Anda di halaman 1dari 50

MODUL QUALITY CONTROL (QC SEDIAAN SOLIDA)

Penyusun :

Apt. Garnadi Jafar, S.Farm., M.Si

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudu“
KERAPUHAN TABLET” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini yaitu bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam kuliah Teknologi Farmasi
Sediaan Padat (TFSP) dan dapat menambah wawasan tentang Evaluasi Sediaan Solida
bagi para pembaca dan juga penulis.

Terimakasih kepada semua pihak yang sudah berkontribusi dalam pembuatan


makalah ini sehingga dapat terselesaikan. Kami menyadari, makalah yang kami tulis
masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Juni 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan
cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang
cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga
banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan
sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya
dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan
yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah
bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang
cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak
toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka
waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan
serangkaian evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena sebagian
besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan. Untuk
itu beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami kuliah Teknologi
Sediaan Solid terutama uji kerapuhan tablet.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian tablet
b. Mengetahui apa saja metode pembuatan tablet
c. Mengetahui bagaimana evaluasi tablet.

TEORI DASAR

A. Pengertian Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda
ukuran, bentuk, berat, kekersan, dan ketebalalan, daya hancurnya dan aspek lain
yang tergantung dengan pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan
tablet digunakan pada pemberian secara oral. Kebanyakan tablet dibuat dengan
penambahan zat warna dan zat pemberi rasa. Tablet lain yang penggunaanya dapat
cara sublingual, bukal, atau melalui vagina.
Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus
mempunyai sifat-sifat yang baik, yaitu :
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan,
pengemasan, transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji
dengan uji kekerasan dan uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji
waktu hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
(untuk zat aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan
uji keseragaman kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan
tanda lain yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang
konsisiten.

B. Metode Pembuatan Tablet


Sebelum dibuat tablet maka dibuat granul terlebih dahulu, metode untuk
pembuatan tablet sama dengan metoda pembuatan granul yang merupakan bagian
untuk pembuatan tablet.
1. Metode granulasi basah :
a. Jika bahan mempunyai sifat granul yang baik
b. Jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik
c. Jika bahan tahan panas
d. Jika bahan tahan cairan

Tahap granulasi basah :

a. Penimbangan, zat aktif dan zat tambahan


b. Penghalusan, haluskan zat aktif dan zat tambahan masing – masing
c. Pencampuran padat
d. Pembuatan larutan pengikat.
e. Pembuatan masa granul dengan penambahan massa padat kedalam larutan
pengikat
f. Massa lembab tadi dihaluskan melalui pengayak mesh 6 – 12.
g. Granul basah dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 – 60
h. Granul yang telah dikeringkan digranulasi lagi dengan melalui pengayak
mesh 14 – 20 dalam mesin granulation uji inproces control
i. Menyiapkan massa kempa dengan mencampir granul dengan mencampur
granul dengan fasa luar / Lubrikasi
j. Pengempaan
2. Metode granulasi kering :
a. Jika bahan tidak tahan panas
b. Jika bahan tidak tahan cairan
c. Jika bahan mempunyai sifat granul yang tidak baik

Tahapan granulasi kering :


a. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan
b. Haluskan zat aktif dan zat tambahan
c. Campur semua zat aktif dan zat tambahan
d. Kempa
e. Granulasi mesh 14 – 20
f. Siapkan massa kempa dengan mencampur dengan fasa luar
g. Pengempaan
3. Metoda cetak langsung :
a. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan (mixing)
b. Haluskan zat aktuif dan zat tambahan
c. Campurkan zat aktif dan zat tambahan
d. Pengempaan

C. Evaluasi Granul
1. Sifat Alir

Teori Dasar

Serbuk merupakan system 2 fasa yang terdiri dari partikel diskrit (driscrete)
dengan interaksi diantara gas dan permukaan internal padat. Material
diklasifikasikan sebagai serbuk jika berbentuk kering dan berupa partikel diskrit
dengan ukuran maksimum lebih kecil 1000 µm (menurut British Standard, 2955).
Serbuk berbeda dari keadaan fisika bahan karena bersifat tidak homogen, tetapi
terdiri atas partikel padat dengan berbagai ukuran dan bentuk antara disperse
dengan suatu fasa gas (Agoes G. 2013).

Serbuk mirip dengan padatan karena dapat menunjukkan dengan baik


pemulihan elastik dan fraktur getas. Berbeda dengan padatan, serbuk dapat memuai
atau berkontraksi bila mengalami tekanan. Di bawah tekanan, serbuk dapat
mengalir seperti suatu cairan. Berbeda dengan cairan, serbuk tidak akan mengalir
jika tekanan terlalu kecil. Jika material serbuk mengalir, maka tekanan tidak
bergantung pada kecepatan aliran seperti halnya dengan cairan. Untuk karakterisasi
sifat dari susunan keseluruhan, konstituen serbuk dalam lingkungan gas harus
ditentukan (Agoes G. 2013).

Penanganan sifat ruahan padat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi antaraksi partikel-partikel dari konsistuen partikel. Jadi, perlu
diperhatikan pula faktor yang terkait dengan sifat partikel dan permukaannya,
seperti ukuran, bentuk, morfologi permukaan, kondisi susunan (packing), dan forsa
antarpartikel, seperti forsa mekanik, tegangan permukaan, forsa elektrostatik, forsa
v.d. Waals, forsa jembatan padat atau forsa plastik kempa (welding) yang sangat
sulit untuk dikuantifikasi satu persatu (Agoes G. 2013).

Sifat dan fenomena yang terkait dengan susunan partikel meliputi : (1) distribusi
ukuran partikel dan luas permukaan spesifik, (2) distribusi bentuk partikel (3)
kohesi, kekuatan, dan adhesi, (4) sifat susunan (packing, bobot jenis ruahan, dan
porositas), (5) kecepatan dan keterkempaan susunan, (6) keberaliran dan sifat
kegagalan (failure), (7) pemisahan (segregasi), (8) sudut friksi internal (Agoes G.
2013).

Gabungan semua sifat ini akan menentukan perilaku ruahan material. Preparasi
semua bentuk sediaan (padat) melibatkan penanganan bahan padat. Di antara semua
sediaan jadi, bentuk sediaan padat merupakan bagian terbesar (ditinjau dari segi
volume dan nilai ekonomi). Pentingnya penanganan sifat padatan, terutama sifat
aliran, tidak dapat dianggap remeh. Sifat aliran memiliki pengaruh penting dalam
proses pengampaan dan enkapsulasi manufaktur sediaan (DF) yang mensyaratkan
aliran material serbuk dari kontener penyimpanan menuju tempat pengisian (Agoes
G. 2013).

Sifat alir adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengalir dalam suatu alat. Sifat
alir ini dapat dipakai untuk menilai efektivitas bahan pelicin, dimana adanya bahan
pelicin dapat memperbaiki sifat alir suatu granulat (Voigh, 1995 : 161).

PRINSIP SIFAT ALIR DAN ALAT YANG DIGUNAKAN

Sifat aliran padatan sangat mempengaruhi pencampuran dan pemisahan serbuk


yang berlangsung sebelum pengempaan dan enkapsulasi. Kinetika pencampuran
dipengaruhi oleh keadaan fisika kontituen API. Sebagai contoh : ukuran partikel
menunjukkan efek signifikan pada seragaman kandungan dan campuran dari tablet
etilestradiol. Jika ukuran partikel eksipien meningkat, maka derajat
ketercampurannya menurun. Eksipien yang semakin mengalir bebas (free-flowing)
dan partikel semakin bersifat abrasif, akan memfasilitasi pemecahan aglomerat
obat. Sebaliknya, penelitian tentang pemisahan/ segregasi menunjukkan bahwa
material dengan sifat aliran yang baik menunjukkan tendensi pemisahan yang besar,
sedangkan campuran serbuk dengan aliran yang buruk menunjukkan
kecenderungan pemisahan yang lebih sedikit/kecil (Agoes G. 2013).

Pengujian sifat alir granul secara tidak langsung adalah mengamati dan
mengukur Carr Index. Kompresibilitas erat kaitannya dengan kemudahan suatu
granul untuk dikempa sehingga dapat menghasilkan kekerasan tablet yang
memenuhi persyaratan standar. Nilai kompresibilitas dapat diketahui dengan
menghitung nilai Carr index. Semakin kecil nilai Carr Index maka karakter sifat
alir semakin baik dan kompresibilitas granul yang akan mempengaruhi proses
kompresi semakin baik pula. Carr Index yang sangat baik adalah antara 5-15
(Voigh, 1995 : 161).
1. HOPPER FLOW RATE

2. RECORDING FLOW METER


A. PROSEDUR PENGUJIAN

Timbang 20 gram granul basah

Tuangkan granul kedalam corong


pengukur (bagian bawah corong
tertutup)

Buka tutup corong

Biarkan granul keluar lewat mulut


corong

Catat waktu yang diperlukan sampai


semua granul keluar lewat mulut corong
B. STANDAR YG DITETAPKAN
1. Pengukuran Densitas Bulk (USP 30, 2007).
2. Skala kemampuan aliran ditentukan dengan 4 metode yang berbeda

a) Sudut istirahat
Sudut istirahat adalah karakteristik yang terkait dengan gesekan atau
resistensi antar partikulat terhadap gerakan antar partikel. Hasil uji sudut
istirahat dilaporkan sangat tergantung pada metode yang digunakan.
Kesulitan eksperimental timbul sebagai akibat pemisahan bahan dan
konsolidasi atau aerasi bubuk saat kerucut terbentuk. Sudut istirahat adalah
sudut tiga dimensi yang konstan (relatif terhadap dasar horizontal) yang
diasumsikan oleh tumpukan material seperti kerucut yang dibentuk oleh
beberapa metode berbeda (USP 30, 2007).

Metode dasar untuk sudut istirahat dari berbagai variasi metode


pengujian jarak jauh. Metode yang paling umum untuk menentukan sudut
istirahat, dapat diklasifikasikan berdasarkan dua variabel pengujian sebagai
berikut: (USP 30, 2007).

1. Ketinggian "corong", di mana serbuk dilewatkan melalui corong dengan


ketinggian corong tertentu membentuk suatu tumpukan pada dasar alas.
2. Basis yang akan membentuk tumpukan, diameter tetap dan diameter
bubuk kerucut yang bervariasi.
Penentuan sudut istirahat dapat dilakukan dengan mengukur ketinggian
kerucut bubuk dan menghitung sudut istirahat dengan persamaan berikut :

b) Indeks kompresibilitas atau hausner rasio


Indeks kompresibilitas atau rasio Hausner ditentukan dengan mengukur
volume bulk dan volume bubuk yang diuji. Metode Dasar untuk menguji
compressibiity index dan hausner ratio dengan menggunakan beberapa
variasi dalam metode penentuan indeks kompresibilitas dan rasio hausner.
prosedur dasar ini digunakan untuk mengukur (1) volume semu yang tidak
pasti, Vo, dan (2) volume akhir yang disadap, Vf, dari serbuk setelah
mengetuk material sampai tidak ada perubahan volume lebih lanjut. Indeks
kompresibilitas dan rasio hausner dihitung sebagai berikut: (USP 30, 2007).

Atau, indeks kompresibilitas dan rasio hausner dapat dihitung dengan


menggunakan nilai yang diukur untuk kerapatan curah (PBulk) dan kerapatan
disadap (PTappet) sebagai berikut :
Tabel scale of flowability

C. SIMULASI PERHITUNGAN
1. Pengujian sifat alir yang memenuhi syarat
Pada suatu pengujian yang dilakukan pada granul didapatkan berat granul yang
keluar lewat mulut corong sebanyak 50 gram dalam waktu 5 detik. Tentukan
berapa hasil kecepatan alir dari pengujian waktu alir pada granul tersebut?
Jawab
𝐺𝑟𝑎𝑚
Kecepatan Alir = 𝐷𝑒𝑡𝑖𝑘
50 𝐺𝑟𝑎𝑚
=
5 𝐷𝑒𝑡𝑖𝑘

= 10 gram
Dari hasil tersebut didapatkan hasil pengujian memenuhi syarat sifat alir yaitu,
menurut teori Aulton, 1988, Lieberman dan Lachman, 1986 syarat kecepatan
alir setiap 100 gram granul tidak boleh lebih dari 10 detik/ (10:1).

2. Granulometri

a. Prinsip Kerja Alat


Prinsip pemisahannya didasarkan pada ukuran relative antara ukuran partikel
dengan lubang ayakan. Partikel partikel yang memiliki ukuran lebih kecil
daripada ukuran lubang ayakan akan menembus ayakan Kelompok partikel ini
disebut undersize product atau partikel minus. Sedangkan partikel-partikel yang
berukuran lebih besar dari pada lubang ayakan akan tertinggal di atas ayakan.
Partikel ini dikelompokkan sebagai oversize product atau partikel plus. Proses
pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel didalam campuran
tersebut.Sehingga ayakan memiliki ukuran pori atau lubang tertentu, ukuran
pori dinyatakan dalam satuan mesh, Pada pengayakan secara mekanik
(pengayak getaran guncangan atau kocokan) dilakukan dengan bantuan mesin
yang umumnya mempunyai satu set ayakan dengan ukuran lebar hubang standar
yang berlainan. Bahan yang dipak bergerak-gerak diatas ayakan, berdesakan
melalui lubang kemudian terbagi menjadi fraksi-fraksi yang berbeda.

gambar 1. Siever Shaker

b. Prosedur Pengujian Granulometri


Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV penetapan keseragaman derajat
halus dimagi menjadi 3 yaitu:
a. Untuk serbuk sangat kasar, kasar, dan setengah kasar
Masukan 25 g sampai 100 g serbuk uji pada
pengayak baku yang sesuai yang mempunyai
panci penampung dan tutup yang sesuai

Goyangkan pengayak dengan arah putaran


horizontal dan ketukan secara vertikal pada
permukaan yang keras selama tidak < 20 menit
atau sampai pengayakan praktis sempuran

Timbang seksama jumlah yang tertinggal pada


pengayak dan dalam panci penampung

b. Untuk serbuk berminyak atau serbuk lain dan cenderung menggumpal dan
dapat menyumbat lubang
Sikat pengayak secara berkala dengan hati-hati selama penetapan

Hancurkan gumpalan yang yerbektuk selama pengayakan

Serbuk obat dan bahan kimia dilewatkan pada pengayak

Digoyangkan secara mekanik yang memberikan gerakan berputar dan


ketukan (seperti pada pengayak yang menggunakan tangan) dengan
gerakan mekanik yang seragam , mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat
pengayak

Timbang seksama jumlah yang tertinggal pada pengayak dan dalam


panci penampung

c. Untuk Serbuk Halus Atau Sangat Halus


Masukan 25 g serbuk uji pada pengayak baku
yang sesuai yang mempunyai panci
penampung dan tutup yang sesuai

Goyangkan pengayak dengan arah putaran


horizontal dan ketukan secara vertikal pada
permukaan yang keras selama tidak < 30 menit
atau sampai pengayakan praktis sempuran

Timbang seksama jumlah yang tertinggal pada


pengayak dan dalam panci penampung

Menurut USP (2015), prosedur uji distribusi ukuran partikel yaitu:

100 g sediaan
diisi pada ayakan mesh 20

Diayakan bertingkat dengan alat


Elektromagnetik Sieve Shaker EMS-8
mulai dari mesh 20, 40, 60, 80, dan
100

Diayak selama 5 menit

Bobot dari masing-masing ayakan


ditimbang dan tentukan bobot sedian
uji pada masing-masing ayakan

Total kehilangan tidak boleh melebihi


5% dari berat spesimen uji asli
D. Standar yang Ditetapkan
Pengayakan bertujuan untuk pengukuran derajat halus serbuk, untuk
sebagaian besar keperluan farmasiwalaupun penggunaannya tidak meluasuntuk
keperluan pengukuran rentang ukuran partikel yang bertujuan meningkatkan
penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk pengukuran partikel dengan ukuran
nominal kurang dari 1.000 μm, alat lain selain pengayak mungkin lebih berguna
(Depkes RI, 1995).
Pengayak dan derajat halus serbuk dalam Farmakope Indonesia dinyatakan
dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor yang ditetapkan untuk pengayakan
baku seperti pada gambar 2.

gambar 2. Tabel Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Kehalusan

Partikel dari serbuk obat yang berbentuk sangat kasar dengan ukuran
±10.000 μ atau 10 μmm atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal,
1 μ atau lebih kecil. Pada gambar 2 dan 3 menjelaskan tentang standar batasan
ukuran partikel serbuk menurut USPdemana standar batasan ukuran partikel serbuk
dihubungkan dengan bagian serbuk yang mampu melalui lubang-lubang ayakan
yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu
tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan
secara mekanis (Ansel, 1989).
gambar 3. Batasan Ukuran Partikel Menurut USP

gambar 4. Batasan Ukuran Partikel Menurut USP

Pengayak yang digunakan untuk pengujian menurut Farmakope adalah


anyaman kawat bukan tenun kecuali untuk ukuran nomor 230, 270, 325, dan nomor
400, ayakan terbuat dari kuningan, perunggu, baja tahan karat, atau kawat lain yang
sesuai, dan tidak dilapisi atau disepuh. Tabel dibawah ini merupakan klasifikasi
ukuran rata-rata lubang pengayak baku anyaman kawat (Ansel, 1989).
Tabel Lubang dari Ayakan Standar menurut FI IV

Nomor Nominal Ukuran Lubang Pengayak

2 9,5 mm

3,5 5,6 mm

4 4,75 mm

8 2,35 mm

10 2,00 mm

20 850 μm

30 600 μm

40 425 μm

50 300 μm

60 250 μm

70 212 μm

80 180 μm

100 150 μm

120 125 μm

200 75 μm

230 63 μm

270 53 μm

325 45 μm

400 38 μm

E. Simulasi perhitungan Granulometri


Pengayak
Bobot
Diameter Bobot Granul
Pengayak +
No. Mesh Lubang Bobot (g) (g)
Granul (g)
(µm)

20 400 120 200 80

40 600 140 190 50

60 850 160 180 20

80 1700 180 200 20

peampung - 200 204 4

Perhitungan :

a. % bobot mesh 20
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
% mesh 20 = X 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑠ℎ+𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 20 = X 100 %
80+4

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 20 = X 100 %
84

% mesh 20 = 4,76 %

b. % bobot mesh 40
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
% mesh 40 = X 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑠ℎ+𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 40 = X 100 %
50+4

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 40 = X 100 %
54

% mesh 40 = 7,40 %

c. % bobot mesh 60
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
% mesh 60 = X 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑠ℎ+𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 60 = X 100 %
20+4
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 60 = 24
X 100 %

% mesh 60 = 16,66 %

d. % bobot mesh 80
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
% mesh 80 = X 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑠ℎ+𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 80 = X 100 %
20+4

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% mesh 80 = X 100 %
24

% mesh 80 = 16,66 %

e. % penampung
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
% Penampung = X 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑠ℎ+𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% penampung = X 100 %
170+ 4

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
% penampung = X 100 %
174

% Penampung = 2,29 %

3. Pengujian Kadar Air

3.1 Prinsip Alat uji


Metode pengeringan/oven menggunakan prinsip “thermogravimetri” dengan
alat pengering berupa oven. Metode pengeringan dengan oven didasarkan atas prinsip
perhitungan selisih bobot bahan (sampel) sebelum dan sesudah pengeringan. Selisih
bobot tersebut merupakan air yang teruapkan dan dihitung sebagai kadar air bahan.
Metode ini dapat digunakan untuk semua produk pangan, kecuali produk yang
mengandung komponen senyawa “volatil” (mudah menguap) atau produk yang
terdekomposisi/rusak pada pemanasan 100 0C. Prinsip metode ini adalah mengeringkan
sampel dalam oven 100-105 0C sampai bobot konstan dan selisih bobot awal dengan
bobot akhir dihitung sebagai kadar air (Depkes,2014)

Alat yang digunakan:


a. Oven

b. Desikator

c. Moisture analyzer

3.2 Prosedur Pengujian

Prosedur Pengujian dengan Metode Gravimetri (Depkes, 2014)

1) Campur dan timbang sebanyak 1-2 g.


2) Menara botol timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan selama
30 menit pada kondisi seperti yang akan digunakan dalam penetapan.
3) Masukkan zat uji ke dalam botol timbang tersebut, dan timbang seksama botol
beserta isinya
4) Perlahan-lahan dengan menggoyang, ratakan granul lebih kurang 5 mm
5) Cawan pijar di panaskan selama 30 menit, kemudian granul di masukkan ke
dalam cawan pijar. Cawan pijar di panaskan pada suhu 105 °C selama 1 jam.
Dilakukan secara triplo

3.3 Standar penetapan


1. Granul yang memiliki kandungan lembab < 5% akan stabil dan baik pada saat
penyimpanan (Rowe, dkk., 2009).
2. Kadar Air : < 5 % (Remington, 2007)
3. Kadar kelembapan : 2-4% (Lachman, 1989).
F. Evaluasi Tablet

1. Keseragaman Bobot

Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah timbangan analitik, prinsip
dari alat ini adalah Analytical Balance atau timbangan analitis sebagai alat
untuk menimbang massa suatu bahan kimia secara akurat tanpa adanya
pengaruh udara bebas.

Bagian bagian alat

Keterangan :

1. Balance Housing 4. Protective ring

2. Weighing plate 5. Level

3. Wheighing plate holder 6. Support foot

7. Glass door 10. Connection for voltage

8. Weighing chamber 11. RS232 C data interface

9. Rear wall of balance 12. AC power supply


PROSEDUR PENGUJIAN

Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III, prosedur dalam evaluasi tablet


(keseragaman bobot) dapat dilakukan sebagai berikut :

Timbang 20 tablet yang dipilih secara acak

Tentukan bobot masing-masing tablet

Persentase penyimpangan beratnya dari berat rata-rata ditentukan untuk setiap


tablet.

Penyimpangan berat individu dari berat rata-rata tidak boleh melebihi batas
yang ditentukan

Setiap tablet yang sudah dilakukan evaluasi keseragaman bobot tidak boleh
melebihi batas atau persyaratan yang telah ditetapkan, apabila tablet yang
sudah dilakukan uji keseragaman bobot namun masih tidak memenuhi
persyaratan maka dapat diulangi dengan perlakuan sebagai berikut :

Timbang sebanyak 10 tablet

Tentukan bobot masing-masing tablet

Syarat : tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A dan B pada tabel

Penyimpangan berat individu dari berat rata-rata tidak boleh melebihi batas
yang ditentukan

STANDAR PENETAPAN UJI KESERAGAMAN BOBOT

Setiap uji yang dilakukan pada proses evaluasi tablet, ditetapkan dalam
persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan literature seperti Farmakope
Indonesia, United States Pharmacopeia (USP), IP/BP (International
Pharmacopeia/British Pharmacopeia). Dalam masing-masing literatur
tercantum persyaratan yang sudah ditentukan untuk setiap evaluasi tablet.

27
Tablet yang memenuhi persyaratan yang terdapat pada literature adalah tablet
yang siapuntuk di distribusikan. Evaluasi ini sangat penting dilakukan agar
tablet yang didistribusikan adalah tablet yang baik dan memiliki efek terapi
yang baik sehingga dapat bekerja dengan optimum dalam pengobatan.

Berikut ini standar yang telah ditetapkan berdasarkan Farmakope


Indonesia Edisi III, United States Pharmacopoeia, The International
Pharmacopeia serta European Pharmacopeia untuk uji keseragaman bobot :

1. Farmakope Indonesia Edisi III

Gambar 1. Tabel Kriteria Penerimaan Keseragaman Bobot


Berdasarkan Farmakope

Syarat :

• Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga yang ditetapkan pada
kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B

• Jika perlu, dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet
pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata rata yang
ditetapkan dalam kolom A dan B

2. United States Pharmacopoeia32 – NF27

28
Gambar 2. TabelKriteriaPenerimaanKeseragamanBobotBerdasarkan
USP

Setelah penghitungan bobot rata-rata maka akan ditetapkan %


penyimpangan yang dirumuskan sebagai berikut :

Hasil dari persentase penyimpangan inilah yang menentukan tablet tersebut


memenuhi persyaratan atau tidak memenuhi persyaratan.
Syarat yang ditetapkanpada USP inisebagaiberikut :
• Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari dua kali lipat persentase tersebut.
3. European Pharmacopeia
Pada Farmakope Eropa, uji keseragaman bobot ini dilakukan dengan
mengambil 30 tablet secara acak, kemudian timbang masing-masing 30
tablet dan hitung bobot rata-ratanya.
Syarat tablet yang memenuhi persyaratan pada Farmakope Eropa:
• Tidak lebih dari 1 tablet yang melebihi 85-115% dari bobot rata-rata
atau tidak lebih dari 1 tablet yang melebihi 75-125% dari bobot rata-
rata

29
SIMULASI PERHITUNGAN

1. Diketahui hasil penimbangan 20 tablet hasil percobaancetirizine, tentukan


apakah tablet cetirizine memenuhi persyaratan yang ditetapkan atau tidak
Bobot tablet
Tablet
(mg)

1 120

2 122

3 121

4 124

5 119

6 125

7 125

8 123

9 122

10 122

11 120

12 122

13 120

14 122

15 122

16 123

17 120

18 123

19 123

20 121

• Tentukan rata-rata 20 tablet


=
120+122+121+124+119+125+125+123+122+122+120+122+120+122+122+123+120+123+123+121
20

30
2438
= = 121,9 mg
20

• Tentukan rentang bobot kolom A untuk tablet dengan bobot 25-150 mg (10%)
10
= 100 x 121,9 mg

= 12,9 mg

Batas bawah 121,9 mg – 12,9 mg = 109 mg Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari harga yang
Batas atas 121,9 mg + 12,9 mg = 134,8 mg ditetapkan

• Tentukan rentang bobot kolom B untuk tablet dengan bobot25 -250 mg (20%)
20
= 100 x 121,9 mg

= 24,38 mg

Batas bawah 121,9 mg – 24,38 mg = 97,52 mg Tidak boleh 1 pun tablet uji
yang menyimpang dari harga
Batas atas 121,9 mg + 24,38 mg = 146,28 mg yang ditetapkan

• Tentukan % penyimpangan tablet


𝑤𝑜−𝑤1
= x 100%
𝑤1

Dimana: wo adalahbobot per kapsul; w1 adalah bobot rata-rata 20 tablet


• % penyimpangan tablet 1 • % penyimpangan tablet 11
120 −121,9
120 −121,9 = 121,9 x 100% = 1,55 %
= x 100% = 1,55 %
121,9
• % penyimpangan tablet 12
• % penyimpangan tablet 2 122 −121,9
= 121,9 x 100% = 0,88 %
122 −121,9
= 121,9
x 100% = 0,08 % • % penyimpangan tablet 13
120 −121,9
= 121,9 x 100% = 1,55 %
• % penyimpangan tablet 3
121 −121,9 • % penyimpangan tablet 14
= x 100% = 0,73 % 122 −121,9
121,9 = 121,9 x 100% = 0,88 %
• % penyimpangan tablet 4 • % penyimpangan tablet 15
124 −121,9 122 −121,9
= x 100% = 1,72 % = 121,9 x 100% = 0,88 %
121,9
• % penyimpangan tablet 16
• % penyimpangan tablet 5 123 −121,9
119−121,9
= 121,9 x 100% = 0,90 %
= x 100% = 2,37 %
121,9 • % penyimpangan tablet 17
120 −121,9
• % penyimpangan tablet 6 = x 100% = 1,55 %
121,9
125−121,9
= x 100% = 2,54 % • % penyimpangan tablet 18
121,9 123 −121,9
= 121,9 x 100% = 0,90 %
• % penyimpangan tablet 7
125 −121,9
• % penyimpangan tablet 19
= x 100% = 2,54 % 123 −121,9
121,9 = 121,9 x 100% = 0,90%
• % penyimpangan tablet 8 • % penyimpangan tablet 20
121 −121,9
= 121,9 x 100% = 0,73 %

31
123 −121,9
= x 100% = 0,90 %
121,9

• % penyimpangan tablet 9
122 −121,9
= x 100% = 0,88 %
121,9

• % penyimpangan tablet 10
122 −121,9
= x 100% = 0,88%
121,9

Kesimpulan dari hasil perhitungan range kolom A dan B tidak adasatu pun
tablet yang berada diluar rentang yang ditetapkan serta % penyimpangan yang
berada diluar % penyimpangan kolom A (10%) dank olom B (20%) yang
menandakan bahwa tablet cetirizine lolos uji keseragaman bobot.

2. Uji Keseragaman Ukuran sebagai Bagian Dari Evaluasi Tablet

Tablet merupakan sediaan yang banyak digunakan karena memiliki banyak


keuntungan. DIketahui bahwa 70% sediaan yang diberikan pada pasien adalah dalam
bentuk tablet. Kebanyakan obat dibuat dalam bentuk tablet, namun meskipun begitu
terdapat beberapa pengecualian seperti obat yang memilki densitas yang rendah,
higroskopik dan untuk obat-obat yang tidak memungkinkan untuk dibuat menjadi
bentuk sediaan tablet.

Evaluasi tablet perlu dilakukan dalam proses produksi, diantaranya meliputi


bobot, variasi bobot, keseragaman kandungan, ketebalan, kekerasan, waktu hancur, dan
disolusi. Evaluasi dilakukan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan memenuhi
spesifikasi dan standar kualitas yang dikehendaki (Ansel dan Allen, 2014).

Sebagai kontrol sediaan, terdapat beberapa evaluasi tablet yang dapat dilakukan,
seperti organoleptis, bentuk danukuran tablet, keseragaman ketebalan, kekerasan,
friabilitas, keseragaman kandungan bahan aktif, uji variasi bobot tablet, uji wetting
time, rasio absorpsi air, uji waktu dispersi in vitro, uji waktu disintegrasi in vitro, uji
disolusi in vitro (Haritha, 2017).

Untuk ukuran dan bentuk tablet ditentukan dari ketebalan tablet tersebut. Ukuran
dan bentuk tablet memiliki peran penting dalam akseptabilitas pasien karena dengan
peningkata ukuran tablet, tentu akan menyulitkan pasien dalam administrasi
sediaannya (Haritha, 2017).

32
2.1. Pelaksanaan Prosedur Uji Keseragaman Ukuran
Sampel tablet yang ingin diuji disiapkan sebanyak 10 tablet dari tiap batch.
Diameter dan tebal tablet kemudian diukur satu-persatu menggunakan jangka sorong
(Voight, 1994 dalam Ulfa, 2018).

2.2. Standar Uji Keseragaman Ukuran


Evaluasi uji keseragaman ukuran merupakan salah satu evaluasi non-offiicial,
dimana prosedur maupun standar tetapnya sebenarnya tidak ditetapkan oleh
kompendial yang tersedia seperti Farmakope Indonesia ataupun kompendial lainnya,
seperti USP (US Pharmacopoiea), BP (British Pharmacopoiea), dan lain-lain.
Meskipun begitu, dalam pelaksanaannya tentu harus tetap dilakukan dengan
mempertimbangkan pentingnya evaluasi keseragaman ukuran ini untuk dilakukan.
Karena merupakan evaluasi non-official, industri farmasi dapat menetapkan sendiri
standar persyaratan yang diinginkan atau mengacu pada literatur lain seperti jurnal.
Dari hasil telaah beberapa jurnal, terdapat banyak jurnal yang menggunakan standar
berikut sebagai persyaratan untuk uji keseragaman ukuran, yaitu:

a. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
dari 1 1/3 tebal tablet. (Depkes RI , 1979)
b. Untuk masih mudah dikonsumsi oleh pasien dan acceptable, ukuran tablet tidak
lebih dari 25 mm. (Jacobsen dkk, 2016)
c. Hasil uji keseragaman ukuran dapat diterima jika dalam satu batch memiliki
hasil standar deviasi dalam rentang ±5% (Haritha, 2017).
2.3. Prinsip Alat yang Digunakan Dalam Evaluasi Keseragaman Ukuran
Alat yang dapat digunakan dalam mengukur sediaan tablet haruslah memiliki
ketelitian yang cukup tinggi, sehingga sedikit saja terdapat perbedaan ukuran antar
tablet dapat diketahui. Kebanyakan alat yang digunakan untuk evaluasi ini jangka
sorong. Jangka sorong secara umum memiliki bagian-bagian alat sebagai berikut:

Gambar 1. Bagian-bagian jangka sorong

33
Panjang objek dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama
sampai sepersepuluh cm (0,1 cm) kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan
pada skala nonius sampai seperseribu cm (0,001 cm). Jangka sorong sendiri diketahui
memiliki beberapa tipe, yaitu:

a. Jangka Sorong Manual (Vernier Caliper)


Jangka sorong ini memiliki 2 skala, yaitu skala utama yang terdapat pada
rahang tetap dan skala nonius atau vernier yang terdapat pada rahang geser.
Tingkat ketelitian jangka sorong ini adalah 0,1 mm.
b. Jangka Sorong Analog (Dial Caliper)
Jangka sorong ini umumnya sama dengan jangka sorong manual, hanya saja
untuk skala nonius atau vernier berbentuk Analog atau jarum jam sehingga
lebih mudah dalam membaca skala nonius. Tingkat ketelitian jangka sorong
ini adalah 0,05 mm.
c. Jangka Sorong Digital (Digital Caliper)
Sama halnya dengan jangka sorong analog, jangka sorong digital ini
memiliki bentuk yang sama dengan jangka sorong manual, hanya saja untuk
skla noniusnya berbentuk layar digital dimana hasil pengukuran langsung
terbaca pada layar tersebut sehingga penggunaanya jauh lebih mudah dari 2
jenis jangka sorong di atas. Tingkat ketelitian jangka sorong ini mencapai
0,01 mm.

Selain jangka sorong, alat ukur dengan ketelitian tinggi lain pun dapat digunakan,
seperti mikrometer sekrup, thickness gauge, dan alat instrumen otomatis yang dapat
mengukur parameter lain sekaligus (Ansel dan Allen, 2014; Haritha, 2017).

Gambar 2. Mikrometer sekrup Gambar 3. Thickness gauge

(Haritha, 2017) (Ansel dan Allen, 20

34
2.4. Simulasi Perhitungan
a. Cara Membaca Jangka Sorong
Diukur diameter tablet dengan jangka sorong sebagai berikut :

Berapakah diameter tablet?

Apakah tablet memenuhi syarat ukuran tablet, jika tebal tablet diketahui 10,41
mm?

Jawab:

Skala utama = 2 cm

Skala nonius = 6 x 0,01 cm = 0,06 cm

Diameter Tablet = 2 + 0,06 cm = 2,06 cm

Diameter Tablet = 20,6 mm

Tablet memenuhi ukuran tablet, karena diameter di bawah 25 mm (20,6 mm <


25 mm)

3 x Tebal tablet = 3 x 10,41 mm = 31,23 mm

1/3 x Tebat tablet = 4/3 x 10,41 mm = 13,88 mm

Syarat rentang ukuran diameter → 13,88 – 31,23 mm

Ukuran diameter tablet = 20,6 mm → Memenuhi syarat.

b. Contoh Perhitungan Hasil Memenuhi Syarat


Diketahui hasil pengukuran ukuran tablet sebagai berikut. Apakah tablet
memenuhi syarat keseragaman ukuran?

35
Diameter Tebal
(mm) (mm)

1 8,10 3,00

2 8,10 3,00

3 8,10 3,25

4 8,00 3,10

5 8,10 3,15

6 8,05 2,95

7 8,10 3,10

8 8,05 3,25

9 8,05 3,05

10 8,10 2,95

x̅ 8,07 ± 3,08 ±
0,0354 0,1111

SD

Diam 0,03 3,37


eter 37 %

Tebal 0,04 4,38


38 %

Syarat keseragaman ukuran :


4/3T < D < 3T 4/3T = 4/3 . 4,495 = 5,9933
SD < 5% 3T = 3 . 4,495 = 13,4850
Ukuran < 25 mm Rentang syarat diameter:
5,9933 < D < 13,4850
 Memenuhi syarat.

c. Contoh Perhitungan Hasil Tidak Memenuhi Syarat


Diketahui hasil pengukuran ukuran tablet sebagai berikut. Apakah tablet
memenuhi syarat keseragaman ukuran?

36
Diameter Tebal (mm)
(mm)
1 8,10 3,00

2 8,10 3,00

3 8,10 3,25

4 8,00 3,10

5 8,10 3,15

6 8,05 2,95

7 8,10 3,10

8 8,05 3,25

9 8,05 3,05

10 8,10 2,95

x̅ 8,07 ± 3,08 ± 0,1111


0,0354

SD

Diam 0,03 3,54


eter 54 %

Tebal 0,11 11,1


11 1%

4/3T < D < 3T 4/3T = 4/3 . 3,08 = 4,1067


SD < 5% 3T = 3 . 3,08 = 9,24
Ukuran < 25 mm Rentang syarat diameter:
4,1067 < D < 9,24
 Tidak memenuhi syarat.

37
3. Uji Kekerasan

Prinsip Alat

Resistensi tablet terhadap chipping, abrasi atau kerusakan pada kondisi


penyimpanan, transfortasi, dan penanganan sebelum digunakan tergantung pada
kekerasannya. Saat ini, peralatan yang paling banyak digunakan untuk mengukur
kekerasan tablet atau kekuatan penghancuran adalah peralatan yang dioprasikan
secara elektrik, yang menghilangkan variabilitas operator. Penentuan kekerasan
(atau kekuatan penghancuran) dilakukan diseluruh putaran tablet, untuk
menentukan kebutuhan akan penyesuian tekanan pada mesin tablet. Jika tablet
terlalu keras, mungkin tidak hancur dalam periode waktu yang disyaratkan, jika
terlalu lunak, itu tidak akan tahan terhadap penanganan selama proses
selanjutnya, seperti operasi pelapisan atau pengemasan dan pengiriman. (Felton,
Linda. 2013.Remington Essentials of Pharmaceutics. London: Pharmaceutical
Press)

38
3.1 PROSEDUR PENGUJIAN

siapkan 10 tablet,lalu di ambil satu per satu tablet dan diletakkan secara
vertikal pada alat hardness tester

Ditekan tombol start sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai keadaan
awal dengan skala nol (0). atau kalibrasi alat pada titik 0

putar alat sampai tablet hancur

Diamati skala yang ditunjukkan oleh alat hardness tester sebagai nilai
kekerasan dari tablet.

di hentikan pemutaran sampai tablet pecah

dilakukan percobaan untuk masing-masing 10 tablet

Dihitung rata-ratanya

Kekerasan tablet yang baik adalah 4-10 kg

3.2 STANDAR PENETAPAN UJI KEKERASAN TABLET


Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet
adalah sebesar 4 kg. penentuan kekerasan tablet di tetapkan waktu berproduksi supaya
penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya.(ansel,1985)

39
3.3 SIMULASI PERHITUNGAN (Contoh Kekerasan Tablet/Simulasi)

Dilakukan pengujian terhadap 6 batch dengan masing-masing batch disiapkan 3


subatch

Kekerasan dapat dipengaruhi oleh sifat bahan-bahan yang terdapat pada


formulasi tablet, kekerasan yang dihasilkan dapat berperngaruh terhadap waktu hancur.
Semakin tinggi kekerasan tablet, semakin lama waktu hancurnya.

40
3. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Prinsip Alat
Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah Friability Tester. Prinsip alat
ini adalah menguji tingkat kerapuhan tablet, dan ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan dan benturan yang dialami selama proses pengemasan,
pengiriman dan penyimpanan.

Gambar 1 Friabilty Tester


Sumber : USP30-NF25 (2007)

41
4.1 Display Time (penghitung waktu
proses)

4.2 Tombol Run (memulai proses)

4.3 Tombol Hold (menghentikan


sementara waktu)

4.4 Tombol resume ( melanjutkan dari


hold)

4.5 Tombol Power on dan off

4.6 Tombol kecepatan putaran drum/rpm

4.7 Drum (tempat tablet diletakkan)

4.8 Baut pengunci drum

4.9 Kabel power/sumber arus

Gambar 2 Kriteria Alat Friability Tester


Sumber : USP30-NF25 (2007)
Untuk tablet dengan berat sama dengan atau kurang dari 650 mg, sampel
diambil hingga mendekti 6,5 g. Untuk tablet lebih dari 650 mg sampel diambil
10 tablet, kemudian disimpan kedalam drum dan diputar sebanyak 100 x
menggunakan alat dengan diameter internal 238-291 mm dan kedalaman 36-40
dengan rotasi 25±1 rpm (USP30-NF25, 2007).

42
Prosedur Evaluasi Kerapuhan Tablet

Gambar 3 Prosedur Pengujian Kerapuhan Tablet


Sumber : USP30-NF25 (2007)

Menimbang sejumlah tablet mendekati 6,5 gram.

Bersihkan setiap tablet dan alat yang akan digunakan.

Masukkan tablet kedalam alat Friabilator, dan diputar sebanyak 100 kali
putaran dengan kecepatan 25±1 rpm.

Keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang.

(W0-W1)
Penafsiran : Kerapuhan tablet yang di dapat x100 %
W0

Keterangan : Bobot tablet awal (Wo)


Bobot tablet akhir (W1)

1.1 Syarat Evaluasi Kerapuhan Tablet

Gambar 4 Syarat Penerimaan Kerapuhan Tablet


Sumber : USP30-NF25 (2007)

43
Hasil rata-rata maksimum kehilangan berat tidak lebih dari 1% (USP30-NF25,
2007).

1.2 Contoh Perhitungan


1. Di salah satu industry farmasi dilakukan evaluasi tablet kerapuhan pada
sampel tablet salbutamol dosis 2mg/tablet, dengan bobot 300 mg tablet,
diambil 22 tablet untuk dilakukan pengujian. Berapa % Friabilitasnya?
𝑤𝑜−𝑤𝑖
% Kerapuhan : × 100%
𝑤1

Dik : Dosis salbutamol : 2mg/tablet


Bobot tablet : 300mg tablet
Jumlah tablet yang diambil : 22 tablet
Dit : % Friabilitasnya…………?
Penyelesaian :
300 mg × 22 = 6600 mg (6,6 gram)
Setelah diputar 100x = 6545 mg (6,545 gram)
𝑤𝑜−𝑤𝑖
Jadi % Friabilitasnya = × 100%
𝑤1
6,6−6,545
= × 100%
6,545
= 0,84 % (syarat <1%)

Kesimpulan dari hasil perhitungan yang diperoleh pada pengujian kerapuhan


tablet salbutamol memenuhi persyaratan dengan hasil presentase 0,84 %,dimana
persyaratan dari uji kerapuhan yaitu tidak lebih dari 1% (USP30-NF25, 2007).

2. Di salah satu industry farmasi dilakukan evaluasi tablet kerapuhan pada sampel
tablet asam mefenamat dosis 500mg/tablet, dengan bobot 650 mg tablet, diambil
10 tablet untuk dilakukan pengujian. Berapa % Friabilitasnya?
Jawab :
𝑤𝑜−𝑤𝑖
% Kerapuhan = × 100%
𝑤1

Dik : Dosis asmef : 500mg/tablet


Bobot tablet : 650mg tablet
Jumlah tablet yang diambil : 10 tablet
Dit : % Friabilitasnya…………?
Penyelesaian :
650 mg × 10 = 6500 mg (6,5 gram)
Setelah diputar 100 × = 0,4 gram
𝑤𝑜−𝑤𝑖
Jadi % Friabilitasnya = × 100%
𝑤1

44
6,5−0,4
= × 100%
0,4
= 1,5 % (syarat <1%)
Kesimpulan dari hasil perhitungan yang diperoleh pada pengujian kerapuhan
tablet asam mefenamat tidak memenuhi persyaratan dengan hasil presentase 1,5
%,dimana persyaratan dari uji kerapuhan yaitu tidak lebih dari 1% (USP30-
NF25, 2007). Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
yang terjadi pada permukaa tablet. Semakin besar masa tablet yang hilang maka
semakin tinggi kerapuhannya.Tablet yang rapuh dapat mengakibatkan bobot
tablet berkurang, sehingga kadar bahan aktif dalam tablet berkurang yang
berakibat berkurangnya efektifitas obat dalam tubuh. Kerapuhan tablet dianggap
cukup baik bila hasilnya kurang dari 1% (United States Pharmacopeial
Conventio,2014).

4. Uji Disolusi

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan


disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua
jenis alat yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi dengan
contoh tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm
selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat
menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis disintegrasi dan 1 tablet
Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil
yang diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera
dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media disolusi
digunakan 900 mL larutan dapar fosfat dengan rentang pH tertentu. Kemudian
lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan
filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol BPFI dalam media
yang sama pada panjang gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit
harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada
etiket (Lachman dkk., 2008).

5. Evaluasi Waktu Hancur Tablet

Waktu hancur sediaan tablet sangat berpengaruh dalam biofarmasidari obat.


Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsidalam saluran
cerna, maka tablet harus hancur dan melepaskannya ke dalam cairan tubuh untuk

45
dilarutkan cairan tubuh. Waktu hancur dipengaruhi oleh penghancur (jenis dan
jumlahnya) dan banyaknya pengikat.

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa
tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah dirancang untuk
pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau
melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang
jelas di antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji
dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit
sediaan atau lebih (Kemenkes RI, 2014).

Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya
terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sediaan yang
tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti
yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut
(Kemenkes RI, 2014).

Gambar Alat Disintegration Tester

Gambar 2 Rangkaian alat waktu hancur, keranjang dan cakram

46
Alat, Tabung gelas panjang 80 mm sampai 100 m, diameter dalam lebih kurang
28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kasa kawat tahan
karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4, berbentuk keranjang. Keranjang
disisipkan searah di tengah-tengah tabung kaca, diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam
iar bersuhu antara 360 dan 380 sebanyak lebih kurang 1000 mL, sedalam tidak kurang
dari 15 cm sehingga dapat dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan kawat kasa
pada posisi tertinggi tepat di atas permukaan air dan kedudukan terendah mulut
keranjang tepat di permukaan air (Kemenkes RI, 2014).

Pengujian dilakukan dengan mengagitasi sejumlah tablet yang diberikan dalam


media berair pada suhu yang ditentukan berdasarkan titik akhir pengujian. Titik akhir
pengujian adalah titik di mana semua bagian tablet yang terlihat telah hancur dan tak
bersisa. Sebanyak 6 tablet uji dimasukkan ke dalam masing-masing 6 tabung, gunakan
air bersuhu 37˚, dan tablet harus hancur dalam batas waktu yang ditetapkan (bila tidak
dinyatakan lain dalam monografi, batas waktu hancur < 15 menit (Aulton dan Taylor,
2013; Kemenkes RI, 2014).

Prosedur pengujian

1. Tablet Tidak Bersalut, Tablet salut bukan Enternik, dan Tablet Sublingual
Masukan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung keranjang. masukan 1 cakram
pada tiang tabung. jalankan alat, gunakan air dengan suhu 37℃ ± 2℃ atau gunakan
media yang dinyatakan dalam masing-masing moniografi. setelah akhir batas waktu
yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati, semua tablet harus hancur.
bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet. dimana
tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna (Kemenkes RI,
2014).
2. Tablet Bukal
Masukan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung keranjang. masukan 1 cakram
pada tiang tabung. jalankan alat, gunakan air dengan suhu 37℃ ± 2℃ atau gunakan
media yang dinyatakan dalam masing-masing moniografi. setelah 4 jam, angkat
keranjang dan amati, semua tablet harus hancur. bila 1 atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet. dimana tidak kuranf 16 tablet dari 18
tablet yang diuji harus hancur sempurn (Kemenkes RI, 2014).

47
3. Tablet Salut Enterik
Masukan 1 tablet pada masing-masing 6 dari keranjang. bila tablet mempunyai
salut gula yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5
menit. tanpa menggunakan cakram jalankan alat, gunakan cairan lambung buatan LP
bersuhu 37℃± 2℃ sebagai media. setelah alat dijalankan selama 1 jam, angkat
keranjang dan amati semua tablet (tablet tidak hancur, retak atau menjadi lunak).
jalankan alat, gunakan cairan usus buatan LP bersuhu 37℃ ± 2℃ sebagai media selama
jangka waktu yang dinyatakan pada masing-masing monohgrafi, angkat keranjang dan
amati semua tablet harus hancur. bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet. dimana tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji
haruys hancur sempurna (Kemenkes RI, 2014).
4. Kapsul Gelatin Keras dan Kapsul Gelatin Lunak
Masukan 1 tablet pada masing-masing 6 dari keranjang. pengujian kapsul ini tidak
menggunakan cakram tetapi gunakan kasa berukuran 10 mesh, letakan kasa pada
permukaan lempengan atas dari keranjang. atur suhu 37℃± 2℃ gunakan mesia yang
dinhyatakan dalam masing-masing monografi. setelah akhir batas waktu yang tertera
pada monografi, angkat keranjang. amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan
dalam amsing-masing monografi. semua kapsul harus hancur kecuali bagian cangkang
kapsul. bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengu2 kapsul. dimana tidak
kurang 16 kapsul dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna (Kemenkes RI,
2014).

1.1 Simulasi Data Uji Waktu Hancur

48
Hasil yang didapat dari uji waktu hancur tablet dengan semua formula telah
memenuhi syarat waktu hancur untuk tablet tidak bersalut menurut Farmakope
Indonesia V yaitu tidak lebih dari 15 menit (Banne, dkk., 2010).

DAFTAR PUSTAKA

49
Andayana N 2009 Teori Sediaan Tablet (cited 2010 Des 13)

Anderson NR GS Banker Dalam : Lachman L Lieberman HA Kanig JL 1984 Teori


dan Praktek Farmasi Industri Vol 2 Edisi 3 UI Press Jakarta

Ansel C Howard 2008 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Jakarta UI Press

Available at : http:// pembuatan_tablet_nutwuri_andayanahtml

Available at:http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf

Depkes RI 1979 Farmakope Indonesia Edisi III Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan Jakarta

Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV Direktorat Jenderal Pengawasan Obat


dan Makanan Jakarta

Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig 2008 Teori dan Praktek Farmasi


Industri Edisi Ketiga Jakarta: UI Press

Marais AF M Song dan MM Villiers 2003 Disintegration Propensity of Tablet


Evaluated by Means of Disintegrating Force KineticsPharmaceutical
Development Technology 5 (12) : 163-169

Nugrahani I 2005 Karakterisik Granul dan Tablet Propranolol Hidroklorida dengan


Metode Granulasi Peleburan (cited 2010 Des 13)

50

Anda mungkin juga menyukai