BUKU PANDUAN
KETERAMPILAN KLINIK 1.B
Semester Ganjil 2020/2021
VISI
Menjadi program studi profesi dokter yang terkemuka dan bermartabat terutama di bidang
penyakit tidak menular pada tahun 2023
MISI
JENIS KETERAMPILAN
1 DARAH 1 :
PENGENALAN DAN PENGGUNAN MIKROSKOP
2 URINALISIS RUTIN
a. PEMERIKSAAN URINE SECARA MAKROSKOPIS
b. PEMERIKSAAN URINE SECARA MIKROSKOPIS
c. PEMERIKSAAN PROTEIN URINE
d. PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE
e. PEMERIKSAAN URINE METODE DIPSTIK
PENYUSUN:
1. Dr. dr. Efrida, SpPK(K), M. Kes
2. Dra. Dian Pertiwi, MS
KONTRIBUTOR:
EDITOR
Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini
dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa izin dari Program Studi Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Ketua Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universias Andalas menyatakan bahwa Buku Panduan Keterampilan Klinik 1.B yang disusun
oleh:
Telah mengacu pada Kurikulum Berbasis Kommpetensi Program Studi Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Periode 2014-2019 dan dapat digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan KK pada pendidikan tahap akademik Program Studi Kedokteran FK
UNAND tahun 2020/2021.
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa kami ucapkan karena telah selesai
menyusun PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 1B untuk mahasiswa Program Sudi
Kedokteran Semester 1 tahun ajaran 2020/2021. Kegiatan keterampilan klinik pada blok ini
terdiri atas:
2. URINALISIS RUTIN :
f. Pemeriksaan urine secara makroskopis
g. Pemeriksaan urine secara mikroskopis
h. Pemeriksaan protein urine
i. Pemeriksaan glukosa urine
j. Pemeriksaan urine metode dipstik
Kritik dan saran untuk perbaikan penuntun ini sangat kami harapkan. Akhirnya
kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan pengadaan penuntun ini, kami
ucapkan terima kasih.
Jumlah Kegiatan
No. Nama Kegiatan
(latihan dan ujian)
1. DARAH 1 :
Pengenalan dan pemeliharaan mikroskop 2X
2. URINALISIS RUTIN
a. Pemeriksaan urine secara makroskopis
b. Pemeriksaan urine secara mikroskopis
c. Pemeriksaan protein urine
d. Pemeriksaan glukosa urine 3X
e. Pemeriksaan urine metode dipstik
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN PENGESAHAN 4
KATA PENGANTAR 5
DAFTAR ISI 6
I. PENGANTAR
IV. PRASYARAT:
Fisika SMA: Mahasiswa memiliki kompetensi menganalisis alat-alat optik secara
kuantitatif dan kualitatif.
V. TEORI
A. Umum
Secara umum mikroskop terdiri atas:
- lensa (okuler/eyepice dan objektif)
Lensa okuler mempunyai pembesaran 10X, sedangkan lensa objektif mempunyai
pembesaran 10X (low power), 40X (high-dry), dan 100X (oil immersion)
- mechanical stage
- substage condenser system dengan diafragma iris
- sumber cahaya
B. Jenis-jenis mikroskop
Berdasarkan sumber cahaya ada dua jenis mikroskop:
- Mikroskop cahaya --------- menggunakan cahaya matahari
- Mikroskop elektrik --------- menggunakan arus listrik sebagai sumber cahaya
iv
c
iii
ii d
i
a
e
1. Bagian mekanik :
b. Kaki dan tangkai mikroskop
c. Meja mikroskop
d. Tubus yang menghubungkan lensa okuler dengan lensa objektif
e. Knop (skrup) penggerak.
f. Pengatur cahaya
2. Bagian optik
i. Cermin
ii. Kondensor dan diafragma
iii. Lensa objektif, terletak dekat objek/slide
iv. Lensa okuler, terletak dekat mata.
Skor
No. Kegiatan
0 1 2
1. Mempersiapkan mikroskop sebelum dipergunakan
2. Cara mengangkat/memegang mikroskop
3. Mengenal bagian-bagian mikroskop dan fungsinya
4. Cara menghidupkan mikroskop
5. Cara meletakkan objek yang akan dilihat
6. Memfokuskan bayangan objek yang akan dilihat dengan lensa
objektif 10 x (pembesaran 100x)
7. Cara menggunakan lensa objektif 40 x (pembesaran 400 x)
8. Cara mempergunakan lensa objektif 100X (pembesaran 1000x),
sebelum menggunakan lensa objektif 100 x, tetesi sediaan dengan
emersi oil.
9. Mematikan lampu, menurunkan meja preparat ke posisi terendah
dan mengeluarkan preparat.
10. Memposisikan lensa objektif pada ukuran terkecil.
11. Membersihkan mikroskop dengan dietil eter jika mempergunakan
lensa objektif 100X.
TOTAL
1. PENGANTAR
Pemeriksaan urine (urinalisis) tidak hanya memberikan informasi tentang keadaan ginjal
dan saluran kemih, tetapi juga informasi tentang faal hati, saluran empedu, pankreas,
korteks adrenal, abnormalitas genetik, dan lain-lain. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
pada urine meliputi pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, mikrobiologi, dan kimia. Pada
tahap ini akan diberikan keterampilan pemeriksaan urine rutin, yaitu pemeriksaan secara
makroskopis dan mikroskopis, pemeriksaan glukosa, dan protein dalam urine Lamanya
waktu yang dibutuhkan dan waktu yang tersedia untuk berlatih adalah tiga kali pertemuan.
Tempat dilakukannya skill ini adalah: laboratorium sentral FK UNAND.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urine secara makroskopis dan mikroskopis (sel
epitel, leukosit, eritrosit, silinder, mikroorganisma, kristal, dan lain-lain) serta
menginterpretasi hasil pemeriksaan.
STRATEGI PEMBELAJARAN
PRASYARAT
Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:
Pengetahuan tentang komposisi urine normal
Persiapan pasien sebelum pengambilan sampel
Cara pengambilan dan wadah serta pemilihan spesimen untuk pemeriksaan
Pengetahuan tentang penggunaan mikroskop
TEORI
Komposisi urine normal adalah air (komponen utama), produk sisa yang terlarut dalam
urine (seperti; ureum, kreatinin, asam urat), elektrolit, dan hormon (setelah menjalankan
fungsi spesifiknya pada tubuh). Komposisi kimia urine juga tergantung kepada makanan,
cairan, dan zat/obat yang dikonsumsi.
PRAANALITIK
Persiapan Pasien:
Persiapan Sampel:
Sampel yang memberikan hasil terbaik untuk mendeteksi abnormalitas adalah urine
pagi (setelah terkonsentrasi ± 8 jam dalam kandung kemih) dan diperiksa dalam waktu ≤ 2
jam setelah dikemihkan. Apabila terjadi penundaan pemeriksaan, urine harus disimpan
dalam botol tertutup pada lemari pendingin (suhu 40C) untuk menghindari dekomposisi oleh
bakteri atau menggunakan pengawet.
Wadah penampung harus bersih, kering, tertutup rapat serta diberi label/identitas
pasien (nama, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, alamat, keterangan klinis), jenis
pengawet jika menggunakan pengawet.
Metode yang sering digunakan adalah pengumpulan urine ketika berkemih pada suatu
saat. Metode lain (untuk pasien dan tujuan tertentu) adalah melalui kateter, punksi
suprapubik, dan clean voided midstream.
3. Volume Urine.
Pengukuran volume urine berguna untuk menentukan adanya gangguan faal ginjal
dan keseimbangan cairan tubuh, serta penentuan kuantitatif suatu zat dalam urine,
biasanya dilakukan pada urine kumpulan 24 jam.
Volume urine normal tergantung kepada umur, jenis kelamin, suhu badan, iklim, asupan
makanan/minuman, dan aktivitas. Pada orang dewasa normal volume urine kurang lebih
1500 mL/24 jam.
4. Berat Jenis (BJ)
Pemeriksaan BJ dapat dilakukan dengan menggunakan urinometer/refraktometer
dan reagen strip. Berat Jenis urine sangat erat kaitannya dengan diuresis. BJ urine
normal berkisar antara 1,016-1,022.
5. Derajat Keasaman/pH.
Penetapan pH dapat memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh pada gangguan
keseimbangan asam basa. Derajat keasaman urine juga dapat memberi petunjuk etiologi
infeksi saluran kencing. Infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan
infeksi oleh proteus biasanya menyebabkan urine alkali.
Penetapan pH urine dapat dilakukan dengan menggunakan indikator strip atau reagen
strip. pH urine normal (urine harus segar) berkisar antara 4,6-8,5.
Sel epitel adalah sel berinti satu dengan ukuran lebih besar dari leukosit. Bentuknya
berbeda menurut tempat asalnya sehingga dapat menggambarkan lokasi kelainan. Sel epitel
gepeng berasal dari vulva dan uretra bagian distal, sel epitel transisional berasal dari
kandung kemih, dan sel epitel bulat dari pelvis/tubuli ginjal.
2. Leukosit
Nilai rujukan < 5/LPB.
Cara pemeriksaan jumlah leukosit adalah dengan menghitung sel leukosit dalam
beberapa lapangan pandang besar dan dilaporkan rerata jumlah sel leukosit per-LPB,
misal: 25-28/LPB
Jumlah leukosit meningkat pada infeksi saluran kemih.
Leukosit lebih jelas terlihat kalau sedimen urine diberikan setetes larutan asam acetat
10%.
3. Eritrosit
Nilai rujukan 0-1/LPB.
Cara pemeriksaan jumlah eritrosit adalah dengan menghitung sel eritrosit dalam
beberapa lapangan pandang besar dan dilaporkan rerata jumlah sel eritrosit per-LPB.
Hematuria mikroskopis menunjukkan adanya perdarahan pada saluran kemih.
4. Silinder
Silinder terbentuk pada tubulus ginjal dengan matriks glikoprotein yang berasal dari sel
epitel ginjal. Silinder pada urine menunjukkan keadaan abnormal pada parenkim ginjal
yang biasanya berhubungan dengan proteinuria, anuria/oliguria/aliran urin yang
lambat, dan pH asam. Macam-macam silinder yang dapat ditemukan adalah: silinder
hialin, silinder sel (eritrosit, leukosit, epitel), silinder granular (berbutir), silinder lemak,
dan silinder lilin.
2. Kristal
Pada urine normal dapat ditemukan kristal asam urat, tripel fosfat, kalsium oksalat,
kalsium fosfat, kalsium karbonat, kalsium sulfat.
Dalam keadaan abnormal dapat ditemukan kristal sistin, leusin, tirosin, dan
kolesterol. Dapat juga ditemukan kristal sulfonamid yang berasal dari obat.
3. Zat lemak
Pada lipiduria dapat ditemukan butir-butir lemak bebas yang terlihat dengan
pewarnaan Sudan III.
Gambar:
Sel Erythrocyte
Berupa small yellowish discs, thin circles, increased spiky edges, reduced
darker at the edges (8mm); diameter (9–10mm). diameter (5–6mm);
Note: Erythrocytes may be found in the urine of women if the specimen has been
taken during the menstrual period
Sel Leucocyte
Intact cells degenerated cells pus
clear granular discs, 10–15mm distorted shape, shrunken, less clumps of numerous
(the nuclei may be visible); granular degenerated cells
Ephitelial
Renal cells Ureteral and renal pelvic cells
Renal cells are smaller than renal pelvic cells Medium-sized oval cells with a distinct nucleus.
(the size of 1–2 leukocytes) and are very If many cells are present together with leukocytes
granular. The nucleus is shiny and clearly and filaments, they may be from the ureter.
visible. Renal cells are almost always present If a few are present, with no leukocytes, they
with protein in the urine may be cells from the renal pelvis
Casts are cylindrical in shape and long, crossing almost the whole field when examined
under the X 40 objective.
Cast
smaller granules that transparent and rather short casts are filled with more
do not fill the cast (a). slightly shiny; the filled with large or less
Do not confuse with ends are rounded or granules, pale degenerated
hyaline casts, partly tapered yellow in colour, erythrocytes,brow
covered with rounded ends nish in colour.
byamorphous
phosphate crystals
(b).
Ephitelial casts Pus casts Fatty casts
are filled with pale are completely filled are very shiny yellowish casts; the edges
yellow epithelial cells with leukocytes (a). are indented and distinct and the ends
Do not confuse with are rounded
hyaline casts, which
may contain a few
leukocytes
If dirty receptacles or slides are used or if the Crystals have regular geometric shapes
urine specimen is left exposed to the air, the (a), unlike amorphous debris, which is
following may be found oil droplets (shiny) (a); made up of clumps of small granules
starch granules (which will be stained blue–black with no definite shape (b). Except in
with Lugol iodine, 0.5% very rarediseases, crystals in urine
solution (b) grains of pollen from flowers (c); have no diagnostic significance
hairs (d);
like a star, colourless. very small, millet or long prisms or flat Hexagonal plates.
corn grains, grouped blades, separate colourless, very
in pairs, colourless. or in bundles. shiny.
PROSEDUR KERJA
Prosedur/Cara Kerja
1. Masukkan 10-15 mL urine ke dalam conical centrifuge tube, lalu urine tersebut
disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm.
2. Buanglah cairan di bagian atas tabung sehingga volume cairan dan sedimen tinggal
kira-kira 0,5-1 mL.
3. Kocoklah tabung untuk meresuspensikan sedimen urine.
4. Letakkanlah 1-2 tetes suspensi tersebut di atas kaca objek lalu tutup dengan kaca
penutup.
5. Periksa sedimen di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x (10x10) untuk LPK
dan pembesaran 400x (10x40) untuk LPB.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. 2007
2. Hardjoeno. Substansi dan Cairan Tubuh. Lembaga Penerbitan Universitas
Hasanuddin. 2004
3. Graff SL. A Handbook of Routine Urinalysis. JB Lippincott Co, Philadelphia, 1983
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Menerangkan tujuan dan prosedur pemeriksaan kepada
pasien
2. Melakukan persiapan alat dengan benar
3. Menilai makroskopis urine:
Warna
Kejernihan
Bau
Melakukan pemeriksaan mikroskopis urine:
4. Memasukkan urine ke dalam conical centrifuge tube, lalu
urine tersebut disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan
1500 rpm.
5. Membuang cairan di bagian atas tabung sehingga volume
cairan dan sedimen tinggal kira-kira 0,5-1 mL
6. Meresuspensikan sedimen urine.
7. Meletakkan 1-2 tetes suspensi tersebut di atas kaca objek lalu
ditutup dengan kaca penutup.
8. Melakukan pemeriksaan sedimen urine menggunakan
mikroskop dengan prosedur yang benar
9. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan urine secara
mikroskopis pada lapangan pandang kecil/LPK
10. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan urine secara
mikroskopis pada lapangan pandang besar/LPB
A. PENDAHULUAN
1. KOMPETENSI
Pemeriksaan adanya glukosa urine merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh
mahasiswa fakultas kedokteran. Dengan mengetahui adanya glukosa dalam urine,
mahasiswa dapat menduga apakah pasien mengalami diabetes mellitus atau tidak. Cara
yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi adanya glukosa dalam urin adalah dengan uji
Benedict.
Keterampilan ini dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran semester 3 (blok 2.3).
Kegiatan ini dilakukan 2 kali pertemuan
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu :
Mengkomunikasikan kepada pasien tujuan pemeriksaan glukosa dalam urine.
Menjelaskan kepada pasien prosedur pemeriksaan.
Melakukan pemeriksaan glukosa pada urine.
Menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien.
3. MATERI
3.1 KOMUNIKASI
a. TEORI
Pemeriksaan glukosa dalam urine dapat dilakukan di laboratorium sederhana di rumah
sakit /klinik menggunakan uji Benedict. Metoda ini merupakan cara semikuantitatif yang
secara kasar dapat menentukan kadar glukosa dalam urine.
Adanya glukosa dalam urine dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat
mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji ini tidak spesifik terhaap
glukosa., zat lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga memberikan hasil yang
positif. Gugus aldehid atau keton bebas dari gula akan mereduksi cuprioksida dalam
pereaksi Benedict menjadi cuprooksida. Hasil pemeriksaan diamati dengan adanya
perubahan warna.
- Pipet takar
- Penangas air
- lampu spiritus
- Gelas piala
- Rak tabung reaksi
- Pencepit tabung reaksi dari kayu
CARA KERJA
- Masukan ke dalam tabung reaksi 5 ml pereaksi Bennedict
- Tambahkan 8 tetes urine, kemudian dikocok.
- Panaskan selama 5 menit pada penangas air mendidih, atau didihkan di atas api
kecil selama 1 menit.
- Biarkanlah menjadi dingin perlahan-lahan
- Amati warna larutan yang terbentuk
Penafsiran
Warna Penilaian Kadar
Biru / Hijau 0 -
Hijau keuningan + < 0,5 %
Kuning kehijauan ++ 0,5 – 1,0 %
Kuning lumpur +++ 1,0 – 2,0 %
Merah bata ++++ >2%
Skor
No Aktivitas yang dinilai
0 1 2
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada pasien
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan kepada pasien
serta minta persetujuan pasien
4 Meminta persetujuan pasien
5 Meminta pasien untuk mengambil urin
6 Mempersiapkan alat dan bahan
7 Memasukan 5 ml pereaksi Benedict ke dalam tabung reaksi
8 Menambahkan 8 tetes urine ke dalam tabung yang berisi
pereaksi Benedict
9 Mengocok campuran dengan sempurna
10 Melakukan pemanasan dengan mencatat lama pemanasan yaitu
selama 5 menit pada penangas air mendidih, atau di atas api
kecil selama 1 menit
11 Melakukan pendinginan secara perlahan-lahan
12 Mengamati warna larutan yang terbentuk serta menafsirkannya
13 Melakukan penafsiran dari pengamatan hasil
Jumlah skor
A. PENDAHULUAN
1. KOMPETENSI
Pemeriksaan adanya protein urin merupakan skills yang harus dimiliki oleh mahasiswa
kedokteran. Dengan mengetahui adanya protein dalam urin, mahasiswa dapat
menduga apakah pasien (ibu hamil) mengalami eklamsia/pre-eklamsia atau tidak. Cara
yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi adanya protein dalam urin adalah dengan uji
koagulasi.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu :
Mengkomunikasikan kepada pasien tujuan pemeriksaan proteinuria.
Menjelaskan kepada pasien prosedur pemeriksaan.
Melakukan pemeriksaan protein pada urin.
Menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada klien
3. MATERI
3.1 KOMUNIKASI
Komunikasi merujuk kepada skills lab blok 1.1 (komunikasi)
a. TEORI
Proteinuria ditentukan secara laboratorium sederhana dapat dilakukan di rumah sakit
/klinik atau di rumah dengan menggunakan uji koagulasi. Adanya protein dalam urin
dapat dinyatakan berdasarkan sifat protein yang mengalami denaturasi (mengendap)
pada suhu mendidih. Cara ini juga akan mengendapkan fosfor yang terdapat dalam
urin. Penambahan asam asetat pada metoda ini tujuannya adalah agar mencapai titik
isoelektrik protein, tetapi endapan fosfor dalam urin dapat larut dalam suasana asam.
b. PROSEDUR KERJA
Bahan dan Alat
- Urin
- Asam asetat 2%
- Tabung reaksi
- Gelas piala
- Pipet tetes
- Pipet takar
- Lampu spiritus
- Rak tabung reaksi
- Pencepit tabung reaksi dari kayu
Cara Kerja
- Masukan ke dalam tabung reaksi 5 ml urin
- Didihkan di atas api kecil selama 1 menit.
- Amati endapan yang terbentuk (protein atau fosfat)
- Tambahkan 5 tetes asam asetat 2 %
- Bila endapan tetap ada menandakan ada protein
- Bila endapan hilang menandakan adanya fosfat
4 EVALUASI
a. Cara penilain dengan menggunakan checklist
b. Yang dinilai :
Komunikasi sambung rasa dengan pasien
Sampaikan tujuan dan prosedur pemeriksaan kepada pasien serta meminta
persetujuan pasien.
masukkan 5 ml urin ke dalam tabung sentrifus
Sentrifue urin di atas dengan kecepata 300 rpm selama 5 menit
Pisahkan endapan dan supernatant
Mendidihkan tabung reaksi yang berisi supernatant urin di atas api kecil
Mengamati kekeruhan yang terbentuk
Melakukan penambahan 5 tetes asam asetat 2%
Didihkan kembali diatas api kecil
Amati kekeruhan yang terjadi
Interpretasi :
- : tidak terjadi kekeruhan
+ : kekeruhan berawan
++ : berpasir
+++ : berkeping
++++ : menggumpal
Skor
No Aktivitas yang dinilai
0 1 2
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada pasien
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan kepada
pasien serta minta persetujuan pasien
4 Meminta persetujuan pasien
5 Meminta pasien untuk mengambil urin
6 Mempersiapkan alat dan bahan
7 Memasukan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi
8 Mendidihkan tabung reaksi yang berisi urin di atas api
kecil
9 Mengamati endapan yang terbentuk
10 Melakukan penambahan 5 tetes asam asetat 2% bila
terbentuk endapan
11 Menafsirkan hasil yang didapat setelah penambahan
asam asetat 2%
Total
1. PENGANTAR
Pemeriksaan glukosa urine merupakan salah satu pemeriksaan kimiawi pada urine.
Pemeriksaan kimiawi pada urine dahulu dilakukan secara konvensional, namun kini
telah banyak dilakukan dengan metode carik celup. Carik celup atau dipstik dapat
digunakan sebagai alat diagnostik dasar untuk mengetahui adanya perubahan patologis
pada urinalisis standar. Metode ini juga memiliki kelebihan, yaitu cepat dan praktis.
Kertas carik celup/strip urine dibedakan jenisnya berdasarkan jumlah parameter, yaitu
strip urine dengan satu parameter (biasanya untuk pemeriksaan keton urine), strip
urine dengan tiga parameter (parameter glukosa, protein, dan pH), strip urine dengan
10 parameter (glukosa, keton, berat jenis, pH, darah, leukosit, protein, bilirubin,
urobilinogen, nitrit), dan 11 parameter (satu parameter tambahan adalah asam
askorbat). Tujuan pembelajaran keterampilan klinik ini adalah mahasiswa mampu
melakukan pemeriksaan glukosa pada urine dengan menggunakan metode carik celup
dan menginterpretasi hasil pemeriksaan.
2. TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam mempersiapkan,
melakukan, dan menginterpretasikan pemeriksaan glukosa urine metode carik celup.
Tujuan Khusus
a. Mampu menerangkan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan glukosa
urine metode carik celup
b. Mampu melakukan persiapan bahan dan alat untuk pemeriksaan glukosa metode
carik celup
c. Mampu melakukan pemeriksaan glukosa urine metode carik celup
d. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan glukosa urine metode carik celup
3. STRATEGI PEMBELAJARAN
a. Overview
b. Silent Demonstration
c. Description
d. Memorizing
e. Performance
4. PRASYARAT
Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih :
‐ Pengetahuan mengenai proses pembentukan urine dan komposisinya
‐ Pengetahuan mengenai teknik pengumpulan sampel urine yang benar
‐ Pengetahuan tentang metabolisme glukosa
5. TEORI
Glukosa darah pada keadaan fisiologis akan melewati filtrat glomerular dan
direabsorbsi oleh tubulus proksimal. Kadar glukosa pada urine dipengaruhi oleh kadar
glukosa darah, laju filtrasi glomerular (glomerular filtration rate), kecepatan reabsorbsi
tubular (tubular reabsorbtion rate), dan aliran urine. Glukosuria umumnya terjadi ketika
kadar glukosa darah lebih dari 160–180 mg/dL.
Carik celup berupa strip plastik tipis kaku yang pada sisinya dilekati dengan satu
hingga sebelas kertas isap atau bahan penyerap yang masing-masing mengandung
reagen spesifik terhadap zat yang akan dinilai perubahan warnanya. Skala warna
tersebut memungkinkan pemeriksaan semikuantitatif. Pemeriksaan glukosa pada urine
dengan metode carik celup menggunakan strip yang dilekati kertas berisi dua macam
enzim, yaitu glukosa oksidase dan peroksidase dengan sebuah zat kromogen seperti o-
tolidine yang akan merubah warna strip menjadi biru atau iodida yang akan merubah
warna strip menjadi coklat jika teroksidasi. Nilai normal dengan metode ini adalah
negatif. Metode carik celup untuk mendeteksi glukosuria cukup spesifik dan
pemeriksaan hanya memerlukan waktu yang sangat singkat, namun, bukan berarti
metode ini tidak memiliki kelemahan. Hasil positif palsu dapat terjadi karena adanya
deterjen pada botol urine. Hasil negatif palsu dapat terjadi pada konsentrasi asam
askorbat ≥2,8 mmol/L atau konsentrasi asam asetoasetat ≥1,0 mmol/L, karena adanya
sodium fluoride dan keton dalam jumlah banyak, urine yang terlalu lama dibiarkan dan
berat jenis yang tinggi. Konsentrasi glukosa sekitar 50-126 mg/dL pada sampel urine
juga dapat menunjukkan hasil negatif palsu.
6. PROSEDUR KERJA
Bahan dan Alat :
- Kertas carik celup/strip
- Sampel urine
Prosedur Pengukuran
‐ Ambil strip dari botol penyimpanan
‐ Celupkan area reagen pada strip ke urine dan segera keluarkan
‐ Miringkan sesaat strip di tepi botol urine untuk membuang sisa urine
‐ Pegang strip secara horizontal dan bandingan hasil strip dengan warna yang ada di
label botol.
‐ Baca hasil perubahan warna sesegera mungkin sesuai waktu yang tertera di bawah
parameter pada label botol strip dan catat hasil pemeriksaan
‐ Buang strip tes setelah pemeriksaan
Interpretasi Hasil
Pemeliharaan Alat
- Strip disimpan di area kering dan suhu antara 2–30°C
- Hindari strip dari paparan sinar matahari dan reagen-reagen kimia
- Strip dalam botol yang masih bersegel dapat digunakan hingga dua tahun, sedangkan
strip dalam botol yang telah dibuka dapat digunakan selama 1 bulan.
Keterbatasan Metode
- Variasi persepsi warna antar pemeriksa
REFERENSI
Dirui. 2017. H-Series Urinalysis Strips User’s Guide Rev:06/2017. Dirui Industrial Co.,
Ltd.
Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Susanti, H. dan Parwati, I. 2018. Pemeriksaan Laboratorium Urine Rutin. Jakarta:
Penerbit Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium
Indonesia
7. EVALUASI
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Menerangkan tujuan dan prosedur
2. Mempersiapakan alat dan bahan yang diperlukan
3. Mengambil strip langsung dari botol dan menutup botol
dengan rapat
4. Mencelupkan strip ke sampel urine dan memiringkan strip
untuk membuang sisa urine pada strip
5. Membaca hasil pemeriksaan dengan memegang strip
secara horizontal
6. Menginterpretasi hasil pemeriksaan
TOTAL