Anda di halaman 1dari 2

Arminianisme

Sistem ini percaya bahwa Kristus mati bagi semua orang, setiap individu dari umat manusia, baik
bagi mereka yang akhirnya binasa (masuk neraka) maupun bagi yang selamat (masuk surga).
Mereka menganggap bahwa kematian Kristus bukan bertujuan menyelamatkan manusia berdosa
melainkan membuka jalan agar semua manusia berdosa (yang mati rohani) dapat dihidupkan
sehingga mereka dimungkinkan untuk percaya. Kemudian, manusia itu sendirilah yang akan
memutuskan keselamatan dirinya sendiri.

Karena mereka percaya bahwa Kristus mati bagi semua orang tanpa kecuali, tetapi karena pada
saat yang sama mereka tidak mempercayai bahwa semua orang akan masuk sorga (mereka
menentang Universalisme), maka mereka harus mengubah tujuan dari kematian Kristus
dari "menyelamatkan umat manusia" menjadi sekedar "memberikan kesempatan agar manusia
bisa bertobat".

Arminianisme juga tidak percaya bahwa Allah memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan
dan sisanya dibiarkan binasa. Mereka percaya bahwa God's saving grace (kasih karunia Allah
yang bisa menyelamatkan dari dosa), hanya sekedar ditawarkan kepada semua orang sehingga
kasih karunia tersebut dapat ditolak atau diterima sesuai dengan kehendak orang tersebut. Orang
tersebut dapat menahan/menolak kuasa Roh Kudus yang akan melahir-barukannya apabila dia
memang tidak menghendaki untuk dilahirbarukan. Lebih dari itu, mereka percaya bahwa saving
grace tersebut tidak permanen, sehingga bagi mereka yang dikasihi Allah, sudah ditebus oleh
Kristus, serta sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus masih dapat terhilang (murtad sampai mati)
dan binasa.

Arminianisme, dalam bentuknya yang lebih berkembang, pada dasarnya adalah turunan
dari Pelagianisme, suatu jenis sistem yang percaya bahwa manusia bisa menyelamatkan diri
mereka sendiri. Prinsip-prinsip yang diajarkan oleh pihak Arminian, sudah ada pada aliran
Pelagianisme 1200 tahun sebelum Jacobus Arminius, pelopor sistem ini, lahir. Perbedaan
Arminianisme dengan Pelagianisme yang murni adalah bahwa Arminianisme percaya bahwa
keselamatan adalah hasil kerja sama manusia dan Allah, sedangkan Pelagianisme percaya bahwa
manusia sendiri, tanpa bantuan dari Allah, dapat menyelamatkan diri sendiri. Meskipun
demikian, Arminisnisme, apabila benar-benar diselidiki dengan teliti, menganggap bahwa
manusialah penentu keselamatannya sendiri dan Allah hanya mengikuti kemauan manusia itu.
Manusialah yang berdaulat di atas Allah di dalam hal keselamatan dirinya.

Aliran ini juga menolak bahwa manusia pada dasarnya sudah tidak mampu berbuat baik. Pada
dasarnya mereka mengakui bahwa manusia itu lemah karena kejatuhan ke dalam dosa, tetapi
mereka percaya bahwa hal itu tidak berarti seluruh kemampuannya (untuk berkenan kepada
Allah) lenyap. Manusia hanya butuh bantuan ilahi dalam melaksanakan usahanya
sendiri mencari keselamatan. Jadi, manusia tidak mati rohani melainkan hanya sakit, dia
memang tidak dapat menolong dirinya sendiri tetapi dia dapat memanggil dokter atau
menerima/menolak pertolongan dokter tersebut.

Mereka memang mempunyai dasar-dasar ayat Alkitab untuk mendukung doktrin mereka, tetapi
ayat-ayat tersebut, apabila ditafsirkan sesuai dengan pengertian mereka akan
menabrak/bertentangan dengan banyak sekali ayat-ayat Alkitab lainnya. Hal inilah menyebabkan
mereka tidak mempunyai suatu sistematika teologi Arminian yang jelas dan standar. Gereja
Methodist, misalnya, mempunyai suatu pengakuan iman yang terdiri dari 25 bagian, tetapi
apabila dibandingkan dengan Pengakuan Iman Westminster (Westminster Confession of Faith,
th. 1647) yang dirumuskan dengan hati-hati sekali, maka perbedaannya sangat menyolok.
Pengakuan Iman Westminster yang merupakan ringkasan sistem teologi atau doktrin-doktrin
Reformed terdiri dari 33 pasal yang meliputi 171 ayat; dari sini bisa terlihat adanya ke
konsistenan Alkitabiah yang luar biasa di dalam Calvinisme

Bidat gereja yang kedua adalah Semi-Pelagianisme. Pandangan ini tidak menyetujui baik
Pelagianisme maupun Agustinianisme. Ajaran Semi-Pelagianisme bisa kita temukan hari ini
dalam ajaran Katolik dan Arminian. Manusia dipercaya memiliki kebaikan sampai tingkat
tertentu dan punya kemampuan untuk percaya kepada Kristus. Memang, menurut pandangan ini,
manusia tidak dapat percaya tanpa bantuan dari Allah. Namun, Allah tidak bekerja dengan cara
yang tidak dapat ditolak. Intinya adalah “kerja sama” antara manusia dan Allah. Allah
mengerjakan apa yang menjadi bagian Allah dan manusia mengerjakan apa yang menjadi bagian
manusia. Jadi 50:50 antara Allah dan manusia. Manusia mempunyai kehendak yang Allah tidak
akan pernah campur tangan di dalamnya. Baik Allah maupun orang lain, sama-sama tidak dapat
mengubah bila kita tidak mau berubah. Seseorang harus bertobat dan percaya, setelah itu,
barulah Allah melahirbarukan orang tersebut. Misalnya, jika kita bertanya kepada orang-orang
Semi-Pelagian, Katolik, dan Arminian, “Mengapa ada orang-orang di Alkitab (misalnya kisah
Yakub dan Esau), yang diselamatkan dan tidak diselamatkan?” Mereka akan menjawab, “Ini
karena pilihan atau kehendak yang diambil masing-masing orang tersebut. Allah menyatakan
Injil yang sama kepada mereka, tetapi orang tersebut bisa menjadi percaya, tidaklah disebabkan
oleh Allah. Orang tersebutlah yang menjadi faktor penentu utama. Bila orang tersebut tidak
menerima Kristus, Allah tidak dapat berbuat apa-apa.”

Anda mungkin juga menyukai