KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr.Wb.
Dengan Mengucap Syukur Alhamdulillah Berkat Rahmat Alloh SWT,
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas pembuatan makalah dalam mata kuliah kewarganegaraan dengan
pokok bahasan Negara dan konstitusi.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun
hadapi, namun dengan semangat dan kerja sama antara tim penyusun dan dibantu
semua pihak akhirnya penyusunan makalah ini terselesaikan.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu
Martini selaku Dosen mata kuliah kewarganegaraan yang telah membantu
mengarahkan dan memberi batasan penyusunan materi makalah, serta terima kasih
pula rekan-rekan mahasiswa kelas A Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Angkatan
2007 Universitas Negeri Jakarta yang turut memberikan informasinya.
Penyusun sangat menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga kritik dan sarannya yang membangun sangat penyusun harapkan
agar dapat berbuat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan dapat
memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, Desember 2007
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………….... i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………
1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………… 1
1.2 Pembatasan Masalah dan Identifikasi Masalah ……………………… 2
1.2.1 Pembatasan Masalah ………………………………………………… 2
1.2.2 Identifikasi Masalah …………………………………………………… 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ………………………………………… 3
1.3.1 Tujuan Penulisan ……………………………………………………… 3
1.3.2 Manfaat Penulisan ……………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………… 5
2.1 Sejarah Ketatanegaraan ………………………………………………. 5
2.2 Pandangan Terhadap Amandemen UUD 1945 …………………….. 7
2.3 Catatan-Catatan Terhadap Hasil Perubahan ……………………….. 11
2.4 Pandangan Penolakan Terhadap Amandemen UUD 1945 ……….. 23
BAB III KESIMPILAN ……………………………………………………….. 26
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD 1945 karena
yang menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai dari gagalnya suksesi
kepemimpinan yang berlanjut kepada krisis sosial-politik, bobroknya managemen negara
yang mereproduksi KKN, hancurnya nilai-nilai rasa keadilan rakyat dan tidak adanya
kepastian hukum akibat telah dikooptasi kekuasaan adalah UUD Republik Indonesia
1945. Itu terjadi karena fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945
bukanlah bangunan yang demokratis yang secara jelas dan tegas diatur dalam pasal-pasal
dan juga terlalu menyerahkan sepenuhnya jalannya proses pemerintahan kepada
penyelenggara negara. Akibatnya dalam penerapannya kemudian bergantung pada
penafsiran siapa yang berkuasalah yang lebih banyak untuk legitimasi dan kepentingan
kekuasaannya. Dari dua kali kepemimpinan nasional rezim orde lama (1959 – 1966) dan
orde baru (1966 – 1998) telah membuktikan hal itu, sehingga siapapun yang berkuasa
dengan masih menggunakan UUD yang all size itu akan berperilaku sama dengan
penguasa sebelumnya.
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini
telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial”
baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang
dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini
menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju
kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan
demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini
menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen
bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana
cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam
situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan
terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat
apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah
telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang
demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan
kemanusiaan.
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah
rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan
sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan
kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi
perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen
sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.
1.2 Pembatasan Masalah dan Identifikasi Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Dalam sistem kenegaraan, masalah perundang – undangan merupakan hal yang
sangat penting bagi jalannya sistem pemerintahan suatu negara, disebabkan
berjalannya sistem pemerintahan tidak lepas dari rujukan yang mesti dilaksanakan
dalam perundang – undangan negara.
masalah kontroversi perubahan UUD 1945 yang masih menjadi perbincangan,
merupakan bahan yang kami bahas dalam makalah ini.
1.2.2 Identifikasi masalah
Dalam prosesnya, amandemen UUD 1945 menimbulkan perdebatan, penyusun
mengidentifikasi beberapa masalah pokok sebagai berikut :
1. Sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia sejak awal terbentuknya
UUD 1945 sampai saat kini.
2. Permasalahan yang kencenderungan terjadi perdebatan sehingga
timbulnya pra-kontra terhadap perumusan amandemen UUD 1945.
3. Beberapa pendapat terhadap amandemen UUD 1945.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1 Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan tugas makalah ini adalah :
1. Menganalisa sejauh mana proses perkembangan amandemen dan
beberapa pendapat tentang amandemen UUD 1945.
2. menjabarkan beberapan pendapat pro-kontra terhadap amandemen
UUD 1945.
1.3.2 Manfaat Penulisan
Sedangkan manfaat yang diharapkan dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan tentang negara dan konstitusi negara
Republik Indonesia
2. Lebih mengenal kembali Undang-undang dasar negara Republik
Indonesia
3. Mengikuti proses perkembangan perundangan Republik Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Saat founding fathers menerima diberlakukannya UUD 1945 yang dicetuskan Prof
Soepomo pada sidang PPKI 18 Agustus 1945 telah menyadari, UUD 1945 hanya bersifat
sementara atau istilah Bung Karno "undang-undang dasar kilat". Mereka semua committed
jika kelak keadaan mengizinkan, bangsa Indonesia akan melaksanakan pemilu untuk
membuat UUD baru yang definit berasas kedaulatan rakyat.
Dengan diberlakukannya kembali UUD 1945 melalui Dekrit 5 Juli 1959, timbul
kembali pemerintahan otoriter di bawah panji Demokrasi Terpimpin Soekarno dilanjutkan
rezim otoriter Orde Baru Soeharto dengan panji Demokrasi Pancasila.
Tuntutan untuk kembali ke UUD 1945 jelas diwarnai nostalgia atau sindrom pada
kekuasaan otoriter dan totaliter yang pernah dinikmati di masa lampau dan merasa
"kehilangan" atau tak bisa eksis lagi untuk membangun kekuatan politik dalam konteks UUD
1945 hasil amandemen.
2.2 Pandangan Terhadap Amandemen UUD 1945
Adanya pro dan kontra amandemen UUD 1945 dilihat dari perspektif
konstitusionalisme adalah karena belum jelasnya konsep kenegaraan (staatsidee) yang kita
anut, apakah paham kenegaraan integralistik atau demokrasi konstitusional.
Secara umum perumusan amandemen UUD 1945 ada beberapa kelemahan mendasar, yaitu :
Pertama, terkait dengan masalah konseptual. MPR tidak memiliki konsep atau desain
ketatanegaraan yang jelas tentang arah dan tujuan yang hendak dicapai melalui serangkaian
amandemen itu.
Kedua, menyangkut masalah teknik yuridis, yakni lemahnya kemampuan legal drafting
dalam merumuskan dan menyusun pasal-pasal, yang tampak dari segi sistematika yang rancu
maupun bahasa hukum yang dipergunakan. Akibatnya, banyak pasal hasil amandemen yang
tumpang tindih, kontradiktif, dan memungkinkan multitafsir. Namun, adanya kelemahan
tersebut tidak berarti kita harus kembali kepada UUD 1945.
Adapun beberapa alasan penolakan atas amandemen UUD 1945 yang telah dilakukan
sebagai berikut :
- Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 dinilai belum transformatif. Konstitusi ini
masih bersifat parsial, lebih terfokus pada aspek restriktif negara dan aspek protektif
individu dalam hak asasi manusia aspek restriktif ini merupakan koreksi langsung
terhadap, misalnya, tiadanya pembatasan masa jabatan presiden di masa Presiden
Soeharto. Demikian pula peningkatan otonomi daerah yang membatasi kekuasaan
pusat. Selain sifatnya restriktif, amandemen UUD 1945 juga memiliki aspek integratif
yang tercermin dari pembentukan DPD, yang diharapkan dapat membantu
penyampaian aspirasi daerah. Amandemen UUD 1945 memiliki pula aspek protektif
dengan dicantumkannya 10 pasal (28A sampai 28J) tentang HAM, proteksi bahasa
daerah, dan masyarakat adat.
- Amandemen UUD 1945 ini juga tak memiliki content draft yang utuh, penjelasan
mengenai pasal-pasal yang diamandemen pun minim. Selain itu, partisipasi publik
rendah. Publik tidak diberi peluang menilai perubahan yang dilakukan.
- amandemen yang telah dilakukan masih meninggalkan tiga hal yang penting dilihat
dari segi kedaulatan :
o tidak tercantumnya otonomi khusus Aceh dan Papua maupun Yogyakarta,
sehingga peraturan di bawah konstitusi dapat mengurangi arti kekhususan
otonomi.
- Hilangnya Kemampuan rakyat sebagai pemegang kedaulatan. "Salah satu contoh
terjadinya perombakan itu pada pasal 1 ayat 2 UUD 45 yang berbunyi kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Sekarang dirombak
menjadi kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD,
perombakan itu membawa implikasi perubahan hukum yaitu hilangnya eksistensi
konstitusional MPR dan tidak lagi penyelenggara negara yang tertinggi. Hal ini akan
menimbulkan kontroversi.
- kurangnya kemampuan rakyat sebagai pemegang kedaulatan melakukan koreksi atas
pihak yang dititipi kedaulatan, yakni DPR.Rakyat pemilih tidak dapat melakukan
impeachment pada wakil rakyat yang tidak menjalankan aspirasi mereka. Sebaliknya,
pola pemecatan pejabat eksekutif dapat dilakukan oleh lembaga legislatif
BAB III
KESIMPULAN
Melihat dengan adanya pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya. Maka
penyusun dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Permasalahan pokok yang mengakibatkan terjadinya perdebatan adalah
perumusan amandemen UUD 1945 yang multitafsir., yakni lemahnya
kemampuan legal drafting dalam merumuskan dan menyusun pasal-pasal,
yang tampak dari segi sistematika yang rancu maupun bahasa hukum yang
dipergunakan. Akibatnya, banyak pasal hasil amandemen yang tumpang
tindih, kontradiktif, dan memungkinkan multitafsir
2. Perbedaan perdapat yang terjadi pula terkait dengan masalah konseptual.
MPR tidak memiliki konsep atau desain ketatanegaraan yang jelas tentang
arah dan tujuan yang hendak dicapai melalui serangkaian amandemen itu.
3. keempat amandemen yang telah dilakukan masih meninggalkan tiga hal yang
penting dilihat dari segi kedaulatan. Pertama, tiadanya kemampuan rakyat
pemilih menarik kedaulatan mereka. Kedua, tidak dicantumkan supremasi
otoritas sipil terhadap militer. Ketiga, tidak tercantumnya otonomi khusus
Aceh dan Papua maupun Yogyakarta, sehingga peraturan di bawah konstitusi
dapat mengurangi arti kekhususan otonomi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pikiran-rakyat.com/
http://www.mpr.go.id/
Catatan terhadap hasil rumusan amandemen pertama dan kedua UUD 1944, KRHN,maret,
2001