Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN JENIS PEKERJAAN DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP


ANGKA KEJADIAN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA KOTA BENGKULU

FITRIL WALIDA

H1A014052

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2018
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan jiwa menurut DEPKES RI (2010) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa
yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Saat ini gangguan jiwa merupakan
salah satu permasalahan kesehatan global yang angka kejadiannya terus meningkat di berbagai
negara di seluruh dunia. Berdasarkan data dari WHO tahun 2012 terdapat sekitar 450 juta orang
di dunia yang mengalami gangguan jiwa. Sepertiga orang yang mengalami gangguan jiwa
tinggal di Negara berkembang (Kemenkes RI, 2012). Indonesia merupakan Negara berkembang
yang diperkirakan 50 juta atau 25% dari 220 juta penduduknya mengalami gangguan jiwa
(Swaberita, 2008). Salah satu bentuk gangguan jiwa berat yang terdapat di seluruh dunia
termasuk di Negara Indonesia adalah Skizofrenia.
Angka kejadian Skizofrenia di dunia menurut data dari WHO (2016) mencapai 21 juta
orang. Sedangkan di Indonesia, prevalensi penderita Skizofrenia sebanyak 1,7 per 1000
penduduk, atau sekitar 400.000 orang dan di Provinsi Bengkulu, prevalensi penderita Skizofrenia
mencapai 1,9 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2013). pada sensus penduduk oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) 2010 diketahui jumlah penduduk di Provinsi Bemgkulu mencapai 1.715.518 jiwa,
jika dihubungkan dengan data statistik Riskesdas tahun 2013 tentang prevalensi Skizofrenia di
Bengkulu yang mencapai angka 1,9 per 1000 penduduk, maka terdapat sekitar 3.259 orang di
Provinsi Bengkulu yang menderita Skizofrenia. Berdasarkan data statistik medical record Rumah
Sakit Jiwa Soeprapto Bengkulu, didapatkan peningkatan jumlah penderita skizofrenia dari tahun
2010 ke tahun 2011, yaitu 437 pasien meningkat menjadi 837 pasien, dan 395 orang diantaranya
dirawat inap di rumah sakit (sub. Rekam medik RSJ Soeprapto Bengkulu 2010-2011).
Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa berat berupa hilangnya kontak dengan
kenyataan dan kesulitan membedakan hal yang nyata dengan yang tidak (Yuliana, 2013:24).
Skizofrenia juga merupakan sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas
serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial
budaya (Maslim, 2013). Skizofrenia tergolong ke dalam gangguan jiwa berat/psikotik dan
bersifat kronik yang bisa disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang berperan terhadap
kejadian skizofrenia antara lain faktor biologis, biokimia, psikososial, status sosial ekonomi,
stress, penyalahgunaan obat, serta genetik (Sadock, 2010). Berdasarkan faktor-faktor yang
berperan terhadap kejadian skizofrenia tersebut, di Indonesia juga pernah dilakukan beberapa
penelitian tentang hubungan antara masing-masing faktor resiko dengan tingginya kejadian
skizofrenia. Salah satunya merupakan penelitian tentang hubungan sosioekonomi dan status
pekerjaan terhadap skizofrenia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Erlina, dkk (2010) Pada Pasien Rawat Jalan Di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Hb Saanin Padang Sumatera Barat didapatkan bahwa pada kelompok
skizofrenia, jumlah tidak bekerja 64 (85,3%) lebih banyak dari bekerja 11 (14,6%). Dalam
penelitian tersebut juga didapatkan bahwa kelompok skizofrenia dengan status ekonomi rendah
sebanyak 65 orang (86,7%) dan status ekonomi tinggi sebanyak 10 orang (13,3%). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Fibriana (2016) didapatkan bahwa kelompok
skizofrenia dengan status tidak bekerja sebanyak 27 orang (43,5%), sedangkan sampel yang
memiliki status bekerja lebih banyak yaitu 35 orang (56,5%). Dalam penelitian tersebut juga
didapatkan bahwa sampel yang memiliki status sosio-ekonomi rendah sebanyak 39 orang
(62,9%), sedangkan sampel yang memiliki status sosio-ekonomi tinggi lebih sedikit yaitu 23
orang (37,1%).
Berdasarkan uraian hasil beberapa penelitian di atas, terdapat sedikit perbedaan pada
hasil penelitian tentang faktor resiko status pekerjaan yang berpengaruh terhadap kejadian
skizofrenia. Penelitian oleh Erlina, dkk (2010) didapatkan hasil bahwa kejadian skizofrenia lebih
banyak terjadi pada kelompok yang tidak bekerja. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan
oleh Wahyudi dan Fibriana (2016) didapatkan bahwa skizofrenia lebih banyak terjadi pada
kelompok yang bekerja. Namun pada faktor status sosio ekonomi, kedua penelitian sama-sama
didapatkan bahwa skizofrenia lebih banyak pada kelompok yang memiliki status sosio ekonomi
rendah.
Dari hasil penelitian tersebut serta beberapa penelitian lain tentang hubungan faktor sosio
ekonomi dan status pekerjaan terhadap kejadian skizofrenia, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Hubungan Jenis Pekerjaan dan Tingkat Pendapatan terhadap Angka
Kejadian Skizofrenia di Provinsi Bengkulu” dikarenakan belum ada penelitian lebih lanjut
tentang jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan seperti apa yang paling berpengaruh terhadap
angka kejadian skizofrenia di Provinsi Bengkulu.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka disusunlah sebuah
rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu “bagaimana hubungan
jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan terhadap angka kejadian skizofrenia di Provinsi
Bengkulu?”

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan terhadap angka
kejadian Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Kota Bengkulu.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mengetahui angka kejadian skizofrenia di Provinsi Bengkulu sampai tahun 2018.
2. Mengetahui data karakteristik yang berupa status pekerjaan, jenis pekerjaan, status
sosioekonomi khususnya tingkat pendapatan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Kota Bengkulu sebelum dan atau setelah pasien tersebut menderita skizofrenia.
3. Mengetahui data karakteristik yang berupa status pekerjaan, jenis pekerjaan, status
sosioekonomi khususnya tingkat pendapatan pada pasien skizofrenia di Provinsi
Bengkulu baik pasien skizofrenia yang dirawat inap maupun yang melakukan rawat
jalan di Rumah Sakit Jiwa Kota Bengkulu.
4. Mengetahui hubungan jenis pekerjaan tertentu terhadap angka kejadian skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Kota Bengkulu.
5. Mengetahui hubungan tingkat pendapatan tertentu terhadap angka kejadian
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Kota Bengkulu.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang akan didapat dari penelitian ini adalah:
1.4.1. Bagi peneliti
Menambah wawasan tentang hubungan jenis pekerjaan dan tingkat
pendapatan terhadap angka kejadian skizofrenia di Provinsi Bengkulu.
1.4.2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
Memberikan tambahan sumber kepustakaan berupa data dan hasil
penelitian terbaru tentang faktor jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan terhadap
angka kejadian skizofrenia di Provinsi Bengkulu

1.4.3. Bagi masyarakat


Mengetahui seberapa besar faktor jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan
dapat melatar belakangi terjadinya skizofrenia di Provinsi Bengkulu. Serta
mengetahui jenis pekerjaan apa dan pada tingkat pendapatan berapa yang paling
banyak menjadi faktor terjadinya skizofrenia di Provinsi Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai