AL – AHQAF 13 –
19 DAN QS. AL – AHQAF : 15 – 16 TENTANG KONSEP KELUARGA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah tugas tafsir tarbiyah
Dosen pegampu :
Khambali, S.pd.,Mpd
Oleh Kelompok 8 :
Muhammad Fadhillah Mochtar (10030118187)
Karlina Nurhasanah (10030118189)
Shifa Nurul Aulia (10030118196)
َُ ََ ُ َ َ ٓ ُ َ ََ ۡ َ َ َُ ۡ َ ُ َ َ َ َ ُّ َ َ ا َ ۡ ُ ُ ٓ ْ ا ٓ ا
ٰ َ ٱل َو ٰ ِ َِليۡن إ ِ ۡح
س ًنا ۚ إ ِ اما َي ۡبلغ ان عِندك ٱلك
ِب أ َح ُده َما أ ۡو ِلِكه َما فَل تقل ِ ِ َض ربك أَّل تعبدوا إَِّل إِياه وب ٰ وق
E. Penafsiran ayat
a. Al maraghi
ْٓ ا َ َ َا ٰ َ َ)وق
(َض َر ُّبك أَّل ت ۡع ُب ُد ٓوا إَِّل إِيا ُاه َ
Dan Tuhanmu memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, karena
ibadah adalah puncak pengagungan yang tidak patut dilakukan kecuali terhadap
Tuhan yang daripada –Nya lah keluar kenimatan dan anugerah atas hamba
hamba-Nya, dan tidak ada yang dapat memberikan nikmat kecuali Dia.
ۡ َ
ٰ َ ٱل َو ٰ ِ َِليۡن إ ِ ۡح
(ۚ س ًنا ِ )وب
ِ
Apabila Allah memerintahkan berbuat baik terhadap orangtua, maka hal itu
adalah karena sebab – sebab sebagai berikut :
a. karena kedua orang tua itulah yangg belas kaish kepada anaknya, dan telah
bersusah payah dalam memberikan kebaikan kepada – Nya dan menghindarkan dari
bahaya. Oleh karena itu, wajiblah hal itu diberi imbalan dengan berbuat baik dan
syukur pada keduanya.
b. bahwa anak adalah belahan jiwa dari orang tua, sebagaimana diberitahukan dalam
sebuah kabar bahwa Nabi saw. Pernah bersabda : “Fatimah adalah belahan jiwaku.”
c. bahwa kedua orangtua telah memberikan kenikmatan kepada anak itu sedang
dalam keadaan lemah dan tidak berdaya sedikitpun. Oelh karena itu, wajib hal itu
ُ َ َ َٰ َ ا ُ َ َ ۡ َ ا َ ۡ َ ۡ ُ ُّ ا
dibalas dengan rasa syukur, ketika kedua orang tua itu telah tua.
ا ٰ َ ْ ُ ُ َ ۡ ُ ُُ َ ُ
()ربكم أعلم بِما ِِف نفوسِك ۚم إِن تكونوا صل ِ ِحني فإِنهۥ َكن ل ِۡلوبِني غفورا
Tuhanmu, hai sekalian manusia, lebih tahu apa yang ada dalam hatimu daripada
kalian, baik berupa penghormatanmu mengenai bapak dan ibumu, serta berbuat baik
terhadap mereka, atau meremehkan hak dan durhaka terhadap mereka. Allah akan
memberi balasan kepada kalian atas kebaikan atau keburukan tentang hal itu semua.
Oleh karena itu, hati-hatilah jangan sampai tersimpan dalam hatimu keburukan
terhadap orangtua dan bersikap durhaka terhadap mereka. Maka, jika kamu telah
memperbaiki niatmu terhadap orangtua, dan kamu taat kepada Tuhanmu mengenai
berbuat baik kepada orangtuamu yang telah Allah perintahkan, serta menunaikan hak-
hak yang wajib kamu tunaikan setelah kamu lupa atau tergelincir dalam menunaikan
suatu kewajiban yang wajib kamu tunaikan terhadap mereka, maka sesungguhnya
Allah Ta'ala akan mengampuni kamu atas kekurangan yang kamu lakukan. Karena,
Dia-lah Yang Maha Pengampun terhadap orang yang mau bertaubat dari dosanya dan
berhenti dari bermaksiat kepada Allah, kembali taat kepada-Nya, lalu melakukan hal-
hal yang dicintai dan disukai Allah.
Ayat tersebut juga merupakan janji bagi orang yang berniat hendak berbuat baik
kepada orangtua, dan merupakan ancaman terhadap orang yang meremehkan hak-hak
orangtua, serta berusaha untuk durhaka terhadap mereka berdua.
b. Ibnu katsir
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan (kepada hamba-hamba-Nya) untuk
menyem-bah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Kata qada dalam ayat ini
me-ngandung makna perintah. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya, "Waqada" bahwa makna yang dimaksud ialah memerintahkan. Hal yang
sama dikatakan oleh Ubay ibnu Ka'b, Ibnu Mas'ud., dan Ad-Dahhak ibnu Muzahim;
mereka mengartikannya, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia." Selanjutnya disebutkan perintah berbakti kepada kedua
orang tua. Untuk itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ۡ َ
ٰ َ ٱل َو ٰ ِ َِليۡن إ ِ ۡح
(ۚ س ًنا ِ )وب
ِ
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu. (Al-Isra: 23)
Yakni Allah memerintahkan kepadamu untuk berbuat baik kepada ibu bapakmu.
Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
ُ ص ۡ َ َ ۡ َ ُ ۡ
ري ِ أَ َِن ٱشك ۡر ِِل َول ِو ٰ ِ َِليك إ ِ اِل ٱل َم
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (Luqman: 14) Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan 'ah' kepada
keduanya, Artinya, janganlah kamu mengeluarkan kata-kata yang buruk kepada
keduanya, sehingga kata 'ah' pun yang merupakan kata-kata buruk yang paling ringan
tidak diperbolehkan.
ُٓ ََ َُ ا
()فَل تقل ل ُه َما أ ّٖفdan janganlah kamu membentak mereka. (Al-Isra: 23)
Yakni janganlah kamu bersikap buruk kepada keduanya, seperti apa yang
dikatakan oleh Ata ibnu Abu Rabah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
janganlah kamu membentak mereka.
ُ ٓ َ َ ۡ ََ َ ُ ٓ َ َ ُ ََ َُ ا َُ
إ ِ اما َي ۡبلغ ان عِندك ٱلك
ِب أ َح ُده َما أ ۡو ِلِكه َما فَل تقل ل ُه َما أ ّٖف
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan. (Al-
Isra: 24). Yakni berendah dirilah kamu dalam menghadapi keduanya.
ۡح ُه َما َك َما َر اب َياِن َصغِ ا
٣٢ ريا
َۡۡ
ب ٱر َُ ا
ِ ِ وقل ر
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun
(kepada Allah) bagi orang-orang musyrik. (At-Taubah: 113), hingga akhir ayat.
Hadis-hadis yang menyebutkan tentang berbakti kepada kedua orang tua cukup
banyak, antara lain ialah hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Anas
dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa pada suatu hari Nabi Shallallahu'alaihi
Wasallam naik ke atas mimbar, kemudian beliau mengucapkan kalimat Amin
sebanyak tiga kali. Maka ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah yang
engkau aminkan?" Maka Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab:
Jibril datang kepadaku, lalu mengatakan, "Hai Muhammad, terhinalah seorang
lelaki yang namamu disebut di hadapannya, lalu ia tidak membaca salawat
untukmu. Ucapkanlah 'Amin'.” Maka saya mengucapkan Amin lalu Jibril berkata
lagi, "Terhinalah seorang lelaki yang memasuki bulan Ramadan, lalu ia keluar
dari bulan Ramadan dalam keadaan masih belum beroleh ampunan baginya.
Katakanlah, 'Amin'.” Maka aku ucapkan Amin. Jibril melanjutkan perkataannya,
"Terhinalah seorang lelaki yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah
seorangnya, lalu keduanya tidak dapat memasukkannya ke surga. Katakanlah,
'Amin'.” Maka aku ucapkan Amin.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Zurarah ibnu Aufa, dari Malik ibnul
Haris, dari seorang lelaki yang tidak disebutkan .namanya, bahwa ia pernah
mendengar Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Barang siapa yang
menjamin makan dan minum seorang anak yatim yang kedua orang tuanya
muslim hingga anak yatim itu tidak lagi memerlukan jaminannya, maka wajiblah
surga bagi-nya. Barang siapa yang memerdekakan seorang budak muslim, maka
akan menjadi tebusan baginya dari neraka, setiap anggo-ta tubuh budak itu
membebaskan setiap anggota tubuhnya.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Abu Awwanah, telah menceritakan kepada kami
Suhail ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam yang telah bersabda: Terhinalah seorang lelaki,
terhinalah seorang lelaki, terhinalah seorang lelaki yang menjumpai salah seorang
dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut dalam
jaminan-nya, lalu ia tidak masuk surga.
Dari Jalur ini hadis berpredikat sahih, mereka tidak menengahkannya selain Imam
Muslim melalui Hadis Abu Awwanah, dan Jarir, dan Suiaiman ibnu Bilal, dari
Suhail dengan sanad yang sama.
C. Tafsir mufrodat
َ ا َ ْل ِع
ظه Mengingatkan dengan cara baik, hingga hati orang
yang diinginkan lunak karenanya.
ا َ َلو ْه ُن Lemah.
ُصا ل َ ا َ ْل ِف Menyapih.
َجا َهدَ َك Keduanya mengiginkan sekali kamu mengikuti
keduanya dalam kekafiran.
ُ اَن
َاب Kembali (Bertaubat).
ُْال ِمثْقَال Sesuatu yang dijadikan sebagai standar timbangan.
Dan lafaz Misqalu Habbati Khardal merupakan suatu
peribahasa yang menujukkan arti sesuatu yang
bentuknya sangat kecil.
لَ ِطيف Ilmu Allah meliputi semua yang samar dan yang tidak
kelihatan.
ِ ع ْز ِم األ ُ ُم
ور َ ِم ْن termasuk diantara perkara perkara yang telah
diwajibkan oleh Allah untuk dilaksanakan.
ير ْالخ َِد ْ َت
ُ ص ِع Memalingkan muka dan mnampakan bagian samping
muka (pipi), perbuatan seperti ini sikap yang biasa
dilakukan oleh orang orang yang sombong,
ْ َاال
صعَ ُر seseorang yang memalingkan mukanya karena
sombong, dan di dakam hadis telah disebutkan :
“Semua orang yang sombong adalah terlaknat.”
Maksud hadis, setiap orang yang sombong dan
takabur adalah orang yang terlaknat.
َم َرحا gembira yang dibarengi dengan rasa sombong.
Dan kami perintahkan kepada manusia supaya berbakti dan taat kepada
kedua orang tuanya, serta memenuhi hak-hak keduanya. Di dalam Al-Qur’an
sering sekali disebutkan taat kepada allah dibarengi dengan bakti kedua
orang tua, yaitu seperti yang telah disebutkan di dalam firman-Nya :
ۡ َ ٰ َ َ ً ۡ َ ُ ُّ ُ ُ ۡ َ َ َ
ۡحلته أمهۥ وهنا لَع وه ّٖن
َ ُ ۡ َ
أ ِن ٱشك ۡر ِِل َول َِو ٰ ِ َِليۡك
b. Ibnu katsir
Luqman, ayat 13-15
Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan tentang nasihat Luqman kepada anaknya.
Luqman adalah anak Anqa ibnu Sadun, dan nama anaknya ialah Saran, menurut suatu
pendapat yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi.
Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan kisah Luqman dengan sebutan yang baik,
bahwa Dia telah menganugerahinya hikmah; dan Luqman menasihati anaknya yang
merupakan buah hatinya, maka wajarlah bila ia memberikan kepada orang yang paling
dikasihinya sesuatu yang paling utama dari pengetahuannya. Karena itulah hal pertama
yang dia pesankan kepada anaknya ialah hendaknya ia menyembah Allah semata, jangan
mempersekutukannya dengan sesuatu pun. Kemudian Luqman memperingatkan
anaknya, bahwa:
ٞ ٱلۡش َك لَ ُظ ۡل ٌم َع ِظ
٨٢ يم ۡ ِ إ ان
ِ
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
(Luqman: 13). Yakni perbuatan mempersekutukan Allah adalah perbuatan aniaya yang
paling besar.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah
menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari
Abdullah yang menceritakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik). (Al-
An'am: 82) Hal itu terasa berat bagi para sahabat Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam
Karenanya mereka berkata, "Siapakah di antara kita yang tidak mencampuri imannya
dengan perbuatan zalim (dosa)." Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda,
"Bukan demikian yang dimaksud dengan zalim. Tidakkah kamu mendengar ucapan
Luqman: 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.' (Luqman: 13).
Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama.
Kemudian sesudah menasihati anaknya agar menyembah Allah semata. Luqman
menasihati pula anaknya agar berbakti kepada dua orang ibu dan bapak. Perihalnya sama
dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (Al-Isra: 23)
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. (Al-Baqarah: 233), hingga akhir ayat.
Berangkat dari pengertian ayat ini Ibnu Abbas dan para imam lainnya menyimpulkan
bahwa masa penyusuan yang paling minim ialah enam bulan, karena dalam ayat lain
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
َ َ ََُ ُ َ َُۡ
َوۡحل ُه َوف ِصٰل ُه ثلٰثون ش ۡه ًرا
Dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan jerih payah ibu dan
penderitaannya dalam mendidik dan mengasuh anaknya, yang karenanya ia selalu berjaga
sepanjang siang dan malamnya. Hal itu tiada lain untuk mengingatkan anak akan
kebaikan ibunya terhadap dia, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
Dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al-Isra: 24)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
ُ ص ۡ َ َ ۡ َ ُ ۡ َ
ري ِ أ ِن ٱشك ۡر ِِل َول ِو ٰ ِ َِليك إ ِ اِل ٱل َم
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (Luqman: 14) Yakni sesungguhnya Aku akan membalasmu bila kamu
bersyukur dengan pahala yang berlimpah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Syaibah dan Mahmud ibnu Gailan.
Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, telah menceritakan
kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Sa'id ibnu Wahb yang menceritakan bahwa Mu'az
ibnu Jabal datang kepada kami sebagai utusan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam Lalu ia
berdiri dan memuji kepada Allah, selanjutnya ia mengatakan: Sesungguhnya aku adalah
utusan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam kepada kalian (untuk menyampaikan),
"Hendaklah kalian menyembah Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Hendaklah kalian taat kepadaku, aku tidak akan henti-hentinya
menganjurkan kalian berbuat kebaikan. Dan sesungguhnya kembali (kita) hanya kepada
Allah, lalu adakalanya ke surga atau ke neraka sebagai tempat tinggal yang tidak akan
beranjak lagi darinya, lagi kekal tiada kematian lagi.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
ُ ََ ۡ َ َ َ ۡ ُ َ ٰٓ َ َ َ َ َ ٰ َ
م فَل ت ِط ۡع ُه َماٞ ۡش َك ِِب َما ل ۡي َس لك بِهِ عِل
ِ ِإَون جهداك لَع أن ت
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Luqman:
15)
Jika keduanya menginginkan dirimu dengan sangat agar kamu mengikuti agama
keduanya (selain Islam), janganlah kamu mau menerima ajakannya, tetapi janganlah
sikapmu yang menentang dalam hal tersebut menghambat-mu untuk berbuat baik kepada
kedua orang tuamu selama di dunia.
َ َ ََ ۡ َ َ َ ۡ َ ا
ۚ وٱتبِع سبِيل من أناب إ ِ اِل
dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. (Luqman: 15) .Yaitu jalannya orang-
orang yang beriman.
َ ُ َ ُ ُ َ ُ ُ َ ُ َ ۡ ُ ُ ۡ َ ُ ا َا
٨٢ نت ۡم ت ۡع َملون جعكم فأنبِئكم بِما ك
ِ ُم إِِل مر
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan. (Luqman: 15)
Imam Tabrani mengatakan di dalam Kitabul 'Isyarh-nya, telah menceritakan kepada kami
Abu Abdur Rahman Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada
kami Ahmad ibnu Ayyub ibnu Rasyid, telah menceritakan kepada kami Maslamah ibnu
Alqamah, dari Daud ibnu Abu Hindun, bahwa Sa'd ibnu Malik pernah mengatakan bahwa
ayat berikut diturunkan berkenaan dengannya, yaitu firman-Nya: Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Luqman: 15),
hingga akhir ayat. Bahwa ia adalah seorang yang berbakti kepada ibunya. Ketika ia masuk
Islam, ibunya berkata kepadanya, "Hai Sa'd, mengapa engkau berubah pendirian? Kamu
harus tinggalkan agama barumu itu (Islam) atau aku tidak akan makan dan minum hingga
mati, maka kamu akan dicela karena apa yang telah kulakukan itu, dan orang-orang akan
menyerumu dengan panggilan, 'Hai pembunuh ibunya!'." Maka aku menjawab, "Jangan
engkau lakukan itu, Ibu, karena sesungguhnya aku tidak bakal meninggalkan agamaku
karena sesuatu." Maka ibuku tinggal selama sehari semalam tanpa mau makan, dan pada
pagi harinya ia kelihatan lemas. Lalu ibuku tinggal sehari semalam lagi tanpa makan,
kemudian pada pagi harinya kelihatan bertambah lemas lagi. Dan ibuku tinggal sehari
semalam lagi tanpa makan, lalu pada pagi harinya ia kelihatan sangat lemah. Setelah
kulihat keadaan demikian, maka aku berkata, "Hai ibu, perlu engkau ketahui, demi Allah,
seandainya engkau mempunyai seratus jiwa, lalu satu persatu keluar dari tubuhmu,
niscaya aku tidak akan meninggalkan agamaku karena sesuatu. Dan jika engkau tidak
ingin makan, silakan tidak usah makan; dan jika engkau ingin makan silakan makan saja,"
Akhirnya ibuku mau makan.
Hai Anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi. (Luqman: 16)
Yakni sesungguhnya perbuatan aniaya atau dosa sekecil apa pun, misalnya sebesar biji
sawi. Menurut sebagian ulama, damir yang terdapat di dalam firman-Nya, "Innaha,"
adalah damir sya'n dan kisah (alkisah); berdasarkan pengertian ini diperbolehkan
membaca rafa' lafaz misqal, tetapi qiraat yang pertama membacanya nasab adalah lebih
utama.
Artinya, Allah pasti menghadirkannya pada hari kiamat di saat neraca amal perbuatan
telah dipasang dan pembalasan amal perbuatan ditunaikan. Jika amal perbuatan seseorang
baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatan seseorang buruk, maka balasannya
buruk pula, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
ََ َ َ َ َۡ َ َ ۡ َ ٞ ۡ َ ُ َ ۡ ُ َ َ َ َٰ ۡ ِ ۡ َ َ ۡ ۡ َ َٰ َ ۡ ُ َ َ َ
س شياه ِإَون َكن مِثقال َح ابةّٖ م ِۡن خ ۡرد ٍل أت ۡي َنا ب ِ َها ونضع ٱلموزِين ٱلقِسط ِِلوم ٱلقِيمةِ فَل تظلم نف
َ سب َ َ ٰ َ َو َك
٢١ نيِ ِ ٰ َف بِنا ح
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikit pun. (Al-Anbiya: 47).
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
ۡ َۡ َ َ َ ا َف َمن َي ۡع َم ۡل م ِۡث َق َال َذ ار ٍة َخ ۡ ا
١ َو َمن َي ۡع َمل مِثقال ذ ارة ّٖ شا يَ َرهُۥ١ ريا يَ َرهُۥ
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az-Zalzalah: 7-8)
Seandainya zarrah itu berada di dalam tempat yang terlindungi dan tertutup rapat yaitu
berada di dalam sebuah batu besar, atau terbang melayang di angkasa, atau terpendam di
dalam bumi sesungguhnya Allah pasti akan mendatangkannya dan membalasinya.
Karena sesungguhnya bagi Allah tiada sesuatu pun yang tersembunyi barang sebesar
zarrah pun, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Karena itulah disebutkan
oleh firman berikutnya:
ٌ َ َا ا
ٞيف َخبري
ِ إِن ٱّلل ل ِط
***
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
ُ َ
ِ َوَّل ت َصعِ ۡر َخ اد َك ل اِلن
اس
sekalipun berupa sikap yang ramah dan wajah yang cerah saat kamu menjumpai
saudaramu. Dan janganlah kamu memanjangkan kainmu, karena sesungguhnya cara
berpakaian seperti itu termasuk sikap sombong yang tidak disukai oleh Allah.
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya:
ُ َ
ِ َوَّل ت َصعِ ۡر َخ اد َك ل اِلن
اس
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia. (Luqman: 18) Yakni janganlah
kamu bersikap sombong, menganggap remeh hamba-hamba Allah, dan kamu palingkan
mukamu saat mereka berbicara denganmu. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Al-
Aufi dan Ikrimah bersumber dari Ibnu Abbas.
Malik Ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia. (Luqman: 18) Maksudnya,
janganlah kamu berbicara dengan memalingkan mukamu. Hal yang sama telah
diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Yazid ibnul Asam, Abul Jauza, Sa'id ibnu Jubair,
Ad-Dahhak, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya.
Ibrahim An-Nakha'i mengatakan, makna yang dimaksud ialah membual. Akan tetapi,
yang benar adalah pendapat yang pertama.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa asal kata as-sa'r ialah suatu penyakit yang bersarang di leher
dan bagian kepala unta, dan lama kelamaan dapat memisahkan leher dari kepalanya. Lalu
kata ini dijadikan perumpamaan bagi orang yang bersikap takabur, sebagaimana yang
disebutkan oleh seorang penyair bernama Amr ibnut Taglabi dalam salah satu bait
syairnya:
Dan adalah kami bila menghadapi orang sombong yang memalingkan mukanya, maka
kami luruskan dia dari kesombongannya hingga ia kembali ke jalan yang lurus.
Abu Talib telah mengatakan pula dalam salah satu bait syairnya:
Dan dahulu kami tidak pernah membiarkan suatu perbuatan aniaya pun. Bila mereka
mendapat pujian, lalu bersikap sombong, maka kami meluruskannya.
***
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. (Luqman: 18)
Yaitu dengan langkah yang angkuh, sombong, serta takabur. Janganlah kamu bersikap
demikian, karena Allah pasti akan membencimu. Dalam firman berikutnya disebutkan:
ُ َ َ ۡ ُ ا ا َ َ ُ ُّ ُ ا
٨١ ّٖال فخور
ّٖ إِن ٱّلل َّل ُيِب ُك ُمت
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai
setinggi gunung. (Al-Isra: 37)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah
menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah
menceritakan kepadaku Nahsyal ibnu Majma'ud Dabbi, dari Quza'ah, dari Ibnu Umar
yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bercerita tentang
Luqman kepada para sahabatnya. Beliau Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda:
Sesungguhnya Luqmanul Hakim pernah mengatakan bahwa sesungguhnya Allah itu
apabila dititipi sesuatu pasti Dia pelihara.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-
Asyaj, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, dari Al-Auza'i, dari Musa ibnu
Sulaiman, dari Al-Qasim ibnu Mukhaimirah, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam pernah bersabda: Luqmanul Hakim berkata kepada putranya saat ia
menasihatinya, "Hai Anakku, janganlah kamu meminta-minta karena sesungguhnya
perbuatan ini menjadikan ketakutan di malam hari dan kehinaan di siang hari.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Amr ibnu Usman ibnu Damrah, telah menceritakan kepada
kami As-Sari ibnu Yahya yang mengatakan bahwa Luqman pernah mengatakan kepada
anaknya, "Hai Anakku, sesungguhnya hikmah itu dapat menghantarkan orang-orang
miskin kepada kedudukan para raja."
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnul
Mubarak, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman Al-Mas'udi, dari Aun ibnu
Abdullah yang mengatakan bahwa Luqman berkata kepada anaknya, "Hai Anakku,
apabila kamu mendatangi tempat berkumpulnya suatu kaum, maka lemparkanlah kepada
mereka anak panah Islam—yakni ucapan salam—, kemudian duduklah di tempat mereka.
Janganlah kamu berbicara sebelum kamu lihat mereka telah berbicara semuanya. Dan
apabila mereka membicarakan tentang zikrullah, maka tangguhkanlah anak panahmu
bersama mereka (yakni jangan kamu pergi meninggalkan mereka). Dan jika ternyata
mereka membicarakan hal selain zikrullah, maka beranjaklah kamu dari mereka dan
bergabunglah dengan kaum yang lain."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Amr ibnu Usman ibnu Sa'id ibnu Kasir ibnu Dinar, telah
menceritakan kepada kami Damrah, dari Hafs ibnu Umar yang menceritakan bahwa
Luqman meletakkan sekantong biji sawi di sisinya, lalu ia menasihati anaknya dengan
suatu nasihat seraya mengeluarkan biji sawinya sebiji demi sebiji hingga habislah semua
biji sawi kantungnya dikeluarkan. Lalu Luqman berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku
telah menasihatimu dengan suatu nasihat yang seandainya ditujukan kepada sebuah bukit
niscaya bukit itu akan terbelah." Maka saat itu juga terbelahlah anak Luqman.
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdul
Baqi Al-Masisi, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman Al-
Khuza'i, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abdur Rahman At-Taraifi, telah
menceritakan kepada kami Anas ibnu Sufyan Al-Maqdisi, dari Khalifah ibnu Salam, dari
Ata ibnu Abu Rabah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah
Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: Pakailah oleh kalian orang-orang yang
berkulit hitam, karena sesungguhnya ada tiga orang dari kalangan mereka yang menjadi
penghulu ahli surga, yaitu Luqmanul Hakim, An-Najasyi, dan Bilal juru azan.
Imam Tabrani mengatakan, yang dimaksud dengan orang yang berkulit hitam dalam
hadis ini ialah orang-orang Abesenia.
c. Tafsir Quraish shihab
Ayat 13, Dan ingatlah ketika ia berkata kepada anaknya untuk menasihatinya, "Wahai
anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah dengan yang lain, karena
sesungguhnya menyekutukan Allah adalah suatu kezaliman yang besar. Sebab, dalam
hal ini terdapat penyamaan antara yang berhak dan yang tidak berhak untuk
disembah.”
Orang Arab mengenal dua tokoh yang bernama Luqmân. Pertama, Luqmân bin
'Ad. Tokoh ini begitu diagungkan karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan
dan kepandaiannya. Ia kerap kali dijadikan sebagai permisalan dan perumpamaan,
sebagaimana dapat dilihat pada banyak buku Arab klasik. Tokoh kedua adalah
Luqmân al-Hakîm yang terkenal dengan kata-kata bijak dan Namanya kemudian
menjadi nama surat ini. Ibn Hisyâm menceritkan bahwa Suwayd ibn al-Shâmit suatu
ketika datang ke Mekkah. Ia adalah seorang yang cukup terhormat di kalangan
mayarakatnya. Lalu Rasulullah mengajaknya untuk memeluk agama Islam. Suwayd
berkata kepada Rasulullah, "Mungkin apa yang ada padamu itu sama dengan apa yang
ada padaku." Rasulullah berkata, "Apa yang ada padamu?" Ia menjawab, "Kumpulan
Hikmah Luqmân." Kemudian Rasulullah berkata, "Tunjukkanlah padaku." Suwayd
pun menunjukkannya, lalu Rasulullah berkata, "Sungguh perkataan yang amat baik!
Tetapi apa yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah al-Qur'ân yang diturunkan Allah
kepadaku untuk menjadi petunjuk dan cahaya." Rasulullah lalu membacakan al-
Qur'ân kepadanya dan mengajaknya memeluk Islam. Imam Mâlik juga sering
menyitir kata-kata mutiara Luqmân dalam al-Muwaththa'-nya. Dalam beberapa buku
tafsir dan kesusasteraan, kata mutiara Luqmân sering pula ditemukan. Selain itu,
tamsil ibarat Luqmân dalam bentuk cerita dikumpulkan menjadi satu buku dengan
judul Amtsâl Luqmân. Tetapi, sayang, buku itu mempunyai kelemahan dari segi diksi
dan gaya bahasanya di samping banyak mengandung kesalahan-kesalahan tata bahasa
dan morfologis. Tidak adanya buku dengan judul itu dalam literatur Arab klasik,
memperkuat dugaan bahwa buku ini disusun pada masa yang belum terlalu lama.
Banyak pendapat mengenai siapa Luqmân al-Hakîm sebenarnya. Ada yang
mengatakan bahwa ia berasal dari Nûba, dari keluarga Aylah. Ada juga yang
menyebutnya dari Etiopia.
Pendapat lain mengatakan bahwa ia berasal dari Mesir selatan yang berkulit
hitam. Juga ada pendapat lain menyebutkan bahwa ia seorang Ibrani. Hampir semua
orang yang menceritakan riwayatnya sepakat bahwa Luqmân bukan seorang nabi.
Hanya sedikit yang berpendapat bahwa ia termasuk salah seorang nabi. Kesimpulan
yang dapat kita ambil dari riwayat-riwayat yang menyebutkannnya adalah bahwa ia
bukan orang Arab. Para periwayat itu bersepakat untuk mengatakan demikian. Ia
adalah seorang yang bijak, bukan seorang nabi. Dan ia telah memasukkan banyak kata
bijak baru ke dalam literatur Arab yang kemudian mereka pakai, sebagaimana dapat
ditemukan dalam banyak buku.
Ayat 14, Dan telah Kami perintahkan kepada manusia untuk berbakti kepada
orangtuanya, dengan menjadikan ibunya lebih dihormati. Karena ia telah
mengandungnya sehingga menjadi semakin bertambah lemah. Lalu kandungan itu
sedikit demi sedikit membesar. Ibu kemudian menyapihnya dalam dua tahun. Dan
telah Kami wasiatkan kepadanya, "Bersyukurlah kepada Allah dan kedua
orangtuamu. Kepada-Nyalah tempat kembali untuk perhitungan dan pembalasan.
Ayat 15, Dan apabila kedua orangtuamu memaksamu untuk menyekutukan Allah
dengan sesuatu yang kamu ketahui bahwa dia tidak pantas untuk disembah, maka
janganlah kalian menaati mereka. Pergaulilah mereka berdua di dunia dengan baik.
Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada ketauhidan dan keikhlasan. Kemudian
kepada-Kulah tempat kembali kalian semua, kemudian Aku akan memberitahukan
kepada kalian kebaikan dan keburukan yang telah kalian lakukan, agar Aku
memberikan balasan atasnya."
Ayat 16, Wahai anakku, sesungguhnya kebaikan dan keburukan manusia, meskipun
sekecil biji sawi dan berada pada tempat yang paling tersembunyi--seperti di balik
karang, di langit, ataupun di bumi--Allah pasti akan menampakkan dan
memperhitungkannya. Sesungguhnya Allah Mahahalus, tak ada sesuatu pun yang
tersembunyi dari-Nya; Mahatahu yang mengetahui hakikat segala hal.
Ayat 17, Wahai anakku, jagalah salat, perintahlah manusia untuk melakukan segala
kebaikan dan laranglah untuk melakukan segala kejahatan. Bersabarlah atas kesulitan
yang menimpamu. Sesungguhnya apa yang telah diwasiatkan oleh Allah adalah hal-
hal yang harus selalu dilakukan dan dijaga.
Ayat 18, Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia dengan sikap
sombong serta jangan pula berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang sombong yang selalu membangga-banggakan
perbuatan baiknya.
Ayat 19, Berjalanlah kamu dengan wajar, antara cepat dan lambat, rendahkanlah
suaramu, karena sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai: awalnya
siulan yang tidak menarik dan akhnya tarikan nafas yang buruk.
d. Esensi Q.s Luqman : 13 – 19
1. Beriman kepada Allah
2. Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua
3. Mendirikan sholat
4. Amal makruf nahi mungkar
5. Berahlak Mulia
e. Rangkuman 3 penafsir
Pendapat Ibnu Katsir tentang ayat ini adalah bahwasanya Lukman mengajarkan
pendidikan kepada anaknya dengan menggunakan nasehat. Nasehat tersebut
mengajarkan pendidikan tentang ketauhidan kepada Allah. Pendidikan
ketauhidan harus di berikan kepada anak sejak ia masih kecil. Sebab ketauhidan
menjadi pondasi utama dalam mengajar pendidikan agama kepada anaknya
Sedangkan pendapat Al-Maroghi berpendapat tentang ayat ini bahwa perbuatan
syirik itu berarti meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dan pendapat Al-
Maroghi tentang ayat 13 sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini yaitu
Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan adanya allah dan
mencintai sesama makhluknya.
Menurut M. Quraish Shihab tentang ayat ini bahwasannya Luqman memberikan
nasehat kepada anaknya menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang
menyentuh hati. Selain itu ada yang mengatakanbahwa nasehat itu mengandung
ancaman dan peringatan, sehingga di dalam pesan yang di sampaikan Luqman
kepada anaknya mengandung redaksi yang berbentuk larangan agar tidak
mempersekutukan Allah. Pendapat ini hampir sama dengan pendapat.
3. QS. AL – AHQAF : 15 – 16
A. Teks ayat dan terjemah
َ ٰٓ َ َ ا ۡ َ ۡ َ ٰ َ َ ٰ َ ۡ ۡ َ ٰ ً َ َ َ ۡ ُ ُ ُّ ُ ُ ۡ ا َ َ َ َ ۡ ُ ُ ۡ ا َ َ ۡ ُ ُ َ َ ٰ ُ ُ َ َ ٰ ُ َ َ ۡ ً َ ا
َّت إِذا ٱۡلنسن بِو ِِليهِ إِحسناه ۡحلته أمهۥ كرها ووضعته كرهاه وۡحلهۥ وف ِصلهۥ ثلثون شهراۚ ح ِ ووصينا
َ ۡ َ َۡ ٰ َ َ لَع َو
ت َ َا َ َّت َأ ۡن َع ۡم َ ََ ۡ َ ُ ۡ َ ۡ َ ٓ ۡ َۡ َ َ َ ََ َ َ ُ ا ُ َ ََ َ َۡ َ َ َ َا
ٓ ِ ك اٱل
لَع َو ٰ ِ َِل اي َوأن أع َمل ب أوزِع َِن أن أشكر ن ِعمت ِ بلغ أشدهۥ وبلغ أربعِني سنة قال ر
َ ُ ََ ُ َ َۡ َ ا
َِين َن َت َق اب ُل َع ۡن ُه ۡم أ ۡح َسنَ ك اٱذل
َ ٰٓ َ ْ َ ۡ ُ ۡ َ َ َۡ ُ ُۡ ا ُ ۡ ۡ
ِ أولئ٨٢ ِإَوِن مِن ٱلمسل ِ ِمني ِ صٰل ِحا ترضىٰه وأصل ِح ِِل ِِف ذرِي َِّتِۖإ ِ ِِن تبت إِِلك
ٓ
َ َ ُ ْ ُ َ
٨١ وع ُدون
ا
ٱلص ۡد ِق ٱذلِي َكنوا ي َ ۡ ٰٰب ۡ َ ا َ ِف أَ ۡص
ٓ ِ او ُز َعن َس ِيات ِ ِه ۡم َ َما َعملُوا ْ َو َن َت
ِ ٱۡلنةِِۖ َوعد ِ
َ ج ِ
15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau
ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-
orang yang berserah diri."
16. Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah
mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-
penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.
B. Asbabun Nuzul
Ulama berpendapat bahwa ayat di atas ( 15-16) turun menyangkut Sayyidina Abu Bakar
r.a saat usia beliau mencapai 40 tahun. Beliau telah bersahabat dengan Nabi SAW, sejak
berumur 18 tahun dan Nabi ketika itu berumur 20 tahun. Mereka sering kali berpergian
bersama antara lain dalam perjalanan dagang ke Syam. Beliau memeluk Islam pada usia
38 tahun dikala Nabi baru beberapa saat mendapat wahyu pertama, dan dua tahun setelah
itu Abu Bakar r.a berdo’a dengan kandungan ayat di atas. Sayyidina Abu Bakar
memperoleh kehormatan dengan keIslaman ibu bapak dan anak-anaknya. Menurut al-
Quthubi tidak seorang sahabat Nabipun yang ayah, ibu, anak-anak lelaki dan perempuan
memeluk Islam kecuali Abu Bakar r.a.
C. Munasabah
Munasabah ayat dengan ayat surat al-Ahqaaf Surat al-Ahqaaf ayat 15-16 memiliki
munasabah ayat antara ayat sesudahnya.
Surat al-Ahqaaf ayat 15 ini menggambarkan mengenai bakti seorang anak terhadap kedua
orang tuanya dengan cara mendoakan kedua orang tuanya dan anak keturunannya. Allah
SWT melalui ayat ini menjelaskan jasa seorang ibu yang telah mengandung dan
menyampih anaknya dalam waktu yang cukup lama, yaitu tiga puluh bulan. Sehingga
tidak ada alasan bagi anak untuk durhaka terhadap kedua orang tuanya. Ketika seseorang
mencapai usia yang telah disebutkan dalam ayat tersebut, ia bersyukur terhadap Allah
SWT atas semua karuniaNya, berdoa semoga anak keturunannya kelak menjadi manusia
yang menjunjung tinggi agama Allah SWT yaitu Islam dan berharap diampuni segala
dosa yang telah ia perbuat selama ini. Dalam ayat 16 Allah SWT menerima amal sholeh
yang telah mereka perbuat, memberi balasan atas setiap amal sholeh tersebut dan
memberi pahala kepada mereka, bahkan memberi maaf terhadap amal-amal buruk yang
kadang terlanjur mereka lakukan di dunia. Kemudian mereka mengatur diri dalam
menempuh jalan para penghuni surga dan termasuk dalam golongan mereka
Setelah Allah menyebutkan tentang hal orang yang mendoakan kedua ibu bapaknya dan
berbakti kepada keduanya, kemudian menyebutkan pula kebahagiaan dan keselamatan
yang Allah berikan kepada mereka di akhirat.
D. Tafsir mufrodat
َ ا َ ِال ْي
صا ْء dan al Wasiyyah menerangkan jalan
yang lurus kepada orang lain supaya ia
menempuhnya.
ُ س
ان َ ْاَالِح Berbuat baik. Lawan dari Al – Isa’ah
(berbuat jelek). Sedang Al- Husnu –
artinya kebaikan, yakni lawan dari Al-
Qubhu keburukan). Sedang yang
dimaksud dari Ihsan ialah berbuat
perbuatan yang baik terhadap kedua
orang tua.
ُْالك َْره (huruf kaf didammahkan) dan Al –
Karhu (huruf kaf difathahkan),
wazannya seperti Ad – Du’fu dan Ad –
Da’fu yang artinya susah payah.
َُح ْملُه masa mengandungnya.
صا ِل ِه
َ ِف menyapihnya. Sedang yang di maksud
ialah masa menyusui yang sempurna,
yang sampai saat menyapih.
اَالَشَد kesempurnaan kekuatan dan akal.
ا َ ْو ِز ْعنِى jadikanlah aku menyukai dan berilah
aku petunjuk. Yakni, kata ‘Auza’tuhu
bi kaza, yang artinya aku menjadikan
dia menggemarinya dan suka
memperolehnya.
ْ ا َ ْلقَب
ُول Rida terhadap suatu perbuatan dan
memberinya pahala.
ب ال َجن ِة ْ َ فِى ا
ِ صح Orang – orang yang teratur dalam
menempuh jalan penghuni surga
E. Penafsiran ayat
a. Al maraghi
Tafsir Al Maraghi Q.S Al- Ahqaf 15 -16.
ۡ َۡ ََ ا
ٰ َ نس َن ب ِ َو ٰ ِ َِليۡهِ إ ِ ۡح
س ًناه ٰ َ ٱۡل
ِ ووصينا
Kami memerintahkan manusia berbuat baik kepada kedua iubu bapaknya serta
mengasihi keduanya dan berbakti kepada keduanya semasa hidup mereka maupun
sesudah kematian mereka.Dan Kami jadikan berbakti kepada keduanya orang tua sebagai
amal yang paling utama, sedang durhaka terhadap keduanya termasuk dosa besar.Sedang
ayat-ayat Al-Quran maupun hadis Nabi mengenai bab ini banyak terdapat.
ُ ُ ُ َََ
ۡحل ۡت ُه أ ُّم ُهۥ ك ۡر اها َو َو َض َع ۡت ُه ك ۡر اهاه
Sehingga apabila manusia itu telah menjadi tua dan sempurna umumnya dimana
kekuatan dan akalnya menjadi kokoh, yaitu dalam umur antar 30- 40 tahun.
َََ َ ََۡ َ ا
ني َس َنة ِوبلغ أربع
Dan mencapai umur 40 tahun. Dan umur sekian adalah akhir dari matangan dan
kesempurnaan akal. Oleh karena itu, diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Barang siapa yang
telah berumur 40 tahun namun kebaikkannya tidak melebihi keburukannya,maka
hendaklah ia bersiap-siap untuk masuk neraka. Dan oleh karenanya orang berkata , bila
seseorang telah berumur 40 tahun, sedang ia tidak berbuat selain yang merendahkan rasa
malunya saja, dan ia tidak menutupi lagi keburukannya, maka biarkan saja, jangan
indahkan kelakuannya yang telah lalu, sekalipun umunya telah memberikan keepadanya
berbagai macam saran hidup.
ٰ َ َ لَع َو
لَع َو ٰ ِ َِل اي َ َّت َأ ۡن َع ۡم
ت َ َا َ ََ ۡ َ ُ ۡ َ ۡ َ ٓ ۡ َۡ َ َ َ
ٓ ِ ك اٱل ب أوزِع َِن أن أشكر ن ِعمت
ِ قال ر
Tuhanku, berilah aku taufik untuk dapat menykuri nikmat-Mu yang telah Engkau
curahkan kepadaku tentang agama maupun duniaku, yaitu keluasan penghidupan,
kesehatan tubuh, keamanan dan keenakan yang aku nikmati, agar aku dapat sepenuhnya
beribadah kepada-Mu,di samping meninggalkan larangan-larangan-Mu, dan mensyukuri
nikmat yang telah Engkau anugrahkan kepadamu, kedua ibu bapakku, berupa belas kasih
kepadaku sehingga mereka berdua mengasuhku di masa kecil.
َُوأَ ۡن أَ ۡع َم َل َصٰل اِحا تَ ۡر َضىٰه
Dan jadikanlah amalku sesuai dengan ridha-Mu agar aku memperoleh pahala dari –Mu.
َ
ٓ ِ َوأ ۡصل ِۡح ِِل ِِف ُذ ِر اي
َِّۖت
Dan jadikanlah kesalehan berlaku pada anak cucuku dan menempat pada jiwa
mereka, bahkan merasuk ke dalam hati mereka.
َ ك ِإَوِن م َِن ٱل ۡ ُم ۡسلِم
ني
َ َۡ ُ ُۡ
إ ِ ِِن تبت إِِل
ِ ِ
Sesungguhnya aku bertaubat kepada- Mu dari dosa-dosaku yang telah terlanjur aku
lakukan pada hari-hari yang lalu, dan sesungguhnya aku tergolong orang-orang yang
tunduk kepada-Mu dengan melakukan ketaatan,dan tergolong orang-orang yang
menerima perintah dan karangan-Mu, yang telah tunduk kepada hukum-Mu.
ۡ
ٱۡلنةِا َ ۡ َ ۡ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ ُ ُ ْ َ ٰٓ َ ا َ َ َ َ ا
َ ب ٰ ٓ
ِۖ ِ ٰأولئِك ٱذلِين نتقبل عنهم أحسن ما ع ِملوا ونتجاوز عن س ِيات ِ ِهم ِِف أص
Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut itulah orang-orang yang Allah
menerima dari mereka perbuatan yang baik di sunia, berupa amal-amal saleh, lalu Allah
memberi balasan kepada mereka atasnya, bahkan memberi maaf terhadap amal-amal
mereka yang buruuk yang kadang-kadang terlanjur mereka lakukan di dunia dan tidak
menjadi adat kebisasaan mereka, akan tetapi amal buruk itu dilakukan karena dorongan
kekuatan syahwat atau kekuatan marah,Maka Allah tidak menghukum mereka atas
keburuka-keburukan terseut,dan mereka mengatur diri dalam menempuh jalan para
penghuni surge dan termasuk dalam golongan mereka.
َ َ ُ ْ ُ َ ا َ ۡ
وع ُدون ٱلص ۡد ِق ٱذلِي َكنوا ي
ِ َوعد
Allah berjanji kepada mereka dengan janji yang benar yang tidak perlu diragukan lagi,
dan bahwa Dia pasti menunaiannya.
b. Ibnu katsir
ۡ َۡ ََ ا
Firman Allah Swt.:
ٰ َ نس َن ب ِ َو ٰ ِ َِليۡهِ إ ِ ۡح
ًسناه ٰ َ ٱۡل
ِ ووصينا
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya.
(Al-Ahqaf: 15)
Yakni Kami perintahkan kepada manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya dan
mengasihi keduanya.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah
menceritakan kepadaku Sammak ibnu Harb yang mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Mus'ab ibnu Sa'd menceritakan berita ini dari Sa’d r.a yang telah mengatakan
bahwa Ummu Sa'd berkata kepada Sa’d, "Bukankah Allah telah memerintahkan manusia
untuk menaati kedua orang tuanya? Maka sekarang aku tidak mau makan dan, minum
lagi sebelum kamu kafir kepada Allah." Ternyata Ummu Sa’d tidak mau makan dan
minum sehingga keluarganya terpaksa membuka mulutnya dengan memakai tongkat (lalu
memasukkan makanan dan minuman ke dalamnya). Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-
Nya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya. (Al-Ahqaf: 15), hingga akhir ayat.
Imam Muslim dan para penulis kitab sunan -kecuali Ibnu Majah- telah meriwayatkan
hadis ini melalui Syu'bah dengan sanad yang semisal dan lafaz yang lebih panjang.
ibunya mengandungnya dengan susah payah. (Al-Ahqaf: 15)
Yaitu mengalami kesengsaraan karena mengandungnya dan kesusahan serta kepayahan
yang biasa dialami oleh wanita yang sedang hamil.
ُ َََ
ۡحل ۡت ُه أ ُّم ُهۥ
dan melahirkannya dengan susah payah (pula). (Al-Ahqaf: 15)
Yakni dengan penderitaan pula saat melahirkan bayinya lagi sangat susah dan masyaqqat.
ُ ُ
ك ۡر اها َو َو َض َع ۡت ُه ك ۡر اهاه
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15)
Sahabat Ali r.a. menyimpulkan dalil dari ayat ini dan ayat yang ada di dalam surat
Luqman. yaitu firman-Nya:
Dan menyapihnya dalam dua tahun. (Luqman: 14)
َ َ َ َ ۡ َ ٰ َٰ ُ ُ ۡ ۡ َ َ ۡ َٰ َ ُ ا َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َ ُ ا ا
Dan Firman Allah Swt.
ۚ اعة ني َكمِلنيِِۖ ل ِمن أراد أن يتِم ٱلرض
ِ ضعن أولدهن حولِ وٱلول ِدت ير
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. (Al-Baqarah: 233)
Bahwa masa mengandung yang paling pendek ialah enam bulan. Ini merupakan
kesimpulan yang kuat lagi benar dan disetujui oleh Usman r.a. dan sejumlah sahabat
lainnya.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Abdullah ibnu
Qasit dari Ma'mar ibnu Abdullah Al-Juhani yang menceritakan bahwa seorang lelaki dari
kalangan kami pernah mengawini seorang wanita dari Bani Juhainah. Dan ternyata wanita
itu melahirkan bayi dalam usia kandungan genap enam bulan. Lalu suaminya menghadap
kepada Usman r.a. dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Maka Usman memanggil
wanita tersebut. Setelah wanita itu berdiri hendak memakai pakaiannya, saudara
perempuan wanita itu menangis. Lalu wanita itu berkata, "Apakah yang menyebabkan
engkau menangis? Demi Allah, tiada seorang lelaki pun yang mencampuriku dari
kalangan makhluk Allah selain dia (suaminya), maka Allah-lah Yang akan memutuskan
menurut apa yang dikehendaki-Nya terhadap diriku."
Ketika wanita itu telah dihadapkan kepada Khalifah Usman r.a., maka Usman r.a.
memerintahkan agar wanita itu dihukum rajam. Dan manakala berita tersebut sampai
kepada sahabat Ali r.a., maka dengan segera Ali mendatangi Usman, lalu berkata
kepadanya, "Apakah yang telah dilakukan oleh wanita ini?" Usman menjawab, "Dia
melahirkan bayi dalam enam bulan penuh, dan apakah hal itu bisa terjadi?" Maka Ali r.a.
bertanya kepada Usman, "Tidakkah engkau telah membaca Al-Qur'an?" Usman
menjawab, "Benar." Ali r.a. mengatakan bahwa tidakkah engkau pernah membaca
firman-Nya: Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf:
15) Dan firman Allah Swt.: selama dua tahun penuh. (Al-Baqarah: 233) Maka kami tidak
menjumpai sisanya selain dari enam bulan Usman r a berkata, "Demi Allah, aku tidak
mengetahui hal ini, sekarang kemarikanlah ke hadapanku wanita itu." Ketika mereka
menyusulnya, ternyata jenazah wanita itu telah dimakamkan.
Abdullah ibnu Qasit mengatakan bahwa Ma'mar berkata "Demi Allah, tiadalah seorang
anak itu melainkan lebih mirip dengan rupa orang tuanya. Ketika ayahnya melihat
bayinya, lalu si ayah berkata, ini benar anakku, demi Allah, aku tidak meragukannya
lagi'."
Ma'mar mengatakan bahwa lalu ayah si bayi itu terkena cobaan muka yang bernanah di
wajahnya sehabis peristiwa tersebut, yang mana luka itu terus-menerus menggerogoti
wajahnya hingga ia mati.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan atsar ini yang telah kami kemukakan dari jalur lain dalam
tafsir firman-Nya: maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan (anak
itu). (Az-Zukhruf: 81); Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami
ayahku telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra telah menceritakan
kepada kami Ali ibnu Misar, dari Daud ibnu Abu Hindun dan Ikrimah, dari Ibnu Abbas
r.a. yang mengatakan bahwa apabila seorang wanita melahirkan bayi setelah sembilan
bulan, maka cukuplah baginya menyusui bayinya selama dua puluh satu bulan. Apabila
dia melahirkan bayinya setelah tujuh bulan, maka cukup baginya dua puluh tiga bulan
menyusui anaknya. Dan apabila ia melahirkan bayinya setelah enam bulan maka masa
menyusui bayinya adalah genap dua tahun, karena Allah Swt. telah berfirman:
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15)
ُ َ َ َ َ ٰٓ َ ا
*******
َّت إِذا بَلغ أش اد ُهۥ ح
َََ َ ََۡ َ ا
sehingga apabila dia telah dewasa. (Al-Ahqaf: 15). Yakni telah kuat dan menjadi dewasa.
ني َس َنة ِوبلغ أربع
dan umurnya sampai empat puluh tahun. (Al-Ahqaf. 15)
Yaitu akalnya sudah matang dan pemahaman serta pengendalian dirinya sudah sempurna.
Menurut suatu pendapat, biasanya seseorang tidak berubah lagi dari kebiasaan yang
dilakukannya bila mencapai usia empat puluh tahun.
Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan dan Al-A'masy, dan Al-Qasim ibnu Abdur Rahman,
bahwa ia pernah bertanya kepada Masruq, "Bilakah seseorang dihukum karena dosa-
dosanya?" Masruq menjawab, "Bila usiamu mencapai empat puluh tahun, maka hati-
hatilah kamu dalam berbuat."
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Abdullah Al-Qawariri, telah menceritakan kepada kami Urwah ibnu Qais Al-Azdi yang
usianya mencapai seratus tahun, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Al-Kufi
alias Umar ibnu Aus, bahwa Muhammad ibnu Amr ibnu Usman telah meriwayatkan dan
Usman r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Seorang hamba yang muslim apabila
usianya mencapai empat puluh tahun, Allah meringankan hisabnya; dan apabila usianya
mencapai enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki Inabah (kembali ke jalan-Nya).
Dan apabila usianya mencapai tujuh puluh tahun, penduduk langit menyukainya. Dan
apabila usianya mencapai delapan puluh tahun, Allah Swt. menetapkan kebaikan-
kebaikannya dan menghapuskan keburukan-keburukannya. Dan apabila usianya
mencapai sembilan puluh tahun, Allah mengampuni semua dosanya yang terdahulu dan
yang akan datang, dan mengizinkannya untuk memberi syafaat buat ahli baitnya dan
dicatatkan (baginya) di langit, bahwa dia adalah tawanan Allah di bumi-Nya.
Hadis ini telah diriwayatkan pula melalui jalur lain, yaitu di dalam kitab Musnad Imam
Ahmad.
Al-Hajjaj ibnu Abdullah Al-Hakami, salah seorang amir dari kalangan Bani Umayyah di
Dimasyq telah mengatakan, "Aku telah meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa selama
empat puluh tahun karena malu kepada manusia, kemudian aku meninggalkannya
(sesudah itu) karena malu kepada Allah." Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh
seorang penyair dalam bait syairnya:
Diturutinya semua yang disukainya sehingga uban telah menghiasi kepalanya.
Dan manakala uban telah memenuhi kepalanya, ia berkata kepada kebatilan, "Menjauhlah
dariku!"
*******
َ َ َ َ
Firman Allah Swt.:
ٓ ِ ب أ ۡوزِ ۡع
َن ِ قال ر
َ َ ۡ َ َۡ َ َّت َأ ۡن َع ۡم َ ََ ۡ َُ َۡ َۡ
Maksudnya, berilah aku ilham, atau bimbinglah aku.
َ َ ٰ َ َ لَع َو
لَع َو ٰ ِ َِل اي َوأن أع َمل صٰل اِحا ت ۡرضى ٰ ُه ت َ َا ٓ ِ ك اٱل أن أشكر ن ِعمت
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai. (Al-Ahqaf:
َ
15). Yakni di masa mendatang.
ِٓۖ ِ َوأ ۡصل ِۡح ِِل ِِف ُذ ِر اي
َّت
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. (Al-Ahqaf:
15)
Yaitu keturunanku.
َ ك ِإَوِن م َِن ٱل ۡ ُم ۡسلِم
ني
َ َۡ ُ ُۡ
إَ ِِِن تبت إِِل
ِ ِ
Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku temasuk orang-orang
yang berserah diri. (Al-Ahqaf: 15)
Ini adalah panduan bagi yang sudah berusia empat puluh tahun untuk memperbaharui
tobat dan berserah diri kepada Allah.
Telah diriwayatkan oleh Abu daud di dalam kitab sunan-nya, dari Ibnu Mas'ud ra. Bahwa
Rasulullah SAW mengajari doa tasyahhud, yaitu:
selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kepada cahaya, dan jauhkanlah kami dari
perbuatan-perbuatan fahisyah, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi. Dan
berkahilah bagi kami pendengaran kami, penglihatan kami hati kami, istri-istri kami dan
keturunan kami. Dan terimalah tobat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat
lagi Maha Penyayang. Dan jadikanlah kami sebagai orang-orang yang mensyukuri
nikmat-Mu, selalu memuji dan menerima nikmat itu, dan sempurnakanlah bagi kami
nikmat itu.
*******
َ ِف أَ ۡص
Kami ampuni dosa-dosa mereka serta Kami terima amal mereka walaupun sedikit.
ٰٰب ۡ َ ا ِٓ
ِِۖٱۡلنة ِ
bersama penghuni-penghuni surga. (Al-Ahqaf: 16)
Yakni mereka termasuk penghuni-penghuni surga. Demikianlah status mereka di sisi
Allah sebagaimana yang telah dijanjikan oleh-Nya kepada orang-orang yang bertobat dan
kembali ke jalan-Nya, oleh karena itu Allah berfirman:
َ َ ُ ْ ُ َ ا َ ۡ
وع ُدون ٱلص ۡد ِق ٱذلِي َكنوا ي
ِ َوعد
Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (Al-Ahqaf: 16)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim telah
menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari
Al-Gatrif, dari Jabir ibnu Yard, dan Ibnu Abbas r.a., dari Rasulullah Saw., dari Ar-Ruhul
Amin a.s. yang telah mengatakan: Seorang hamba akan didatangkan kebaikan dan
keburukannya, lalu dilakukanlah penghapusan sebagiannya dengan sebagian yang lain.
Jika masih tersisa suatu kebaikan, Allah memberikan keluasan kepadanya di dalam surga.
Ibnu Jarir mengatakan, bahwa lalu ia datang kepada Ali Yazdad dan ternyata dia pun
meriwayatkan hadis yang semisal. Aku bertanya, "Bagaimana jika kebaikannya habis?"
Ali menjawab dengan membacakan firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang kami
terima dari mereka amal baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-
kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah
dijanjikan kepada mereka. (Al-Ahqaf: 16)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari ayahnya, dari Muhammad
ibnu Abdul Ala As-San'ani, dari Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman berikut sanadnya yang
semisal, tetapi ditambahkan 'dan Ar-Ruhul Amin (Malaikat Jibril a.s.)'. Disebutkan
bahwa Allah Swt mendatangkan kepada seorang hamba amal-amal baiknya dan amal-
amal buruknya, lalu Allah Swt. mengingatkannya. Hadis ini garib, tetapi sanadnya baik
dan tidak mengandung cela.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ma'bad telah menceritakan kepada kami Amr
ibnu Asim Al-Kala'i, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abu Bisyr
Ja'far ibnu Abu Wahsyiyyah dan Abu Wahsyiyyah, dari Yusuf ibnu Sa'd, dari Muhammad
ibnu Hatib bahwa ketika Al. beroleh kemenangan atas kota Al-Basrah, Muhammad ibnu
Hatib tinggal di rumahku. Dan pada suatu hari ia mengatakan kepadaku, bahwa
sesungguhnya ia menyaksikan Khalifah Ali r a yang sedang bersama dengan Ammar,
Sa'sa'ah, Asytar, dan Muhammad ibnu Abu Bakar r.a. Lalu mereka menceritakan perihal
Khalifah Usman ra dan pada akhirnya pembicaraan mereka mendiskreditkannya. Saat itu
Ali ra. sedang berada di atas dipannya, sedangkan tangannya memegang tongkat. Lalu
seseorang dari mereka berkata, "Sesungguhnya seseorang di antara kalian ada seorang
yang akan memutuskan hal ini di antara kalian. Maka mereka menanyakannya kepada Ali
r.a. Lalu Ali menjawab bahwa Usman r.a. termasuk salah seorang yang disebutkan oleh
Allah Swt. dalam firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka
amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan
mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan
kepada mereka. (Al-Ahqaf: 16) Kemudian Ali r.a. berkata, "Demi Allah, Usman dan
teman-temannya " Hal ini diulanginya sebanyak tiga kali.
Yusuf ibnu Sa'd berkata, bahwa lalu ia bertanya kepada Muhammad ibnu Hatib, "Apakah
engkau mendengar ini langsung dari Ali r.a?" Muhammad ibnu Hatib menjawab, "Demi
Allah, aku benar-benar mendengarnya dari Ali r.a. secara langsung."
Abdullah Bin Muhammad, d., 2008. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i.
bakar, B. A. & Aly, H. N., 1993. TERJEMAH TAFSIR AL MARAGHI. Mangkang: PT. Karya Toha
Putra Semarang.
Kementrian Agama RI, 2015. Al - Quran Perkata dan Terjemahnya. Bandung Barat: Tasdiqiya
Berkah Media.
Jurnal : Teori Pendidikan Keluarga Dan Tanggung Jawab Orang Tua Dalam
Pendidikan Anak Usia Dini. Oleh M. Syahran Jailani