Anda di halaman 1dari 2

“Fiduciary” Duties

Banyak pakar hukum korporasi di Indonesia menyatakan bahwa pengurusan dan/


atau pengawasan perseroan yang dilakukan oleh direksi dan/ atau komisaris wajib
dilakukan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab sebagaimana diuraikan
didalam pasal 97 (2) dan 114 (2) Undang-undang Perseroan terbatas sebagai tugas-
tugas fidusia (fiduciary duties). Bila ditilik lebih lanjut didalam Undang-undang
perseroan terbatas ataupun penjelasannya tidak terdapat suatu kalimat bahwa
pengurusan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dimaksud didalam
Undang-undang perseroan terbatas sebagai tugas-tugas fidusia. Konsep yang
diutarakan oleh pakar-pakar hukum korporasi Indonesia tersebut mungkin
mengambil dari konsep-konsep fiduciary duties yang diadopsi oleh Negara-negara
ang menganut tradisi common law.

Berdasarkan pendapat Benny S. Tabalujan Di dalam common law legal systems,


fiduciary duties merupakan suatu Term of art. Di dalam area hukum perseroan yang
berlaku dinegara common law legal system, antara lain Australian, fiduciary duties
juga diartikan antara lain, kewajiban melakukan tindakan dengan itikad baik dan
menghindari adanya benturan kepentingan. Deninisi dan pengertian tersebut terus
berkembang dan sangat komplek sesuai dengan case law, akhirnya hal tersebut juga
dikenal sebagai equity.

Apakah pengertian fiduciary duties di dalam Undang-undang perseroan terbatas kita


adalah mengadopsi apa yang berkembang di dalam prinsip-prinsip yang
berkembang didalam common law tradition. Hal tersebut juga belum jelas. Karena
mungkin terdapat 2 hal yang dapat menyimpulkan bahwa ketentuan pasal 97 (2)
dan 114 (2) UUPT berbeda dengan fiduciary duties konsep yang terdapat pada
negara common law, sebagai berikut:

Pertama, Pasal 97 dan 114 menggunakan istilah kewajiban direktur dan komisaris
dalam 2 cara yaitu secara positive dan negative. Kewajiban secara positive
terrcermin dengan kalimat itikad baik dan penuh tanggung jawab. Kemudian
dilanjutkan dengan kewajiban secara negative yaitu hal yang harus mereka hindari,
kesalahan dan kelalaian. Sebageaimana diuraikan didalam pasal 97 (20 dan (3) dan
pasal 114 (2) dan (3).

Hal diatas tidak menjelaskan secara jelas, apakah istilah “kesalahan” diatas
dilakukan karena ketiadaan itikad baik atau kelalaian dilakukan karena tindakan
tersebut dilakukan tanpa penuh tanggung jawab. Akan tetapi pada kenyataannya
setiap orang dapat membuat kesalahan dari tindakan yang dilandasi dengan itikad
baik. Atau interprestasi lain adalah kesalahan atau kelalaian adalah antitheses dari
itikad baik dan penuh tanggung jawab. Adapun penjelasan undang-undang sendiri
tidak menjelaskan lebih lanjut hanya menjelaskan pengertian “tanggung jawab”
adalah memperhatikan Perseroan dengan seksama dan tekun.
Perhatian kita terhadap ketentuan tersebut bukan dikarenakan penafsiran
pengertian kewajiban fidusia ini lebih mudah dibandingkan dengan konsep
fiduciary duties pada anglo American, akan tetapi pengertiannya bisa berkembang
lebih luas dan sukar sehingga menyebabkan hilang rasa aman bagi direksi dan
komisaris dalam mengelola dan mengawasi suatu perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai