Referat Fix
Referat Fix
ASPEK MEDIKOLEGAL
PENANGGULANGAN COVID 19
Disusun Oleh :
Panji Harry ()
Indah Djaja ()
Dosen Pembimbing :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia
Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul ”Aspek Medikolegal Penanggulangan
COVID 19”. Penulis menyusun referat ini untuk memahami lebih dalam tentang Aspek
Medikolegal Penanggulangan COVID 19 dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh
ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik Bengkulu. Dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dokter pembimbing, anatar lain :
1. Dr. Marlis Tarmizi Sp. F, sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu.
2. Kedua orang tua kami, atas bantuan dan doanya.
3.Teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyusun
referat ini.
Penulis sadar pembuatan referat ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, kami mengharapkan semoga referat ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
WHO China Country Offce melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal 7 Januari 2020, China
mengidentifkasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru
coronavirus (novel coronavirus). Pada awal tahun 2020 NCP mulai menjadi pendemi global
dan menjadi masalah kesehatan di beberapa negara di luar RRC. Berdasarkan World Health
Organization (WHO) kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota
Wuhan telah menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia. Penyebaran epidemi ini terus
berkembang hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini adalah Novel
Coronavirus. Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan kasus-kasus
baru di luar China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai
Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD)1. Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO
resmi menetapkan penyakit novel coronavirus pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus
Disease (COVID-19). COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam
keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya
berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%)
lebih tinggi dibanding COVID-19 (saat ini kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus COVID-
19 jauh lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas
dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS.1
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara orang- orang melalui tetesan pernapasan
dari batuk dan bersin3. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan
stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari, atau dalam aerosol selama tiga
jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret 2020 tidak diketahui
apakah penularan melalui feses mungkin, dan risikonya diperkirakan rendah. 5 Corona virus
jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan China,
pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS- COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019
(COVID-19). COVID-19 termasuk dalam genus dengan for elliptic dan sering berbentuk
pleomorfk, dan berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara genetik sangat berbeda dari virus
SARS-CoV dan MERS-CoV. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa homologi antara
COVID-19 dan memiliki karakteristik DNA coronavirus pada kelelawar-SARS yaitu dengan
kemiripan lebih dari 85%. Ketika dikultur pada vitro, COVID-19 dapat ditemukan dalam sel
epitel pernapasan manusia setelah 96 jam7.
Bencana Pandemi dan wabah penyakit COVID-19 memiliki potensi risiko yang cukup
besar jika tidak dilakukan pengendalian secara cepat dan komprehensif, sehingga
diberlakukan pencegahan sepeti Social distancing. Jaga jarak aman yang diupayakan sebisa
mungkin dapat menekan jumlah orang yang terinfeksi. Dengan sifat virus yang sangat
mudah menular, social distancing tidak bisa lagi ditempatkan sebagai imbauan, melainkan
kewajiban bagi siapa pun, selain itu ada beberapa hal lagi yang harus diterapakan dengan
ketat melalui undang-undang seperti masyarakat yang tidak melakukan tindakan
pencegahan COVID 19, menyebarkan identitas pasien yang menderita COVID 19, dan hal
yang baru-baru ini menghebohkan di kawasan masyarakat yakni mengambil paksa jenazah
pasien positif COVID 19. Hal tersebut harus ditindak lanjutin dengan tegas
Konsekuensinya adalah perlu segera dikeluarkan kebijakan-kebijakan setingkat peraturan
pemerintah untuk memastikan bahwa hal ini dapat ditaati semua warga negara. Ini adalah
persoalan hukum kewajiban masyarakat yang dimuat dalam peraturan, yang jika diabaikan
akan menimbulkan konsekuensi berupa sanksi. Persoalan ini memang akan berkaitan
dengan pembatasan hak individual. Maka, berdasarkan konstitusi, pembatasan hak harus
didasari undang-undang. Seiring dengan itu pula, mekanisme hukum untuk menjerat pelaku
telah disediakan. Akan tetapi, tindakan ini tidak cukup. Kenapa demikian kondisinya?
Jawabannya kembali kepada kultur atau mind set masyarakat Indonesia yang masih
menganggap permasalahan COVID 19 ini bisadiatasi dengan mudah dan sangat sedikit
mereka yang mengerti peraturan tentang COVID 19.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Agar masyarakat secara umum dapat memahami yang termasuk tindak pidana bila tidak
mematuhi peraturan terkait wabah COVID 19 dan mengetahui sanksi pidana dari tindakan
Kekerasan Dalam Rumah
2.1 COVID 19
2.1.1 DEFINISI COVID 19
Covid-19 merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Nama ini
diberikan oleh WHO (World Health Organzation) sebagi nama resmi penyakit ini. Covid
sendiri merupakan singkatan dari Corona Virus Disease-2019. Covid-19 yaitu penyakit yang
disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran pernafasan sehingga menyebabkan
demam tinggi, batuk, flu, sesak nafas serta nyeri tenggorokan. Coronavirus pada manusia
biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai fu biasa hingga penyakit
yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan
Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di
antara orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin3.5
B. TRANSPORTASI JENAZAH
1. Jenazah dapat ditransportasikan keluar daerah dengan menggunakan jalur darat
maupun udara.
2. Jenazah yang akan ditransportasikan dengan jalur darat harus menggunakan mobil
jenazah.
3. Jenazah yang akan ditransportasikan sudah menjalani prosedur desinfeksi dan telah
dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau dibungkus dengan plastik yang diikat
rapat, serta ditutup semua lubang-lubang tubuhnya.
4. Persyaratan transportasi menggunakan jalur udara mengikuti peraturan kargo udara
yang telah ditetapkan
a. Kebijakan SocialDistancing/PhysicalDistancing
Adanya Social Distancing sejauh ini sangat efektif dalam menghambat penyebaran
virus/penyakit, yakni dengan mencegah orang sakit melakukan kontak dekat dengan
orang-orang untuk mencegah penularan. Hal ini dirasa perlu untuk melakukan pembatasan
hak individual dalam melakukan social distancing karena kondisi yang terjadi adalah
kegentingan yang mengancam kesehatan publik. Istilah social distancing kemudian
mengalami perubahan menjadi physical distancing sesuai dengan istilah yang digunakan
WHO. Dari hal inilah kemudian berbagai aktivitas yang pada awalnya dilakukan dengan
jarak fisik yang dekat kemudian diubah menjadi aktivitas yang menciptakan jarak secara
fisik antara lain, pembelajaran online (metode daring), penggunaan mekanisme WFH
(work from home), penutupan tempat-tempat perbelanjaan (mall) dan upaya lain yang
dapat mencegah penyebaran Covid 19.
b. Perlindungan bagi Tenaga Kesehatan sebagai Garda Depan
Tenaga kesehatan berdiri di garda depan dalam mencegah bertambahnya jumlah infeksi
sehingga pemerintah perlu menjamin perlindungan dan keselamatan kerja bagi tenaga
medis dalam upaya penanganan Covid-19. Kepastian hukum merupakan instrumen
penting dalam menjamin keselamatan tenaga kesehatan sehingga pemerintah tidak dapat
melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap penugasan tenaga kesehatan.
c. PembatasanSosialBerskalaBesar
Kewenangan Pembatasan Sosial Bersklala besar berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan merupakan wewenang absolut Pemerintah
Pusat. Dalam Pasal 1 Angka 1 dinyatakan bahwa “kekarantinaan kesehatan dilakukan
untuk mencegah dan menangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko
kesehatan masyrakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan
masyarakat.” Maka dari itu jika ada pemerintah daerah yang merasa daerahnya memiliki
situasi kedaruratan dan hendak melakukan lockdown, tentunya hal ini inkonstitusional dan
perlu adanya konsul dari kepala daerah dengan pemerintah pusat sebelum mengambil
kebijakan terkait.
Selain regulasi tersebut yang telah diterbitkan oleh pemerintah untuk menangani
penyebaran COVID 19 di Indonesia, Pemerintah juga menerbitkan berbagai regulasi terkait
penanganan wabah coronavirus disease (Covid-19), diantaranya Perppu No.1 Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Kemudian atas kondisi darurat penyebaran Covid 19, pemerintah kemudian menetapkan
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19). Pertimbangan PP
21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) adalah:
1. bahwa penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dengan jumlah kasus
dan/atau jumlah kematian telah meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas
negara dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia
2. bahwa dampak penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah
mengakibatkan terjadi keadaan tertentu sehingga perlu dilakukan upaya
penanggulangan, salah satunya dengan tindakan pembatasan sosial berskala besar.
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan adalah
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28 H ayat (1), Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembangunan dan pelindungan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia
diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi pembangunan dan
peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Hal ini menjadi modal dasar bagi pelaksanaan
pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya.
Pasal 2
a. perikemanusiaan;
b. manfaat;
c. pelindungan;
d. keadilan;
e. nondiskriminatif;
f. kepentingan umum;
g. keterpaduan;
h. kesadaran hukum; dan
i. kedaulatan negara.
Pasal 3
Di samping itu, bagi badan publik yang melanggar berlaku Pasal 54 ayat (1) UU KIP:
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh
dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam Pasal
17 huruf a, huruf b, huruf d, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, dan huruf j dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)”.
2.3 KASUS
DAFTAR PUSTAKA
1. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)”. Centers for Disease Control and Prevention
(CDC). 15 February 2020. Archived from the original on 26 February 2020. Retrieved 20
February 2020
2. World Health Organization. “Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19)” (PDF): 11–12. Retrieved 5 March 2020.
3 “2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV)”. Centers for Disease Control and Prevention. 11
February 2020. Archived from the original on 7 March 2020. Retrieved 18 February 2020.
The virus is thought to spread mainly from person-to-person ... through respiratory
droplets produced when an infected person coughs or sneezes.
4 Gorbalenya AE (11 February 2020). “Severe acute respiratory syndrome-related
coronavirus – The species and its viruses, a statement of the Coronavirus Study Group”.
bioRxiv (preprint). doi:10.1101/2020.02.07.937862
5 van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson BN, et
al. (March 2020). “Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with
SARS-CoV-1”. The New England Journal of Medicine. Massachusetts Medical Society.
doi:10.1056/nejmc2004973. PMID 32182409
6 Letko M, Marzi A, Munster V (2020). “Functional assessment of cell entry and receptor
usage for SARS-CoV-2 and other lineage B betacoronaviruses”. Nature Microbiology: 1–
8. doi:10.1038/s41564-020-0688-y
7 Xu H, Zhong L, Deng J, Peng J, Dan H, Zeng X, et al. (February 2020). “High expression
of ACE2 receptor of 2019-nCoV on the epithelial cells of oral mucosa”. International
Journal of Oral Science. 12 (1): 8. doi:10.1038/s41368-020-0074
8. Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of coronavirus disease
(COVID-19) outbreak. J Autoimmun. 2020; published online March 3. DOI:
10.1016/j.jaut.2020.102433.
9. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of patients infected
with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet. 2020;395(10223):497-506.
10. World Health Organization. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report – 70
[Internet]. WHO; 2020 [updated 2020 March 30; cited 2020 March 31]. Available from:
https://www.who.int/ docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200330- sitrep-
70-covid-19.pdf?sfvrsn=7e0fe3f8_2
11. Wu Z, McGoogan JM. Characteristics of and Important Lessons From the Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) Outbreak in China: Summary of a Report of 72314 Cases
From the Chinese Center for Disease Control and Prevention. JAMA. 2020; published
online February 24. DOI: 10.1001/jama.2020.2648.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Info Infeksi Emerging Kementerian
Kesehatan RI [Internet]. 2020 [updated 2020 March 30; cited 2020 March 31]. Available
from: https:// infeksiemerging.kemkes.go.id/.
13. World Health Organization. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Report - 54
[Internet]. WHO; 2020 [updated 2020 March 15; cited 2020 March 30.
14. Riedel S, Morse S, Mietzner T, Miller S. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical
Microbiology. 28th ed. New York: McGrawHill Education/Medical; 2019. p.617-22.
15. World Health Organization. Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). Geneva: World Health Organization; 2020.
16. Han Y, Yang H. The transmission and diagnosis of 2019 novel coronavirus infection
disease (COVID-19): A Chinese perspective. J Med Virol. 2020; published online March
6. DOI: 10.1002/ jmv.25749
17. van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson BN,
et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. N
Engl J Med. 2020; published online March 17. DOI: 10.1056/NEJMc2004973
18. Bai Y, Yao L, Wei T, Tian F, Jin D-Y, Chen L, et al. Presumed Asymptomatic Carrier
Transmission of COVID-19. JAMA. 2020; published online February 21. DOI:
10.1001/jama.2020.2565
19. Chen H, Guo J, Wang C, Luo F, Yu X, Zhang W, et al. Clinical characteristics and
intrauterine vertical transmission potential of COVID-19 infection in nine pregnant
women: a retrospective review of medical records. Lancet. 2020;395(10226):809-15.
20. Xiao F, Tang M, Zheng X, Liu Y, Li X, Shan H. Evidence for gastrointestinal infection of
SARS-CoV-2. Gastroenterology. 2020; published online March 3. DOI:
10.1053/j.gastro.2020.02.055
21. Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et al. Air, Surface
Environmental, and Personal Protective Equipment Contamination by Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From a Symptomatic Patient.
JAMA. 2020; published online March 4. DOI: 10.1001/jama.2020.3227
22. Kam KQ, Yung CF, Cui L, Lin Tzer Pin R, Mak TM, Maiwald M, et al. A Well Infant
with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) with High Viral Load. Clin Infect Dis. 2020;
published online February 28. DOI: 10.1093/cid/ciaa201.
23. World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory infection
when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Geneva: World Health
Organization; 2020
24. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman Kesiapsiagaan
Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19) Maret 2020. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
25. Dong L, Hu S, Gao J. Discovering drugs to treat coronavirus disease 2019 (COVID-19).
Drug Discov Ther. 2020;14(1):58-60
26. World Health Organization. Coronavirus disease (COVID-19) advice for the public
[Internet]. 2020 [cited 2020 March 15]. Available from:
https://www.who.int/emergencies/diseases/ novel-coronavirus-2019/advice-for-public
27. U.S. National Library of Medicine. A Phase I Clinical Trial in 18-60 Adults (APICTH)
[Internet]. 2020 [updated 2020 March 24; cited 2020 March 24]. Available from:
https://clinicaltrials.gov/ct2/ show/NCT04313127.
28. World Health Organization. Infection prevention and control during health care when
novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Geneva: World Health Organization;
2020.
29. World Health Organization. Critical preparedness, readiness and response actions for
COVID-19. Geneva: World Health Organization; 2020.
30. World Health Organization. Rational use of personal protective equipment for
coronavirus disease (COVID-19). Geneva: World Health Organization; 2020.
31. World Health Organization. Advice on the use of masks in the community, during home
care, and in health care settings in the context of COVID-19. Geneva: World Health
Organization; 2020.