Penyusun :
FAKULTAS FARMASI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudu“
KERAPUHAN TABLET” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini yaitu bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam kuliah Teknologi Farmasi
Sediaan Padat (TFSP) dan dapat menambah wawasan tentang Evaluasi Sediaan Solida
bagi para pembaca dan juga penulis.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan
cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang
cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga
banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan
sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya
dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan
yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah
bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang
cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak
toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka
waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan
serangkaian evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena sebagian
besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan. Untuk
itu beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami kuliah Teknologi
Sediaan Solid terutama uji kerapuhan tablet.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian tablet
b. Mengetahui apa saja metode pembuatan tablet
c. Mengetahui bagaimana evaluasi tablet.
TEORI DASAR
A. Pengertian Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda
ukuran, bentuk, berat, kekersan, dan ketebalalan, daya hancurnya dan aspek lain
yang tergantung dengan pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan
tablet digunakan pada pemberian secara oral. Kebanyakan tablet dibuat dengan
penambahan zat warna dan zat pemberi rasa. Tablet lain yang penggunaanya dapat
cara sublingual, bukal, atau melalui vagina.
Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus
mempunyai sifat-sifat yang baik, yaitu :
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan,
pengemasan, transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji
dengan uji kekerasan dan uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji
waktu hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
(untuk zat aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan
uji keseragaman kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan
tanda lain yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang
konsisiten.
C. Evaluasi Granul
1. Sifat Alir
Teori Dasar
Serbuk merupakan system 2 fasa yang terdiri dari partikel diskrit (driscrete)
dengan interaksi diantara gas dan permukaan internal padat. Material
diklasifikasikan sebagai serbuk jika berbentuk kering dan berupa partikel diskrit
dengan ukuran maksimum lebih kecil 1000 µm (menurut British Standard, 2955).
Serbuk berbeda dari keadaan fisika bahan karena bersifat tidak homogen, tetapi
terdiri atas partikel padat dengan berbagai ukuran dan bentuk antara disperse
dengan suatu fasa gas (Agoes G. 2013).
Penanganan sifat ruahan padat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi antaraksi partikel-partikel dari konsistuen partikel. Jadi, perlu
diperhatikan pula faktor yang terkait dengan sifat partikel dan permukaannya,
seperti ukuran, bentuk, morfologi permukaan, kondisi susunan (packing), dan forsa
antarpartikel, seperti forsa mekanik, tegangan permukaan, forsa elektrostatik, forsa
v.d. Waals, forsa jembatan padat atau forsa plastik kempa (welding) yang sangat
sulit untuk dikuantifikasi satu persatu (Agoes G. 2013).
Sifat dan fenomena yang terkait dengan susunan partikel meliputi : (1) distribusi
ukuran partikel dan luas permukaan spesifik, (2) distribusi bentuk partikel (3)
kohesi, kekuatan, dan adhesi, (4) sifat susunan (packing, bobot jenis ruahan, dan
porositas), (5) kecepatan dan keterkempaan susunan, (6) keberaliran dan sifat
kegagalan (failure), (7) pemisahan (segregasi), (8) sudut friksi internal (Agoes G.
2013).
Gabungan semua sifat ini akan menentukan perilaku ruahan material. Preparasi
semua bentuk sediaan (padat) melibatkan penanganan bahan padat. Di antara semua
sediaan jadi, bentuk sediaan padat merupakan bagian terbesar (ditinjau dari segi
volume dan nilai ekonomi). Pentingnya penanganan sifat padatan, terutama sifat
aliran, tidak dapat dianggap remeh. Sifat aliran memiliki pengaruh penting dalam
proses pengampaan dan enkapsulasi manufaktur sediaan (DF) yang mensyaratkan
aliran material serbuk dari kontener penyimpanan menuju tempat pengisian (Agoes
G. 2013).
Sifat alir adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengalir dalam suatu alat. Sifat
alir ini dapat dipakai untuk menilai efektivitas bahan pelicin, dimana adanya bahan
pelicin dapat memperbaiki sifat alir suatu granulat (Voigh, 1995 : 161).
Pengujian sifat alir granul secara tidak langsung adalah mengamati dan
mengukur Carr Index. Kompresibilitas erat kaitannya dengan kemudahan suatu
granul untuk dikempa sehingga dapat menghasilkan kekerasan tablet yang
memenuhi persyaratan standar. Nilai kompresibilitas dapat diketahui dengan
menghitung nilai Carr index. Semakin kecil nilai Carr Index maka karakter sifat
alir semakin baik dan kompresibilitas granul yang akan mempengaruhi proses
kompresi semakin baik pula. Carr Index yang sangat baik adalah antara 5-15
(Voigh, 1995 : 161).
1. HOPPER FLOW RATE
a) Sudut istirahat
Sudut istirahat adalah karakteristik yang terkait dengan gesekan atau
resistensi antar partikulat terhadap gerakan antar partikel. Hasil uji sudut
istirahat dilaporkan sangat tergantung pada metode yang digunakan.
Kesulitan eksperimental timbul sebagai akibat pemisahan bahan dan
konsolidasi atau aerasi bubuk saat kerucut terbentuk. Sudut istirahat adalah
sudut tiga dimensi yang konstan (relatif terhadap dasar horizontal) yang
diasumsikan oleh tumpukan material seperti kerucut yang dibentuk oleh
beberapa metode berbeda (USP 30, 2007).
C. SIMULASI PERHITUNGAN
1. Pengujian sifat alir yang memenuhi syarat
Pada suatu pengujian yang dilakukan pada granul didapatkan berat granul yang
keluar lewat mulut corong sebanyak 50 gram dalam waktu 5 detik. Tentukan
berapa hasil kecepatan alir dari pengujian waktu alir pada granul tersebut?
Jawab
𝐺𝑟𝑎𝑚
Kecepatan Alir = 𝐷𝑒𝑡𝑖𝑘
50 𝐺𝑟𝑎𝑚
=
5 𝐷𝑒𝑡𝑖𝑘
= 10 gram
Dari hasil tersebut didapatkan hasil pengujian memenuhi syarat sifat alir yaitu,
menurut teori Aulton, 1988, Lieberman dan Lachman, 1986 syarat kecepatan
alir setiap 100 gram granul tidak boleh lebih dari 10 detik/ (10:1).
2. Granulometri
b. Untuk serbuk berminyak atau serbuk lain dan cenderung menggumpal dan
dapat menyumbat lubang
Sikat pengayak secara berkala dengan hati-hati selama penetapan
100 g sediaan
diisi pada ayakan mesh 20
Partikel dari serbuk obat yang berbentuk sangat kasar dengan ukuran
±10.000 μ atau 10 μmm atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal,
1 μ atau lebih kecil. Pada gambar 2 dan 3 menjelaskan tentang standar batasan
ukuran partikel serbuk menurut USPdemana standar batasan ukuran partikel serbuk
dihubungkan dengan bagian serbuk yang mampu melalui lubang-lubang ayakan
yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu
tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan
secara mekanis (Ansel, 1989).
gambar 3. Batasan Ukuran Partikel Menurut USP
2 9,5 mm
3,5 5,6 mm
4 4,75 mm
8 2,35 mm
10 2,00 mm
20 850 μm
30 600 μm
40 425 μm
50 300 μm
60 250 μm
70 212 μm
80 180 μm
100 150 μm
120 125 μm
200 75 μm
230 63 μm
270 53 μm
325 45 μm
400 38 μm
Perhitungan :
a. % bobot mesh 20
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
% mesh 20 = X 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑠ℎ+𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 20 = X 100 %
80+4
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 20 = X 100 %
84
% mesh 20 = 4,76 %
b. % bobot mesh 40
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
% mesh 40 = X 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑠ℎ+𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 40 = X 100 %
50+4
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 40 = X 100 %
54
% mesh 40 = 7,40 %
c. % bobot mesh 60
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
% mesh 60 = X 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑠ℎ+𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 60 = X 100 %
20+4
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 60 = 24
X 100 %
% mesh 60 = 16,66 %
d. % bobot mesh 80
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
% mesh 80 = X 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑠ℎ+𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 80 = X 100 %
20+4
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 80 = X 100 %
24
% mesh 80 = 16,66 %
e. % penampung
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
% Penampung = X 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑠ℎ+𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% penampung = X 100 %
170+ 4
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% penampung = X 100 %
174
% Penampung = 2,29 %
b. Desikator
c. Moisture analyzer
1. Keseragaman Bobot
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah timbangan analitik, prinsip
dari alat ini adalah Analytical Balance atau timbangan analitis sebagai alat
untuk menimbang massa suatu bahan kimia secara akurat tanpa adanya
pengaruh udara bebas.
Keterangan :
Penyimpangan berat individu dari berat rata-rata tidak boleh melebihi batas
yang ditentukan
Setiap tablet yang sudah dilakukan evaluasi keseragaman bobot tidak boleh
melebihi batas atau persyaratan yang telah ditetapkan, apabila tablet yang
sudah dilakukan uji keseragaman bobot namun masih tidak memenuhi
persyaratan maka dapat diulangi dengan perlakuan sebagai berikut :
Syarat : tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A dan B pada tabel
Penyimpangan berat individu dari berat rata-rata tidak boleh melebihi batas
yang ditentukan
Setiap uji yang dilakukan pada proses evaluasi tablet, ditetapkan dalam
persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan literature seperti Farmakope
Indonesia, United States Pharmacopeia (USP), IP/BP (International
Pharmacopeia/British Pharmacopeia). Dalam masing-masing literatur
tercantum persyaratan yang sudah ditentukan untuk setiap evaluasi tablet.
27
Tablet yang memenuhi persyaratan yang terdapat pada literature adalah tablet
yang siapuntuk di distribusikan. Evaluasi ini sangat penting dilakukan agar
tablet yang didistribusikan adalah tablet yang baik dan memiliki efek terapi
yang baik sehingga dapat bekerja dengan optimum dalam pengobatan.
Syarat :
• Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga yang ditetapkan pada
kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B
• Jika perlu, dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet
pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata rata yang
ditetapkan dalam kolom A dan B
28
Gambar 2. TabelKriteriaPenerimaanKeseragamanBobotBerdasarkan
USP
29
SIMULASI PERHITUNGAN
1 120
2 122
3 121
4 124
5 119
6 125
7 125
8 123
9 122
10 122
11 120
12 122
13 120
14 122
15 122
16 123
17 120
18 123
19 123
20 121
30
2438
= = 121,9 mg
20
• Tentukan rentang bobot kolom A untuk tablet dengan bobot 25-150 mg (10%)
10
= 100 x 121,9 mg
= 12,9 mg
Batas bawah 121,9 mg – 12,9 mg = 109 mg Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari harga yang
Batas atas 121,9 mg + 12,9 mg = 134,8 mg ditetapkan
• Tentukan rentang bobot kolom B untuk tablet dengan bobot25 -250 mg (20%)
20
= 100 x 121,9 mg
= 24,38 mg
Batas bawah 121,9 mg – 24,38 mg = 97,52 mg Tidak boleh 1 pun tablet uji
yang menyimpang dari harga
Batas atas 121,9 mg + 24,38 mg = 146,28 mg yang ditetapkan
31
123 −121,9
= x 100% = 0,90 %
121,9
• % penyimpangan tablet 9
122 −121,9
= x 100% = 0,88 %
121,9
• % penyimpangan tablet 10
122 −121,9
= x 100% = 0,88%
121,9
Kesimpulan dari hasil perhitungan range kolom A dan B tidak adasatu pun
tablet yang berada diluar rentang yang ditetapkan serta % penyimpangan yang
berada diluar % penyimpangan kolom A (10%) dank olom B (20%) yang
menandakan bahwa tablet cetirizine lolos uji keseragaman bobot.
Sebagai kontrol sediaan, terdapat beberapa evaluasi tablet yang dapat dilakukan,
seperti organoleptis, bentuk danukuran tablet, keseragaman ketebalan, kekerasan,
friabilitas, keseragaman kandungan bahan aktif, uji variasi bobot tablet, uji wetting
time, rasio absorpsi air, uji waktu dispersi in vitro, uji waktu disintegrasi in vitro, uji
disolusi in vitro (Haritha, 2017).
Untuk ukuran dan bentuk tablet ditentukan dari ketebalan tablet tersebut. Ukuran
dan bentuk tablet memiliki peran penting dalam akseptabilitas pasien karena dengan
peningkata ukuran tablet, tentu akan menyulitkan pasien dalam administrasi
sediaannya (Haritha, 2017).
32
2.1. Pelaksanaan Prosedur Uji Keseragaman Ukuran
Sampel tablet yang ingin diuji disiapkan sebanyak 10 tablet dari tiap batch.
Diameter dan tebal tablet kemudian diukur satu-persatu menggunakan jangka sorong
(Voight, 1994 dalam Ulfa, 2018).
a. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
dari 1 1/3 tebal tablet. (Depkes RI , 1979)
b. Untuk masih mudah dikonsumsi oleh pasien dan acceptable, ukuran tablet tidak
lebih dari 25 mm. (Jacobsen dkk, 2016)
c. Hasil uji keseragaman ukuran dapat diterima jika dalam satu batch memiliki
hasil standar deviasi dalam rentang ±5% (Haritha, 2017).
2.3. Prinsip Alat yang Digunakan Dalam Evaluasi Keseragaman Ukuran
Alat yang dapat digunakan dalam mengukur sediaan tablet haruslah memiliki
ketelitian yang cukup tinggi, sehingga sedikit saja terdapat perbedaan ukuran antar
tablet dapat diketahui. Kebanyakan alat yang digunakan untuk evaluasi ini jangka
sorong. Jangka sorong secara umum memiliki bagian-bagian alat sebagai berikut:
33
Panjang objek dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama
sampai sepersepuluh cm (0,1 cm) kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan
pada skala nonius sampai seperseribu cm (0,001 cm). Jangka sorong sendiri diketahui
memiliki beberapa tipe, yaitu:
Selain jangka sorong, alat ukur dengan ketelitian tinggi lain pun dapat digunakan,
seperti mikrometer sekrup, thickness gauge, dan alat instrumen otomatis yang dapat
mengukur parameter lain sekaligus (Ansel dan Allen, 2014; Haritha, 2017).
34
2.4. Simulasi Perhitungan
a. Cara Membaca Jangka Sorong
Diukur diameter tablet dengan jangka sorong sebagai berikut :
Apakah tablet memenuhi syarat ukuran tablet, jika tebal tablet diketahui 10,41
mm?
Jawab:
Skala utama = 2 cm
35
Diameter Tebal
(mm) (mm)
1 8,10 3,00
2 8,10 3,00
3 8,10 3,25
4 8,00 3,10
5 8,10 3,15
6 8,05 2,95
7 8,10 3,10
8 8,05 3,25
9 8,05 3,05
10 8,10 2,95
x̅ 8,07 ± 3,08 ±
0,0354 0,1111
SD
36
Diameter Tebal (mm)
(mm)
1 8,10 3,00
2 8,10 3,00
3 8,10 3,25
4 8,00 3,10
5 8,10 3,15
6 8,05 2,95
7 8,10 3,10
8 8,05 3,25
9 8,05 3,05
10 8,10 2,95
SD
37
3. Uji Kekerasan
Prinsip Alat
38
3.1 PROSEDUR PENGUJIAN
siapkan 10 tablet,lalu di ambil satu per satu tablet dan diletakkan secara
vertikal pada alat hardness tester
Ditekan tombol start sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai keadaan
awal dengan skala nol (0). atau kalibrasi alat pada titik 0
Diamati skala yang ditunjukkan oleh alat hardness tester sebagai nilai
kekerasan dari tablet.
Dihitung rata-ratanya
39
3.3 SIMULASI PERHITUNGAN (Contoh Kekerasan Tablet/Simulasi)
40
3. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Prinsip Alat
Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah Friability Tester. Prinsip alat
ini adalah menguji tingkat kerapuhan tablet, dan ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan dan benturan yang dialami selama proses pengemasan,
pengiriman dan penyimpanan.
41
4.1 Display Time (penghitung waktu
proses)
42
Prosedur Evaluasi Kerapuhan Tablet
Masukkan tablet kedalam alat Friabilator, dan diputar sebanyak 100 kali
putaran dengan kecepatan 25±1 rpm.
(W0-W1)
Penafsiran : Kerapuhan tablet yang di dapat x100 %
W0
43
Hasil rata-rata maksimum kehilangan berat tidak lebih dari 1% (USP30-NF25,
2007).
2. Di salah satu industry farmasi dilakukan evaluasi tablet kerapuhan pada sampel
tablet asam mefenamat dosis 500mg/tablet, dengan bobot 650 mg tablet, diambil
10 tablet untuk dilakukan pengujian. Berapa % Friabilitasnya?
Jawab :
𝑤𝑜−𝑤𝑖
% Kerapuhan = × 100%
𝑤1
44
6,5−0,4
= × 100%
0,4
= 1,5 % (syarat <1%)
Kesimpulan dari hasil perhitungan yang diperoleh pada pengujian kerapuhan
tablet asam mefenamat tidak memenuhi persyaratan dengan hasil presentase 1,5
%,dimana persyaratan dari uji kerapuhan yaitu tidak lebih dari 1% (USP30-
NF25, 2007). Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
yang terjadi pada permukaa tablet. Semakin besar masa tablet yang hilang maka
semakin tinggi kerapuhannya.Tablet yang rapuh dapat mengakibatkan bobot
tablet berkurang, sehingga kadar bahan aktif dalam tablet berkurang yang
berakibat berkurangnya efektifitas obat dalam tubuh. Kerapuhan tablet dianggap
cukup baik bila hasilnya kurang dari 1% (United States Pharmacopeial
Conventio,2014).
4. Uji Disolusi
45
dilarutkan cairan tubuh. Waktu hancur dipengaruhi oleh penghancur (jenis dan
jumlahnya) dan banyaknya pengikat.
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa
tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah dirancang untuk
pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau
melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang
jelas di antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji
dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit
sediaan atau lebih (Kemenkes RI, 2014).
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya
terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sediaan yang
tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti
yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut
(Kemenkes RI, 2014).
46
Alat, Tabung gelas panjang 80 mm sampai 100 m, diameter dalam lebih kurang
28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kasa kawat tahan
karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4, berbentuk keranjang. Keranjang
disisipkan searah di tengah-tengah tabung kaca, diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam
iar bersuhu antara 360 dan 380 sebanyak lebih kurang 1000 mL, sedalam tidak kurang
dari 15 cm sehingga dapat dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan kawat kasa
pada posisi tertinggi tepat di atas permukaan air dan kedudukan terendah mulut
keranjang tepat di permukaan air (Kemenkes RI, 2014).
Prosedur pengujian
1. Tablet Tidak Bersalut, Tablet salut bukan Enternik, dan Tablet Sublingual
Masukan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung keranjang. masukan 1 cakram
pada tiang tabung. jalankan alat, gunakan air dengan suhu 37℃ ± 2℃ atau gunakan
media yang dinyatakan dalam masing-masing moniografi. setelah akhir batas waktu
yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati, semua tablet harus hancur.
bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet. dimana
tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna (Kemenkes RI,
2014).
2. Tablet Bukal
Masukan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung keranjang. masukan 1 cakram
pada tiang tabung. jalankan alat, gunakan air dengan suhu 37℃ ± 2℃ atau gunakan
media yang dinyatakan dalam masing-masing moniografi. setelah 4 jam, angkat
keranjang dan amati, semua tablet harus hancur. bila 1 atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet. dimana tidak kuranf 16 tablet dari 18
tablet yang diuji harus hancur sempurn (Kemenkes RI, 2014).
47
3. Tablet Salut Enterik
Masukan 1 tablet pada masing-masing 6 dari keranjang. bila tablet mempunyai
salut gula yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5
menit. tanpa menggunakan cakram jalankan alat, gunakan cairan lambung buatan LP
bersuhu 37℃± 2℃ sebagai media. setelah alat dijalankan selama 1 jam, angkat
keranjang dan amati semua tablet (tablet tidak hancur, retak atau menjadi lunak).
jalankan alat, gunakan cairan usus buatan LP bersuhu 37℃ ± 2℃ sebagai media selama
jangka waktu yang dinyatakan pada masing-masing monohgrafi, angkat keranjang dan
amati semua tablet harus hancur. bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet. dimana tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji
haruys hancur sempurna (Kemenkes RI, 2014).
4. Kapsul Gelatin Keras dan Kapsul Gelatin Lunak
Masukan 1 tablet pada masing-masing 6 dari keranjang. pengujian kapsul ini tidak
menggunakan cakram tetapi gunakan kasa berukuran 10 mesh, letakan kasa pada
permukaan lempengan atas dari keranjang. atur suhu 37℃± 2℃ gunakan mesia yang
dinhyatakan dalam masing-masing monografi. setelah akhir batas waktu yang tertera
pada monografi, angkat keranjang. amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan
dalam amsing-masing monografi. semua kapsul harus hancur kecuali bagian cangkang
kapsul. bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengu2 kapsul. dimana tidak
kurang 16 kapsul dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna (Kemenkes RI,
2014).
48
Hasil yang didapat dari uji waktu hancur tablet dengan semua formula telah
memenuhi syarat waktu hancur untuk tablet tidak bersalut menurut Farmakope
Indonesia V yaitu tidak lebih dari 15 menit (Banne, dkk., 2010).
DAFTAR PUSTAKA
49
Andayana N 2009 Teori Sediaan Tablet (cited 2010 Des 13)
Available at:http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf
Depkes RI 1979 Farmakope Indonesia Edisi III Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan Jakarta
50