Anda di halaman 1dari 3

Nama:

Nur Aisyah Amini (P17325119027)

Nur Fauziah Yulyanti (P17325119028)

Mata Kuliah : Penyakit Gigi dan Mulut

D3 tk 1

LABIOSCHISIS (celah bibir)

1.

2.

a. Diagnosis

Sebagian besar kasus bibir sumbing dapat langsung terlihat setelah lahir dan tidak
memerlukan tes khusus untuk mendiagnosisnya. Namun, beberapa kasus bibir sumbing juga bisa
terdeteksi melalui USG di sekitar minggu ke-13 kehamilan. Jika USG prenatal menunjukan
adanya kelainan fisik pada bayi, dokter Anda mungkin akan menawarkan prosedur untuk
mengambil sampel cairan ketuban dari rahim (aminiocentesis). Tes cairan tersebut dapat
membantu mengindikasikan bila janin mewarisi sindrom genetik yang dapat menyebabkan cacat
lahir lainnya.

b. Gambaran klinis :

 Adanya celah di bibir bagian atas atau di langit-langit mulut yang bisa berdampak
pada salah satu atau kedua sisi wajah.
 Adanya celah di bibir yang bisa terlihat seperti sobekan kecil atau sobekan memanjang
dari bibir ke gusi atas dan langit-langit mulut hingga ke bawah hidung.
 kesulitan asupan nutrisi dan fungsi bicara. Gangguan asupan nutrisi disebabkan oleh
celah di bibir menyebabkan bayi sulit menghisap atau makan makanan cair, yang
kemudian dapat menimbulkan masalah lain yaitu kekurangan gizi dan berat badan
yang sulit naik.
 Gangguan bicara bila terdapat celah pada bibir yang mempengaruhi pola bicara.

c. Keluhan yg dirasakan pasien :

1. Masalah yang dapat diderita penderita mulai dari bentuk anatomis wajah yang
tidak simetris, masalah gizi, terbatasnya pendengaran dan berbicara, rentan
terhadap infeksi telinga, gigi geligi yang tumbuh tidak teratur, dan yang paling
penting yaitu masalah estetik dari penampakan wajah yang dapat berpengaruh
dengan perkembangan psikologis dan mental penderita.

2. Gangguan pendengaran. Penumpukkan cairan dalam telinga dan infeksi telinga


berulang berisiko untuk menimbulkan gangguan pendengaran.

3. Masalah pertumbuhan gigi. Jika belahan meluas hingga ke bagian gusi atas,
pertumbuhan gigi bayi akan terganggu.

4. Kesulitan dalam menghisap ASI.

5. Kesulitan dalam berkomunikasi. Bibir sumbing dapat membuat perkembangan


suara anak terganggu dan akan terdengar sengau.

6. Anak dengan bibir sumbing mungkin mengalami masalah dalam emosi, perilaku,
dan kehidupan sosialnya karena penampilannya yang berbeda dan stres menjalani
berbagai macam prosedur medis.

d. Advis
Penanganan untuk bibir sumbing adalah operasi. Operasi dilakukan setelah bayi
berusia 2 bulan, dengan BB meningkat dan bebas dari infeksi orol pada saluran nafas dan
sistemik. Sebelum melakukan operasi syarat rules of ten harus dipenuhi yaitu BB bayi
minimal 10 Pon kadar Hb 109% dan usia minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal
10.000/UI
1. PERAWATAN
a. Menggunakan alat khusus
 Dot domba (dot besar, ujung halus dengan lubang besar) atau hanya dot biasa
dengan lubang khusus
 Botol peras dengan meremas botol mak susu dapat di dorong jatuh ke
belakang mulut hingga dapat dihisap bayi
 Ortodonsi pemberian plat yaitu pemberian penutup sementara celah paktum
agar memudahkan pemberian minum.
b. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan
banyak udara
c. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur
d. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika
hal ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut (untuk memberikan kesempatan
pada kulit yang lembut untuk sembuh)
e. Setelah selesai menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah yang sumbing
dengan alat berujung kapas yang telah dicelupkan dalam hydrogen perosida /
setengah kuat atau air 
2. PENGOBATAN
a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk
penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbarui
kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan criteria
rule of Ten yaitu : umur > 10 minggu, BB > 10 pon/5kg, Hb >10 gr/dl,
leukusit>10.000/UI
c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasi dikerjakan
sedini mungkin (15-24 bulan)
d. Pada umur 8-9 tahun, dilaksanakan operasi penambahan tulang pada celah
alveolus/maxilla
e. Pada umur 15-17 tahun, dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang muka
mendeteksi selesai.

Sumber

https://www.alodokter.com/bibir-sumbing

http://rsp.unand.ac.id/artikel/cleft-lip-and-palate-celah-bibir-dan-langit-langit

https://www.carinfomu.com/2016/08/contoh-askeb-bbl-pathologi-bayi.html

Anda mungkin juga menyukai