Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERAN APARAT PENEGAK HUKUM DALAM PENANGANAN

KASUS-KASUS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI PAMEKASAN


Devi Rahayu1
Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Tronojoyo Madura

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi dan sikap hukum cermat menangani kasus kekerasan
domestik, mereka digunakan dalam merawat kasus-kasus, dasar hukum dan motivasi mereka untuk mengejar
undang-undang dan langkah-langkah praktis yang diperlukan untuk mereka praktek. Persepsi hukum cermat
kekerasan keluarga didasarkan pada teori pengetahuan untuk pemahaman mereka. keduanya rangsangan dan
tanggapan dan persepsi. Berdasarkan teori, data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa pengetahuan
tentang hukum cermat kekerasan domestik sudah sangat baik karena sebagian besar responden tahu itu.
Berdasarkan jumlah responden, sikap mereka terhadap kasus diadili di kuesioner ditemukan pada pengetahuan
dan pemahaman. Yayasan hukum yang digunakan dalam pengobatan kasus kekerasan domestik di Kabupaten
Pamekasan adalah undang-undang tentang kekerasan dalam rumah tangga yang dicakup oleh hukum pidana.
Kata kunci: peran, penegak hukum, kekerasan domestik

Abstract
The research was carried out to analyze perceptions and attitudes of law enforcers in dealing with domestic
violence cases, law foundations they used in dealing with the cases, and their motivating factors to exercise
laws and concrete efforts required to practice them. Law enforcers’ perceptions of domestic violence are based
on theories, from their knowledge to their understanding; both are stimuli and responses of perceptions. Based
on the theory, the data obtained in the field showed that law enforcers’knowledge of domestic violence was very
good because the majority of the respondents knew it. Based on the number of the respondents, their attitudes
toward the cases tried out in questionnaires were found in line with their knowledge and understanding. The
law foundation used in handling domestic violence cases in Pamekasan Regency were domestic violence laws
supported with criminal law code.
Keywords: character, law enforces, domestic violence

Kasus-kasus KDRT dewasa ini makin meningkat jalan, baik atas permintaan korban, karena bukti tidak
baik secara kuantitas maupun secara kualitas, baik cukup maupun karena persepsi dan sikap penegak
pada level nasional, regional maupun lokal. Hasil hukum yang tidak sesuai dengan Undang-undang
penelitian yang dilakukan oleh Hilmy, dkk. Dari data yang berlaku. Di tingkat nasional diperkirakan 80%
yang ada di pengadilan-pengadilan negeri di pantai kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak
utara pulau Jawa menunjukkan bahwa kasus-kasus adalah kasus KDRT. Di ti gkat regional Jawa Timur
yang korbannya perempuan dan anak selama tahun meningkat empat kali lipat (Kalibonso, R.S. 1998,
2003–2004 rata-rata 5–15 kasus yang telah diputus Katjasungkana, 2003. Wahyuningsih, S. 2004).
secara inkrah. Selanjutnya menurut informasi dari para Sejak disahkannya Undang-undang No. 23 Tahun
aparat penegak hukum (Kepolisian, Jaksa dan Hakim) 2004 tentang penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
di wilayah pengadilan-pengadilan negeri tersebut Tangga (UU KDRT) pada 22 September 2004, maka
jumlah kasus yang diproses sebenarnya lebih dari secara substansi hukum atau secara law in book telah
itu, namun banyak kasus yang dihentikan di tengah terwujudlah perlindungan hukum pada anggota rumah

1
Korespondensi: D. Rahayu, Fakultas Hukum Universita Trunojoyo, Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan, Telp: (031) 3012390,
E-mail: rechtidee@yahoo.com
14 Pamator, Volume 3, Nomor 1, April 2010

tangga, terutama perempuan dan anak yang menjadi memperbarui hukum di Indonesia, dengan mendakwa
korban KDRT. UU Penghapusan KDRT sekaligus dan memvonis pelaku KDRT dengan pasal-pasal
merupakan pengakuan pemerintah bahwa dulu KDRT dari UU Penghapusan KDRT. Hal ini akan dapat
yang dianggap sebagai skeleton in closet (Harkrisnowo, menciptakan budaya hukum yang baru, yaitu yang
H. 2004). sensitif dan responsif terhadap kesetaraan dan keadilan
Sosialisasi dan advokasi ke berbagai pihak (team gerder melalui penerapan social relations approach
work Lapera 2001), baik masyarakat ataupun penegak (March, C. et al., 1999). Sebagai profesional hukum,
hukum telah dilakukan banyak pihak dari para akademisi maka penegak hukum harus mentaati dan bersikap
dan pendamping korban KDRT, sebagai upaya untuk sesuai kode etik yang wajib menjunjung tinggi harkat
penegakan buku atau law in action merupakan upaya dan martabat manusia, termasuk saksi korban, dengan
untuk mewujudkan tujuan pembuatan Undang-undang mewujudkan keadilan.
ini, yakni melindungi korban dan memperbaiki konsep Berdasarkan uraian singkat di atas, maka
hukuman bagi pelakunya. Namun kendala budaya permasalahan yang dapat dikemukakan adalah:
patriarkhi yang sudah mendarah daging dipikiran Bagaimana persepsi dan sikap penegak hukum tentang
masyarakat termasuk penegak hukum masih nampak KDRT yang sudah diatur secara lengkap dalam
jelas pada bagian besar dakwaan yang hanya mengacu UU Penghapusan KDRT? Dasar hukum mana yang
pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). digunakan oleh penegak hukum dalam menangani
Masalah KDRT yang sangat kompleks dan tidak cukup kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga? Faktor-
hanya dilaporkan ke pengadilan tetapi harus diberantas faktor apa saja yang mendorong penegak hukum
sampai akar permasalahnya dengan Counter Culture menggunakan dasar hukum tersebut dalam menangani
terhadap Ideologi Patriarkhi (smart Carol, 1991). kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga? Upaya-
Kekerasan terhadap perempuan di tanah Publik upaya kongkrit apa saja yang diperlukan agar penegak
selama ini telah diatur dalam KUHP, khususnya pada hukum dapat menegakkan UU Penghapusan KDRT
Bab XIV Kekerasan Terhadap Kesusilaan. Dalam secara optimal?
bab ini kekerasan yang diatur antara lain: tentang
perbuatan yang melanggar kesusilaan, pornografi,
gendak/overspel, perkosaan, bersetubuh dengan anak Metode Penelitian
perempuan, pengguguran kandungan, prostitusi, Lokasi penelitian ini akan dilakukan pada dua
perdagangan/trafficking wanita dan sebagainya. Dari Kabupaten wilayah Madura yang diwakili Kabupaten
pada itu, KUHP juga mengatur kekerasan dalam rumah Pamekasan. Adapun yang menjadi pertimbangan
tangga meskipun hanya secara terbatas, antara lain penentuan lokasi penelitian adalah, Kabupaten
tentang inces, menyebabkan atau memudahkan berbagai Pamekasan yang ada di hampir ujung Madura
kegiatan pidana yang korbannya anak kandung, tiri, mewakili daerah yang masih memiliki kultur daerah
angkat. Perbuatan yang diatur mulai perbuatan cabul yang sangat kental secara budaya, namun tingkat
sampai perkosaan. UU Penghapusan KDRT merupakan pendidikan penduduknya cukup tinggi, selain itu
undang-undang yang bersifat reformatif terhadap daerah Pamekasan merupakan kabupaten terbesar di
tindak pidana yang berada di tanah domestik. Undang- Madura. Sehingga kasus-kasus yang terjadi sangatlah
undang ini mengkatagorikan berbagai perbuatan yang variatif.
merepresentasikan ketidakadailan gerder yang harus Adapun jenis penelitian ini adalah yuridis empiris.
dihentikan (Fakih, M, 1996) yang dalam KUHP yang Secara yuridis di sini peneliti akan melakukan
hanya diatur sebagai kejahatan terhadap kesusilaan. penelaahan terhadap Undang-undang No. 23 Tahun
Oleh sebab itu, seharusnyalah penegak hukum 2004 tentang Penghapusan KDRT, terutama sanksi-
(polisi, jaksa dan hakim) yang menjadi ujung tombak sanksi pidana yang berkenaan dengan tindakan
Pemerintah dalam mengimplementasikan UU KDRT. Sedangkan secara empiris adalah peneliti akan
Penghapusan KDRT sekaligus menjadi suri tauladan mengamati dan melakukan analisa atas implementasi
masyarakat, sebagaimana ditunjukkan para hakim dari Undang-undang Penghapusan KDRT yang
perempuan yang memvonis dengan pidana yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam menangani
lebih tinggi dibandingkan dengan hakim laki-laki kasus-kasus kekersan dalam rumah tangga.
dalam kasus kekerasan terhadap perempuan (Chalid, Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini
H, 2004). Hal semacam ini diharapkan mampu adalah: 1) Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang
Devi Rahayu, Analisa Peran Aparat Penegak Hukum 15

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan jenis kelamin, kemudian berturut-turut pendidikan,
Keppres No. 61 Tahun 2003 tentang Rencana Aksi lama kerja, pengalaman kerja di instansinya masing-
Nasional Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah masing, pengalaman pelatihan di dalam maupun di
Tangga, 2) Pengetahuan, persepsi, sikap dan perilaku luar instansinya.
aparat penegak hukum dalam menangani kasus-kasus
kekerasan dalam rumah tangga. Umur
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis Rata-rata umur responden adalah 40,9 tahun,
empiris, karenanya sumber data yang akan digunakan dengan minimum umur 25 tahun dan maksimal
dalam penelitian ini adalah: 1) Data primer merupakan 56 tahun. Apabila dirinci lebih lanjut, maka yang
data-data yang didapatkan dari studi dan penelaahan terbesar persentasenya adalah yang berumur antara
yang dilakukan dilapangan. Untuk penelitian ini, maka 31–40 tahun, yakni setengah dari seluruh jumlah
data primernya didapatkan dari penggalian pemahaman
dan persepsi para aparat penegak hukum (polisi, jaksa Tabel 1. Identitas penegak hukum
dan hakim) dalam menangani kasus-kasus kekerasan
dalam rumah tangga, 2) Data sekunder merupakan Identitas Penegak Hukum
data-data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Umur Dlm Tahun N%
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penegak Di bawah 30 3 25
hukum yang terdiri atas polisi, jaksa dan hakim yang 31–40 5 41,6
ada di Kabupaten Pamekasan. Adapun sampelnya 41–50 2 16,7
50 lebih 2 16,7
diambil secara purposive, yaitu polisi, jaksa dan hakim
Jumlah 12 100,0
yang telah ditentukan dan pernah menangani kasus
Jenis Kelamin
kekerasan dalam rumah tangga setelah bulan Oktober
Perempuan 5 41,6
tahun 2004 UU Penghapusan KDRT disyahkan pada
Laki-laki 7 58,4
bulan September 2004.
Jumlah 12 100,0
Teknik pengambilan data primer dalam penelitian
Pendidikan
ini dilakukan dengan mengadakan wawancara bebas SMA 2 16,6
yang menggunakan interview guide. Sedangkan data S1 8 66,7
sekunder: (1) tentang peraturan (KUHP, KUHAP dan S2 2 16,6
UU Penghapusan KDRT) didapatkan dari Perpustakaan Jumlah 12 100,0
Universitas Trunojoyo; (2) tentang Berita Acara Lama Kerja
Pemeriksaan (BAP) didapat dengan mencatatnya dari Di bawah 10 tahun 1 8,3
pihak kepolisian; (3) berkas penuntutan dicatat dari 10–15 5 41,6
kejaksaan; (4) berkas perkara proses peradilan didapat 16–20 3 25,0
dari pengadilan yang bersangkutan. 21–25 2 16,6
25 lebih 1 8,3
Data primer yang didapatkan akan diolah dengan
Jumlah 12 100,0
tahapan sebagai berikut: (1) dari data hasil wawancara
Pengalaman di Instansi
bebas akan direduksi dahu dengan membuang informasi
1–2 kali 2 16,6
yang tidak berkaitan dengan masalah yang diteliti; 3–4 kali 2 16,6
(2) selanjutnya data yang telah direduksi akan dianalisis 5 kali lebih 8 66,6
dengan content analysis dengan teknik analisis latent Jumlah 12 100,0
maupun manifest. Untuk mendeskripsikan informasi Pelatihan di Instansi
dan interaksi para stake holders. 1–2 kali 10 83,3
3–4 kali 2 16,6
5 kali lebih 0 0,0
Hasil dan Pembahasan Jumlah 12 100,0
Analisis Life History Aparat Penegak Hukum Pelatihan di Luar
1–2 kali 2 16,6
Identitas
3–4 kali 8 66.6
Dalam mendeskripsikan identitas penegak hukum 5 kali lebih 2 16,6
yang menjadi responden dalam penelitian, pertama- Jumlah 12 100,0
tama akan dideskripsikan umur mereka, berikutnya Sumber: data primer, 2007
16 Pamator, Volume 3, Nomor 1, April 2010

penegak hukum, ranking keduanya adalah penegak mendapat prioritas selama hidupnya, ternyata mampu
hukum yang berumur di bawah 30 tahun, yakni 37,7%, berperan sebagai penyangga keluarga, sehingga dapat
sisanya ada di kategori umur tua (di atas 50 tahun). memengaruhi persepsi orang tuanya.
Kepolisian punya pola yang hampir sama dengan Bagian pertama dalam tabel menunjukkan bahwa
seluruh penegak hukum, yakni kebanyakan ada di 90% responden menyatakan bahwa mereka telah
kategori umur 31–40 tahun dan 41–50 tahun, sisanya mendegar dan mengetahui gender. Dari 90% dari
ada di kategori umur di bawah 30 tahun. Hanya seluruh responden, apabila dirinci berdasarkan instansi
saja bedanya pada instansi kepolisian tidak terdapat masing-masing, maka jumlah persentase yang cukup
polisi yang berusia 50 tahun lebih. Berbeda dengan besar yang belum mengetahui ada pada instansi
kepolisian, instansi kejaksaan tidak terambil responden kepolisian, ranking berikutnya kejaksaan dan ranking
yang berumur kurang dari 30 tahun, kategori 31–40 terkecil ada pada hakim.
tahun terbesar persentasenya, yakni pada kategori umur Data yang berpola seperti itu apabila dirunut lebih
41–50 tahun. Yang terkecil persentasenya adalah jaksa lanjut tentang sumber pengetahuan yang didapatkan
yang berumur 50 tahun lebih, yakni hanya seorang oleh responden adalah kebanyakan dari media, sekitar
saja. Terakhir, di pengadilan, hampir sama polanya sepertiganya. Setelah media sumber berikutnya adalah
dengan kejaksaan. Tidak ada hakim yang berumur dari seminar, pelatihan dan workshop serta membaca
kurang dari 30 tahun, tapi yang terbesar persentasenya buku. Sisanya dari instansinya masing-masing
bukan hakim yang berumur 31–40 tahun melainkan instansinya dan untuk polisi rata-rata mendapatkan
yang berumur 41–50 tahun, baru yang berumur lebih informasi dari instansinya
dari 50 tahun. Dalam pada itu instansi kejaksaan persentase
terbesarnya ada pada media dan seminar, demikian
Jenis Kelamin pula untuk para hakim. Untuk sumber pengetahuan dari
Setelah umur, tabel yang ada menampilkan jenis pelatihan atau workshop persentasenya lebih kecil bila
kelamin responden. Secara keseluruhan, jumlah dibandingkan dengan kepolisian. Menurut Daminus,
penegak hukum yang terambil menjadi responden Eko (2005), baru pada awal tahun 2005 instansi
dalam penelitian ini jenis kelamin laki-laki lebih kejaksaan melakukan kerja sama dengan IOM seperti
banyak daripada yang berjenis kelamin perempuan. yang dilakukan oleh kepolisian. Dan Pengadilan akan
Perbandingannya perempuan hanya terambil setengah menyusul pada awal tahun 2006 yang akan datang.
dari laki-laki. Dari ketiga instansi, kejaksaan yang Dari deskripsi data yang demikian itu dapat
terkecil jumlah responden perempuannya. Kesimpulan diambil kesimpulan bahwa sebagian besar responden
dari deskripsi ini adalah kepolisian yang terbanyak telah pernah mendengar dan tahu tentang gender.
perempuannya, disusul dengan hakim dan terakhir Pengetahuan ini mereka dapatkan dari media,
jaksa. Hal ini dapat dimengerti karena di hampir seminar, pelatihan atau workshop dan membaca buku.
seluruh kabupaten atau kota di Jawa Timur ada Kepolisian sebagian besar mendapatkan pengetahuan
Ruang Penanganan Khusus (RPK) yang digunakan dari media, seminar, pelatihan dan workshop,
untuk menyelesaikan kasus-kasus yang korbannya sedangkan kejaksaan mendapatkan pengetahuan dari
perempuan dan anak. Dengan program yang demikian media dan hakim mendapatkan pengetahuannya dari
ini, kebanyakan yang menjadi personil di RPK media dan membaca buku yang mereka beli.
kebanyakan adalah perempuan, sehingga wajar kalau
yang terambil sebagai responden perempuan. Pemahaman penegak hukum tentang seks dan
gender
Sejarah hidup Setelah mendeskripsikan dan menganalisis tentang
Dari pengalaman hidup seorang Polwan dapatlah pengetahuan penegak hukum tentang gender, maka
diketahui bahwa masa-masa kecil dalam keluarganya selanjutnya dipertanyakan tentang pemahaman mereka.
masih memberikan keutamaan pada laki-laki untuk Untuk mendapatkan data tentang pemahaman mereka,
dapat berperan lebih besar dalam keluarga. Tetapi maka ada beberapa pertanyaan tentang apa yang
tatkala dia mendapatkan pekerjaan dan mampu untuk dilakukan oleh perempuan dan apa yang dilakukan oleh
memberikan bantuan biaya pendidikan pada adik- laki-laki. Untuk perempuan dipertanyakan tentang: bisa
adiknya, maka menambah kebanggaan bagi orang hamil, sel telur, lemah, berpikir dengan perasaannya
tuanya bahwa anak perempuan yang selama ini tidak dan memasak; jawabannya apakah hal itu merupakan
Devi Rahayu, Analisa Peran Aparat Penegak Hukum 17

kodrat atau gender. Pada laki-laki yang dipertanyakan: faktor yang memengaruhi sikap sekaligus perilaku.
pemimpin, pencari nafkah, sperma, kuat dan selalu Seperti apa yang dikemukakan oleh F.E. Kast (1970)
menggunakan rasionya; pilihan jawabannya juga sama: yang berpendapat bahwa: ‘potential influences filter
kodrat atau gender. through personal attitudes via perception, cognition
Data yang ada pada tabel menunjukkan bahwa and motivation’. Maksudnya adalah bahwa pengaruh
responden secara keseluruhan 85% telah memilih yang potensial dalam menumbuhkan sikap seseorang
jawaban yang benar antara 3–5, untuk pilihan jawaban adalah melalui persepsi, kognisi dan motivasi. Sejalan
perempuan dan sekitar 75% untuk pilihan jawaban laki- dengan hal ini Gibson (1950) menegaskan bahwa
laki. Pencermatan lebih lanjut menunjukkan bahwa sikap merupakan faktor yang menentukan perilaku.
jawaban responden untuk pertanyaan apakah sel telur Oleh karena itu sikap berhubungan dengan persepsi
dan bisa hamil itu kodrat, hampir seluruhnya benar, kepribadian dan motifnya.
demikian pula untuk sperma bagi laki-laki. Jawaban Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut
yang kadang-kadang salah adalah pilihan jawaban dalam penelitian ini, maka data yang diambil untuk
untuk pertanyaan lemah, berpikir dengan perasaannya menganalisis persepsi para penegak hukum adalah:
dan memasak bagi perempuan dan pemimpin, pencari persepsi penegak hukum yang kemudian juga
nafkah, selalu menggunakan rasionya dan kuat dipaparkan stimuli (pengetahuan yang didapat) dari
bagi laki-laki. Pada masing-masing instansi pola persepsinya dan pengalaman sejarah kehidupannya (life
persentasenya juga tidak jauh berbeda, kebanyakan historynya). Tahap berikutnya akan dipaparkan tentang
responden menjawab benar antara 3–5. pemahaman dan setelah itu sikap penegak hukumnya.
Jadi pengetahuan dan pemahaman serta pengalaman
Sikap penegak hukum
sejarah kehidupannya tersebut menentukan persepsi
Dalam hal sikap, maka data yang diambil dalam dan kemudian membentuk sikapnya.
penelitian ini adalah (1) sikap responden terhadap buku Dalam memaparkan dan menganalisis tentang
atau makalah yang mengemukakan tentang gender; persepsi dansikap, maka pertama-tama mendeskripsikan
(2) pernyataan tentang apabila biaya terbatas, maka tentang persepsi dan sikap penegak hukum terhadap
yang disekolahkan anak perempuan; pernyataan tindak pidana KDRT, baru setelah itu mencermati
tentang keharusan istri di rumah walaupun dia punya faktor-faktor yang menunjang persepsinya, antara lain:
ijasah perguruan tinggi. gender, pelaku dalam perspektif kriminologi; korban
dalam perspektif victimologi dan pemidanaan.
Persepsi dan Sikap Penegak Hukum terhadap Ketika mendeskripsikan pengetahuan, maka
Tindak Pidana KDRT diambil pula datanya tentang dari mana pengetahuan
Dalam mendeskripsikan membahas data hasil tersebut didapat, apakah di seminar-seminar, pelatihan,
penelitian tentang persepsi dan sikap penegak hukum, workshop, media atau di tempat kerja punya buku
seperti juga dalam mendeskripsikan identitasnya akan atau makalah tentang gender serta dari mana asalnya.
dipaparkan tentang distribusi frekuensi seluruh penegak Selain itu, pengalaman sejarah kehidupan responden
hukum terlebih dahulu kemudian dipaparkan masing- dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran tentang
masing instansi yang dimulai dengan kepolisian, proses terbentuknya persepsi, walaupun untuk itu hanya
kejaksaan dan pengadilan atau para hakim. 3 (tiga) responden yang diwawancara lebih lanjut. Hal
Dalam pada itu, berdasarkan teori persepsi, Braca ini sesuai dengan paradigma konstruktivisme yang
(1955) mengemukakan bahwa persepsi merupakan digunakan dalam penelitian ini.
reaksi yang diorientasikan terhadap stimuli dan Sebagaimana yang dikemukakan pada tinjauan
persepsi ditentukan oleh pengalaman sejarah pustaka, maka sikap menurut pendapat Kast (1970)
dan sikap penerima stimuli pada saat itu. Dari dua ditumbuhkan melalui persepsi, kognisi dan motivasi;
pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa persepsi sedangkan persepsi merupakan respons terhadap
mencakup dua proses kerja yang saling berkaitan; stimuli di mana merupakan objek yang ditangkap
pertama, menerima pesan melalui penglihatan dan oleh pancaindera manusia dalam batas-batas sadarnya
sentuhan alat indrawi, yang kedua, menafsirkan (hal ini merupakan pengetahuan), dan kemudian
atau menetapkan arti atas pesan (stimuli) tadi. Suatu menafsirkan (merupakan pemahaman). Dengan
yang perlu ditegaskan dalam pembahasan mengenai demikian tingkat pemahaman seseorang akan
persepsi adalah dalam peranannya sebagai salah satu berpengaruh pada sikapnya.
18 Pamator, Volume 3, Nomor 1, April 2010

Data yang dikumpulkan dan ditampilkan pada ayat (4) sebagai kekerasan fisik ringan, atau pasal 49
tabel menampakkan bahwa antara penegak hukum yang mengatur tentang kekerasan psikis. Tetapi ada
yang berpendapat bahwa seorang ibu yang memukuli 2 (dua) penegak hukum yang mengatakan bahwa itu
anaknya merupakan pelaku tindak pidana yang harus bukan tindak pidana.
diproses atau hal itu hanya merupakan problem Dengan deskripsi dan analisis yang seperti itu dapat
keluarga, oleh karenanya ibu yang melakukan perutan diambil kesimpulan bahwa walaupun kebanyakan
itu hanya diperingatkan saja; persentasenya tidak penegak hukum mengatakan tahu tentang KDRT,
terpaut banyak. Separuh di antara mereka mempunyai tapi belum seluruh responden yang mengatakan
sikap memahami UU Penghapusan PKDRT, sehingga tahu tersebut memahami KDRT dengan baik, paling
mereka melaksanakannya dengan baik dan separuh tidak memahami KDRT sesuai dengan pasal-psal
lainnya hanya mau memberikan peringatan saja. Jadi yang ada dalam UU Penghapusan KDRT. Keadaan
pendapat bahwa kekerasan dalam rumah tangga bukan yang demikian ini menjadikan sikap penegak hukum
merupakan tindak pidana, melainkan hanya problem masih setengah-setengah. Setengah punya sikap yang
keluarga, apalagi kalau seorang ibu yang memukuli teguh untuk melaksanakan UU Penghapusan KDRT,
anaknya, ini diartikan sebagai pendidikan orang tua setengah yang lainnya tidak.
terhadap anak. Hal yang seperti ini sesuai dengan
pendapat Fakih (1996) yang mengatakan bahwa Dasar Hukum yang Dikenakan Penegak Hukum
KDRT terjadi karena ketimpangan kekuasaan, usia dan
gender, dalam kasus ibu memukuli anak ini merupakan Untuk mendeskripsikan dasar hukum yang
ketimpangan usia. digunakan oleh penegak hukum dalam menangani
Selanjutnya sikap penegak hukum ketika kasus-kasus KDRT bagian berikut dideskripsikan dan
dikemukakan kasus yang kedua dalam kuesioner, lebih dianalisis tentang hal tersebut.
baik karena antara 50–75% dari seluruh responden Dari data sekunder yang didapat dari Polres dan
maupun pada masing-masing instansi menyatakan Pengadilan Negeri Kabupaten Pamekasan, terdapat
bahwa kasus tersebut merupakan delik aduan. Ini 4 kasus KDRT yang telah ditangani setelah Januari
sesuai dengan UU Penghapusan KDRT pada pasal 44 2005. Semua kasus telah diproses dan diputus

Tabel 2. Posisi kasus dan dasar hukum yang digunakan di Pamekasan


Pasal yang
Posisi Kasus Kelanjutan Kasus
Didakwakan
Suami menuduh istrinya selingkuh, memukul di wajah, pipi dan Ps 44 (1) UU Dilanjutkan, di kejaksaan
kedua tangan, hingga mengalami bengkak dan lebam (4-6-2005) PKDRT dicabut
Suami tersinggung atas ucapan istrinya, istri dipukul dengan tangan Ps 44 (1) UU Diputus 2 bulan penjara,
kosong, dibenturkan ke dinding teras 4 kali, hingga muka korban PKDRT dengan masa percobaan
luka robek di bagian hidung dan mengalami pendarahan (8-7-2005) 4 bulan
Korban dituduh oleh suami memarahi ibu mertua, karena istri Ps 44 (1) UU Tuntutan 2 bulan penjara,
meminta ibu mertuanya kalau menemui cucunya tidak usah PKDRT diputus 1 bulan penjara
sembunyi-2, ibu mertuanya mengadu kepada adik suami, sehingga
suami memukuli istrinya (24-3-2005)
Suami menelantarkan/meninggalkan istri sejak 4 Mei 2004, tidak Ps 9 (1) jo Ps Diputus dengan hukuman
memberi nafkah lahir dan batin (30-6-2005) 49 huruf a UU percobaan
 diikuti dengan perceraian PKDRT
Penelantaran suami terhadap istri dan anak sejak awal tahun 2005 Pasal 49 huruf a Diputus 6 bulan penjara
sampai dengan bulan Agustus 2005 (22-07-1005) junto pasal 9 ayat dengan percobaan
(1) UU PKDRT 10 bulan
Suami melakukan kekerasan fisik terhadap istri, dengan Pasal 44 ayat (1) Diputus penjara 1 bulan,
membenturkan wajah istri kedinding, menendang tubuh dan junto pasal 5 UU tahanan rumah 2 bulan
memukul dengan sebongkah kayu PKDRT dan percobaan 4 bulan
Penelantaran istri dan anak dan melakukan kekerasan fisisk dan Pasal 49 huruf a Tuntutan 3 tahun, diputus
menikah lagi dengan adik istri sejak 2002 (6-12-2006) junto pasal 9 ayat 8 bulan percobaan
(1) UU PKDRT 10 bulan
Sumber: Data sekunder dari Polresta dan Pengadilan Negeri Pamekasan, 2007
Devi Rahayu, Analisa Peran Aparat Penegak Hukum 19

dengan menggunakan UU No. 23 Th. 2004 tentang Faktor-faktor yang Mendorong Penegak Hukum
Penghapusan KDRT. Kasus pertama, tentang suami Menggunakan Dasar Hukum dalam Menangani
yang menuduh istrinya melakukan perselingkuhan, Kasus-kasus KDRT
kemudian dipukuli sampai wajah, pipi dan tangannya Untuk membahas faktor-faktor yang mendorong
mengalami pembengkakan. Pasal 44 ayat (1) yang penegak hukum menggunakan dasar hukum tersebut
digunakan untuk menuntut pelaku cukup memadai, dan dalam menangani kasus-kasus KDRT, maka kasus-
sebenarnya sudah dilimpahkan ke kejaksaan, namun kasus yang diperoleh dari data sekunder ketiga instansi
oleh korban sebagai pelapor dicabut, dan oleh jaksanya akan dicari faktor-faktornya mengapa kasus dilanjutkan
diperbolehkan. Keadaan yang semacam ini sering atau dicabut dan tidak dilanjutkan. Pembahasan akan
terjadi. Penegak hukum sering melakukan kesalahan dilakukan wilayah kabupaten yang menjadi lokasi
menginterpretasikan pasal 44 ayat (1), pasal ini sama penelitian.
sekali bukan delik aduan, pasal 51 mengemukakan
bahwa yang delik aduan hanya pasal 44 ayat (4) Kabupaten Pamekasan
saja, ayat-ayat yang lain merupakan delik biasa. Jadi Terdapat 5 (lima) kasus KDRT yang diproses di
dalam kasus yang pertama ini, seharusnya jaksa yang Kabupaten Pamekasan, salah satunya adalah:
menangani kasus ini melanjutkan ke pengadilan, tidak Kasus pertama, suami menuduh selingkuh si istri,
menghentikan perkaranya karena korban pelapor kemudian memukuli wajah dan kedua tangannya
mencabut laporannya. hingga bengkak dan lebam. Kasus ini oleh kepolisian
Kasus kedua, sama dengan kasus sebelumnya, dilanjutkan ke kejaksaan, pada saat di kejaksaan,
hanya saja penyebab suami memukul istrinya bukan laporannya dicabut oleh pelapor (korban). Tuduhan
karena menuduh istrinya melakukan perselingkuhan, selingkuh membuat jaksa menjadi ragu-ragu, hasil
melainkan karena tersinggung atas ucapan si istri. wawancara menunjukkan hal itu.
Kasus ini diproses sampai selesai, tapi hukuman Pendapat responden ini merupakan pendapat
yang dikenakan ringan, jauh dari maksimal ancaman umum, di mana kalau istri yang dituduh selingkuh,
hukuman pasal 44 ayat (1), yakni 5 tahun penjara atau mereka memastikan bahwa hal itu benar-benar terjadi,
denda 15 juta rupiah. Hukumannya hanya 2 bulan ini sesuai dengan pendapat Schafer (1968: 66–68)
dengan masa percobaan 4 bulan. yang mengatakan bahwa korban punya peran dalam
Kasus ketiga, juga penganiayaan suami terhadap terjadinya suatu tindak pidana penganiayaan berat yang
istri, karena istrinya dituduh oleh suaminya telah sedang menimpanya. Andaikata memang benar bahwa
memarahi ibunya (mertua istri). Tuntutannya 2 bulan, istrinya selingkuh, tetap suami tidak punya hak untuk
diputus 1 bulan. melakukan kekerasan yang demikian itu. Seharusnya
Kasus keempat, kasus penelantaran oleh suami penegak hukum mengkaitkannya dengan HAM, bahwa
terhadap istri, pasal yang dituduhkan adalah pasal 9 jo setiap orang punya hak untuk tidak mendapatkan
pasal 49 huruf a. Tuntutan untuk kasus ini juga sudah kekerasan. Kalau memang istri selingkuh, dibicarakan,
tepat, tapi sama juga dengan yang lain, putusannya diperingatkan dan kalau tidak bisa mereka dapat
ringan, yakni hukuman percobaan. bercerai. Kemarahan suami lebih pada ketersinggungan
Hasil wawancara dengan Lukianto (kejaksaan) seseorang yang berkuasa dan dikhianati sebagaimana
merupakan cerminan dari pengetahuan dan yang dikemukakan oleh Fakih (1996: 12–17) bahwa
pemahamannya terhadap undang-undang yang KDRT terjadi karena ketimpangan kekuasaan (suami-
mengatur tentang KDRT dan penggunaannya istri). Andaikata yang melakukan selingkuh suami,
sebagai dasar hukum dalam penanganan kasus. jarang sekali istri memukuli suaminya.
Sedangkan responden berikutnya lebih mempersoalkan Faktor berikutnya adalah salah menginterpretasikan
ketidaktahuan masyarakat, sehingga sering terjadinya pasal 44 ayat (1) UU Penghapusan KDRT. Isi ayat (1)
kasus sebenarnya peran korban cukup besar. Responden ini tidak satu katapun yang dapat diinterpretasikan
ketiga, mengemukakan pasal-pasal dalam UU PKDRT bahwa tindak pidana yang dikategorikan ayat (1)
yang akan digunakan sebagai dasar hukum untuk merupakan delik aduan. Yang jelas, hanya pasal 44
kasus baru yang dia hadapi, dan dia masih dalam ayat (4) yang dikategorikan delik aduan melalui pasal
tahap belajar, karena dia “baru dapat dan mempelajari” 51. Dengan demikian keadaan ini sesuai dengan hasil
undang-undang tersebut. wawancara dari kuesioner tentang pemahaman dan
20 Pamator, Volume 3, Nomor 1, April 2010

sikap penegak hukum yang baru setengah dari mereka koordinatif dengan menggunakan lembaga-lembaga
yang memahami dan menyikapi kasus KDRT dengan antara lain Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) atau
benar. Lembaga Perlindungan Anak (LPA) yang sudah ada
di Jawa Timur.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah: 1) hampir Daftar Pustaka
seluruh responden mengetahui dan paham mengenai Bracca, A. (1955) Pscology the Science of Behavior.
KDRT. Pengetahuan mereka kebanyakan dari Fakih Ansour. (1996) Menggeser Konsepsi Gender.
pengalaman dalam menangani kasus-kasus, sehingga Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
jumlah penegak hukum yang paham akan KDRT cukup Gibson, J.J. (1950) The Perception of Visual world.
banyak, yakni sekitar 2/3 (dua pertiga). Dasar hukum Boston.
yang digunakan dalam menangani kasus-kasus KDRT Harkrisnowo, Harkristuti. (2004) Menyimak RUU
di Kabupaten Pamekasan, adalah UU PKDRT dan Perlindungan terhadap Korban Kekerasan Dalam
disertai dengan KUHP sebagai juntonya. Rumah Tangga, jurnal Legislasi Indonesia,
Adapun faktor-faktor yang mendorong penegak Volume 1 No. 1 Juli 2004.
hukum menggunakan dasar hukum sebagaimana Kalibonso, Rita Serena. (1998) Perempuan Menuntut
yang tercantum dalam data sekunder tersebut: Keadilan, Mitra Perempuan Bekerjasama
1) karena UU PKDRT masih tergolong baru, penegak dengan The Ford Foundation, Jakarta.
hukum kebanyakan masih belum dapat dengan mudah Kansil, dkk. (2003) Pokok-pokok Etika Profesi Hukum.
mendapatkan strategi untuk mengumpulkan bukti dari Jakarta: PT Pradya Paramita.
saksi maupun saksi korban atau alat bukti yang lain, Katjasungkana, Soka Hadina. (2003) Pelatihan dasar
2) adanya pertimbangan kelanjutan ekonomi keluarga Penanganan Korban Kekerasan terhadap
merupakan pertimbangan dalam menggunakan pasal Perempuan dan Anak. Surabaya: Pendawa
sebagai dasar dakwaan bagi pelaku maupun membuat Perkasa.
putusan tentang hukuman apa (penjara, percobaan, dll.) March, Candida, et al. (1999) A Guide to Gender
dan berapa lama pelaku harus menjalani hukuman. Analysis Framework. Oxford: Oxfam Print
Unit.
Saran Megginson, Chubg. (1981) Organization Behavior.
New York: Row Publisher.
Dengan kesimpulan yang demikian i tu Muhammad, Abdulkadir. (2003) Hukum dan Penelitian
direkomendasikan, walaupun persepsi dan sikap Hukum. PT Citra Aditya Bakti Bandung.
penegak hukum terhadap KDRT positif, tapi dalam Moeljatno. (1982) Kriminologi disadur dari
menangani kasus-kasus, kebiasaan menggunakan Criminology oleh stepahan Hurwitz. Jakarta:
pasal-pasal yang tercantum dalam KUHP serta Bina Aksara.
budaya patriarkhi masih melingkupi mereka, sehingga Wahyuningsih, Sri. (2004) Laporan Dian Mutiara
pelatihan penggunaan UU PKDRT serta mengubah Crisis Center Malang.
budaya patriarkhi harus dilakukan. Mengadvokasi Team Work Lapera. (2001) Politik Pemberdayaan,
ketiga instansi penegak hukum untuk mau bekerjasama Lapera. Yogyakarta: Pustaka Utama.
dalam melaksanakan pelatihan tersebut secara

Anda mungkin juga menyukai