DosenPengampuh:
DisusunOleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna
dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama dengan judul Tauhid, Al-Quran-Hadits sumber sains-iptek,
Salafussoleh dan e Generasi terbaik, Berbagi, Penegakan dan Keadilan Hukum Islam
Disamping itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-
waktu mendatang.
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&KebenaranKonsepKetuhanandalam Islam 1
BAB II. Al-Qur’an dan Al-Hadits: SumberSains&Teknologi ..
BAB III. GenerasiTerbaikMenurut Al-Hadits ..
BAB IV.SalafussolehMenurut Al-Hadits ..
BAB V. Berbagi, PenegakandanKeadilanHukumdalam Islam ..
DAFTAR PUSTAKA …
LAMPIRAN
BAB I
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk
menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya
dalam surat al-Furqan ayat 43.
Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya
sendiri:
Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan
bagimu selain aku’.
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan
di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk
apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin
atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia
pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang
komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau
angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya
hanya satu Tuhan yang bernama Allah.
1. Pemikiran Barat
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut
ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang
berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada
benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah
(Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau
diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang
misterius. Meskipun mana tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
b. Animisme
c. Politeisme
d. Henoteisme
e. Monoteisme
Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan. Satu kelompok
berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa Tuhan
mempunyai kekuatan mutlah yang menjadi penentu segalanya. Di lain pihak ada yang
berpegang pada doktrin Qodariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa manusialah
yang menentukan nasibnya. Polemik dalam masalah ketuhanan di kalangan umat
Islam pernah menimbulkan suatu dis-integrasi (perpecahan) umat Islam, yang cukup
menyedihkan. Peristiwa al-mihnah yaitu pembantaian terhadap para tokoh Jabariah
oleh penguasa Qadariah pada zaman khalifah al-Makmun (Dinasti Abbasiah).
Munculnya faham Jabariah dan Qadariah berkaitan erat dengan masalah politik umat
Islam setelah Rasulullah Muhammad meninggal. Sebagai kepala pemerintahaan, Abu
Bakar Siddiq secara aklamasi formal diangkat sebagai pelanjut Rasulullah. Berikutnya
digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan Ali.
Embrio ketegangan politik sebenarnya sudah ada sejak khalifah Abu Bakar, yaitu
persaingan segitiga antara sekompok orang Anshar (pribumi Madinah), sekelompok
orang Muhajirin yang fanatik dengan garis keturunan Abdul Muthalib (fanatisme Ali),
dan kelompok mayoritas yang mendukung kepemimpinan Abu Bakar. Pada periode
kepemimpinan Abu Bakar dan Umar gejolak politik tidak muncul, karena sikap khalifah
yang tegas, sehingga kelompok oposisi tidak diberikan kesempatan melakukan
gerakannya.
Ketika khalifah dipegang oleh Usman Ibn Affan (khalifa ke 3), ketegangan politik
menjadi terbuka. Sistem nepotisme yang diterapkan oleh penguasa (wazir) pada masa
khalifah Usman menjadi penyebab adanya reaksi negatif dari kalangan warga Abdul
Muthalib. Akibatnya terjadi ketegangan,yang menyebabkan Usman sebagai khalifah
terbunuh. Ketegangan semakin bergejolak pada khalifah berikutnya, yaitu Ali Ibn Abi
Thalib. Dendam yang dikumandangkan dalam bentuk slogan bahwa darah harus
dibalas dengan darah, menjadi motto bagi kalangan oposisi di bawah kepemimpinan
Muawiyah bin Abi Sufyan. Pertempuran antara dua kubu tidak terhindarkan. Untuk
menghindari perpecahan, antara dua kubu yang berselisih mengadakan perjanjian
damai. Nampaknya bagi kelompok Muawiyah, perjanjian damai hanyalah merupakan
strategi untuk memenangkan pertempuran. Amru bin Ash sebagai diplomat Muawiyah
mengungkapkan penilaian sepihak. Pihak Ali yang paling bersalah, sementara
pihaknya tidak bersalah. Akibat perjanjian itu pihak Ali (sebagai penguasa resmi)
tersudut. Setelah dirasakan oleh pihak Ali bahwa perjanjian itu merugikan pihaknya, di
kalangan pendukung Ali terbelah menjadi dua kelompok, yaitu : kelompok yang tetap
setia kepada Ali, dan kelompok yang menyatakan keluar, namun tidak mau bergabung
dengan Muawiyah. Kelompok pertama disebut dengan kelompok SYIAH, dan
kelompok kedua disebut dengan KHAWARIJ. Dengan demikian umat Islam terpecah
menjadi tiga kelompok politik, yaitu: 1) Kelompok Muawiyah (Sunni), 2) Kelompok
Syi’ah, dan 3) Kelompok Khawarij.
Siapa yang tidak menegakkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-
Quran), maka mereka dalah orang-orang kafir
Munculnya doktrin saling mengkafirkan antara satu kelompok dengan kelompok lain
membuat pertanyaan besar bagi kalangan cendikiawan. Pada suatu mimbar akademik
(pengajian) muncul pertanyaan dari peserta pengajian kepada gurunya yaitu Hasan Al-
Bashry. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan adanya perbedaan pendapat
tentang orang yang berbuat dosa besar. Sebagian pendapat mengatakan bahwa
mereka itu adalah mukmin, sedangkan pendapat lain mengatakan kafir. Para pelaku
politik yang terlibat tahkim perjanjian antara pihak Ali dan pihak Muawiyah, mereka
dinilai sebagai pelaku dosa besar. Alasan yang mengatakan mereka itu mukmin
beralasan bahwa iman itu letaknya di hati, sedangkan orang lain tidak ada yang
mengetahui hati seseorang kecuali Allah. Sedangkan pendapat lainnya mengatakan
bahwa iman itu bukan hanya di hati melainkan berwujud dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Berarti orang yang melakukan dosa besar dia adalah bukan mukmin. Kalau
mereka bukan mukmin berarti mereka kafir.
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia.
Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-
Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif
(hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon,
binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:
Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid
(monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan
yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika
memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun
sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-
Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan
masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha
besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut
timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad?
Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah
mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang
dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak
demikian kejadiannya.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam
Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;
Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan
kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti
konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu
Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta,
melainkan juga pengatur alam semesta.
BAB II
AL-QURAN
Secara Etimologi Al Qur'an merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro’a (
رأw )قyang bermakna Talaa ( )تالkeduanya berarti: membaca, atau bermakna Jama’a
(mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa Qur’aanan
(رءا وقرآناww)قرأ ق. Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar
(kata benda) yang semakna dengan Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca).
Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari
Ism Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia
mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.
Sedangkan secara terminologi Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril
sebagai pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan
lokasi. Alquran adalah kitab Allah SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan
injil yang diturunkan melalui para rasul. Hal ini juga senada dengan pendapat yang
menyatakan bahwa Al-Qur'an kalam atau wahyu Allah yang diturunkan melalui
perantaraan malaikat jibril sebagai pengantar wahyu yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW di gua hiro pada tanggal 17 ramadhan ketika Nabi Muhammad
berusia 41 tahun yaitu surat al alaq ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir alqu'an
turun yakni pada tanggal 9 zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah almaidah ayat 3.
Allah ta’ala menyebut al-Qur’an dengan sebutan yang banyak sekali, yang
menunjukkan keagungan, keberkahan, pengaruhnya dan universalitasnya serta
menunjukkan bahwa ia adalah pemutus bagi kitab-kitab terdahulu sebelumnya.
FUNGSI AL-QURAN
Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui
kebenarannya oleh segenap hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan
kemanusiaan secara umum seperti
hukum,ibadah,ekonomi,politik,social,budaya,pendidikan,ilmu pengethuan dan seni.
Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik
umat yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang
dan mengingkari ajaran Nya.Bagi kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus
pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-
Qur’an.
Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad
saw. Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah
Muhammad saw sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim dan sebagai korektor dan
penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya, dan bernilai abadi.
Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya
orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab
penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada masa-
masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin
ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi.
Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan
di Mesir, Negeri Saba'. Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa dan lain-
lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah
bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus
yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-
belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa Al-Qur'an
adalah wahyu Allah SWT.
Bahasa Al-qur'an adalah mu'jizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa dan
kerapihan susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab
lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari
gaya bahasa Al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikian itulah ‘Umar bin Khattab
masuk Islam setelah mendengar Al-Qur'an awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya
Fathimah. Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh
Nabi karena mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca Nabi.
PENGERTIAN HADITS
Menurut bahasa hadits adalah jadid, yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu
yang dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti khabar, artinya berita, yaitu
Menurut ahli hadits, pengertian hadits adalah “Seluruh perkataan, perbuatan, dan hal
ihwal tentang Nabi Muhammad SAW”, sedangkan menurut yang lainnya adalah
“Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuataan,
maupun ketetapannya.”
Adapun menurut muhadditsin, hadits itu adalah “Segala apa yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW, baik itu hadits marfu’(yang disandarkan kepada Nabi), hadits
mauquf (yang disandarkan kepada sahabat) ataupun hadits maqthu’ (yang
disandarkan kepada tabi’in). [KREAT,2012]
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Alloh. Kitab Al-Qur’an adalah
sebagai penyempurna dari kita-kitab Alloh yang pernah diturunkan sebelumnya. Al-
Qur’an dan Hadits merupakan sumber pokok ajaran Islam dan merupakan rujukan
umat Islam dalam memahami syariat. Pada tahun 1958 salah seorang sarjana barat
yang telah mengadakan penelitian dan penyelidikan secara ilmiah tentang Al-Qur’an
mengatan bahwa : “Pokok-pokok ajaran Al-Qur’an begitu dinamis serta langgeng
abadi, sehingga tidak ada di dunia ini suatu kitab suci yang lebih dari 12 abad lamanya,
tetapi murni dalam teksnya”. (Drs. Achmad Syauki, Sulita Bandung, 1985 : 33). Fungsi
Hadits terhadap Al-Qur’an meliputi tiga fungsi pokok, yaitu :
2. Menguraikan dan merincikan yang global (mujmal), mengkaitkan yang mutlak dan
mentakhsiskan yang umum(‘am), Tafsil, Takyid, dan Takhsis berfungsi menjelaskan
apa yang dikehendaki Al-Qur’an. Rasululloh mempunyai tugas menjelaskan Al-Qur’an
sebagaimana firman Alloh SWT dalam QS. An-Nahl ayat 44:
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan”(QS. An-Nahl : 44
An-Nur ayat 40
اwwد يراهwwده لم يكwwرج يwwوق بعض إذا أخww ظلمات بعضها فwأو كظلمات في بحر لجي يغشاه موج من فوقه موج من فوقه سحاب
ومن لم يجعل هللا له نورا فما له من نور
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, sesuai
keinginannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang diberi cahaya
(petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.
Al Furqon ayat 53
: ۞ ات َو ٰ َه َذا م ِْل ٌح أ ُ َجا ٌج َو َج َع َل َب ْي َن ُه َما َبرْ َز ًخا َوحِجْ رً ا مَّحْ جُورً ا
ٌ ْن ٰ َه َذا َع ْذبٌ فُ َر
ِ َوه َُو ٱلَّذِى َم َر َج ْٱل َبحْ َري
: Arti: Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini
tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding
dan batas yang menghalangi.
At-Tur Ayat 6
ض َكا َنـ َتا َر ۡت ًقا َف َف َت ۡق ٰن ُه َماؕ َو َج َع ۡل َنا م َِن ۡال َمٓا ِء ُك َّل َش ۡى ٍء َحىٍّؕ اَ َفاَل ي ُۡؤ ِم ُن ۡو َن ِ اَ َولَمۡ َي َر الَّذ ِۡي َن َك َفر ُۡۤوا اَنَّ الس َّٰم ٰو
َ ت َوااۡل َ ۡر
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya
dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari inspirasi itu di dalam garis edarnya.
Ar-Rahman Ayat 20 انw ِ رْ َز ٌخ اَّل َي ْب ِغ َيw َب ْي َن ُه َما َبArab-Latin: Bainahumā barzakhul lā yabgiyān
Terjemah Arti: Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing
Maksud dan contoh-contoh dari dalil-dalil di atas
1.)Sama halnya seperti orang kafir yang kufur terhadap petunjuk dan pedoman yang
diberikan oleh Allah,orang seperti ini akan terus berada dalam kekafiran sebab tidak
ada kitab maupun pedoman hidup yang dapat menuntut kejalan yang baik.
Contohnya dalam penemuan sains dan teknologi adalah lampu ketika sebuah rumah
memiliki lampu otomatis rumah tersebut aka penuh dengan cahay kemanapun kaki
melangkah pasti akan benar kearah tujuan yg benar berbeda dengan rumah tanpa
lampu yang penuh dengan kegelapan ketika kaki ingin melangkah pasti akan terasa
bimbang apakah kaki kita melangkah ke arah yg benar atau yg salah
Sebagai contoh lain dari alam semesta ialah seperti bulan yang menerangi malam yg
gelap, jikalau bulan tidak ada tentu saja malam akan sangat gelap gulita serta kita pasti
merasa was" sebab org yg berniat jahat pasti selalu mengintai
Sang ilmuwan pun mencoba mempelajari ilmu kelautan untuk memecahkan misteri
tentang fenomena ganjil tersebut, namun tak pernah membuahkan hasil. Ia pun
menceritakan hal ganjil itu kepada seorang profesor Muslim. Terkejutlah Cousteau
ketika sang profesor Muslim menceritakan bahwa fenomena itu telah dijelaskan
Alquran 14 abad silam.“
"Dan Dialah (Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), yang satu
tawar dan segar dan yang lainnya asin. Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas
yang tidak tembus." (QS Al Furqan:53).
Menurut dia, mustahil jika Alquran disusun oleh Muhammad SAW. Sebab, pada
zaman itu belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh
terpencil di kedalaman samudera. Costeau pun dikabarkan masuk Islam secara diam-
diam, atas kekagumannya pada Alquran yang mengungkapkan fenomena alam ini.
3.Apabila kita pikir secara logika, tentu itu tidak masuk akal. Api bila kita siram dengan
air pasti akan mati. Tapi, mengapa api di dalam laut yang sejatinya terdapat air yang
amat sangat banyak, tidak bisa memadamkan api tersebut? Subhanallah, inilah tanda
kebesaran Allah SWT.Allah berfirman dengan fenomena kosmik unik ini,
yang artinya: “Ada laut yang di dalam tanahnya ada api,” (Qs. Ath-Thur 6).Maksudnya
setiap yang ada di bumi laut langit alam semesta serta isinya ini allah sudah
menjelaskannya
al-quran
4.“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya
dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?” (Qs. Al-
Anbiya’ : 30)
Ayat ini mengingatkan kepada kita semua akan sebuah anugerah besar yang dapat
disaksikan oleh mata kepala setiap manusia. Anugerah ini dijadikan pengingat bagi
segenap manusia yang belum beriman kepada Allah agar segera masuk ke dalam
agama Islam setelah mereka melihat besarnya anugerah Allah satu ini.
Anugerah ini adalah Air yang menjdi sumber bagi seluruh kehidupan di bumi. Lafal َر ْت ًقا
(ratqan) dalam ayat ini bermakna padat dan keras. Sedangkan lafal َف َف َت ْق َنا ُه َما
(fafataqnahuma) dalam ayat ini bermakna Kami lembutkan/belah langit dan bumi. Hal
ini sebagaimana penafsiran menurut Ibnu Abbas bahwa ayat ini bercerita, “Dahulu
langit dibuat oleh Allah dengan bentuk yang padat dan keras sehingga tak ada
sedikitpun air hujan yang turun darinya. Begitu juga bumi yang dijadikan tandus dan
tak ada sedikitpun benih yang tumbuh. Tak ada tanda kehidupan hingga Allah
lembutkan langit sehingga keluar darinya air hujan dan Allah belah muka bumi
sehingga keluar darinya tumbuh-tumbuhan.”
Menurut Dr. Muhammad Sayyid Thanthawi dalam kitab tafsir al-Wasith, makna ayat ini
secara keseluruhan adalah, “Wahai orang-orang yang belum beriman, apakah engkau
tidak merenungi kebesaran Allah disaat Dia menjadikan langit yang keras dan bumi
yang tandus menjadi penuh kesuburan dengan diturunkannya air hujan dari langit dan
ditumbuhkannya segenap tumbuhan dari muka bumi, kemudian Dia jadikan dari air
seluruh makhluk hidup di muka bumi, hendaknya setelah merenungi anugerah tersebut
kalian bersegera untuk beriman kepada Allah.”Maksudnya ialah betapa pentingnya
peran air dlm kehidupan
5.) (Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari semua itu) lafal Kullun ini tanwinnya merupakan pergantian teman
Mudhaf ilaih, maksudnya masing-masing rekan matahari, bulan dan bintang-bintang
lainnya (di dalam garis edarnya) pada garis edarnya yang bulat di angkasa bagaikan
bundaran batu penggilingan gandum (pernyataan) maksudnya semua berjalan dengan
cepat berenang di atas udara. Disebabkan ungkapan ini memakai Tasybih, maka
didatangkanlah Dhamir bagi orang-orang yang berakal; kondisi semua yang tertarik
pada garis edarnya itu bagaikan orang-orang yang berenang di dalam udara.Semua
yang Allah ciptakan ini sudah sempurna bahkan planet" itu berputar sesuai dengan
garis edarnya
6.)"Dia membiarkan dua laut mengalir kemudian kedua nya bertemu di antara kedua
nya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing masing (QS.Ar Rahman : 19-20)
Surat ar rahman menurut saya adalah cara Allah Subhanahu Wa Ta'ala menunjukan
bahwa allah itu maha besar dan telah memberikan banyak nikmat ke manusia di dunia.
Salah satu ayat Ar rahman adalah ayat 19-20 yang menerangkan Dua laut bertemu
dan tidak menyatu karena ada batas yang tidak bisa di lampaui.
setelah saya membaca informasi surat ar rahman ini dari Mas Rinaldi Munir di web nya
dua laut yang bertemu dan tidak bercampur itu letak nya di Selat Gibraltar, selat yang
memisahkan benua afrika dan eropa lebih tepat nya antara negara maroko dan negara
spanyol.arus selat gibraltar memang sangat besar di bagian bawah nya, hal ini di
karenakan perbedaan suhu , kadar garam dan kerapatan air (density) nya. Air laut di
laut tengah (mediterania) memiliki kerapatan dan kadar garam yang lebih tinggi dari air
laut yang ada di samudra atlantik. menurut sifat nya , air akan bergerak dari kerapatan
tinggi ke kerapatan rendah, sehingga arus di selat gibraltar bergerak ke barat ke arah
samudra atlantik. Jadi Menurut Kalian Apakah Air laut Ini Akan Menyatu ?
Tentu tidak , ternyata ketika air laut tengah bergerak ke arah samudra atlantik mereka
tidak bercampur seperti ada sekat di antara dua laut tersebut , seperti yang telah allah
katakan pada surat ar rahman ayat 19 dan 20.
BAB III
Umat Rasulullah merupakan umat terbaik dari seluruh umat-umat para Nabi yang
diutus sebelum beliau. Meskipun umat Rasulullah datang sebagai yang terakhir
diantara umat-umat lainnya, tetapi di akhirat kelak umat Rasulullah-lah yang akan
memasuki Surga terlebih dahulu di bandingkan dengan umat-umat lainnya.
Allah telah memberikan pujian kepada umat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
dalam firman-Nya :
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” (QS. Ali Imran :
110)
2. Tabi’in
3. Tabi’ut Tabi’in
Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam hadits tersebut :
1. Sahabat
Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau. Menurut Imam
Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah, baik
sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia dikatakan sebagai
sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai
Rasulullah.
2. Tabi’in
Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau setelah
beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat para
sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para
sahabat Rasulullah.
Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi
tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara
langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di
langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari
Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa
yang diijabah oleh Allah.
Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni Umar bin
Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin Al
Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.
3. Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para tabi’in.
Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik bin Anas,
Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang lainnya.
Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat muslim yang
datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab yang telah
mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat ini.
BAB IV
Salaf (bahasa Arab: لح..لف الص.. السSalaf aṣ-Ṣālih) adalah tiga generasi Muslim awal
yaitu para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in. Kemudian istilah salaf ini dijadikan sebagai
salah satu manhaj (metode) dalam agama Islam, yang mengajarkan syariat Islam
secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, yaitu Salafiyah. Seseorang
yang mengikuti tiga generasi tersebut di atas, ini disebut Salafy (as-Salafy), jamaknya
adalah Salafiyyun (as-Salafiyyun).[1] Di dalam manhaj salaf dikenal pendapat dari
beberapa Mujtahid yang biasa disebut Madzhab, seperti Imam Malik, Imam Hanafi,
Imam Syafi'i, Imam Ahmad, dan lain-lain. Kemudian para salafy beranggapan bahwa,
jika seseorang melakukan suatu ibadah tanpa adanya ketetapan dari Allah dan rasul-
Nya, bisa dikatakan sebagai perbuatan bid'ah.
Etimologi
Arti salaf menurut bahasa Salafa Yaslufu Salfan artinya madli (telah berlalu). Dari arti
tersebut kita dapati kalimat Al Qoum As Sallaaf yaitu orang – orang yang terdahulu.
Salafur Rajuli artinya bapak moyangnya. Bentuk jamaknya Aslaaf dan Sullaaf.
Dari sini pula kalimat As Sulfah artinya makanan yang didahulukan oleh seorang
sebelum ghadza` (makan siang). As salaf juga, yang mendahuluimu dari kalangan
bapak moyangmu serta kerabatmu yang usia dan kedudukannya di atas kamu. Bentuk
tunggalnya adalah Saalif. Firman allah Ta’ala:
“ ...dan kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang
yang kemudian. (Az Zukhruf :56) ”
Artinya, kami jadikan mereka sebagai orang–orang yang terdahulu agar orang–orang
yang datang belakangan mengambil pelajaran dengan (keadaan) mereka. Sedangkan
arti Ummamus Saalifah adalah ummat yang telah berlalu. Berdasarkan hal ini, maka
kata salaf menunjukan kepada sesuatu yang mendahului kamu, sedangkan kamu juga
berada di atas jalan yang di dahuluinya dalam keadaan jejaknya.
Allah telah menyediakan bagi ummat ini satu rujukan utama di mana mereka kembali
dan menjadikan pedoman.[2] Firman allah Ta’la:
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) allah dan (kedatangan) hari kiamat. (Al-
Ahzab: 21) ”
Allah juga menerangkan bahwa ummat ini mempunyai generasi pendahulu yang telah
lebih dahulu sampai kepada hidayah dan bimbingan. Allah berfirman:
“ Orang – orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar mengikuti mereka dengan baik allah ridha kepada
mereka dan mereka ridha kepada allah. (At-Taubah 100) ”
^ Imam Adz Dzahabi berkata: "As Salafi adalah sebutan bagi siapa saja yang berada di
atas manhaj salaf." Siyar A’lamin Nubala 6/21.
^ “Aku adalah sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu.” (Hadist riwayat Muslim no. 2450
(98))
BAB V
Arti berbagi adalah memberi atau menerima sesuatu dari barang, cerita, kisah, uang,
makanan, dan segala hal yang penting bagi hidup kita, berbagi juga bisa kepada
Tuhan. sesama, alam, dan setiap hal di bumi ini.
Manusia adalah makhluk sosial, jadi manusia saling membutuhkan satu sama lain, kita
membutuhkan orang lain, dan orang lain membutuhkan kita juga, karena hal itu kita
harus berbagi dan orang lain akan berbagi kepada kita juga.
Berbagi kepada sesama adalah hal penting, karena tanpa berbagi kita sebagai
manusia kehilang arah dan arti dari makhluk sosial itu sendiri.
Indahnya berbagi. Kalau berbagi dengan uang maka akan hanya sedikit orang yang
mendapatkannya (terbatas), oleh karena itu berbagilah dengan sesuatu yang
memungkinkan akan lebih banyak orang yang mendapatkannya yaitu akhlak yang
baik.
ار َف َقا َل « ْال َف ُم َو ْال َفرْ ُج َ اس ْال َج َّنة أَ ْك َث ِر َما ي ُْد ِخ ُل ال َّن
َ اس ال َّن َ َعنْ أَ ْك َث ِر َما ي ُْد ِخ ُل ال َّن-صلى هللا عليه وسلم- ِ » ُس ِئ َل َرسُو ُل هَّللا
Masuk surga itu ada sebabnya, yaitu takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.
itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah
orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Isra’ : 19)
1. Takwa (hubungan kita bersama Allah) yaitu melakukan ketaatan dan menjauhi
kemaksiatan
Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu ’anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam bersabda:
وخالق الناس بخلق حسن، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، اتق هللا حيثما كنت
Kalau ingin bahagia, maka bahagiakan orang lain sesuai dengan kemampuan kita.
“Sesungguhnya kalian tidak bisa berbagi dengan seluruh manusia dengan harta kalian.
Akan tetapi kalian bisa berbagi dengan mereka dengan wajah berseri dan akhlak yang
mulia” (HR. Abu Ya’la, hadits shahih menurut Hakim)
Wajah yang berseri-seri masuk kepada akhlak yang baik tapi dalam hadits ini
disebutkan terpisah dikarenakan sangat pentingnya melakukan hal ini. Rasulullah
memberikan penekanan dalam hal ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam bersabda:
“Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya.” (HR. Abu Daud dengan sanad
Hasan)
Penjelasan Hadits
Ketika saudara kita memiliki kesalahan maka kita memberikan bimbingan atau
menasehati dengan empat mata tidak di hadapan umum. Inilah saudara yang tulus.
2). Menganjurkan orang yang dinasehati untuk menerima nasehat yang diberikan oleh
saudaranya yg lain, lalu memperbaikinya.
Teman yang jarang itu yang sering menasehati kita tanpa kita minta, carilah teman yg
demikian!
3). Wajib bagi seorang mukmin yang melihat saudaranya salah, maka harus dinasehati
dengan tulus dan cara yang benar.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam bersabda :
الناس وال يصب ُر على أذاه ْم
َ ُ من الذي ال ي
ُخالط َ الناس و َيصب ُر على أذاهم خي ٌر
َ ُ
يخالط المؤمنُ الذي
Penjelasan Hadits :
Tabiat manusia bergaul dengan manusia lainnya, tandanya butuh orang lain adalah
seorang laki-laki butuh kepada wanita, makanya butuh menikah.
2). Bila kondisi masyarakat buruk maka apa yang terbaik? Menyendiri atau bergaul
bersama mereka?
Yang terbaik harus bergaul dengan memberikan pengaruh yang baik kepada orang
lain atau demi kebaikan dan sabar menahan gangguan mereka
3). Beruntunglah orang asing (yang menjalankan syariat meski orang-orang sekitarnya
berbuat maksiat)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
maupun aparat penegak hukum itu dipengaruhi bahkan ditentukan oleh kesadaran
hukum. Peraturan yang baik hanya dapat diciptakan oleh orang-orang yang memiliki
kesadaran hukum yang baik. (Baharuddin Lopa, Al-Quran dan Hak-hak Asasi Manusia,
126).
Setiap orang harus berlaku adil dalam memberikan kesaksian. Itu adalah bagian dari
tanggung jawab sosial dalam rangka menjaga keselamatan dan kemaslahatan
bersama, dan setiap orang akan mempertanggungjawabkan segala tindakannya,
termasuk dalam memberikan kesaksian. Hai orang yang beriman! Jika salah seorang
kamu menghadapi maut, adakanlah dua orang saksi yang adil di antara kamu ketika ia
berwasiat, dan dua orang dari luar kamu jika kamu berada dalam perjalanan lalu kamu
ditimpa kematian.Tahanlah kedua saksi itu sesudah shalat dan supaya keduanya
bersumpah demi Allah jika kamu ragu, “Kami tidak bermaksud dengan sumpah ini
mencari keuntungan sekalipun ia kerabat kami. Kami tidak menyembunyikan
kesaksian Allah; Jika kami berbuat demikian kami termasuk orang yang berdosa”. (Q.s.
Al-Maidah [5]: 106).
Janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali untuk memperbaikinya dengan cara
yang lebih baik, sampai ia mencapai usia dewasa. Penuhilah takaran dan neraca
dengan adil. Kami tidak membebani sesesorang kecuali menurut kemampuannya; dan
bila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun mengenai kerabat; dan penuhilah
janji dengan Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kamu supaya kamu ingat. (Q.s. Al-
An’am [6]: 152).
Dan di antara kaum Musa ada suatu umat yang memberi petunjuk dengan dasar
kebenaran; dan dengan itu mereka menjalankan keadilan. (Q.s. Al-A’raf [7]: 159). Di
antara orang-orang yang Kami ciptakan, ada suatu umat yang memberi petunjuk
dengan dasar kebenaran, dan dengan itu mereka menjalankan keadilan. (Q.s. Al- A’raf
[7]: 181).
Hukum adalah skema yang dibuat untuk menata perilaku manusia, tetapi manusia itu
sendiri cenderung terjatuh di luar skema yang diperuntukkan baginya. Ini disebabkan
faktor pengalaman, pendidikan, tradisi dan lain-lain yang mempengaruhi dan
membentuk perilaku manusia. Maka, dalam usaha untuk membenahi hukum orang
perlu menaruh perhatian saksama terhadap perilaku bangsa. (Satjipto Rahardjo,
“Hukum Itu Perilaku Kita Sendiri” dalam Kompas, 23 September 2002, 4).
Allah adalah Hakim Yang terbaik, Yang Maha Adil. Setiap mukmin niscaya berusaha
menjadi pribadi yang terbaik dan adil dalam segala sikap, keputusan dan tindakannya.
Jika ada segolongan di antara kamu yang beriman kepada ajaran yang aku diutus
menyampaikannya, dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah,
sampai Allah menetapkan keputusan di antara kita. Dialah Hakim yang terbaik. (Q.s.
Al-A’raf [7]: 87)
Dan Nuh memohon kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya
anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah
hakim yang paling adil.” (Hud [11]: 45). Datangnya sebagian keputusan Allah mungkin
terjadi dalam kehidupan kita ini, baik pada generasi yang sama atau pada generasi
berikutnya, karena adanya peristiwaperistiwa yang terjadi di luar dugaan. Tetapi,
bagaimanapun juga, dalam arti rohani pasti yang demikian ini akhirnya akan terjadi
juga, dalam tingkat yang lebih tinggi, bila orang yang beriman mendapat kesenangan
dan orang yang berdosa mendapat hukuman yang dijatuhkan oleh batin mereka
sendiri, karena perbuatan
dosa yang mereka lakukan sendiri pula. (Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemahan, 366
footnote 1057).
Hukum itu milik Allah dan manusia di hadapan Allah adalah setara, maka manusia
sama hak dan kewajibannya di depan hukum. SUARA MUHAMMADIYAH 16 / 95 | 16 -
31 AGUSTUS 2010 19 Katakanlah, “Aku bertindak atas dasar yang nyata dari
Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Apa yang hendak kamu percepat, bukanlah
kekuasaanku; penentuan hukum hanya pada Allah. Ia menyampaikan yang
sebenarnya dan Dialah Pemberi keputusan yang terbaik.” (Al- An’am [6]: 57)
Acuan dan pedoman hukum orang-orang beriman adalah Kitabullah. Mukmin niscaya
mentaati Allah SwT dan Rasul-Nya dan ulul amri yang bertanggung jawab atas urusan
mereka. Hai orang-orang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasulullah dan mereka
yang memegang kekuasaan di antara kamu. Jika kamu berselisih mengenai sesuatu,
kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, kalau kamu beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Itulah yang terbaik dan penyelesaian yang tepat. (Q.s. An-Nisa‘ [4]: 59)
Ulul amri ialah orang yang memegang kekuasaan atau orang yang bertanggung jawab,
yang dapat mengambil keputusan; mereka yang menangani pelbagai macam
persoalan. Sungguhpun begitu, keputusan terakhir di tangan Tuhan. Dari Dialah para
Nabi itu mendapat wewenang. Oleh karena di dalam Islam tidak ada pemisahan yang
tajam antara soalsoal yang sakral dengan yang sekular, maka adanya suatu
pemerintah biasa diharapkan dapat berjalan di atas kebenaran, dan dapat bertindak
sebagai Imam yang saleh (benar) dan bersih pula. Kita harus menghormati dan
mematuhi kekuasaan yang demikian. Kalau tidak segala ketertiban dan disiplin takkan
ada artinya. (Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemahan, 198, footnote 580).
Pada dasarnya satu umat, lalu Allah mengutus para Nabi untuk menyampaikan kabar
gembira dan peringatan. Dan bersama mereka Allah menurunkan kitab yang
membawa kebenaran, untuk memberi keputusan antara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanya mereka yang beroleh Kitab setelah
kemudian datang bukti-bukti yang nyata karena kedengkian antar sesama mereka.
Maka dengan karunia-Nya Allah telah memberi petunjuk orang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan. Dan Allah
memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki ke jalan yang lurus. (Al-
Baqarah [2]: 213).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Muhammad Selalu Melibatkan Allah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
2001), h. 28-39.
Jusuf, Zaghlul, Dr, SH., Studi Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1993), h. 26-37.
Kadir, Muhammad Mahmud Abdul, Dr. Biologi Iman, (Jakarta: al-Hidayah, 1981), h. 9-
11.
Suryana, Toto, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Tiga Mutiara, 1996), h. 67-77.
Daradjat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 55-152.
REFERENSI:
DR. H. Bisri Affandi, MA. (1993) “Dirasat Islamiyyah (Ilmu Tafsir & Hadits)”.CV Aneka
Bahagia Offset,
Taqiyyudin an-Nabhani (2003) “Peraturan Hidup dalam Islam” Bogor, Pustaka Thariqul
‘Izzah
Drs. Ahmad Syauki (1984) “Lintasan Sejarah Al-Qur’an”, Bandung CV Sulita Bandung.
Referensi: https://tafsirweb.com/6309-quran-surat-al-furqan-ayat-53.html
Referensi: https://tafsirweb.com/10368-quran-surat-ar-rahman-ayat-20.html
Wikipedia