Anda di halaman 1dari 4

Kriminal dan Politik Saling Bonceng -- Selasa, 18 April 2000 http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0004/18/METRO/krim18.

htm

- Kompas Hari Ini - Go -RUBRIK- Go

English Nederlands

Selasa, 18 April 2000

Cari Situs Web


Kriminal dan Politik Saling Bonceng
Catcha Indonesia

NYONYA
Semiasih
(72),
masih saja
tertawa
ketika
ditemui di
rumahnya,
di Jalan
Setiabudi
Raya,
Jakarta
Pusat.
Kompas/johnny tg
Padahal,
text foto sehari

sebelumnya nenek yang banyak tinggal bersama dua


pembantunya itu, menerima paket berisi sepotong tangan
kanan yang diduga tangan laki-laki.

Wajar saja orang menduga-duga ke mana arah sinyal yang


ingin ditunjukkan pengirim paket terhadap keluarga Ny
Semiasih. Apalagi, rumahnya sudah termasuk bagian dari
empat rumah yang seharusnya sudah dibebaskan oleh pihak
investor.

"Pihak kecamatan sudah mengetahui kalau kawasan di sekitar


rumah Ny Semiasih ini sebenarnya akan dijadikan proyek
perkantoran yang akan menghadap ke Jalan Jenderal
Sudirman, " ujar Subandi, petugas Ketentraman dan Ketertiban
Kecamatan Setiabudi.

Kasus yang dialami Ny Semiasih, secara kuantitas telah


semakin menunjukkan bahwa warga Ibu Kota saat ini sedang
dihadapkan pada aksi-aksi teror, anarki, dan sadisme.

Aksi main hakim sendiri-mengeroyok, membunuh dan


membakar pelaku kejahatan- hingga aksi-aksi kejahatan
dengan kekerasan terkesan meningkat. Dalam dua hari, 5-6
April lalu misalnya, enam orang dibunuh secara kejam di
Jakarta, Bogor dan Tangerang. Catatan aksi kriminal itu akan
panjang, terutama aksi kejahatan dengan kekerasan senjata
api, clurit, golok di mana pun, di rumah bahkan di sebuah mal
yang ramai pengunjung.

"Kita tidak pernah habis pikir, kejahatan begitu tinggi di Ibu


Kota yang dihuni banyak pejabat negara. Apakah mereka tak
berpikir apa enaknya tidur nyenyak di tengah rakyat kecil

1 of 4 05/03/2009 6:29
Kriminal dan Politik Saling Bonceng -- Selasa, 18 April 2000 http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0004/18/METRO/krim18.htm

dihantui teror kriminal," ujar Anto, mahasiswa sebuah


perguruan tinggi swasta di Ciputat.

***

MEMPERBINCANGKAN peningkatan kejahatan dan kriminal di


Jakarta, kriminolog dari Universitas Indonesia, Erlangga
Mesdiana berpendapat, persoalan kejahatan di perkotaan itu
akibat besarnya interaksi warga kota. Dalam proses interaksi
itu, ada yang dikalahkan, serta mengalami kesulitan karena
dikecewakan. Kelompok yang dikalahkan itulah kemungkinan
melakukan pelampiasan. "Hal itu tidak pernah ketika proses
interaksi pada sebelumnya. Mereka tidak berani melawan
karena tekanan politik dan sosial begitu kuat sehingga saling
mengontrol. Nah ketika terjadi perubahan maka dipakai
sebagai perlawanan," katanya.

Erlangga mengemukakan, aksi kejahatan yang terjadi di


Jakarta sebenarnya belum pada tahap yang akut. Namun
kondisi tersebut bila berlarut-larut akan membahayakan,
mengingat dominasi sipil itu biasanya lebih berbahaya
dibanding dominasi militer. Kalau berlanjut, dominasi sipil
ditambah adanya dominasi kultural maka akan menjadi institusi
sosial yang mengundang gerakan aksi sporadis.

Tingkat aksi yang dapat menyebabkan konflik sosial itu akan


berkepanjangan dan tak kunjung selesai, selama belum ada
kelompok dominasi yang menang sebagai pemegang kontrol.
Pada tataran ini, kalau dominasi sipil yang beradab menang
maka proses rekonsialisasi di masyarakat arahnya membaik,
menghargai norma dan etika.

"Celakanya kalau dominasi kekerasan yang menang maka


akan ada proses pelembagaan kekerasan di masyarakat,"
katanya.

Untuk mencegah pertarungan dominasi dalam interaksi itu,


dibutuhkan lembaga sosial masyarakat yang modern yang
dilembagakan. Pada masyarakat yang modern, orang
cenderung mengarah spesialisasi sehingga memerlukan
institusi modern seperti polisi dan aparat hukum yang handal
untuk mengatasi hal di atas.

***

SELAMA aparat kepolisian belum mememukan format yang


pas untuk menjamin ketertiban dan keamanan bagi
masyarakat, tentulah masalah kenyamanan hidup di Jakarta
akhirnya sepenuhnya kembali kepada masyarakat itu sendiri.

Menurut psikolog Sarlito W Sarwono, ketika kekuatan negara


belum pulih maka masyarakat harus melindungi diri sendiri.
Mereka bisa membentuk kembali sistem keamanan lingkungan
yang solid. "Tidak bisa lain masyarakat yang paling
berkepentingan untuk menjaga lingkungan sendiri," ujarnya.

Dalam pespektif lain, Mesdiana menyatakan, kelas menengah


dalam masyarakat di Jakarta sebenarnya mempunyai peranan
menjadi fasilitator mengurangi tindakan kriminalitas yang
semakin marak. Posisi kaum kelas menengah memungkinkan
melakukan pendekatan ke masyarakat bawah serta ke

2 of 4 05/03/2009 6:29
Kriminal dan Politik Saling Bonceng -- Selasa, 18 April 2000 http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0004/18/METRO/krim18.htm

masyarakat kelas atas.

"Namun fungsi itu menjadi mandul karena kelas menengah


yang terbentuk di Jakarta ini kan maunya aman sendiri dan
mereka tidak mandiri," ujarnya.

Psikolog Darmanto Jatman berpendapat, kondisi sosial yang


berlangsung di Jakarta memang membutuhkan waktu panjang
untuk mengurainya. Salah satu konsep yang mampu
mengembalikan situasi Ibu Kota menjadi "normal" jika
konsekuensi pemerintah dalam menerapkan otonomi daerah
sebagaimana telah digariskan dalam UU Nomor 22/1999 dan
UU 25/1999.

Saat ini Kota Jakarta menjadi semacam magnet bagi berbagai


kalangan masyarakat untuk berebut rezeki di kota tersebut.
Keadaan itu tak terlepas dari kenyataan bahwa perputaran
bisnis dan uang di Jakarta begitu besar mencapai 70 persen
dibanding kota-kota lain.

"Kalau pelaksanaan otonomi mantap maka berangsur-angsur


Ibu Kota pun ditinggal oleh sekelompok masyarakat yang tidak
memungkinkan lagi mempunyai harapan atas usahanya di sini,
terutama sektor informal," jelasnya.

Hal itu berarti, masyarakat yang tinggal di Jakarta tanpa


pekerjaan tetap-maupun hanya mengandalkan bisnis dari
memanfaatkan besarnya kegiatan pembangunan-akan
menyadari bahwa porsi pembangunan sudah melebar ke
daerah dan kota lain. Secara naluriah, mereka akan tidak lagi
memandang Kota Jakarta sebagai magnet, hanya masyarakat
yang mapanlah yang bertahan di Jakarta.

Sedangkan bagi pengamat, kriminolog Universitas Indonesia


Mohammad Mustofa mengaku, sulit membayangkan dua kali
kasus penembakan gedung DPR/MPR sebagai tindakan
kriminal biasa. Demikian juga percobaan atas Matori maupun
pembunuhan anggota F-PPP DPR RI Nashiruddin Daud.

Mustofa pun tidak menampik kemungkinan adanya sebuah


konspirasi untuk menciptakan situasi tidak aman di kalangan
masyarakat dengan berbagai aksi kejahatan disertai
kekerasan. Dalam catatan Kompas, sejumlah aksi perampokan
yang disertai penganiayaan, penembakan, atau bahkan
pembunuhan sudah terjadi berulang kali. Bahkan perampokan
bersenjata api (dan menembakkannya) di tempat publik seperti
Plaza Senayan dilakukan saat pertokoan mewah itu sedang
ramai pengunjung. Situasi keamanan dan ketertiban
masyarakat Jakarta memang sedang kusut. Krisis ekonomi
belum benar-benar pulih, pertarungan politik di tingkat elit
masih saja terus berlangsung. Penyelesaian sejumlah kasus
korupsi yang menjadi pusat perhatian masyarakat tak juga
jelas juntrungannya. Ketidakpuasan di berbagai bidang itu
memunculkan sejumlah aksi unjuk rasa, baik oleh buruh,
petani, keluarga korban kekerasan, mahasiswa, dan bahkan
guru.

Situasi seperti itu, menurut Mustofa, bisa saja dimanfaatkan


oleh mereka yang mempunyai kepentingan. Motifnya bisa
politis, ekonomi, maupun murni kriminal. "Jangan salah, pelaku
kejahatan pun bisa menumpang situasi seperti itu untuk
melakukan aksinya," katanya. (who/msh)

3 of 4 05/03/2009 6:29
Kriminal dan Politik Saling Bonceng -- Selasa, 18 April 2000 http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0004/18/METRO/krim18.htm

Berita metro lainnya :

Organda tak Jamin, Pelayanan Angkutan Umum Bisa


Maksimal
DPU Didesak Perbaiki Jalan Rusak di Ciputat
Massa tak Dikenal Rusak Tempat Hiburan
Ditemukan Lagi Mayat di Bekasi
Tambak Disegel, Warga Muaragembong Mengadu
Retribusi Sampah Jangan dengan Paksaan
Dominasi Kartu Kredit di Metropolitan
Keserakahan, Motif Kriminalitas Modern
BC Gagalkan Lagi Penyelundupan Mobil Mewah
Seminggu Diculik, Wartawan Hoesin KH Sampaikan
Kesaksian
Kriminal dan Politik Saling Bonceng
Polisi Jawab "PR"nya, Warga Aman
Masyarakat Keluhkan Jebakan Polisi
Polantas Ibarat "Penjaga Gawang"
INFO JABOTABEK
FOTO: DEMO ANTI BERAS IMPOR
FOTO: UNPKF-TNI

- Kompas Hari Ini - Go


-RUBRIK- Go

© C o p y r i g h t 1 9 9 8 Harian Kompas D e s i g n e d b y Agrakom

4 of 4 05/03/2009 6:29

Anda mungkin juga menyukai