Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH INDUSTRIALISASI BERKELANJUTAN

Dosen Pengampu : Dr. Asih Kuswardinah, M.Pd

Dampak Emisi Gas Buang

Oleh:

Bayu Ariwibowo

0501514018

PENDIDIKAN KEJURUAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk
terbesar di dunia selain China, India dan Amerika. Pertumbuhan penduduk yang
terjadi juga sangat besar. Keadaaan tersebut sangat berbanding lurus dengan
perkembangan di berbagai sector industri Negara ini, karena semakin banyak
manusia, semakin besar pula keinginan manusia untuk mencukupi berbagai
macam kebutuhannya.

Akibat dari Industri yang berkembang sangat pesat tersebut adalah


pemakaian bahan bakar minyak ataupun mineral bumi sangat meningkat, karena
bahan bakar digunakan sebagai sumber utama untuk menciptakan energy. Sebagai
contoh adalah pemakaian premium, yaitu bahan bakar bersubsidi yang paling
banyak dipakai masyarakat. Setiap satu kepala keluarga saat ini setidaknya
memiliki sebuah sepeda motor, sumber tenaga sepeda motor tersebut salah
satunya berasal dari bahan bakar minyak fosil. Sisa hasil pembakaran untuk
menghasilkan tenaga tersebut adalah sebuah asap atau gas buang yang dapat
mencemari lingkungan. Selain premium bahan bakar yang digunakan untuk
sumber energy adalah batu bara, bahan bakar ini paling banyak dipakai oleh
industri pembangkitkan listrik. Batu bara yang digunakan untuk pembakaran akan
menghasilkan asap.

Walaupun gas buang kendaraan bermotor sebagian terdiri dari senyawa


yang tidak berbahaya seperti nitrogen, dan uap air, tetapi didalamnya juga terdapat
senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat membahayakan gas
buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang
terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah karbon
monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx)
dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB).

Menurut DW Inovator, CO2 yang berjumlah 65 persen dari semua gas


rumah kaca, diproduksi selama proses pembakaran batu bara, minyak dan gas.
Sebelas persen melalui penebangan hutan dan pembukaan lahan. Sementara
Methana yang bertanggungjawab atas 16 persen gas rumah kaca, berasal dari
peternakan sapi dan pengolahan gas. Adapun Dinitrogen oksida yang berjumlah
enam persen, tercipta melalui penggunaan pupuk kimia. Disitu terbukti jika
industri sangat bertanggung jawab atas rusaknya lingkungan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:


KEP-35/MENLH/10/1993 tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan
bermotor, kandungan CO pada mobil ditentukan maksimum 4,5 persen dan 3.000
ppm untuk HC (hidrokarbon) Pada prinsipnya, setiap pembakaran kendaraan akan
menghasilkan CO2 (sebagai sampah) dan O2 terpakai (sebagai pembakar). Dalam
pembakaran yang sempurna, CO2 harus tinggi dan O2 rendah. CO2 merupakan
indikasi dari tingkat efisiensi pembakaran mesin bensin/premium.

Banyak masyarakat yang sudah menyadari tentang bahayanya hal


tersebut, namun mereka masih memakai bahan bakar fosil atau mineral bumi
tersebut sebagai bahan bakar utama dengan berbagai alasan. Padahal bahan bakar
yang lebih ramah lingkungan sudah banyak diperkenalkan seperti bio diesel.
Menurut banyak masyarakat pemakaian bahan bakar seperti premium banyak
digunakan karena bahan bakar tersebut merupakan bahan bakar yang paling
terjangkau harganya, terutama bagi masyarakat menengah kebawah. Dilihat dari
segi teknologi, kendaraan yang menggunakan teknologi terbarukan untuk
mendukung pemakaian bahan bakar yang lebih ramah lingkungan masih jarang
digunakan untuk masal. Kalaupun ada, harga yang ditawarkan terlalu mahal, jadi
masyarakat masih menggunakan kendaraan yang menggnuakan bahan bakar
premium atau teknologi lama.

Negara-negara maju terutama Negara yang ada di benua eropa, sudah


banyak masyarakat yang sadar tentang bahayanya menggunakan kendaraan
beremisi tinggi. Banyak para ilmuan yang berlomba menciptakan kendaraan
ataupun industri berwawasan ramah lingkungan. Salah satunya dengan
mengembangkan energy terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Sebagai contoh
banyak para peneliti menciptakan mobil-mobil listrik sebagai solusi, banyak
industri yang juga memanfaatkan bahan-bahan bekas untuk dimanfaatkan lagi,
atau menciptakan teknologi yang sumber listriknya berasal dari energy
terbarukan.

Masalah-masalah yang timbul seperti diatas, menjadi sebuah pekerjaan


besar bagi seluruh umat manusia yang ada di bumi. Dampak negative yang timbul
dari gas buang kendaraan atau hasil pembakaran bahan bakar fosil sangat besar
baik bagi kesehatan ataupun alam, namun bagaimana gambaran besar tentang hal
yang harus dilakukan manusia agar alam tetap terjaga tapi kegiatan ekonomi tetap
berjalan dengan baik masih menjadi sebuah pertanyaan besar, kemudian
bagaimana cara memanfaatkan teknologi terbarukan sebagai solusi-solusi yang
diciptakan ilmuan agar kehidupan tetap seimbang juga masih menjadi tanda tanya.

Makalah ini akan coba menjawab tentang pertanyaan-pertanyaan


tersebut secara garis besar, yaitu tentang bagaimana solusi-solusi untuk
mengurangi emisi gas buang kendaraan yang terbuang ke permukaan bumi.

B. Rumusan Masalah
Latar belakang yang telah diuraikan diatas terdapat beberapa masalah
tentang dampak emisi gas buang, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
yaitu “Bagaimana solusi untuk mengurangi emisi gas buang yang mambahayakan
bagi kesehatan dan lingkungan”.

C. Kajian Teori
1. Emisi Gas Buang

Menurut Wikipedia, Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran


bahan bakar di dalam mesin pembakaran dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet
yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Sisa hasil pembakaran
berupa air (H2O), gas CO atau disebut juga karbon monooksida yang beracun,
CO2 atau disebut juga karbon dioksida yang merupakan gas rumah kaca, NOx
senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa Hidrat arang sebagai akibat ketidak
sempurnaan proses pembakaran serta partikel lepas selain itu masih banyak lagi
senyawa yang dapat merugikan kesehatan dan lingkungan.

Menurut Tugaswati, Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai


senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari
kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi
dan faktor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit. Jenis bahan
bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun
bahan bakar solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya karena
perbedaan cara operasi mesin. Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot
kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar, yang umumnya tidak terlihat pada
kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin.

Walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa


yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan upa air, tetapi
didalamnya terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang
dapat membahayakan gas buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan.
Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan
bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon,
berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk
timbel (PB). Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbel organik,
dilepaskan ke udara karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar. Lalulintas
kendaraan bermotor, juga dapat meningkatkan kadar partikular debu yang berasal
dari permukaan jalan, komponen ban dan rem. Setelah berada di udara, beberapa
senyawa yang terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor dapat berubah
karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar matahari dan uap air, atau
juga antara senyawa-senyawa tersebut satu sama lain.

Proses reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu
juga di lingkungan jalan raya, dan adapula yang berlangsung dengan lambat.
Reaksi kimia di atmosfer kadangkala berlangsung dalam suatu rantai reaksi yang
panjang dan rumit, dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau
lebih lemah dibandingkan senyawa aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di
udara yang mengubah nitrogen monoksida (NO) yang terkandung di dalam gas
buang kendaraan bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2 ) yang lebih reaktif,
dan reaksi kimia antara berbagai oksida nitrogen dengan senyawa hidrokarbon
yang menghasilkan ozon dan oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan
fotokimi (photochemical smog). Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di
tempat asal sumber (kota), tetapi dapat terbentuk di pinggiran kota. Jarak
pembentukan smog ini tergantung pada kondisi reaksi dan kecepatan angin.

Untuk bahan pencemar yang sifatnya lebih stabil sperti limbah (Pb),
beberapa hidrokarbon-halogen dan hidrokarbon poliaromatik, dapat jatuh ke tanah
bersama air hujan atau mengendap bersama debu, dan mengkontaminasi tanah dan
air. Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat masuk ke dalam rantai makanan
yang pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran, susu ternak,
dan produk lainnya dari ternak hewan. Karena banyak industri makanan saat ini
akan dapat memberikan dampak yang tidak diinginkan pada masyarakat kota
maupun desa.

Seperti diketahui, gas sisa dari pembakaran sangat berbahaya, seperti


CO, merupakan karbon yang sangat beracun bagi manusia jika dihirup, karena CO
akan mengikat sel darah merah dan akan merusak saraf-saraf penting pada tubuh
makhluk uang menghirupnya dalam jangka waktu tertentu. Kerugian yang
mungkin ditimbulan dari emisi gas buang salah satunya adalah hipertensi, iritasi
mata, penurunan kecerdasan, mengganggu perkembangan mental anak, batuk, dan
mengurangi fungsi reproduksi laki-laki.

Sedangkan CO2 merupakan gas rumah kaca yang sangat berbahaya bagi
lingkungan karena dapat menciptakan lubang pada lapisan ozon. Akibat dari gas
rumah kaca tersebut, permukaan bumi akan semakin panas, es di kutup bumi
mencair, permukaan air laut akan semakin naik sehingga terjadi abrasi.
Kemungkinan lain yang akan terjadi yaitu perubahan iklim, karena suhu di
permukaan bumi yang tidak teratur, makhluk hidup juga akan terkena dampak
dari perubahan iklim tersebut seperti kematian masal.

Gambar 1. Efek Rumah Kaca

2. Lingkungan

Menurut Wikipedia, Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik


yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya,
mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan,
dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi
segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan
kehidupan manusia.

Semakin banyaknya populasi manusia, dan semakin banyak pula


kebutuhan hidup manusia berdampak bagi kerusakan lingkungan, Kerusakan pada
lingkungan hidup terjadi karena dua faktor baik fator alami ataupun karena
tangan-tangan jahil manusia. Pentingnya lingkungan hidup yang terawat
terkadang dilupakan oleh manusia, dan hal ini bisa menjadikan ekosistem serta
kehidupan yang tidak maksimal pada lingkungan tersebut.
Berikut beberapa faktor secara mendalam yang menjadikan kerusakan
lingkungan hidup :
a. Faktor alami
Banyaknya bencana alam dan cuaca yang tidak menentu menjadi
penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Bencana alam tersebut bisa
berupa banjir, tanah longsor, tsunami, angin puting beliung, angin topan, gunung
meletus, ataupun gempa bumi. Selain berbahaya bagi keselamatan manusia
maupun mahkluk lainnya, bencana ini akan membuat rusaknya lingkungan.

b. Faktor buatan
Manusia sebagai makhluk berakal dan memiliki kemampuan tinggi
dibandingkan dengan makhluk lain akan terus berkembang dari pola hidup
sederhana menuju ke kehidupan yang modern. Dengan adanya perkembangan
kehidupan, tentunya kebutuhannya juga akan sangat berkembang termasuk
kebutuhan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

Kerusakan lingkungan karena faktor manusia bisa berupa penebangan


secara liar yang menyebabkan banjir ataupun tanah longsor, dan pembuangan
sampah di sembarang tempat terlebih aliran sungai dan laut akan membuat
pencemaran.

3. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No


02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan
(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan
oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan.
Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan
terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Pada saat ini, pencemaran
terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat.
Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan
masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.

Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi: Pencemaran Air,


Pencemaran Udara, dan Pencemaran Tanah. Pencemaran udara adalah kehadiran
satu atau lebih substansifisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang
dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu
estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.

D. Pembahasan

1. Solusi untuk Mengendalikan Emisi Gas Buang

Pengendalian terhadap emisi gas buang tergantung dari sifat dan sumber
polutannya. Pengendalian yang paling sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan
menggunakan masker sebagai pelindung saat berada di daerah yang berpotensi
terdapat polusi untuk menghindari gangguan kesehatan. Dengan menggunakan
masker, udara yang kotor akan disaring dan udara yang dihirup akan relative labih
bersih jika dibandingkan tanpa menggunakan masker. Penggunaan masker biasanya
lebih dianjurkan bagi masyarakat yang berada di perkotaan, karena di daerah
perkotaan pemakaian bahan bakar cenderung lebih besar, banyak juga terdapat
industri yang mencemari lingkungan.

Pencegahan mengurangi emisi lain juga bisa dilakukan dengan cara


mengurangi benda yang berpolutan, cara ini sangatlah sulit karena kebutuhan
masyarakat akan benda-benda tersebut sangat besar. Contoh dari mengurangi benda
berpolutan yaitu dengan memakai kendaraan yang ramah lingkungan, seperti
meninggalkan kendaraan yang memakai karburator dan menggantinya dengan
kendaraan yang menggunakan elektronik control injeksi. Karena suplai bahan bakar
akan lebih terkontrol sesuai dengan kebutuhan, akibatnya gas buang yang dihasilkan
juga lebih bersih. Selain kendaraan yang menggunakan EFI, kendaraan menggunakan
teknologi hybrid ataupun kendaraan penggerak listrik dianjurkan.karena pemakaian
bahan bakar fosil pada teknologi tersebut sangat minim. Permasalahannya adalah
kemampuan masyarakat untuk membeli teknologi tersebut sangat mahal sehingga
sangat jarang digunakan di tempat umum. Solusi yang paling baik adalah
memperbaiki transportasi umum dengan teknologi ramah lingkungan, dan membatasi
pemakaian kendaraan pribadi, membatasi umur kendaraan yang sudah tua, karena
kamungkinan kerja mesinnya tidak maksimal dan emisi yang dikeluarkan tinggi,
kemudian berpindah ke transportasi masal yang nyaman.

Untuk mengurangi emisi akibat dari industri yaitu dengan memanfaatkan


energy terbarukan, seperti yang telah diketahui saat ini, industri yang paling banyak
menyumbang polusi adalah industri pembangkit listrik tenaga uap, karena
memanfaatkan panas dari hasil pembakaran batubara sebagai sumber energy
penggerak turbin. Asap yang dihasilkan dari pembakaran tersebut sangat besar dan
sangat mencemari lingkungan.

Menurut DW Inovator, CO2 yang berjumlah 65 persen dari semua gas


rumah kaca, diproduksi selama proses pembakaran batu bara, minyak dan gas.
Adapun energy terbarukan yang bisa dimanfaatkan untuk mengurangi dampak
pencemaran lingkungan tersebut adalah dengan beralih ke pembangkit listrik tenaga
surya atau yang bisa disebut dengan solar cell. Di Negara-negara maju eropa sudah
banyak industri yang menggunakan solar cell, diikuti dengan pemanfaatan solar cell
dalam skala rumah tangga, entah masyarakat disana sudah sadar tentang kelestarian
lingkungan ataupun hanya mengikuti gaya hidup saja, yang pasti sangat bermanfaat
sekali bagi kelestarian lingkungan.

Selain menggunaka solar cell, banyak industri yang merancang tentang


pemanfaatan angin sebagai tenaga listrik, karena hal ini sangat ramah lingkungan,
seperti yang diliput tim DW Inovator, “Kebanyakan pembangkit listrik tenaga
angin/bayu (PLTB) berada di Eropa, Asia dan Amerika Utara. Boom energi angin
kini juga dimulai di Amerika Selatan dan Eropa Timur. Di seluruh dunia, energi
angin telah menghasilkan listrik di 100 negara dan memenuhi tiga persen
kebutuhan listrik global”. DW Inovator Juga menyebutkan jika energi angin
ramah iklim, produk lokal, independen dari impor energi dan lebih murah
dibandingkan sumber energi lain. Satu kilowatt jam (kWh) listrik produksi turbin
angin harganya berkisar antara lima sampai sepuluh sen Euro.

Banyak ilmuan juga merancang tentang keefektifan pemanfaatan angin


sebagai sumber energy pembangkit listrik yaitu dengan memanfaatkan balon
udara. industri pembangkit listrik di Jerman yang merencanakan sebuah
pembangkit listrik tenaga angin memanfaatkan balon udara. Menurut DW
Inovator, Kincir angin yang dikembangkan ilmuwan dari Massachusetts Institute
of Technology (MIT) ini dilengkapi dengan balon udara. Balon tersebut mampu
menangkat kincir hingga ke ketinggian 600 meter. Teorinya, semakin tinggi maka
semakin kencang pula angin bertiup.

Gambar 2. Rancangan Pembangkit Listrik Memanfaatkan Balon Udara

Ilmuwan mengungkap, di ketinggian 600 meter kepadatan energi


mencapai lima hingga enam kali lipat ketimbang di darat. Dengan memanfaatkan
ketinggian tersebut, generator melayang ini bisa memproduksi listrik dua kali lipat
lebih banyak ketimbang kincir angin konvensional.
Kincir angin buatan MIT memiliki diameter 3,7 meter dan dipasang di
bagian tengah balon yang bentuknya menyerupai turbin pesawat. Ketika melayang
di udara, balon yang diisi dengan gas helium ini dipasung dengan beberapa tali
dan dilengkapi dengan kabel yang mengalirkan listrik ke darat.

Menurut perusahaan Altaeros Energies yang dibentuk MIT, balon kincir


buatannya bisa dibongkar pasang dalam waktu 24 jam. Selain itu, balon ini juga
didesain agar bisa ditempatkan di kawasan terpencil atau di wilayah bencana
untuk mengamankan pasokan energi. Menurut Altaeros Energies, balon tidak
cuma bisa mengangkut kincir angin, melainkan juga bisa dilengkapi dengan
pemancar seluler untuk telefon dan internet. Kemampuannya itu membuat balon
kincir cocok untuk ditempatkan di kawasan yang jauh dari akses listrik seperti
Afrika atau Asia.

Balon kincir sejak awal desain untuk memanfaatkan High Altitude Wind
alias angin di ketinggian. Menurut ilmuwan, angin yang selalu bertiup kencang
tersebut adalah jenis energi terbarukan yang paling tidak dimanfaatkan di dunia.
Kelemahan terbesar balon kincir adalah cuaca buruk semisal badai. Menurut
Altaeros, balon buatannya mampu menahan gempuran angin sekencang 160
kilometer per jam. Selain itu perusahaan yang berdiri tahun 2010 itu juga
melengkapi balonnya dengan sensor bencana yang secara otomatis mendaratkan
balon kincir jika kondisi cuaca terus memburuk.

Sifatnya yang ringan, murah dan mudah dibongkar pasang membuat


balon kincir ideal untuk dipakai di wilayah kepulauan, industri, di kawasan
bencana atau untuk keperluan militer. Altaeros Energies tidak merinci berapa
biaya yang perlu dikeluarkan untuk memproduksi sebuah balon kincir. Namun
begitu perusahaan tersebut mengklaim ongkos produksinya jauh lebih murah
ketimbang kincir angin konvensional.

Solusi lain untuk mengurangi pemanasan global dapat dilakukan dengan


cara mengurangi pemakaian AC menggunakan Freon, serta menggunakan bahan
bakar ramah lingkungan. Alternatif lain yang bisa digunakan adalah penggunaan
tanaman untuk mengurangi dampak emisi gas buang. Tanaman dapat menyerap
berbagai gas dan partikel beracun yang mencemari udara. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa tanaman mempunyai kemampuan efektif untuk mengatasi
pencemaran udara yang terjadi, karena tanaman bisa berfotosintesis yang mengubah
CO2 yang berasal dari bahan bakar fosil menjadi O 2. (Sunu 2001).

Ditinjau dari segi estetika, tanaman bisa member manfaat social, dimana
melalui sifat-sifat fisiknya tanaman dapat memperlunak suasana terutama yang
berada di kota yang serba keras, disamping itu tanaman dapat meredam kebisingan,
terciptanya lingkungan yang asri yang dapat menghalau kejenuhan dan stress, juga
akan terciptanya lingkungan dengan udara yang lebih segar (Sunu 2001).

E. Simpulan

Untuk mengurangi emisi gas buang, dapat dilakukan dengan berbagai


cara, cara yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan energi-energi
terbarukan yang lebih ramah lingkungan, memakai kendaraan yang bisa dengan
baik mengontrol emisi gas buang, membangun transportasi umum yang nyaman
dan kemudian masyarakat dialihkan dari memakai kendaraan pribadi ke
kendaraan umum, mengurangi pemakaian gas Freon, menggunakan bahan bakar
ramah lingkungan, dan yang terakhir adalah dengan banyak menanam pepohonan
rindang untuk mengurangi kadar gas rumah kaca CO2 pada bumi yang bisa
merusak lapisan ozon.
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1993. Ambang Batas Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 1993. Jakarta.

Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO


14001. Grasindo Jakarta. 297-41.

Tri-Tugaswati A, Suzuki S, Kiryu Y, Kawada T. 1995. Automotive Air Pollution in


Jakarta with Special emphasis on lead, Particulate, and nitrogen dioxide. Jpn
J of Health and human Ecology. 61:261-75.

_____, Booming Energy Angin Diseluruh Dunia. http://www.dw.de/booming-


energi-angin-di-seluruh-dunia/g-16820888. 20.03 WIB/29/5/2015

_____. Mengurangi Emisi Global. http://www.dw.de/mengurangi-emisi-global/g-


17338117 21.45 WIB/29/05/2015

_____. Masa Depan Tanpa Energi Fosil. http://www.dw.de/masa-depan-tanpa-


energi-fosil/g-18105916 21.23 WIB/29/05/2015

_____. Memanen Listrik Dari Langit. http://www.dw.de/memanen-listrik-dari-


langit/g-18270766 21.45 WIB/29/05/2015

Anda mungkin juga menyukai