Anda di halaman 1dari 14

RHD

( Reumatic Heart Disease )

Disusun Oleh:

Olsy R. Paat
Velomina Runtung
Sisilia Yunita Matulessy

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERDITAS CENDERAWASIH
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehinnga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Reumatic Heart Disease”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Anak II.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Jayapura, 8 Oktober 2020


Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1.........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN................................................................................................................................5
B. ETIOLOGI......................................................................................................................................5
C. MANIFESTASI KLINIS.................................................................................................................6
D. PAHWAY.......................................................................................................................................8
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................................................8
F. PENATALAKSANAAN.................................................................................................................9
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN dan INTERVENSI.....................................................................10
H. DISCHARGE PLANNING...........................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................................13
B. Saran.............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
RHD atau yang lebih dikenal dengan Reumatik Heart Disease terdapat diseluruhdunia. Lebih
dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya,khususnya pada kelompok
anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerahdengan udara dingin, lembab, lingkungan
yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai. Sementara dinegara maju insiden
penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan
penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menjunjukan
kasus RHD rata-rata 3,44% dari seluruh jumlah penderita yang dirawat. Secara nasional
mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kemarian utama penyakit
jantung sebelum usia 40 tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi dari Rheumatic Heart Disease
2. Menjelaskan etiologi dari Rheumatic Heart Disease
3. Menjelaskan manifestasi klinis dari Rheumatic Heart Disease
4. Menjelaskan pathway dari Rheumatic Heart Disease
5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari Rheumatic Heart Disease
6. Menjelaskan penatalaksanaan dari Rheumatic Heart Disease
7. Menjelaskan diagnosis keperawatan tentang Rheumatic Heart Disease
8. Menjelaskan intervensi dari Rheumatic Heart Disease
9. Menjelaskan discharge planning dari Rheumatic Heart Disease

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Rheumatic Heart Disease
2. Untuk mengetahui etiologi Rheumatic Heart Disease
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis Rheumatic Heart Disease
4. Untuk mengetahui pathway Rheumatic Heart Disease
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Rheumatic Heart Disease
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Rheumatic Heart Disease
7. Untuk mengetahui diagnosis keperawatan Rheumatic Heart Disease
8. Untuk mengetahui intervensi Rheumatic Heart Disease
9. Untuk mengetahui discharge planning Rheumatic Heart Disease
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease
(RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong
tubuh, teutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus
hemolytic-b grup A. (Pusdiknakes,1993)

B. ETIOLOGI

Disebabkan oleh karditis rheumatic akut dan fibrosis, dan beberapa faktor predisposisi
lainnya, LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994;83 seperti :

1. Faktor Genetik
Banyak penyakit jantung rheumatic yang terjadi pada satu keluarga
maupun pada anak-anak kembar, meskipun pengetahuan tentang faktor
genetic pada penyakit jantung rheumatic ini tidak lengkap, namun pada
umumnya disetujui bahwa ada faktor keturunan pada penyakit jantung
rheumatic, sedangkan cara penurunannya belum dapat di pastikan.

2. Jenis Kelamin
Dahulu serig dinyatakan bahwa lebih sering didapatkan pada anak
perempuan dibandingkan anak laki-laki, tetapi data yang lebih besar
menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin. Kelainan katub sebagai
gejala sisa penyakit jangtung rheumatic menunjukkan perbedaan jenis
kelamin. Padaorang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral sering
didapatkan pada wanita. Sedangkan insufisiensi aorta lebih sering
ditemukan pada laki-laki.

3. Golongan Etnis dan Ras


Di Negara-negara barat umumnya stenosis mintral terjadi bertahun-tahun
setelah penyakit jantung rheumatic akut, tetapi di India menunjukkan
bahwa stenosis mitral organic yang berat sering kali terjadi dalam waktu
yang singkat, hanya 6 bulan-3 tahun.

4. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya
penyakit jantung rheumatic, penyakit ini paling sering mengenai anak
berumur 5-18 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun, tidak biasa
ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum
anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun.

C. MANIFESTASI KLINIS
Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan kriteria Jones yaitu :
1. Kriteria mayor :
- Poliarthritis : Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah,
radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku
(Poliartitis migran).
- Karditis : Peradangan pada jantung (mikarditis, endocarditis)
- Eritema marginatum : Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan
yang tidak gatal.
- Nodul subkutan : Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas
jari, lutut, persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
- Khorea syndendham : Gerakan yang tidak disengaja/ gerakan abnormal, sebagai
manifestasi peradangan pada system saraf pusat.

2. Kriteria minor :
- Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung reumatik
- Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien kadang-
kadang sulit menggerkkan tumgkainya
- Demam tidak lebih dari 39C
- Leukositosis
- Peningkatan laju endap darah (LED)
- C-Reaktif protein (CRP) positif
- P-R interval memanjang
- Peningkatan pilse/denyut jantung saat tidur
- Peningkatan Anti Sreptolisin O (ASTO)
D. PAHWAY
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium : didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan laju endap


darah (LED), terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan hemoglobin.
2. Radiologi : foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3. Pemeriksaan Echokardiogram : menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat
lesi.
4. Pemeriksaan Elektrokardiogram : menunjukan interval P-R memanjang.
5. Hapusan tenggorokan : ditemukan streptococcus hemolitikus b grup A.

F. PENATALAKSANAAN
1. Tatalaksana infeksi Sreptococcus
a. < 6thn : Benzatine penicillin 600.000 U IM
b. > 6thn : Benzatine penizilline 1,2 juta U IM
c. Dewasa : Penicilline 500.000 U oral 2 kali sehari selama 10 hari

Sensitif terhadap penicillin :


a. < 6thn : Erythromycine 4x125mg oral selama 10 hari
b. > 6thn : Eryhromycine 4x250mg oral selama 10 hari

2. General treatment
a. Anti inflamasi : salisilat obat terpilih. Steroid adalah obat pilihan kedua dimana
salisilat gagal.

b. Terapi korea
Konsevatif : valproic acid, imunnoglobulin, steroid

3. Cardiac management
a. Pasien karditis : Bed rest
b. Tanpa karditis : istirahat ditentukan 2 minggu, mobilisasi bertahap 2 minggu
c. Karditis tanpa kardiomegali : istirahat ditentukan 4 minggu, mobilisasi
bertahap 4 minggu
d. Karditis dengan kardiomegali : istirahat ditentukan 6 minggu, mobilisasi bertahap
6 minggu
e. Karditis dengan gagal jantung : istirahat ditentukan selama ada gagal jantung,
mobilisasi bertahap 3 bulan

4. Prifilaksis golongan penisilin


Diberikan menyusul eradikasi :
a. Benzatin penicillin G 1,2 juta U IM/4 atau 3 minggu (resiko tinggi rekuren)
b. Penicillin V 2x500 mg oral
c. Sufadiazin 1 g/hr oral
Profilaksis sekunder tidak dihentikan pada penderita PJR dengan riwayat sering
rekuren dalam waktu 10 tahun setelah mendapatkan serangan demam rematik.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN dan INTERVENSI

1. Hipertermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi


Intervensi :
Fever treatment
- Monitor suhu sesering mungkin
- Monitor IWL
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tekanan darah, nadi, dan RR
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor WBC, Hb, Hct
- Monitor intake dan output
- Berikan anti piretik
- Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
- Selimuti pasien
- Lakukan tapid sponge
- Kolaborasi pemberian cairan intravena
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- TIngkatkan intake cairan dan nutrisi

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot


Intervensi :
Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program
terapi yang tepat
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
- Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan asam
lambung akibat kompensasi system saraf simpati
Intervensi :
Nutrition Management
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
- Berikan substansi gula
- Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubaha pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein

4. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi kulit (peradangan)


Intervensi :
Pressure Management
- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaia yang longgar
- Hindari kerutan pada tempat tidur
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Insision site care


- Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka yang
ditutup dengan jahitan, klip atau straples
- Monitor proses kesembuhan area insisi
- Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
- Bersihkan area sekitar jahitan atau strapless, menggunakan lidi kapas steril
- Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
- Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai program

5. Ketidakefektifan perfusi jaringan erifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer


Intervensi :
Peripheral Sensation Management
(Manajemen sensasi perifer)
- Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
- Monitor adanya paretese
- Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
- Gunakan sarung tangan untuk proteksi
- Atasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
- Monitor kemampuan BAB
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Monitor adanya tromboplebitis
- Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

H. DISCHARGE PLANNING
Pencegahan penyakit rheumatic heart disease menurut LAB/UPF Ilmu Kesehatan
Anak,1994;89 adalah :
1. Penisillin Benzatin 600.000 U untuk anak dengan berat badan kurang dari 30 kg dan
1,2 juta U bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan sekali dalam 4 minggu.
2. Sulfadiazin 1x500 mg/hari untuk anak dibawah 30 kg dan 1 g untuk anak lebih dari 30
kg.
3. Pencegahan diberikan sekurang-kurangnya sampai 5 tahun bebas serangan ulang
demam reumatic.
4. Pada penderita dengan penyakit jantung reumatik dengan gagal jantung atau katup
buatan dilanjutkan pemberian pencegahan seumur hidup.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
RHD adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh,
terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolytic-b
grup A.
Demam reumatik adalah suatu sindrom penyakit radang yang biasanya timbul setelah suatu
infeksi tenggorokan oleh streptococcus beta hemolitikus golongan A, mempunyai
kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya
katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh infeksi streptococcus beta hemoliticus golongan A, sehingga kuman
termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat,sedang,ringan, atau asimtomatik, diikuti fase
laten (asimtomatik) selama 1-3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam
reumatik.
Seseorang yang mengalami demam reumatik apabila tidak ditangani secara adekuat, maka
sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung reumatik.

B. Saran
Seseorang yang terinfeksi streptococcus hemoliticus dan mengalamidemam reumatik,
harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotic, hal ini untuk menghindari
kemungkinan serangan kedua kalinya bahkan menyebabkan penyakit jantung reumatik.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:Mediaction Jogja

Anda mungkin juga menyukai