sumber daya dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan konsep

evaluasi menurut Sugiharto,(2012) dimana menyatakan bahwa evaluasi adalah

tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan mudah atau sulit

dicapai dengan menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas

kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan terkait

masalah kesehatan, mampu merawat anggota keluarga yang sakit dan mampu

memodifikasi lingkungan serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

yang tersedia.

79
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dalam studi kasus ini, maka penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian, penulis menyimpulkan bahwa batuk lebih dari dua minggu,

pusing, keringat di malam hari, sakit dada, batuk lebih dari sebulan,

berkeringat dingin di malam hari dan kurang nafsu makan, BB turun dan

pemeriksaan BTA + merupakan gejala khas tuberculosis paru. Pada keluarga

faktor ketidaktahuan terhadap cara penanganan anggota keluarga yang

menderita TB paru menjadikan pasien tidak maksimal mendapatkan

perawatan dan pengawasan pengobatan.

2. Pada diagnosa keperawatan penulis mendapatkan diagnosa yang sudah

sering dimunculkan dalam keperawatan keluarga dengan TB Paru yaitu

Bersihan jalan napas tidak efektif dan intoleransi aktifitas, dan

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga.

3. Pada perencanaan keperawatan, NIC yang diambil adalah manajemen jalan

napas, terapi latihan dan pengajaran proses penyakit TB Paru.

80
4. Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan kegiatan yang dilaksanakan

manajemen jalan napas dengan memberikan posisi maksimal ventilasi,

fisioterapi dada dan latihan batuk efektif, terapi latihan untuk membantu

aktifitas fisik dan penyuluhan kesehatan.

5. Pada tahap evaluasi, yang dilakukan selama tiga hari menunjukan semua

masalah dapat teratasi.

B. Saran

Sesuai hasil dan kesimpulan studi kasus ini, penulis menyarankan :

1. Bagi Klien / Masyarakat

Jaga pola dan gaya hidup dan menghindari faktor-faktor yang menyebabkan

resiko penularan TB Paru, minum obat secara teratur selama 6 bulan tanpa

putus harus benar-benar diawasi oleh keluarga.

2. Bagi Puskesmas Meo-meo Kota Bau-bau

Petugas kesehatan agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang

komprehensif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam

melaksanakan asuhan keperawatan keluarga serta adanya pendokumentasian

yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien.

3. Bagi Peneliti

Dapat menjadi bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

kreativitas serta dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran.

81
DAFTAR PUSTAKA

Aziz. Alimul, (2009). Konsep Dasar Manusia. Salemba Medika. Jakarta

Brunner dan Suddarth, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Dongoes. M.E (2001). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Friedman, Marilyn, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga, konsep dan praktik. EGC.
Jakarta.

Haryanto, A., dan Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Ar-Ruzz Media.
Yogyakarta

Nur Lailatul M, Rohmah S, Azar Yoga Wicaksana. (2015). Upaya Keluarga Untuk
Mencegah Penularan Dalam Perawatan Anggota Keluarga Dengan
Tb Paru. Jurnal Keperawatan, Juli 2015: 108 – 116. Volume 6,
Nomor 2.

Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Jogja. Yogjakarta

Padila, 2012. Buku ajar keperawatan keluarga. Nuha medika. Yogyakarta

Pearce. C. (2009). Anatomi dan Fisiologi. Gramedia. Jakarta

Price dan Wilson. 2011. Patofisiologi. Konsep klinis dan proses penyakit. EGC.
Jakarta

Potter dan Perry, 2009. Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses dan
praktik. Vol.1. edisi 4. EGC. Jakarta

SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta

Sugiharto, 2012. Asuhan keperawatan keluarga dengan pedekatan keperawatan


transkultural. EGC. Jakarta.
Wijayaningsih, KS. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. CV. Trans info media.
Jakarta

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. EGC.


Jakarta
PEMERI}{TAH KOTA BAUBAU
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MEO-MEO
Jl. Hayarn Wuruk No. 97,Tetp {0402}2SZ49Z1

Nomor:445 1467

Y*r:g k$*nda hngan di hssr*** ifii ;

*!$Apde : da *iA *De HUftljL FEU$llIAe*


ffiIP : 1$771&13 2S1S*t 2 S*3
PANGffi&Y, GOLSNfiAIii : PEI*&TA TK"t"ffryS
"$&#&'TA*{ . KEP&I-& pusKEs**&s Mil*-ME*

&*ffiY*t*i{afi bs?:wa iTe{Es d* baw*h is:i. kns+be**r tdai: m*}ak**ka* pe*e6tiam dE


F**sh*srx** fd***rx** dari tenggal4 Fel*ruaritgi* sar*pa* *siessi

htAtutA : f-tURHAyATt
${tM . Ps$32**1Sr?5
Pffi*SRAeJl STt"$*t : D**l KEPTRAWATA!*
SHh#ESTEffi : $fr T"A A*r8
J{*SUL PI*THLry*Aru : ASI.}i-*Af* KEPERAWATAN FA*E KELTjARGA Tr*"}" ilEsGAr*
GAr**GuAF,i slsrErf pERr*ApASAr-f rB pARU Dl wtLAyA
KERJA PUSKESMAS MEO.MEO KOTA tsAUBAU

Demikian Surat keterangan inidibuat untuk dipergunakan sebagaimana mesiinya.

Baubau, 05..luli 2019


Dokter Puskesmas Meo-Meo

dr. Vlla O_{e NurulHusnah


NtP. 1s77r013 201001 2 083
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JL.Jend. Nasution No. G.l4 Anduonohu, Kota kendari 93232
Telp. (0401 ) 390492.Fax(0401 ) 393339 e-mai I : poltekkesken dari@yahoo.co m

SURAT KETERANGAN BEBAS PUSTAKA


No : UT.04. oLl t69 | L I 20Lg

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Unit Perpustakaan Politeknik Kesehatan

Kendari, menerangkan bahwa :

Nama Nurhayati

NIM P00320018175

Tempat Tgl. Lahir Wanci,22 November l-969

Jurusan Keperawatan RPL

Alamat Bau-Bau

Benar-benar mahasiswa yang tersebut namanya di atas sampai saat ini tidak mempunyai

sangkut paut di Perpustakaan Poltekkes Kendari baik urusan peminjaman buku maupun urusan

administrasi lainnya.

Demikian surat keterangan ini diberikan untuk digunakan sebagai syarat untuk mengikuti

ujian akhir pada Jurusan Keperawatan RPL Tahun 2019

ari,24 Juni 2019


;:.ir'

NtP. 197509141999032001
KEMENTERIAN KESEHATAN RI ffi
:.
rf.iii:,

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN iN'Y'4i


- SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN sfip
POLITEKN I K KESEHATAN KENDARI
Jl. Jend. A.H. Nasution. No. G.14 Anduonohu, Kota Kendari 93232
Telp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail: poltekkeskendari@

SURAT KETERANGAN BEBAS ADMINISTRASI


Nomor: PP.03.01/5/ 12019lotl
Dengan ini menyatakan bahwa:

Nama : Nurhayati
Nim : P00320018175

Benar-benar telah telah melunasi SPP Semester I s.d Vl yang terkait dengan
Jurusan Keperawatan, dengan bukti sebagai berikut:

1. Slip Pembayaran SPP Semester I s.d Semester Vl


2. Slip Pembayaran Ujian Akhir Program ([JAP)

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

19860504 201012 1 001

Anda mungkin juga menyukai