TESIS
Disusun
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S-2
Program Studi Magister Kenotariatan
Oleh
SHEILA FELICIA
B4B 008 253
PEMBIMBING :
Dr. Budi Santoso, SH.MS.
Disusun Oleh :
SHEILA FELICIA
B4B 008 253
Mengetahui,
Pembimbing, Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan
Universitas Diponegoro
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : SHEILA FELICIA, dengan ini
1. Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri dan di dalam tesis ini tidak terdapat
Yang menerangkan,
SHEILA FELICIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena atas berkat dan pernyataannya,
penulis bisa menyelesaikan tesis yang berjudul PERLINDUNGAN HUKUM PARA
PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA (Analisis kontrak bisnis Waralaba
Lokal “Apotek K-24” Di Semarang). Penyusunan tesis ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program
Pascasarjanan Magister Kenotariatan pada Universitas Diponegoro, Semarang.
Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan rasa hormat, terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. dr. Susilo Wibowo, M.S., Med.,Spd. And. selaku Rektor
Universitas Diponegoro Semarang;
2. Prof. Drs. Y. Warella, MPA., PhD. Selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang;
3. Bapak Prof. Dr. Arief Hidayat, SH. M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro Semarang;
4. Bapak H. Kashadi, SH., MH. selaku Ketua Program Studi Magister
Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang;
5. Bapak Dr. Budi Santoso, S.H., MS. selaku Sekretaris Program Studi Magister
Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang Bidang
Akademik sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran dan
ketulusan hati telah mencurahkan dan memberikan saran-saran terbaik
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
6. Bapak Dr. Suteki, SH., M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi Magister
Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang Bidang
Administrasi Dan Keuangan;
7. Bapak Agung Basuki, SH. selaku Dosen Wali atas bimbingan dan arahan
selama penulis belajar di Magister Kenotariatan Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang;
8. Ibu Prof. Dr. Etty Susilowati, SH.MS., dan Ibu Rinitami, SH.M.Hum. selaku
anggota Tim Review Proposal dan Tim Penguji Tesis yang telah meluangkan
waktu untuk menguji Tesis ini;
9. Seluruh staf pengajar Program Studi Magister Kenotariatan, Pascasarjana,
Universitas Diponegoro, Semarang dan seluruh staf Administrasi dan
Sekretariat yang telah banyak membantu Penulis selama Penulis belajar di
Program Studi Magister Kenotariatan, Pascasarjana, Universitas Diponegoro,
Semarang;
10. Papa dan Mama tercinta, yang telah menghadirkan penulis ke dunia ini, dan
yang selalu memberikan kepercayan kepada penulis untuk terus maju. Sangat
disadari bahwa apa yang kumiliki saat ini, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari harapan Papa dan Mama selama ini;
11. Begitu juga dengan Ko stephen, Ci Kiky dan Sabrina, serta Ko Very terima
kasih atas doa,semangat, waktu dan bantuannya selama ini;
12. Keluarga besar Kertadinata, dan keluarga besar Handradjasa, terima kasih
atas dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini;
13. Terimakasih untuk ko very, deni catur, mba intan, lyna, erlina, putri, mba lusi
yang selalu memberikan bantuan berupa semangat dan perhatiannya sehingga
menyelesaikan tesis ini. Kalian semua telah mendukung dan menemani serta
menjadi teman yang baik selama ini. Semoga pertemanan kita tidak sampai
disini saja.
14. Semua teman-teman perjuangan angkatan 2008, dan teman-teman fitnes
Gumaya;
15. Teman-teman yang jaga di copyan cahaya, mas Sis, San, Heru, Mad dan
Fauzi;
16. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu.
Semua pihak dan rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang turut memberikan sumbangsihnya baik moril maupun
materiil dalam menyelesaikan tesis ini.
Mengingat kemampuan dan pengetahuan dari Penulis yang masih terbatas,
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih terdapat banyak
kekurangan dan ketidak sempurnaan yang ditemui. Oleh karena itu, dengan hati
terbuka dan lapang dada, Penulis mengharapkan saran atau kritik yang sifatnya
positif terhadap tulisan ini, guna peningkatan kemampuan Penulis di masa
mendatang dan kemjuan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang hukum.
Semarang,
Penulis
Abstrak
ABSTRAK .................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Hal ini tergantung dari jumlah besarnya modal yang dimiliki dan sebagai
negara yang berkembang, Negara Indonesia masuk dalam lima besar negara
tidak menutup kemungkinan waralaba asing juga dapat ditemui. Suatu bentuk
bentuk usaha mandiri dengan sistem pembelian merek dagang yang sudah
telah terseleksi dan terpilih oleh masyarakat. Bagi masyarakat yang memiliki
modal kecil, usaha mandiri adalah merupakan salah satu alternatif jalan untuk
belajar menjalankan usaha mandiri. Jenis usaha yang menjadi pilihan bagi
persaingan yang sudah komplek dalam pengertian yang terlepas dari latar
tersebut telah ditangkap oleh pelaku bisnis yang telah berkecimpung dalam
usaha ini dengan menawarkan produk usaha dengan modal kecil tetapi dapat
banyak para pelaku bisnis yang baru untuk mencoba menjalankan usaha
terus menanjak. Tingkat peduli masyarakat terhadap industri ini semakin hari
dianggap sebagai paket bisnis sedang dari sudut hukum, waralaba adalah
1
Adriansyah Parman, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan RI, majalah
Franchise Indonesia, edisi 10 November – 9 Desember 2006, Halaman 4
masyarakat umum waralaba dapat dipandang sebagai suatu hubungan
kemitraan usaha.
yang usahanya kuat dan sukses dengan usahawan yang relative baru atau
dalam bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung kepada konsumen.
Pada saat ini di Indonesia telah ada peraturan yang khusus mengatur
document );
2. Kesepakatan ini menjelaskan secara rinci segala hak dan kewajiban dari
(Franchisor) tetap mempunyai hak atas nama dagang dan atau merek
dagang, format atau pola usaha, dan hal-hal yang khusus yang
(Franchisee);
(Franchisee).
secara tertulis yang memuat beberapa klausula baku dan tambahan yang telah
dibicarakan sebelumnya antara kedua belah pihak. Klausula baku ini meliputi
sistem operasional, cara penyajian dan penyediaan stock barang yang harus
menyajikan dan menjaga cita rasa dari nama usaha dagang adalah akan
dianggap sebagai paket bisnis, sedang dari sudut hukum waralaba adalah
usahawan yang usahanya kuat dan sukses dengan usahawan yang relative
baru atau lemah dalam usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan,
khususnya dalam bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung kepada
konsumen.
b. Product Franchise
pengwaralaba.
produk dan jasa sesuai dengan sistem yang ditetapkan oleh pengwaralaba
dagang pengwaralaba.
2
V. Winarto. Makalah Seminar Aspek-aspek Hukum Franchising , Surabaya 23 Oktober 1993,
Halaman 5
Waralaba adalah format bisnis yang mempunyai karakteristik pokok
sebagai berikut :3
pengwaralaba;
telah disusun oleh pengwaralaba yang menjadi dasar usaha yang sukses;
Ini meliputi sistem operasional, cara penyajian dan penyediaan stock barang
untuk dapat menyajikan dari nama usaha dagang Apotek K-24 adalah akan
Mengenai klausula tambahan adalah mengenai dibukanya gerai lebih dari satu
3
Ibid. Halaman 6
Kemudahan yang ditawarkan Apotek K-24 sebagai Franchise lokal
B. Perumusan Masalah
Franchisee ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
D. Manfaat Penelitian.
1. Secara Akademik.
Berguna untuk mengembangkan ilmu hukum yang lebih luas dalam bidang
2. Bagi Peneliti.
waralaba dalam menjalankan bisnis usaha yang telah dipilih agar memiliki
secara bijaksana menurut hukum yang telah mengaturnya serta serta untuk
lebih memahami tahapan dan proses penyeimbangan usaha selama
E. Kerangka Pemikiran.
merupakan suatu fenomena bisnis yang baru. Sistim ini sudah dipakai di
perkembangan bidang ini. Juga Franchise dan sistem Franchise masih sangat
terbatas yang paham. Namun di Indonesia berlaku dua UU yang menjadi dasar
semakin cepat dengan dana yang relatif terbatas, karena dengan melibatkan
mengembangkan usaha secara cepat memakai modal pihak lain, tentu saja
maupun bahan baku, tanpa harus memiliki pengalaman usaha lebih dahulu.
atas penggunaan merek dan sistem, yang diterimakan pada awal perjanjian
Selain itu juga mendapatkan royalty dari penerima waralaba, yang berupa
perjanjian (Pasal 1313), sahnya perjanjian (Pasal 1320) dan ketentuan Pasal
pemilik waralaba (Franchisor) kepada orang lain atau beberapa orang untuk
menggunakan sistem atau cars pengoperasian suatu bisnis. Pemberian izin ini
hak milik intelektual (intelectual property rights). Pemberian izin ini kadangkala
pada waralaba, pemberian izin lisensi meliputi pelbagai macam hak milik
(Franchising).
bidang hukum perjanjian dan dalam bidang hukum tentang hak milik
intelektual.
perjanjian waralaba tak perlu dalam bentuk akta notaris. Para pihak dapat
penulis maka perjanjian waralaba tersebut dibuat dalam bentuk akta otentik
waralaba paling lambat 30 hari sejak berlakunya perjanjian waralaba. Bila tak
dan atau bahan hasil produksi dalam negeri sepanjang memenuhi standar
hanya dalam Pasal 43 Ayat (1) dikatakan, pemilik merek terdaftar berhak
memberikan lisensi kepada pihak lain untuk memakai merek tersebut dengan
pemberian lisensi, hanya saja agak berbeda dengan pengertian lisensi pada
maupun hal-hal lain yang ditentukan oleh pemberi waralaba secara eksklusif,
untuk melakukan kegiatan lain yang sejenis atau yang berada dalam suatu
hukum kepada para pihak dari perbuatan merugikan pihak yang lain. Hal ini
menegakkan perlindungan hukum bagi para pihak. Jika salah satu pihak
melanggar isi perjanjian, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak yang
das sollen yang harus ditaati oleh para pihak dalam perjanjian waralaba. Jika
para pihak mematuhi semua peraturan tersebut, maka tidak akan muncul
waralaba ini berlaku perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan, yaitu
pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi kepada pihak yang
menyebabkan kerugian.
dirugikan, maka pihak yang dirugikan tersebut dapat menuntut pihak yang
ketentuan yang diatur dalam sistem waralaba, dan lain-lain. Wanprestasi dari
pengawasan (control) yang lebih mudah. Hal ini sebagai bentuk perlindungan
ayat 1 dan 2 PP No. 42/2007 dibuat dalam bentuk tertulis antara Franchisor
dan Franchisee.
perjanjian sepihak, Franchisee adalah pihak yang dirugikan, karena sejak awal
Juli 1997 menentukan jangka waktu minimal 5 tahun bagi masa berlakunya
yang baru, harus diselesaikan lebih dulu segala permasalahan yang timbul
yang timbul dengan Franchisee yang lama termasuk persoalan ganti rugi
sebagai berikut:4
(Franchisee);
hukum yang kompeten, mengenai isi dari perjanjian tersebut dan dengan
4
Gunawan Widjaja, Lisensi atau Waralaba, Suatu Panduan Praktis, Cetakan Kedua, (Jakarta :
Radja Grafindo Persada, 2003), Halaman 80
3) Isi dari perjanjian dapat dipaksakan berdasarkan hukum.
atas:
a. Logo merk dagang (trade mark), nama dagang (trade name), dan nama
tersebut;
usaha;
c. Dalam kasus tertentu berupa rumus, resep, disain, dan program khusus;
d. Hak cipta atas sebagian dari hal di atas yang dapat dalam bentuk
atas nama dagang dan atau merek dagang, format/pola usaha, dan hal-
pewaralaba/ Franchisee.
yang bersepakat, namun dalam isi kesepakatan tersebut paling tidak ada
umumnya
yang diterimanya di tempat lain. Dalam isi kerja sama dalam sistem
waralaba (Franchise) dikembangkan suatu yang khas tentang kerja sama
yang merupakan hat dan tidak terdapat dalam sistim yang lain.
sebagai berikut:
metode atau resep yang khusus, penggunaan merek dan atau Hama
masing-masing pihak.
(Franchise). Hal yang sama juga dialami oleh banyak negara, misainya
sama. Artinya kedua belah pihak harus sangat teliti dan hati-hati atas apa
yang disepakati.
disusun mempunyai landasan yang adil clan benar. Berita baik dari tidak
berikut:
berkut:
hukum dan juga tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan moral.
seperti perintah Pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian yang dibuat itu berlaku
amat penting bagi para pihak mengatur isi perjanjian secara rinci.
F. Metode Penelitian
penelitian.5
1. Metode Pendekatan.
5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2007), Halaman 6.
6
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1998), Halaman 52
perjanjian Franchise atau Waralaba bidang obat-obatan (Apotek K-24)
dalam praktek.
2. Spesifikasi Penelitian.
Penelitian ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu
hukum para pihak dalam perjanjian Franchise atau Waralaba bidang obat-
hukum terarah pada penelitian data sekunder dan data primer.8 Penelitian
ini menggunakan jenis sumber data primer yang didukung dengan data
pustaka pribadi penulis yang dilakukan dengan cara studi pustaka atau
literatur.
7
Irawan Soehartono, Metode Peneltian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan
Sosial Lainnya, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 1999), Halaman 63.
8
Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, (Semarang : Program Studi Magister
Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2009) Halaman 6.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis
a. Data Primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari sampel
a. Penelitian Lapangan
Data Primer
9
Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit, Halaman 10
10
P. Joko Subagyo, Metode penelitian Dalam Teori dan Praktek¸ Cetakan Kelima, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2006). Halaman. 87
Franchisee. Adapun data primer dilakukan dengan cara sebagai berikut
1) Daerah Penelitian
hal ini adalah pihak Mitra Usaha sebagai Franchisee yang menerima
2) Obyek Penelitian
dengan Franchisee.
3) Subyek Penelitian
Adapun subyek penelitian ini adalah institusi dan orang atau badan
hukum yan terkait dalam obyek penelitian , yaitu yang akan dijadikan
11
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1997),
halaman. 119
12
Ibid. Halaman 52
pelaksanaan perjanjian usaha waralaba antara pihak Franchisor dan
b. Penelitian Kepustakaan
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan
kepustakaan.13
waralaba,yaitu :
Dagang;
Waralaba.
13
Ibid, Halaman. 88
Semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen yang
dan desirtasi hukum serta kamus hukum termasuk jurnal hukum dan
a) Buku-buku Ilmiah;
b) Makalah Seminar;
c) Hasil Penelitian.
data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang
dari individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini, tidak boleh
14
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Op. Cit. Halaman 33-37
mengisolasikan individu atau institusi ke dalam variabel atau hipotesis,
15
Lexy Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990), Halaman
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Perjanjian.
ketentuan yang diatur dalam Bab Kedua Buku III KUHPerdata dengan
menyatakan bahwa :
suatu perbuatan yang nyata. Baik dalam bentuk ucapan, maupun tindakan
secara fisik dan tidak hanya dalam bentuk pikiran semata-mata sehingga
1. Suatu perbuatan ;
16
M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian. (Bandung : Alumni, 1982), halaman 3
3. Perbuatan tersebut melahirkan perikatan diantara pihak-pihak yang
berjanji.
hukum yang menyangkut Hukum Kekayaan antara dua orang atau lebih
yang memberi hak pada suatu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang
person adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum.
yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang dijumpai dalam harta
Hubungan hukum antara pihak yang satu dengan yang lain dalam
perjanjian tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh
sehinggga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak lain untuk memperoleh
kewajiban atau prestari dari satu atau lebih orang (Pihak) kepada satu atau
lebih orang (Pihak) lainnya yang berhak atas prestasi tersebut. Rumusan ini
selalu ada dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib
berprestasi (debitur) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas
tersebut dapat juga terdiri dari satu atau lebih orang. Bahkan dengan
berkembangnya ilmu hukum, pihak tersebut dapat juga terdiri dari satu atau
badan hukum18.
dengan pihak lain asal dari isi perjanjian tersebut tidak bertentangan
18
Kartini Muijadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2004), halaman 92
b. Kecakapan untuk membuat perjanjian ;
c. Hal tertentu ;
kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri dan kemauan itu harus
diam-diam.
sendiri.
bahwa :
b. Telah menikah;
kekuasaan wali;
b. Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan
(unsur objektif).
sebagai berikut :
yang cukup jelas atau tertentu, syarat ini perlu untuk dapat
jenisnya. Bahwa barang itu harus ada atau sudah ada ditangan si
Sebab yang halal diatur dalam Pasal 1335 sampai Pasal 1337
20
Ibid, Hal.13
dibuat dengan suatu causal sebab yang palsu atau terlarang
tidak mempunyai kekuatan, dari apa yang diterangkan di
atas bahwa hampir tidak ada perjanjian yang tidak
mempunyai causa sebab
antara lain :
b. Azas Konsensualitas.
Menurut azas ini bahwa perjanjian sudah dianggap ada sejak
diperjanjikan dengan formalitas tertentu. Dalam azas ini hal yang perlu
hal-hal lama akan menjadi sumber sengketa antara kedua belah pihak.
21
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian Di Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2009), Hal.
126
a. Aspek yuridis.
22
Loc. It
(d) Tujuannya memasarkan barang dan/atau jasa yang telah
adalah:
(c) Adanya objek, yaitu HAKI atau penemuan baru atau ciri
khas usaha;
kepada Franchisor.
23
Ridwan Khaerandy. Aspek-Aspek Hukum Franchise dan Keberadaannya Dalam Hukum
Indonesia. (Yogyakarta: Majalah Unisa UII, 1992). Hal. Ibid. Hal. 87
24
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika,
2003), Hal. 165.
(b) Adanya lisensi atas merek barang atau jasa;
Franchisor.25
b. Aspek bisnis.
25
Johanes Ibrahim dan Lindawaty S. Hukum Bisnis – Dalam Persepsi Manusia Modern, Hal,
114
26
V. Winarto, Pengembangan Waralaba (Franchising) Di Indonesia Aspek Hukum dan Non-
hukum” dalam Juajir Sumardi, Aspek-Aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional),
(Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995), Hal. 9
1) Bryce Webster mengemukakan pengertian franchise dari aspek
bisnis, yaitu salah satu metode produksi dan distribusi Uarang dan
a) Metode produksi;
bahwa :
27
Loc. It.
a. Waralaba merupakan suatu perikatan
adalah hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih yang terletak
didalam lapangan harta kekayaan dimana pihak yang satu berhak atas
merek, nama dagang, logo, desain, hak cipta, rahasia dagang dan
28
Mariam Darus Badrulzaman : KUHPerdata, Buku III, Hukum Perikatan Dengan
Penjelasan, (Bandung : Alumni, 2006), Hal. 1
c. Waralaba yang diberikan sebagai suatu imbalan berdasarkan
usaha. Jadi pengertian waralaba dalam bentuk format bisnis yang memiliki
Bila diuraikan satu persatu dalam point tersebut diatas maka semua hal
serupa (Franchisor) ;
sukses;
kerjasama;
yang terpisah29.
a. Product Franchise
29
V. Winarto.Op. Cit , Surabaya 23 Oktober 1993
30
http:// Nvww/betheboss.convPF2/gsarted/f101/fourtype.htm, from the book titled The
Franchise 'Opportunities Handbook by LaVer ne Ludden, Copyright 1996, JIST Works, Inc.,
Indianapolis, IN
pabrik. Pemilik toko harus membayar biaya atau membeli
persediaan minimum sebagai timbal balik dari hak-hak ini. Contoh
terbaik dari jenis franchise ini adalah toko ban yang menjual
produk dari Franchisor, menggunakan Hama dagang, serta metode
pemasaran yang ditetapkan oleh Franchisor."31
b. Manufacturing Franchises
31
Johanes Ibrahim, Op. Cit Hal 125
32
Ibid, Hal. 126
suatu biaya atau prestasi sebagai kompensasinya. Contoh:
pengusahaan mesin-mesin penjualan otomatis atau distributorship."33
a. Product Franchise
Franchisor.
dalam tulisan ini, yakni penggolongan yang diberikan oleh FTC Amerika.
maupun jasa. Apabila Franchise dikatakan sebagai pola barn, tentu saja
terd-oat perbedaan dengan pola lama. Terdapat beberapa pola bisnis yang
distributorship.
ketiga untuk dan atas nama prinsipal, atas perbuatannya itu agen
... when two people agree that one (the agent) shall act for
principal's direction."
35
Laporan Pengkaiian Tentang Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusii
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman RI, Tahun 1992/1993.
36
Donnell, et.al., Law for Business, Richard D. (Irwin Inc., USA, 1980), Hal 253.
Fungsi agen adalah sebagai perantara yang menjual barang/jasa
adanya wewenang yang dimiliki oleh agen untuk bertindak untuk dan
bertanggung jawab atas resiko yang terjadi terhadap pihak yang dirugikan
akibat hubungan keagenan ini. Sebaliknya, agen dapat dituntut pula untuk
tributor dan prinsipal dapat tunduk pada Pasal 1457 KUHPerdata dan
agen dan distributor maka dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa pada
dan agen terletak dalam hat tanggung jawab terhadap pihak ketiga.
bertindak' untuk dan atas nama prinsipal dan karena itu maka segala
sistem pemasaran barang dan atau jasa dan atau teknologi yang
cliclasarkan pada kerjasama tertutup dan terus menerus antara para pelaku
37
Rooseno Harjowidigdo, "Beberapa Aspek Hukum Franchising", Seminar Sehari Aspek-
aspek Hukum Tentang Franchising, diselenggarakan oleh KADIN Cabang Surabaya, Surabaya 23
Oktober 1993.
merek dagang, dan atau merek jasa, know-how, bisnis, metode teknis,
sistem prosedural dan atau hak milik intelektual dan industrial yang
didukung oleh bantuan teknis dan komersial secara terus menerus pada
bisnisnya sesuai dengan konsep dari Franchisor. Untuk semua hat itu
biaya-biaya lain.
hat tanggung jawab ini, yakni dapat saja beralih kepada pihak Franchisor
terjadi kerugian. terhadap pihak ketiga (dalam hat ini konsumen) yang
lebih perusahaan, satu pihak bertindak sebagai Franchisor dan pihak lain
how itu,38 jadi pada dasarnya pola bisnis dengan keagenan, distributorship,
bergerak dalam pendistribusian barang clan atau jasa, serta hingga saat ini
frnnclaise adalah:
Kegiatan Perdagangan;
38
Ibid.
Dilihat dari ruang lingkup dan konsepnya, sebenarnya kontrak
39
Salim HS, Op. Cit. Hal. 166
40
Handri Raharjo,, Op. Cit, Hal. 135
perjanjian tertulis antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba
yaitu:41
berikut:
41
Loc. It.
dalam perjalanan usahanya, dan ini terbukti dengan masih bertahan dan
yang berwenang.
berikut 42:
a. Logo merek dagang (trade mark), nama dagang (trade name), dan
tersebut.
usaha.
khusus.
d. Hak cipta atas sebagian dari hal di atas bisa dalam bentuk tertulis
yang di franchisee.
tahun dan jangka waktu itu dapat diperpanjang, hal ini diatur dalam
42
Salim HS, Op. Cit. Hal. 178
Pasa1 8 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
ini di Amerika Serikat. Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain
siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root
43
Handri Raharjo, Op. Cit, Hal. 131
sama, makanan, persediaan, logo, dan bahkan membangun desain
44
Ibid, Hal. 131-132
45
Ibid, Hal. 132
di Indonesia. Perusahaan-perusahaan waralaba lokal pun mulai
bertumbuhan pada masa itu, salah satunya adalah yang termasuk pelopor
berdirinya AFI ini dapat tercipta industri waralaba yang kuat dan dapat
dapat dilihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas,
usaha yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha nasional dalam
Pemerintah ini telah dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah No.
saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba
jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin
makan siap saji sangat pesat. Hal ini dimungkinkan karena para pengusaha
Sapo Oriental, CFC, Hip Hop, Red Crispy, Papa Ron, dan masih banyak
46
Ibid, Hal. 133
merek lainnya). Waralaba berbentuk ritel mini outlet (Indo Maret, Yomart,
Direktorat urusan Farmasi hingga tahun 1967. Setelah itu diteruskan oleh
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik dan Keputusan
Bagan 1.
BAGAN KAITAN PERATURAN PELAKSANAAN DENGAN UU / ORDONANSI
YANG MENDASARINYA.
Rev. Dvg
merata bagi seluruh Rakyat Indonesia dan terjangkau oleh daya beli
Departemen Kesehatan.
Farmasi.
dan alat kesehatan, dan obat tradisional makin pesat, sehingga perlu diatur
oleh Pemerintah secara lebih cermat, maka pada tahun 1975 Direktorat
makanan, kosmetik dan alat kesehatan, obat tradisional dan narkotik serta
Bagan 2.
A.P.A
(Direktur)
AS KEP
Pagi Sore
A. A. A. A.
Kasir / H. V. Kasir / H. V
Pesuruh Pesuruh
Gudang
Keterangan:
Kepala Regu II, membawahi 1 orang Juru Resep dan 1 oarng Kasir
depan yang merangkap juga sebagai penjual obat bebas (H.V.) serta 1
24
a. Sejarah Apotek K-24
2003 gerai ke tiga didirikan di Jl. Kaliurang dan pada tahun 2004 apotek
Pertama di Indonesia Yang Buka 24 jam Non Stop Setiap Hari", karena
terbanyak".
48
http://apotek-k24.com/index.php?Itemid=6&id=5&option=com_content&task=view, akses
internet tanggal 7 Januari 2010
1) KOMPLIT
2) 24 JAM
3) HARGA SAMA
tidak mengenakan harga yang lebih tinggi di luar jam kerja biasa.
4) KEASLIAN OBAT
lebih terjamin.
5) KEMAJEMUKAN
perusahaan.
6) MELAYANI MASYARAKAT
warga sekitar yang tidak mampu pada setiap hari ulang tahun
gerainya.
penerima waralaba.
Secara umum dikenal adanya dua macam atau dua jenis konpensasi
langsung yang dalam bentuk nilai moneter atau kompensasi yang diberikan
payment, dan royalty. Lump sum payment adalah suatu jumlah uang yang
jumlah produksi dan atau jasa yang diproduksi dan atau penjualan barang
dan atau jasa yang di produksi atau dijual berdasarkan perjanjian waralaba,
baik yang di sertai dengan ikatan suatu jumlah minimum atau maksimum
jumlah royalty tertentu atau tidak. Selanjutnya yang termasuk dalam inderict
akibat dari penjualan barang modal atau bahan mentah, yang merupakan
dividen ataupun bunga pinjaman dalam hal pemberi waralaba juga turut
memberikan bantuan financial, baik dalam bentuk ekuitas atau dalam wujud
identitasnya, antara lain nama dan atau alamat tempat usaha, nama
kondisi keuangan;
b. Hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau cirri khas usaha
pengawasan mutu;
pihak;
menandatangani perjanjian;
c. Nama dan jenis Hak Atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri
obyek Waralaba;
e. Wilayah Pemasaran;
lebih lanjut.
dan menarik keuntungan dari peluang yang tercipta tersebut. Bahkan lebih
jauh, wirausaha dapat menciptakan peluang kerja bagi orang lain yang ada di
sekitar usaha tersebut. Itulah sebabnya pemerintah sangat menganjurkan bagi
sendiri atau membeli sistem bisnis yang sudah jadi. Masing-masing pilihan
belum ada, sehingga sering terjadi bisnis yang baru dibangun akhirnya gagal.
sistem bisnis sudah tercipta dan siap pakai, si pembeli bisnis tinggal
menjalankan saja di dalam sistem yang sudah ada itu. Demikian pula pasar
sudah ada, sehingga pemilik bisnis baru ini tidak akan kesulitan dalam
Waralaba berasal dari kata “wara” artinya lebih dan “laba” artinya untung. Dari
Pemilik dari metode ini disebut “franchisor” sedang pembeli yang berhak
dan sistem operasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh franchisor. Pemberian
hukum kepada para pihak dari perbuatan merugikan pihak yang lain. Hal ini
menegakkan perlindungan hukum bagi para pihak. Jika salah satu pihak
melanggar isi perjanjian, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak yang
das sollen yang harus ditaati oleh para pihak dalam perjanjian waralaba. Jika
para pihak mematuhi semua peraturan tersebut, maka tidak akan muncul
waralaba ini berlaku perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan, yaitu
pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi kepada pihak yang
menyebabkan kerugian.
perjanjian waralaba. Jika karena adanya wanprestasi, salah satu pihak merasa
dirugikan, maka pihak yang dirugikan tersebut dapat menuntut pihak yang
ketentuan yang diatur dalam sistem waralaba, dan lain-lain. Wanprestasi dari
karena kebebasan menentukan isi dan bentuk perjanjian sudah tidak ada lagi
pengawasan (control) yang lebih mudah. Hal ini sebagai bentuk perlindungan
1 dan 2 PP No. 42/2007 dibuat dalam bentuk tertulis antara franchisor dan
franchisee.
Franchise merupakan kerjasama bisnis dan secara teknis dapat
dipahami sebagai suatu metode perluasan pasar yang digunakan oleh sebuah
barang atau jasa melalui unit-unit bisnis eceran yang dijalankan oleh
juga mengutamakan hal lain yang lebih penting yaitu adanya jaminan bahwa
dasar dari sistem kerja serta falsafah bisnis jasa personal yang
mendasarinya;
bersesuaian;
a) buka jam/hari;
b) pola-pola perdagangan;
51
Martin Mendelsohn, Franchising - Petunjuk Praktis Bagi Franchisor dan Franchisee, Alih
bahasa oleh: Arif suyoko, Fauzi Bustami, Hari Wahyudi, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta,
1993, Hal. 104-106
j) kebijakan pembelian;
l) standar layanan;
m) tugas-tugas staf;
o) akuntansi;
q) termasuk prosedur yang berhubungan dengan cek, kartu cek dan kartu
kredit;
dimiliki franchisor;
standar operasional yang telah ditetapkan oleh franchisor akan berguna untuk
franchise.
kerahasiaan ini amat penting dalam suatu Perjanjian Franchise karena bila
rahasia dagang diketahui oleh pihak lain maka akan menimbulkan
mengenai sampai sejauh mana tanggung jawab yang dipikul baik oleh
dengan tepat hal apa saja yang menjadi hal apa saja yang merupakan
yang mana.
perjanjian sepihak, franchisee adalah pihak yang dirugikan, karena sejak awal
Juli 1997 menentukan jangka waktu minimal 5 tahun bagi masa berlakunya
yang baru, harus diselesaikan lebih dulu segala permasalahan yang timbul
yang timbul dengan franchisee yang lama termasuk persoalan ganti rugi
2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran
penerima waralaba yang tidak beriktikad baik. untuk menghindari hal tersebut
semakin cepat dengan dana yang relatif terbatas, karena dengan melibatkan
waralaba lebih luas daripada lisensi. Hal ini disebabkan pada waralaba di
dalamnya antara lain ada lisensi penggunaan hak kekayaan intelektual yang
ke pasar baru tanpa harus keluar biaya dari kocek sendiri. Perusahaan
lainnya. Dukungan ini tentunya diimbangi dengan imbalan fee yang fixed atau
diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan
dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa.
52
Roy Sembel – Tedy Ferdiansyah, (2002),Tujuh Jurus Pendanaan Di Tahun Kuda Air,
Jakarta : USAHAWAN No. 03 Th. XXXI.
bertambah (tetap menjadi milik terwaralaba sepenuhnya), tapi ekspansi bisnis
ada imbalannya, baik berupa imbalan yang sifatnya tetap dan imbalan yang
sifatnya periodik sesuai dengan hasil yang diperoleh dari dukungan yang
pihak lain sebagai investor yang akan menanggung risiko sendiri, tetapi di lain
mengembangkan usaha secara cepat memakai modal pihak lain, tentu saja
maupun bahan baku, tanpa harus memiliki pengalaman usaha lebih dahulu.
atas penggunaan merek dan sistem, yang diterimakan pada awal perjanjian
53
Hasbi Maulana, Marga Raharja, Rika Theo, Umar Idris (2005), Awas, Kucing dalam Karung!.
Seluk-beluk waralaba dan tip menjadi anggota jaringan, Jakarta : KONTAN No.6, Tahun X, 7
November. Hal. 10
Selain itu juga mendapatkan royalty dari penerima waralaba, yang berupa
1) Unik, maksudnya bahwa adanya keunggulan yang spesifik dan jelas, serta
tidak dimiliki oleh para pesaingnya ataupun tidak mudah untuk ditiru.
kerjanya, dan banyak hal lagi yang pada intinya di manapun usaha
waralaba.
desain tata letak dan lain sebagainya yang berkenaan dengan hak kekayaan
intelektual serta metode bisnis secara kontinyu dalam suatu periode tertentu
dengan francisee.
a. Para Pihak
pokok, yaitu :
1) Franchisor, yaitu pihak yang memiliki sistem atau cara cara dalam
berbisnis;
3) Franchise, yaitu sistem dan cara-cara bisnis itu sendiri. Ini merupakan
franchise.
dealer mobil (auto 2000 dari Toyota) dan stasiun pompa bensin
(Pertamina).
pemberi waralaba.
Dalam bisnis franchise ini, yang dapat di minta dari franchisor oleh
franchisee adalah
bentuk tertulis.
4. Pengawasan ( monitoring ).
6. Pemasokan.
mendapatkan sumber dana modal bagi investor (fund supply) seperti bank
membayar initial fee yang sifatnya sekali bayar, atau kadang-kadang sekali
sengketa. Hak dan kewajiban para pihak yang diatur dalam perjanjian
waralaba, hal im bisa dilihat dari isi perjanjian yang lebih banyak
54
http://apotek-k24.com/index.php?Itemid=6&id=5&option=com_content&task=view, akses
internet tanggal 7 Januari 2010
membebankan kewajiban pada penerima waralaba dari pada pemberi
waralaba.55
waralaba.56
tujuan utama untuk memperoleh laba dalam waktu yang lebih singkat dan
ekspansi lebih cepat dengan risiko modal yang kecil. Waralaba atau
55
http://apotek-k24.com/index.php?Itemid=6&id=5&option=com_content&task=view, akses
internet tanggal 7 Januari 2010
56
http://apotek-k24.com/index.php?Itemid=6&id=5&option=com_content&task=view, akses
internet tanggal 7 Januari 2010
franchise sebagai salah satu alternatif dalam pengembangan usaha, tentu saja
tentang perjanjian (Pasal 1313), sahnya perjanjian (Pasal 1320) dan ketentuan
Perjanjian ini dapat diterima dalam hukum karena didalam Kitab Undang-
57
Martin Mendelsohn,Op. Cit. Hal. 27
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya
perjanjian itu tidak bertentangan dengan Agama dan ketertiban umum, dan
pemilik waralaba (franchisor) kepada orang lain atau beberapa orang untuk
menggunakan sistem atau cara pengoperasian suatu bisnis. Pemberian izin ini
hak milik intelektual (intelectual property rights). Pemberian izin ini kadangkala
harus dalam bentuk akta notaris. Hal tersebut bertujuan agar kepastian hukum
isi dari perjanjian waralaba lebih terjamin, meskipun para pihak dapat membuat
sebagai berikut:
Tabel 1.
PERJANJIAN WARALAB ANTARA PEMILIK WARALABA DENGAN
PENERIMA WARALABA
2. Tidak Tertulis - -
Jumlah 3 100%
Notaris tanpa adanya paksaan dari pihak manapun juga. Keduanya secara
kepastian hukum. Apabila perjanjian itu dilakukan di depan Notaris tidak ada
alasan lain, bahwa akta perjanjian tersebut memiliki kekuatan hukum yang
menyangkut kegiatan usahanya, hak atas HKInya, hak dan kewajiban masing-
masing pihak, persyaratan yang harus dipenuhi penerima waralaba,
waralaba paling lambat 30 hari sejak berlakunya perjanjian waralaba. Bila tak
dan atau bahan hasil produksi dalam negeri sepanjang memenuhi standar
Merek No 15 tahun 2001 sendiri tidak diatur secara khusus tentang waralaba,
hanya dalam Pasal 43 Ayat (1) dikatakan, pemilik merek terdaftar berhak
memberikan lisensi kepada pihak lain untuk memakai merek tersebut dengan
pemberian lisensi, hanya saja agak berbeda dengan pengertian lisensi pada
metode, tata cara, prosedur, metode pemasaran dan penjualan maupun hal-
hal lain yang ditentukan oleh pemberi waralaba secara eksklusif, serta tidak
untuk melakukan kegiatan lain yang sejenis atau yang berada dalam suatu
perjanjian atau kontrak harus dibuat secara terang dan sejelas-jelasnya, hal ini
bagi kedua pihak akan diperoleh secara cepat. Oleh karena, kontrak waralaba
Hal ini tentunya akan menyangkut hal-hal seperti merek dagang, hak cipta
Hal ini menyangkut wilayah operasi dan pemberian hak-hak secaraa formal
58
Martin Mendelsohn, Franchising, Petunjuk Praktis Bagi Franchisor Dan Franchisee, Jakarta :
Pustaka Binaman Pressindo. 1997, hal. 53
Prinsip dasar dalam mengatur hal ini bahwa hubungan franchise harus
diperpanjang.
4. Sifat dan luasnya jasa-jasa yang diberikan, baik pada masa-masa awal
maupun selanjutnya.
ide-ide baru.
bisnisnya.
franchise.
7. Penjualan bisnis.
8. Kematian franchisee.
dipertahankan sebagai suatu asset yang perlu direalisir, atau jika tidak bisa
diambil alih oleh ahli warisnya apabila ahli waris tersebut memenuhi syarat
sebagai franchisee.
9. Arbitrase.
kepada umum.
usahanya termasuk neraca dan daftar rugi laba selama 2 (dua) tahun
terakhir;
2. Hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang
Penerima Waralaba;
perjanjian waralaba;
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan :
kontra prestasi; selain itu perjanjian franchise hampir selalu dibuat dalam
B. Saran
dari kerugian
A. Literatur
Apeldoorn, L.J. Van, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, diterjemahkan oleh Mr.
Oetarid Sadino dari judul asli: Inleiding Tot De Studie van Het
Nederlandse Recht. Pradnya Paramita, Jakarta.
Donnell, et.al., 1980. Law for Business, Richard D. Irwin Inc., USA.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2004, Perikatan Yang Lahir Dari
Perjanjian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
P. Joko Subagyo, 2006. Metode penelitian Dalam Teori dan Praktek¸ Cetakan
Kelima, Rineka Cipta, Jakarta.
Sonny Keraf, 1987. Hukum Kodrat dan Teori Hak Milik Pribadi, Kanisius,
Yogyakarta.
B. Peraturan Perundang-undangan
C. Makalah/Artikel
Hasbi Maulana, Marga Raharja, Rika Theo, Umar Idris, 2005, Awas, Kucing
dalam Karung!. Seluk-beluk waralaba dan tip menjadi anggota jaringan,
Jakarta : KONTAN No.6, Tahun X, 7 November.
Ridwan Kairandy, 1997, Franchise dan kaitannya sebagai Saran Alih Teknologi
: Suatu Tinjauan Hukum, Jurnal Hukum No. 7 Volume 4, FH-UII,
Yogyakarta.
D. Internet
http://apotek-k24.com
http ://www.smfranchise.com-/franchise/istilahwaralaba.html.
http:// Nvww/betheboss.convPF2/gsarted/f101/fourtype.htm, from the book
titled The Franchise 'Opportunities Handbook by LaVer ne Ludden, Copyright
1996, JIST Works, Inc., Indianapolis, IN