Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lanjut Usia

Menurut UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 ayat 1 ”Manusia usia lanjut


(glowing old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan
termasuk kesehatan ”.
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap
lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

2.2 Klasifikasi Lanjut Usia

Klasifikasi lanjut usia (Nugroho, W. 2012)


a. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dikatakan lanjut usia tersebut
dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
1) Usia lanjut (elderly) : 60-74
tahun
2) Usia tua (old) : 75-89
tahun
3) Usia sangat lanjut (very old) : > 90 tahun
b. Menurut Dep. Kes. RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia membaginya lanjut usia menjadi
sebagai berikut :
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini dikatakan sebagai
masa virilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.
3) Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai masa
senium.
c. Maryam (2008) mengklasifikasikan lansia antara lain :
1) Pralansia (praselinis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia Risiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2013)
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2013)
5) Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2013)
2.3 Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia

Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan


(homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi)
yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik,
depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial
yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat,
terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia.
Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati
hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang
sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:

a. Penurunan Kondisi Fisik

b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

c. Perubahan Aspek Psikososial

d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

f. Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang,
energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara
umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan
secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi
fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain.

Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka
perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial,
sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir
fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya
makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia

b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
dan budaya
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya

d. Pasangan hidup telah meninggal

Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independentpersonality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak
diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy),padalansiatipeini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.
Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali
ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari
tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena
pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan,
status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya (Kuntjoro, 2007).
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia?
Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang
memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah).
Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu,
baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak
negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif
sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk
mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh
gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing
orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar
tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan
memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya
masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat
banyak jenis dan macamnya. Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung
terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan
yang selama ini ditekuninya, masih ada alternative lain yang cukup menjanjikan dalam
menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka
menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.

2.3 Konsep Menua

2.3.1 Pengertian Menua

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di
derita (Siti Bandiyah, 2009).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami semua makhluk hidup. Proses menua setiap
individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong
lanjut usia (masih muda) tetapi mengalami kekurangan-kekurangan yang menyolok atau
diskrepansi (Wahyudi Nugroho, 2006).
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu
neonatus, toodler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini
dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013).
Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia
permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetpai merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa,
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin buruk, gerakan semakin lambat, dan figure tubuh yang tidak proposional (Nugroho,
W. 2012).

2.3.2 Teori Proses Penuaan

2.3.2.1 Teori Psikososial

Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan


mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan dan intelektualitas yang
meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut
menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan
kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem
sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses,
dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari
stimulus yang ada.
1) Activity Theory (Teori Aktivitas)
Teori ini menyatakan bahwa seseorang individu harus mampu eksis dan aktif
dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari
tua. Aktivitas dalam teori ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk
mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini
berdasar pada asumsi bahwa : (1) aktif lebih baik daripada pasif. (2) gembira
lebih baik daripada tidak gembira. (3) orang tua merupakan orang yang baik
untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan
bergembira. Penuaan mengakibatkan penurunan jumlah kegiatan secara
langsung.

2) Continuitas Theory (Teori Kontinuitas)


teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu terjadi
dan secara berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut usia.
Adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola
perilaku yang meningkatkan stress.

3) Disanggement Theory
Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan masyarakat , hubungan
dengan individu lain.

4) Teori Stratisfikasi Usia


Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses
penuaan.

5) Teori Kebutuhan Manusia


Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua
orang mencapai kebutuhan yang sempurna.

6) Jung Theory
Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan
kehidupan.

7) Course of Human Life Theory


Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat maksimumnya.

8) Development Task Theory


Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan
usianya.

Anda mungkin juga menyukai