Anda di halaman 1dari 9

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI PENELITIAN

Setelah mengikuti pembahasan tentang struktur organisasi penelitian, para pembaca


diharapkan:
1. Memahami struktur organisasi penelitian secara sekuensial
2. Menguasai bermacam-macam permasalahan signifikan yang layak diangkat sebagai
permasalahan dalam penelitian.
3. Menyebutkan secara beurutan cara mendapatkan permasalahan Penelitian
4. Memilih permasalahan penelitian yang signifikan untuk diteliti dengan benar.

POKOK BAHASAN
Secara sistematis, suatu penelitian yang mendasarkan pada metode ilmiah, biasanya
dimulai dengan adanya permasalahan. Apakah permasalahan penelitian? (John Dewey, 1993;
Kerlinger, 1986) mengidentifikasi bahwa permasalahan secara faktual dapat berupa kesulitan
yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga diartikan
sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Seorang dosen merencanakan
perjaanan dari rumahnya ke kampus yang semula bisa dicapai dalam waktu 30 menit,
beberapa tahun terakhir ini semakin sulit bisa dicapai. Beberapa hambatan iersebut
diantaranya adalah, a) semakin padatnya kendaraan menuju ke kampus, b) pada waktu
tertentu sering terjadi macet dijalan, dan c) sulit mencari parkir kendaraan mobilnya, .
Permasalahan dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang dijadikan target yang telah
ditetapkan oleh peneliti, tetapi karena sesuatu hal target tidak dapat tercapai. Sesuatu hal yang
menyebabkan tidak tercapainya target disebut masalah. Permasalahan dapat pula diartikan
sebagai jarak antara sesuatu yang diharapkan dengan sesuatu kenyataan yang ada. Sebagai
contoh, seorang mahasisw merencanakan empat tahun dapat menyelesaikan kuliah sarjana S-
1 di universitas nya; kenyataanya setelah berusaha keras dia baru lulus dalam empat tahun
delapan bulan. Ada selisih delapan bulan antara harapan atau rencana dengan kenyataan yang
dialaminya. Macam-kendaraan transportasi, kemacetan, sulit mencari tempat parkir; gagal
mencapai target; waktu kuliah lebih panjang dibandingkan dengan encana yang telah
dilakukan adala contoh nyata dari bermacam-macam bentuk permasalahan
Dalam kehidupan manusia atau kehidupan kita sehari-hari banyak sekali permasalahan,
tetapi kita atau para peneliti muda menemui kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan
yang benar-benar layak untuk dijadikan penelitian. Banyaknya bentuk pemasalahan dapat
diklasifikasi menjadi dua macam, yaitu permasalahan yang sifatnya common sense (perasaan
) saja dan bukan permasalahan yang betul-betul masalah. Permasalahan yang baru dikatakan
mempunyai klasifikasi common sense biasanya dapat dirasakan hanya terbatas perasaan
seseorang atau diawali oleh hemat saya, sulit diukur, dan reliabilitas kemunculannya dalam
suatu konteks yang rendah. Dengan kata lain, tidak semua orang mengalami yang dirasakan
oleh orang lain.
Permasalahan yang mempunyai klasifikasi dapat diangkat sebagai masalah yang dapat
diteliti biasanya mempunyai karakteristik seperti berikut. Permasalahan tersebut biasanya:
Gambar 2.1 Diagram Permasalahan

dirasakan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu bidang yang sama; sering muncul dan
secara signifikan ditemui oleh orang-orang yang terlibat, permasalahan dapat diukur dengan
alat ukur penelitian, seperti: skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.
Walaupun demikian, mencari bentuk permasalahan penelitian memang sangat sulit dan
penting bagi para peneliti, sebelum mereka melangkah pada langkah kegiatan selanjutnya.
Kesulitan tersebut masih bertambah karena tidak adanya formulasi yang pasti dalam hal
bagaimana mencari permasalahan penelitian. Oleh karena itu, para peneliti dianjurkan agar
selalu berkonsultasi dengan pembimbing atau sesama peneliti muda. Kesulitan mencari
permasalahan biasanya juga tergantung pada ketajaman para peneliti itu sendiri dalam
menyeleksi dan merasakan sesuatu yang dapat dimasukkan sebagai permasalahan.
Beberapa macam sumber penelitian mungkin dapat membantu para peneliti
memperoleh permasalahan yang layak dijadikan bahan untuk diteliti. Beberapa sumber
permasalahan tersebut di antaranya adalah pengalaman seseorang atau kelompok, lapangan
tempat bekerja, laporan hasil penelitian, dan sumber dari bidang ilmu lainnya.
1. Pengalaman seseorang atau kelompok. Pengalaman adalah guru yang paling baik
dalam karier maupun profesi seseorang. Melalui pengalaman seseorang bisa dikatakan
ahli. Seorang pandai besi yang telah berpengalaman dalam hal membuat senjata
bertahun-tahun, dikatakan orang sebagai empu yang andal. Seorang detektif semakin
kaya dan cepat mengatasi permasalahan dalam pekerjaannya karena berpengalaman dan
telah banyak mengalami bermacam-macam kasus yang dapat menunjang profesionalitas
orang tersebut. Demikian pula dengan profesi-profesi lain seperti guru, pengacara,
dokter, dan sebagainya, mereka diberikan gelar dan tanda jasa untuk menghormati
pengalaman di bidangnya sebagai senior atau profesor. Orang-orang yang telah lama
menekuni bidang profesi tertentu dapat digunakan untuk membantu mencari
permasalahan yang signifikan diteliti.
2. Lapangan tempat bekerja. Tempat-tempat di mana seseorang maupun peneliti bekerja
adalah juga merupakan salah satu sumber permasalahan yang baik. Para peneliti dapat
melihat secara langsung, mengalami dan bertanya pada satu, dua, atau banyak orang
dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah dan
komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah dapat dijadikan sebagai
sumber penelitian baik secara makro maupun mikro. Seorang ahli pertanian, sejak
seorang petani mengolah tanah pertaniannya, menabur benih, memelihara tanaman,
memberantas penyakit tanaman, menuai hasil panen, menjual ke pasar adalah sumber
permasalahan yang selalu kaya akan permasalahan untuk diteliti. Pakar sosiologi akan
dapat merasakan bahwa sejak manusia hidup secara individual, secara kelompok,
bermasyarakat, berpemerintahan, bernegara, dan hidup dalam masyarakat dunia adalah
merupakan sumber permasalahan yang tidak akan kering untuk diteliti dan diselidiki bagi
kemanfaatan manusia. Semua bentuk kesulitan dan hambatan yang timbul dari tingkah
laku mereka dapat diangkat sebagai permasalahan penelitian. Lapangan atau tempat
bekerja dan manusia hidup adalah merupakan sumber kegiatan dan sumber penelitian
yang dapat menghasilkan peningkatan dan pengembangan ilmu terapan yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia.
3. Laporan hasil penelitian. Sumber yang ketiga untuk memperoleh permasalahan yang
signifikan adalah perpustakaan di mana hasil-hasil penelitian para peneliti berada. Dalam
perpustakaan pada umumnya disimpan, selain hasil penelitian juga jurnal penelitian
maupun perkembangan ilmu yang mutakhir yang dipublikasi untuk kepentingan belajar.
Dari hasil penelitian, biasanya di samping ada hasil temuan yang baru juga ada
kemungkinan penelitian yang direkomendasikan karena berkaitan dengan hasil penelitian
yang telah ada. Dari banyaknya laporan penelitian, seorang peneliti dimungkinkan dapat
memperoleh gambaran permasalahan yang baik untuk diteliti.
4. Sumber-sumber yang berasal dari bidang pengetahuan lain. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang lain di luar bidang yang kita kuasai sering kali memberikan pengaruh
munculnya permasalahan penelitian. Sebagai contoh misalnya, gerakan reformasi yang
muncul setelah Orde Baru, ternyata telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan
tuntutan para guru untuk memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik pada masa
yang akan datang. Era global telah mempengaruhi mobilitas dan tranformasi tenaga kerja
di beberapa negara, serta telah mempengaruhi sistem pendidikan dan sistem penilaian
lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan sistem ganda dalam SMK telah
memunculkan model pembelajaran model magang dalam usia kerja. Di mana dalam
sistem magang para training memperoleh pendidikannya di balai latihan kerja dan dunia
industri agar mereka, disamping dapat memperoleh sistem belajar yang baik dan relevan,
juga memperoleh pengalaman bekerja sesuai dengan bidang yang ditekuninya.
Gerakan hak asasi manusia yang muncul di masyarakat telah mempengaruhi sikap dan
tingkah laku masyarakat menjadi lebih berani dalam mengajukan hak-haknya yang telah lama
hilang. Inspirasi dan timbulnya permasalahan pendidikan banyak pula dipengaruhi oleh
perkembangan mutakhir di luar bidang kependidikan.

A. MEMILIH PERMASALAHAN PENELITIAN


Walaupun usaha untuk menentukan permasalahan, tidak ada resepnya yang pasti,
pembahasan tentang memilih permasalahan perlu juga diuraikan, agar para peneliti
khususnya peneliti muda dapat menggunakannya sebagai acuan di dalam mencari
permasalahan yang signifikan untuk diteliti. Permasalahan yang akan diteliti
(Kerlinger,1986), hendaknya dapat memenuhi tiga kriteria penting, yaitu
a) permasalahan atau problematika sebaiknya merefleksikan dua variabel atau lebih;
b) sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan;
c) sebaiknya dapat diuji secara empiris
Tiga kriteria ini penting sebagai pertimbangan peneliti dalam mengidentifikasi
permasalahan yang ditemui, baik dalam teori maupun di lapangan. Para peneliti sebaiknya
dapat memilih dari problematika yang ditemui menjadi dua klasifikasi, yaitu problematika
yang bersifat belum dapat diukur karena baru atas dasar pertimbangan common sense, dan
permasalahan yang betul-betul permasalahan yang layak diteliti yang umumnya mempunyai
ciri-ciri: dapat diukur dengan instrumen penelitian, sering ditemui di lapangan, dan
mempunyai manfaat yang berguna bagi masyarakat maupun bagi ilmu pengetahuan.
Dalam praktiknya, sebelum permasalahan dapat dirumuskan dengan baik, permasalahan
penelitian dapat dinilai dengan beberapa pertanyaan atau pernyataan seperti berikut.
1. Problem penelitian sebaiknya dapat memberikan kontribusi terhadap teori yang ada dan
bidang ilmu peneliti yang berkepentingan. Pernyataan ini pada pokoknya adalah
merupakan penegasan kembali fungsi penelitian yang utama, yaitu mempunyai
kontribusi terhadap pengetahuan baru dan bidang studi yang ada.
2. Setelah dilakukan studi terhadap permasalahan penelitian yang ada, problematika
hendaknya memberikan motivasi timbulnya permasalahan baru untuk dilakukan studi
dalam kegiatan penelitian berikutnya. Problematika penelitian yang baik adalah
permasalahan yang setelah diteliti mendorong yang bersangkutan atau para peneliti
lainnya untuk mengungkapkan lebih jauh.
3. Permasalahan peneliti dapat dirumuskan dalam statemen pertanyaan. Pertanyaan ini pada
umumnya akan mempunyai kelebihan di antaranya ialah lebih memastikan, baik peneliti
maupun orang lain terhadap apa yang akan dilakukan dalam studinya. Contoh pertanyaan
penelitian di antaranya seperti berikut.
a. Adakah hubungan yang signifikan antara penghasilan pekerjaan, prospek pekerjaan
dengan indeks prestasi pendidikan formal pada pelamar kerja yang diterima.
b. Adakah perbedaan antara hasil belajar dengan metode penyampaian dengan cara
belajar siswa aktif (CBSA) menggunakan problem solving dengan diskusi dengan
cara belajar secara tradisional ceramah.
4. Dalam bentuk kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Jika
permasalahan tersebut masih bersifat umum dan belum diidentifikasi secara rinci maka
problem penelitian dapat diungkapkan dengan melihat kesenjangan yang ada, misalnya:
a. kemampuan guru yang kurang dalam mendukung program baru,
b. motivasi belajar siswa rendah,
c. manajemen sekolah yang tidak efisien, dan
d. kesadaran masyarakat desa terhadap pemeliharaan proyek air minum masih
tergantung pada bantuan dari luar.

B. SEKUENSI MEMILIH PROBLEM PENELITIAN


Dalam memilih permasalahan penelitian akan lebih mudah bagi para peneliti, jika
mereka secara organisatoris memperhatikan langkah-langkah penting seperti berikut.
Pertama, mereka hendaknya dapat mengidentifikasi cakupan luas atau general area dari
permasalahan, misalnya bidang teknologi terapan, bimbingan karier, psikologi, sosiologi,
manajemen, bidang ekonomi, dan sebagainya. General area ini kemudian dapat digunakan
sebagai acuan dalam mencari akar permasalahan maupun sebagai latar belakang yang relevan
terhadap masalah yang hendak diteliti.
Cakupan yang luas tersebut kemudian dispesifikasi untuk mencari apakah permasalahan
tersebut sering kali muncul dan dapat pula dinilai secara kasar kemanfaatannya terhadap ilmu
general area maupun terhadap masyarakat pemakai. Sebagai contoh seorang peneliti akan
melakukan penelitian terhadap intensitas penggunaan bengkel mesin dan pemeliharaan
bengkel tersebut. Cakupan luas dari bengkel mesin dan pemeliharaan mesin-mesin yang ada
adalah teknologi industri. Hal ini berarti bahwa informasi yang ada dan diinginkan untuk
mengetahui lebih jauh tentang permasalahan peneliti dapat mengeksplorasi dari bidang ilmu
teknologi industri.
Kedua, mempersempit permasalahan sehingga menjadi permasalahan yang dapat diteliti
atau researchable problems. Langkah mempersempit ini perlu karena beberapa alasan, yaitu
sebagai berikut.
a. Tidak semua permasalahan dapat diteliti.
b. Permasalahan yang terlalu luas dan sulit diukur.
c. Permasalahan yang terlalu sempit bukan masalah penelitian tetapi hanyalah problem
solving yang dapat dipecahkan secara langsung.
Untuk menjaga agar langkah penyempitan tersebut menjadi lebih mudah bila
permasalahan yang hendak diungkap diatur sesuai dengan subtema dari bab pertama, yaitu
latar belakang penelitian atau research background, yaitu
a) Pendahuluan,
b) Identifikasi permasalahan,
c) Pembatasan masalah,
d) Perumusan masalah,
e) Tujuan penelitian, dan
f) Definisioperasional.
Penyempitan permasalahan juga digambarkan dengan cara lain, yaitu menjadi:
 masalah umum,
 masalah diidentifikasi secara intensif,
 masalah dibatasi yang relevan atau yang hanya berkaitan erat dengan interes peneliti, dan
 masalah dirumuskan.
Langkah berikutnya setelah masalah disampaikan ialah dirumuskan menjadi bentuk
pernyataan yang sesuai dengan metode penelitian yang hendak digunakan. Untuk penelitian
deskriptif, penelitian sejarah, dan penelitian survei, masalah yang hendak diteliti dirumuskan
dalam bentuk statement pertanyaan. Hal ini karena dalam bentuk-bentuk penelitian tersebut
ubahan atau variabel penelitian tidak diidentifikasi secara rinci.
Berikut adalah contoh bentuk permasalahan penelitian yang dirumuskan dalam statement
pertanyaan.
1. Apakah peranan Depnaker dalam menjembatani kebutuhan pencari kerja, dunia
pendidikan, dan dunia kerja?
2. Dalam bentuk apakah informasi pekerjaan dapat diberikan kepada para pencari kerja?
3. Apakah hambatan yang dialami dalam usaha meningkatkan peranan Depnaker?
4. Bagaimanakah peranan Depnaker dapat diketahui oleh para pencari kerja?
Jika bentuk penelitian yang dipilih adalah termasuk dalam ketiga jenis penelitian seperti
di bawah ini, yaitu ex-postfacto, penelitian eksperimen dan penelitian kuasi eksperimen,
pertanyaan penelitian biasanya digantikan dengan menggunakan pernyataan hipotesis
penelitian. Contoh bentuk permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis penelitian
dapat dilihat pada contoh di bawah ini.
1. Tidak ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
metode tradisional (ceramah dan mencatat) dengan para siswa yang diajar dengan model
inkuiri.
2. Ada hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar siswa dengan latar belakang
keadaan sosial dan ekonomi keluarga.
3. Ada pengaruh signifikan antara tenaga yang dihasilkan dengan kadar campuran bensin,
udara, dan posisi pengatur nyala api dalam kendaraan bermotor.
4. Tidak ada pengaruh signifikan antara tenaga yang dihasilkan dengan kadar campuran
bensin, udara, dan posisi pengatur nyala api dalam kendaraan bermotor.

C. KARAKTERISTIK PERMASALAHAN
Secara fungsional masalah penelitian mempunyai arti penting bagi para peneliti. Masalah
penelitian dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan di lapangan. Mengingat pentingnya
posisi tersebut, para peneliti dianjurkan untuk mengetahui ciri-ciri permasalahan yang baik
serta layak untuk diteliti. Ciri-ciri permasalahan tersebut di antaranya, yaitu dapat diteliti,
mempunyai manfaat teoretis maupun manfaat praktis, dapat diukur, sesuai dengan
kemampuan dan keinginan peneliti. Beberapa karakteristik tersebut akan dijabarkan seperti
berikut.
1. Dapat Diteliti
Suatu permasalahan dapat dikatakan dapat diteliti atau researchable, apabila masalah
tersebut dapat diungkap kejelasannya melalui tindakan koleksi data dan kemudian dianalisis.
Sebagai contoh, dalam bentuk apakah informasi pekerjaan dapat diberikan kepada para
pencari kerja? Seorang peneliti tidak akan dapat memberikan jawaban secara pasti. Oleh
karena itu, guna memperoleh jawaban tersebut mereka mencari informasi dengan beberapa
cara, misalnya:
a. Bertanya pada responden, dengan melakukan wawancara, dengan orang-orang yang
terlibat langsung, para pimpinan di kantor tenaga kerja, atau para pakar yang menguasai
bidang ketenagakerjaan.
b. Melakukan observasi langsung di mana para pencari kerja berada, yaitu di tempat-tempat
pendaftaran tenaga kerja baik di kabupaten maupun di provinsi terdekat.
c. Melakukan studi kepustakaan dengan buku, selebaran, dan dokumentasi lain yang
berkaitan erat dengan masalah tenaga kerja.
d. Menggunakan angket dan menyebarkannya kepada responden yang terkait.
Cara-cara tersebut akan dibahas lebih lanjut di bab yang lebih tepat, yaitu pembahasan
tentang instrumen penelitian. Isu filosofis dan yang berhubungan dengan agama juga perlu
dicermati secara hati-hati karena mungkin saja kedua masalah itu bukan masalah yang baik
untuk diteliti.

2. Mempunyai Kontribusi Signifikan


Ciri-ciri suatu masalah penelitian yang kedua adalah mempunyai kontribusi nyata.
Masalah penelitian dikatakan baik jika itu mempunyai manfaat bagi peneliti yang
bersangkutan maupun bagi masyarakat pada umumnya. Ada dua manfaat yang perlu
diperhatikan dalam mengidentifikasi masalah. Kedua masalah itu, yaitu manfaat teoretis yang
berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan yang kedua, yaitu manfaat
praktis yang langsung dapat digunakan atau dirasakan oleh masyarakat. Penelitian tentang
teknologi terapan bidang pertanian, industri, dan usaha adalah contoh-contoh penelitian
terapan yang mungkin lebih banyak manfaatnya bagi kepentingan manusia dalam
memecahkan persoalan hidup menjadi lebih baik.

3. Dapat Didukung dengan Data Empiris


Karakteristik yang ketiga yang juga penting untuk dipertimbangkan adalah fenomena
masalah tersebut dapat diukur baik secara kuantitatif maupun secara empiris. Ukuran empiris
atau ukuran yang didasarkan pada fakta yang dapat dirasakan oleh orang yung terlibat
mempunyai peranan penting. Karena dukungan data empiris memberikan hubungan yang erat
antara fakta dan konstruk suatu fenomena. Permasalahan akan menjadi lebih kuat lagi
perlunya untuk didukung dengan dara empiris, jika peneliti ingin mendudukkan penelitian
kuantitatif lebih mendasarkan pada sesuatu variabel yang harus didasarkan pada hukum
positif, empiris, dan terukur. Permasalahan yang tidak didukung dengan data empiris dan
tidak dapat diukur hanya jatuh pada kategori common sense yang sulit untuk ditindaklanjuti
dalam proses pengumpulan data.

4. Sesuai dengan Kemampuan dan Keinginan Peneliti


Karakteristik yang menganjurkan perlunya peneliti menyesuaikan kemampuan dan
sesuai dengan keinginannya. Permasalahan yang mempunyai tiga karakteristik di atas akan
memberikan keyakinan untuk dapat meneliti dan mengumpulkan data pendukung. Sedangkan
karakteristik terakhir memberikan kepercayaan bahwa apa yang hendak dilakukan di
lapangan akan berhasil, karena data yang ada di lapangan dan kemampuan peneliti untuk
mengumpulkan dan kemudian menganalisisnya sampai hasil penelitian dapat diperoleh.
Keinginan penulis juga mempunyai peranan penting dalam mendukung terselesaikannya
penelitian. Karena penelitian adalah kegiatan yang menyangkut kemampuan. Dan
kemampuan tanpa ada keinginan maka mungkin saja proses penelitian berlarut-larut dan
akhirnya merugikan si peneliti sendiri.

D. MERUMUSKAN PERMASALAHAN
Masalah penelitian yang sudah diidentifikasi dan dibatasi agar memperoleh masalah
yang layak untuk diteliti masih harus dirumuskan agar dapat memberikan arah bagi si
peneliti. Rumusan permasalahan yang baik, harus dapat mencakup dan menunjukkan semua
variabel maupun hubungan variabel satu dengan variabel yang lain yang hendak diteliti.
Mengenai bentuk pernyataan permasalahan yang dirumuskan, ada beberapa macam pendapat
penting yang dapat dilihat seperti berikut.
Mereka menunjukkan bahwa rumusan masalah penelitian harus jelas dan tidak
menduakan arti (Gay 1981: 28; Yoseph dan Yoseph 1913:45). Sebagai contoh:
 The problem to be investigated in the study is the effect of positive reinforcement on the
quality of English compositions. (Masalah ini diselidiki dalam studi mengenai dampak
penguatan positif atas kualitas komposisi bahasa Inggris.)
 The purpose of the study was to evaluate the existing home economics curriculum by:
(Kegunaan dari studi ini untuk penilaian kurikulum pelajaran ekonomi rumah tangga),
yaitu
a) Identfying the interest and needs of students. (Menunjukkan kepentingan-
kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan siswa).
b) Eliciting parental opinions on what they consider important areas to be taught in
home economics. (Mendapatkan pendapat-pendapat orang tua mengenai
pertimbangan yang menurut mereka penting di dalam pengajaran pelajaran ekonomi
rumah tangga.)
Permasalahan penelitian sebaiknya dinyatakan dalam pertanyaan-pertanyaan Kerlinger
1986:16; Sukardi, 1973). Sebagai contohnya dapat dilihat seperli berikut.
 What are the effects of pupil performance of different types of intensives? (Apa akibat
dari perbedaan jenis penghargaan atas prestasi siswa?)
 What are the opinions of managers, administrators, and senior teachers towards
accreditation practices in vocational and technical education? (Apa pendapat manajer,
staf administrasi, dan guru senior terhadap praktik akreditasi dalam sekolah kejuruan dan
lembaga terhadap pendidikan?)
 How oftens is accreditation evaluation done by the accreditation agencies? (Berapa
sering pelaksanaan penilaian akreditasi dari lembaga-lembaga akreditasi?)
 What are the benefits of the accreditation to the vocational and technical institution?
(Apa keuntungan dari akreditasi atas lembaga kejuruan dan teknik?)
Dari beberapa contoh di atas dapat disimpulkan bahwa merumuskan masalah penelitian
itu dapat bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti. Oleh karena itu, perlu hati-hati
dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian. Yang perlu diperhatikan
dalam hal ini adalah adakah ditunjukkan dalam rumusan tersebut karakteristik yang telah
disebutkan di atas.

Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini.
1. Mencari permasalahan dalam penelitian adalah hal yang paling sulit dilakukan terutama
bagi para peneliti muda.
2. Masalah penelitian yang layak dapat diteliti sebetulnya banyak sekali dan tidak terbatas
jumlahnya, yang sulit dilakukan adalah tidak semua peneliti memiliki sensitivitas untuk
mengidentifikasi masalah penelitian.
3. Ada sedikitnya empat sumber-sumber permasalahan yang dapat digunakan untuk
mencari masalah penelitian. Keempat sumber permasalahan tersebut, yaitu pengalaman
individual dan kelompok, tempat seseorang bekerja, laporan penelitian dan sumber lain
di luar bidang pendidikan.
4. Agar memudahkan dalam memilih permasalahan penelitian, peneliti dapat menggunakan
sekuensi seperti berikut:
a. mengidentifikasi cakupan umum atau general area-nya,
b. mengidentifikasi masalah yang ada,
c. membatasi permasalahan yang berkaitan erat, dan
d. merumuskan permasalahan.
5. Permasalahan penelitian mempunyai beberapa karakteristik penting yang digunakan oleh
seseorang peneliti. Beberapa karakteristik tersebut di antaranya adalah dapat diteliti,
mempunyai kontribusi teoretis, harus dapat diukur, dan sesuai dengan kemampuan dan
interes peneliti.
6. Langkah penting setelah memperoleh permasalahan, masalah yang layak diteliti
dirumuskan dalam statement yang jelas dan tidak mendua arti. Atau dapat pula
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, tergantung dengan metode penelitian yang hendak
digunakan.

Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan?
2. Apa yang membedakan antara permasalahan yang masih dalam klasifikasi common
sense dan permasalahan yang dapat diteliti?
3. Mengapa permasalahan penelitian perlu ada dalam proses penelitian?
4. Bagaimanakah karakteristik permasalahan yang dapat diteliti?
5. Adakah petunjuk yang dapat memudahkan teridentifikasinya permasalahan penelitian?
6. Dimanakah seorang peneliti bisa mendapatkan permasalahan penelitian yang baik?
7. Terangkan secara singkat bagaimanakah seorang peneliti harus mempersempit
permasalahan?
8. Bolehkah seorang peneliti sudah menyatakan secara definitif hubungan, pengaruh satu
variabel dengan variabel lainnya?
9. Berikan contoh identifikasi masalah penelitian secara singkat!
10. Adakah kata-kata pembantu yang memudahkan disusunnya rumusan masalah?
11. Apakah yang dimaksud dengamn lima W dan satu H?
12. Berikan contoh perumusan masalah yang layak untuk diteliti?

Jawab
1. Secara definitif, yang dimaksud dengan permasalahan adalah sesuatu hal yang
menyebabkan tidak tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Permasalahan dapat juga diartikan sebagai jarak antara apa yang diharapkan dengan apa
yang menjadi kenyataan.
2. Permasalahan yang masih diklasifikasikan sebagai common sense adalah masalah yang
masih terbatas pada perasaan seseorang sulit diukur, muncul dalam tingkat reliabilitas
rendah dan tidak semua orang mengalaminya. Permasalahan yang dapat diteliti
merupakan problematika yang dapat dirasakan, sering muncul, dapat diukur, dan secara
signifikan dapat ditemui oleh orang-orang yang terlibat.
3. Karena permasalahan merupakan titik awal perlunya suatu kegiatan penelitian. Bila tidak
ada masalah, pada umumnya seorang peneliti tidak perlu bersusah payah melakukan
penelitian.
4. Karakteristik permasalahan yang signifikan untuk diteliti merupakan masalah yang
mempunyai nilai tertentu, misalnya bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
teori, mempunyai nilai praktis, dan bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat.
5. Ada. Kata-kata yang mengindikasikan fenomena permasalahan tersebut misalnya belum
... misalnya belum tercapainya tujuan organisasi, rendah ... misalnya rendahnya
komitmen pimpinan sekolah, buruk, inefesiensi, gagal ...., dan sebagainya.
6. Ada beberapa tempat layak menjadi sumber permasalahan penelitian. Pertama,
pengalaman seseorang atau kelompok, kedua, lapangan di mana seorang peneliti
melakukan pekerjaannya sehari-hari, sekolah bagi kepala sekolah dan guru, di
laboratorium, kelas, dan masyarakat bagi para peneliti. Ketiga, perpustakaan adalah
merupakan tempat yang tidak akan kering bagi permasalahan yang dapat diteliti. Karena
di dalam perpustakaan tersebut tersimpan buku, jurnal, surat kabar, hasil penelitian yang
kesemuanya merupakan sumber ilmu pengetahuan yang relevan.
7. Permasalahan diungkapkan secara global sejak dari: a) latar belakang, kemudian b)
diidentifikasi fenomena yang dapat dirasakan dan muncul di lapangan, c) dilakukan
pembatasan permasalahan pada variabel yang diduga kuat berpengaruh terhadap
tercapainya tujuan penelitian, dan d) permasalahan tersebut dirumuskan ke dalam
bentuk-bentuk pertanyaan.
8. Belum boleh, karena pada bab pendahuluan tersebut seorang peneliti baru merumuskan
permasalahan atas dasar fenomena induktif dari lapangan atau fakta yang muncul. Oleh
karena itu, masalah yang dirumuskan juga masih bersifat umum.
9. Contoh identifikasi masalah penelitian:
a. Rendahnya kualitas lulusan SMK dalam memenuhi tuntutan pasar kerja.
b. Standar minimal sarana dan prasarana sekolah belum terpenuhi.
c. Kesejahteraan tenaga pendidik belum optimal.
d. Komitmen pengelola pendidikan dalam peningkatan mutu belum optimal.
10. Ada. Seorang peneliti dapat menggunakan awalan pertanyaan dalam rumusan
permasalahan, yaitu lima W dan satu H.
11. Yang dimaksud lima W dan satu H adalah awalan pertanyaan dalam bahasa Inggris:
What...? Where...? Why...? Who...? dan When...? Dan yang terakhir How...?
12. Contoh rumusan masalah
a. Sejauh mana pemahaman manajemen oleh para pimpinan lembaga?
b. Bagaimanakah aspek-aspek manajemen diimplementasikan dalam penyelenggaraan
proses belajar mengajar?
c. Apakah para guru memahami mekanisme pendistribusian dokumen Ujian Akhir
Negara SMK?

Anda mungkin juga menyukai