Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM)

Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri

NAMA : Imro’atul Jamila


NIM : 19020036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

2020
1. PENGERTIAN

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat


subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2011).

2. KLASIFIKASI NYERI
a. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1) Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3) Paroxymal pain
Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.Nyeri tersebut
menetap ± 10-15menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1) Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam enam, bulan,
sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.Rasa nyeri mungkin sebagai akibat
dari luka, seperti luka operasi, atau pun pada suatu penyakit arteriosderosis pada
arteri koroner.
2) Nyeri kronis
3) Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan
berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.Ragam pola tersebut ada yang
nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul
kembali dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya
rasa nyeri tersebut terus menerus terasa makin lama semakin meningkat
intensitasnya walau pun telah diberika pengobatan, misalnya nyeri karena
neoplasma.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :
1) Nyeri Ringan
Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias menjalankan
aktivitasnya seperti biasa. (tidak mengganggu aktivitas).
2) Nyeri Sedang
Nyeri  dengan intensitas sedang \ menimbulkan reaksi (fisiologis maupun
psikologis)
3) Nyeri Berat
Nyeri dengan inyensitas yang tinggi.Pada nyeri ini, seseorang sudah
dapatmelakukan aktivitas karena nyeri tersebut sudah tidak dapat dikendalikan oleh
orang yang mengalaminya.Penggunaan obat analgesic dapat membantu pada nyeri
ini.
 
3. ETIOLOGI
1. Mekanis
a. Trauma jaringan tubuh
b. Perubahan dalam jaringan misal:oedem
c. Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
d. Kejang otot
e. Tumor
2. Thermis
Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar Kerusakan jaringan merangsang
thermo sensitive reseptor nyeri
3. Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada reseptor karena
tertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan
b. Kejang otot
4. PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit
atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian dinding arteri, hati dan kandung empedu.Reseptor nyeri dapat memberikan
respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan.Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa
termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan ke serabut C.
serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada
dorsal horn.Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling
bertautan.Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia gelatinosa yang merupakan
saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada
interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur
spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi
tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya
nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur non-opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor
pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan
medulla ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor
impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif.System supresif
lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yagn ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-opiate
merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang
banyak diketahui mekanismenya. (Barbara C Long. 2011)

5. TANDA DAN GEJALA


 Gangguam tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan meng hindari nyeri
 Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
 Perubahan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
  Nadi meningkat
 Pernafasan meningkat
 .Depresi,frustasi

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.   Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b.   Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ  dalam yang abnormal
c.    Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d.   Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya keridakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik berikut ini
 Teknik latihan pengalihan :
a. Menonton televisi
b. Berbincang – bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music
 Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru dengan udara,
menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut, dan
punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga didapat
rasa nyaman, tenang dan rileks.
 Stimulasi kulit
- Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
- Menggosok punggung
- Menggompres dengan air hangat atau dingin
- Memijat dengan air mengalir
3. Pemberian obat analgesic
Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat ini memblok
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal
terhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat
dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyeri
karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami
ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan analgetik narkotik,
dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yakni :
a.       Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
b.      Analgesik narkotik atau opiate
c.      Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik
PATHWAY

Etiologi

Panas atau Iskemia jaringan Trauma sel, Kejang otot Perubahan


dingin yang infeksi dalam jaringan
berlebihan misalnya oedem
Blok pada arteri Kerusakan sel
Kerusakan coronary
Pemekaan pada
jaringan
Pelepasan mediator reseptor nyeri
nyeri (Histamin, bradikinin
Merangsang bradikinin,
thermo sensitive prostaglandin,
reseptor serotonin, ion
kalium,dll)

Merangsang nosiseptor

Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c

Medulla spinalis

Hipotalamus, thalamus dan sistem limbik

Otak
(korteks somasensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri

Nyeri pada
Nafsu makan ekstrimitas
Intoleransi Gangguan rasa nyaman
menurun
aktivitas
Hambatan
mobilitas Ansietas
fisk
Nafsu makan Deficit Intoleransi Gangguan rasa
menurun perawatan aktivitas nyaman
diri

Intake berkurang Stress Risiko


Deficit Pengabaian berlebihan ketidakberdayaan
perawatan diri
diri Gangguan
Risiko ketidakseimbangan pola tidur
berpakaian
nutrisi kurang dari
kebutuhan Deficit
Ketidakefektifan
perawatan
pemeliharaan
diri
kesehatan
mandi
kurus Risiko
keterlambatan
pertumbuhan
dan
perkembangan Risiko harga
diri rendah
situasional
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan

a) Keadaan Umum
 Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
b) Aktifitas/Istirahat

Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton


Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
c) Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer),
pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan.
d) Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)

2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang berkaitan


dengan pekerjaan)
Tanda: 1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian tangisan
yang meledak
2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor mata), gerakan
fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

a. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).

b. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
c. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing

1) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan


menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
2) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
3) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
4) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: 1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis
pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala: 1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) batuk dengan atau tanpa sputum
4) riwayat merokok
Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
Gejala: 1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala: 1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,


diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
k. Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan waktu
serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST’ :
1) P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri.
2) Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil atau laserasi, dan
lain-lain. Sensasi tumpul, seperti ngilu, linu, dan lain-lain. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui ; nyeri kepala : ada yang membentur.
3) R (Region), daerah perjalanan nyeri. Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat
meminta utnuk menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman.
4) S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas
nyeri tersebut.Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang
ringan, sedang atau parah.Namun makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat
dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
5) T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi dan rangsangan
nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa lama nyeri yang dirasakan?
Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa
sering nyeri kembali kambuh?
 Macam skala nyeri
1)      Skala Numerik Nyeri
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya rasa sakit atau
nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala
numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini , dikenal juga sebagai Visual Analog Scale
(VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) ,
suatu nyeri yang sangat hebat.

Keterangan :
0      : tidak nyeri
1-3   : nyeri ringan
4-6   : nyeri sedang
7-9   : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10    : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol

2)      Visual Analog Scale


Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebas
mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan,
dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.
Visual Analog Scale (VAS)

Tidak ada _____________________________________________ Sangat


rasa nyeri _ Nyeri

3. Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah bahagia
hingga wajah sedih, juga digunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat
dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake kurang
3. Gangguan  pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri
4. Ansietas b.d ancaman peningkatan nyeri
5. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri pada ekstrimitas
6. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada tubuh
7. Defisit perawatan diri b.d gangguan mobilitas fisik
8. Risiko ketidakberdayaan b.d intoleransi aktivitas
9. Harga diri rendah b.d defisit perawatan diri
3. Intervensi Hipertensi dengan terapi bekam
Penatalaksanaan hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu secara farmakologis dan
secara nonfarmakologis. Terapi lain yang dapat digunakan dalam menangani hipertensi
selain secara farmakologi dan nonfarmakologi adalah dengan menggunakan terapi
komplementer.
Terapi komplementer merupakan terapi tradisional yang digabungkan dalam terapi
modern (Widyatuti, 2012). National Center for Complementary and Integrative Health
(NCCIH) (2017) menglasifikasikan terapi komplementer dalam tiga pendekatan berbeda,
meliputi
a. Natural Products (produk herbal),
b. Mind and Body Practices (yoga, akupuntur, bekam, reiki, hypnoterapi, dsb),
c. Other Complementary Helath Approaches (pengobatan ayurvedic, pengobatan
tradisional China, homeopati dan naturopati).
Menurut Undang- Undang Keperawatan (UU No 38 tahun 2014) menjelaskan bahwa
terapi komplementer merupakan kewenangan dari seorang perawat, sehingga dengan terapi
komplementer perawat dapat meningkatkan kesempatan untuk menunjukkan caring kepada
pasien. Bekam termasuk dalam pengobatan komplementer. Pengobatan bekam dikenal sejak
sebelum masehi. Istilah lain dari bekam adalah canduk, kop, hijamah, mambakan, Cupping
Therapeutic Method, canthuk, Pa Hou Kuan. (Zaki, 2012). Adapun Standart Operasional
Prosedur Bekam sebagai berikut:
BEKAM

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

PEOSEDUR TETAP TGL. TERBIT DITETAPKAN OLEH

PENGERTIAN Bekam adalah metode pengobatan dengan cara mengeluarkan


darah statis (kental) yang mengandung toksin dari dalam tubuh
manusia. Berbekam dengan cara melakukan pemvakuman di kulit
dan pengeluaran darah darinya.
TUJUAN 1. Mengeluarkan angin toksin dan kolesterol yang berbahaya
dari dalam tubuh,
2. Menghilangkan rasa sakit,
3. Memulihkan fungsi tubuh,
4. Melancarkan peredaran darah,
5. Menajamkan penglihatan,
6. Meningkatkan daya ingat dan kecerdasan,
7. Meningkatkan sistem imunitas.

INDIKASI 1. Tekanan darah tinggi


2. Migrain
3. Depresi, kegelisahan
4.  Arthritis
5. Jerawat dan eksim
6. Varises
7. Penyumbatan bronkus (saluran pernapasan) yang
disebabkan oleh asma atau alergi
8. Asam urat
9. Kolestrol dll.

KONTRA INDIKASI 1) Terkena Infeksi Terbuka Dan Cacar Air


2) penderita diabetes millitus
3) penderita kelainan darah hemophilia
4) penderita penyakit anemia dan penderita hipotensi
5) penderita kanker darah
6) anak-anak penderita dehidrasi
7) wanita hamil dan wanita sering keguguran.

PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri


2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
berikan kesempatan klien untuk bertanya
3. Siapkan alat yang diperlukan
4. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman
PERSIAPAN ALAT 1. Sarung tangan (handscon)
2. Jarum bekam (lanset)
3. Cup bekam sesuai dengan jumlah dan ukuran yang
dibutuhkan
4. 1 buah pompa vacum
5. Tisu atau kassa
6. Minyak zaitun
7. Plastik sampah
8. Alkohol atau betadin
PERSIAPAN 1. Melakukan pengkajian klien tanyakan keluhan klien
PERAWAT 2. Disunnahkan untuk berwudhu terlebih dahulu sebelum
membekam klien
3. Berdoa terlebih dahulu sebelum membekam klien
PROSEDUR 1. Bekambasah (HijamahRothbah), wet cupping
Metode pembekaman ini merupakan metode
pengeluaran darah statis atau darah kotor yang dapat
membahayakan tubuh jika tidak dikeluarkan.
Tata cara bekam basah :
 Lakukan pemijatan / urut seluruh tubuh dengan minyak
habbats atau but-but atau zaitun selama 5-10 menit, agar
peredaran darah menjadi lancar dan pengeluaran toksid
menjadi optimal.
 Hisap / vacuum dengan gelas kaca (cup ) pada permukaan
kulit yang sudah ditentukan titik-titiknya. 3-5 kali pompa,
biarkan selama 3-5 menit untuk memberikan kekebalan
pada kulit saat dilakukan penyayatan.
 Kemudian lepas gelas kaca (cup) tersebut, basuh kulit
dengan alcohol atau betadine untuk membersihkan
permukaan kulit yang akan dibekam dari kuman, lakukan
penyayatan dengan lancet/ jarum/ pisau bedah, sayatan
disesuaikan dengan diameter/ lingkaran cup tersebut, lalu
hisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk
menyedot darahkotor. Hisap/ vacuum sebanyak 3-5 kali
pompa (disesuaikan dengan ketahanan pasien) dan biarkan
selama 3-5 menit.
 Buang darah yang kotor (pada cawan yang telah disiapkan),
kemudian lakukan pembekaman lagi pada tempat yang
sama. Biarkan 2-3 menit, lakukan hal inisampai 3 kali dan
maksimal 5
 Setelah selesai bekas bekaman diberi anti septik /minyak
zaitun, agar tidak terjadi infeksi dan luka cepa tsembuh
 Pembekaman dapat dilakukan tiap hari pada titik-titik yang
berbeda-beda dan berikan jangka waktu 2-3 pekan untuk
titik yang sama. Atau 4 pekan sekali melakukan
pembekaman.
 Sebaiknya dilakukan diagnose sebelum pembekaman agar
dicapai suatu ketepatan dalam pengobatan dan tidak
membahayakan pasien.
2. Bekam kering /hijamah jaafah / dry cupping
Metode ini hanya dilakukan untuk menghilangkan rasa
nyeri dan melenturkan otot-otot pada punggung dan badan
bagian belakang. Tindakan ini dilakukan untuk penyakit
ringan.
Cara bekamkering :
 Massage/ urut seluruh badan bagian belakang dengan
minyak zaitun/ selama 5 menit.
 Hisap/vacuum dengan gelas kaca (cup) pada permukaan
kulit dan pada titik yang sudah ditentukan. Hal ini
sebaiknya dilakukan 3-5 kali pompa dan biarkan selama 10-
15 menit.
 Lepaskan gelas kaca (cup) tersebut dan urut kembali bekas
bekaman dengan menggunakan minyak selama 2-3 menit.
3. Bekam seluncur
Metode ini sebagai ganti kerokan yang dapat
membahayakan kulit karena dapat merusak pori-pori.
Tindakan ini bermanfaat untuk membuang angin pada
tubuh, melemaskan otot-otot dan melancarkan peredaran
darah.
Cara bekam seluncur :
 Urut seluruh badan bagian belakang dengan
menggunakan minyak secukupnya sebagai
pelemasan.
 Hisap/vacuum dengan cup pada permukaan kulit 1-3
kali pompa, kemudian gerakkan cup tersebut dari
arah bawah keatas atau dari atas kebawah dengan
perlahan sampai Nampak warna kemerahan. Hal ini
cukup dilakukan 2-3 menit.
 Lepas cup tersebut dan urut kembali dengan minyak
selama 2-3 menit.
EVALUASI 1. Evaluasi hasil yang dicapai.
2. Informasikan kepada klien untuk tidak mandi terlebih
dahulu setelah dibekam
DOKUMENTASI 1. Catat tanggal, jam, dan jenis kegiatan didalam catatan
keperawatan.
2. Catat hasil kegiatan dan respon klien didalam catatan
keperawatan.
3. Nama dan paraf perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2011. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2011. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
NANDA.(2018). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai