Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FARMAKOLOGI DASAR
TEKNIK PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN PERCOBAAN
MENCIT ATAU TIKUS SECARA PO, IV, IP, IM SC

Dosen Pembimbing: Sulastri Herdaningsih,M.Farm.,Apt

Kelompok : 1

Kelas : 1A

Ari Irfana 199406


Arsy Arfiandi 199409
Dian Aristya Novita 199421
Komaliya Syafara 199448
Maulita Lestari 199459
Nelly Tri Ekawati 199465
Nurrachmah Editya A. 199472
Putri Prastika 199476
Rio Evan Ewaldo 199486
Sandra Agista Putri 199494

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang Maha Esa sebab atas
segala rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah, makalah mengenai
“Teknik Pemberian Obat Pada Hewan Percobaan Mencit Atau Tikus Secara Po,
Iv, Ip, Im Sc” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari
masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu Sulastri Herdaningsih,M.Farm.,Apt selaku dosen
farmakologi dasar yang telah membimbing kami dan memberikan tugas ini.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan banyak
sekali terdapat kekurangan. Namun, kami berharap semoga makalah ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan
terkait teknik pemberian obat pada hewan percobaan mencit atau tikus secara
peroral, intravena, intraperitoneal, intramuscular dan subcutan.

Dengan demikian kami sampaikan. Bila terdapat banyak kesalahan dari penyusun,
kami mohon maaf yang sebesar besarnya dan kami mengharapkan kritik dan saran
pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Terima Kasih

Pontianak, 7 April 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Teknik Pemberian Obat Secara Po,Iv,Ip,Im,Sc.............................. 3
1. Pemberian Obat Secara Peroral (p.o).......................................... 3
2. Pemberian obat Secara Subcutan (s.c)......................................... 4
3. Pemberian obat secara Intramuskuler (i.m)................................. 4
4. Pemberian obat secara intravena (i.v)......................................... 5
5. Pemberian obat secara Intra peritoneal (i.p)................................ 6

B. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat........... 6


C. Keuntungan Dan Kerugian Cara Pemberian Obat.......................... 7
1. Pemberian Obat Secara Peroral (p.o)........................................... 7
2. Pemberian obat Secara Subcutan (s.c)......................................... 8
3. Pemberian obat secara Intramuskuler (i.m)................................. 8
4. Pemberian obat secara intravena (i.v).......................................... 8
5. Pemberian obat secara Intra peritoneal (i.p)................................ 8
BAB III PENUTUP........................................................................................ 10
A. Kesimpulan..................................................................................... 10
B. Saran............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa
terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Obat
didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,
mendiagnosa penyakit/gangguan atau menimbulkan suatu kondisi tertentu
misalnya membuat seorang interfile, atau melumpuhkan otot rangka selama
pembedahan.
Menurut Menteri Kesehatan RI No.193/Kab/B.VII/71, obat merupakan
suatu bahan atau panduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia
atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau badan bagian
manusia. Mayoritas obat bekerja secara spesifik terhadap suatu penyakit. Namun
tidak jarang juga obat yang bekerjanya secara menyeluruh.
Hewan yang sering digunakan dalam praktikum adalah mencit dan tikus.
Karakteristik mencit (biasa digunakan mencit putih) yaitu mudah ditangani,
bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai
kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif dimalam hari daripada siang
hari. Kehadiran manusia dapat mengganggu aktivitasnya. Suhu normal 37,4˚C
serta laju respirasi normal 163 kali tiap menit.
Karakteristik tikus yaitu tikus relative resisten terhadap infeksi dan cerdas,
tikus putih pada umumnya tenang dan mudah ditangani. Ia tidak begitu bersifat
fotofobik disbanding dengan mencit, dan kecenderungan untuk berkumpul dengan
sesamanya kurang, ukuran tidak begitu besar. Aktivitasnya tidak begitu terganggu
dengan adanya manusia. Suhu tubuh normal 37,5-38,0˚C. Laju respirasi normal
210 tiap menit. Bila diperlakukan kasar (atau apabila ia mengalami defisiensi
nutrisi) tikus menjadi galak dan sering menyerang si pemegang.

1
Macam-macam rute pemberian obat pada hewan percobaan yaitu dapat
dilakukan dengan rute oral (melalui mulut), rute subkutan (dibawah kulit), rute
intravena (ke dalam pembuluh darah balik atau vena), rute intraperitoneal (ke
dalam rongga perut), rute intamuskular.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemberian obat pada hewan percobaan ?
2. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pemberian rute obat ?
3. Apa keuntungan dan kerugian masing-masing cara pemberian obat ?

C. Tujuan
1. Kita dapat mengetahui cara-cara pemberian obat pada hewan percobaan.
2. Kita dapat mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian rute
obat
3. Kita dapat mengetahui keuntungan dan kerugian masing-masing cara
pemberian obat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Pemberian Obat Secara Po,Iv,Ip,Im,Sc


Teknik pemberian obat pada hewan percobaan banyak macamnya ,yaitu
per oral (pemberian obat dengan sonde oral pada langit-langit atas mulut lalu
secara perlahan dimasukan sampai ke oesopagus), sub kutan (pemberian obat
dengan suntikan di bawah kulit dan berada di daerah tengkuk),intra vena
(pemberian obat dengan suntikan yang menggunakan jarum nomor 24 melalui
vena ekor), intra muscular (pemberian obat dengan suntikan pada otot paha
posterior), dan intra peritonial (pemberian obat dengan suntikan pada lambung
atau saluran pencernaan).
1. Pemberian Obat Secara Peroral (p.o)

Pemberian obat secara peroral diberikan dengan menggunakan alat suntik


yang dilengkapi dengan jarum berujung tumpul. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya luka atau cedera ketika hewan uji akan diberi
sediaan obat uji. Pemberian oral pada mencit dilakukan dengan jarum oral
dimasukkan ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan diluncurkan melalui
langit-langit kearah belakang sampai esophagus kemudian masuk ke dalam

3
lambung. Sebaiknya sebelum memasukkan jarum suntik , posisi kepala
mencit mengadah dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga jarum oral dapat
masuk secara lurus ke dalam tubuh mencit. Cara pemberian obat yang tidak
benar, akan menyebabkan gangguan pernafasan bahkan kematian pada hewan
mencit karena sediaan obat masuk kedalam saluran pernafasan atau paru-
paru. Jika keluar cairan obat dari hidung hewan uji , itu menunjukkan adanya
kesalahan dalam proses pemberian obat. Sedangkan bila tidak terjadi apa-apa,
hal tersebut menandakan pemberian obat secara peroral sudah benar.

2. Pemberian obat Secara Subcutan (s.c)


Sub kutan adalah penyuntikan yang dilakukan di bawah jaringan kulit
dimana biasanya diberikan atau di sutikan di daerah tengkuk. Pemberian
melalui sub kutan biasanya di gunakan untuk obat 9 obat yang tidak
menyebabkan iritasi jaringan. Efek yang di timbulkan dari pemberian obat
secarasub kutan adalah efek sistemik. Rute sub kutan ini mempunyai
beberapa keuntungan dan kerugian, yaitu :
Langkah pemberian obat secara sub kutan adalah pertama-tama mencit di
pegang dengan menjepit di bagian tengkuk dan ekor di jepit di antara jari
kelingking dan jari manis. Kemudian mencit di posisikan tengkurap atau tetap
menghadap kebawah dan suntikan dari depan. Suntikan di gunakan spuit
injeksi 5 ml dengan jarum yang runcing. Barutan yang di berikan berupa
garam fisiologis sebanyak 0,05 ml karena mencit yg digunakan kecil. 5alam
penyuntikan harus dilakukan secara cepat untuk menghindari terjadinya
pendarahan pada mencit.
Hasil dari pemberian obat secara sub kutan adalah mencit masih hidup dan
tidak terjadi pendarahan pada bekas suntikan. Selain itu larutan yang di
suntikan tidak keluar dari tubuh mencit. Halini menunjukkan bahwa
percobaan pemberian obat secara sub kutan berhasil dilakukan.

3. Pemberian obat secara Intramuskuler (i.m)


Pemberian obat secara Intramuskuler memungkinkan Absorbsi obat yang
lebih cepat dari padarute sub kutan karena pembuluh darah lebih banyak

4
terdapat di otot. Bahaya yang kemungkinan terjadi misalnya kerusakan
jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam. Adapun teknik
injeksi intramuskuler yaitu dilakukan dengan memasukkan jarum tegak lurus
dengan kulit (90 derajat Celcius ) untuk memastikan jarumnya mengenai otot
yang dimaksud. Bila hal ini tidak dilakukan maka berpengaruh pada penilaian
derajat nyeri yang dirasakan. Pada hewan uji mencit disuntikkan ke dalam
otot paha posterior.
Hasil percobaan cara pemberian obat secara intramuskulardengan larutan
garam fisiologis NaCl 0,9% pada mencit yaitu sebanyak 0,03 ml dinyatakan
berhasil karena tidak keluar darah pada lokasi penyuntikan. Keuntungan
injeksi im yaitu tidak diperlukan keahlian khusus, dapat dipakai untuk
pemberian obat larut dalam minyak dan absorbsi cepat obat larut dalam air.
Sedangkan kerugian injeksi im yaitu rasa sakit, cara ini tidak dapat dipakai
pada gangguan bekuan darah, bioavibilitas bervariasi danobat dapat
menggumpal pada lokasi penyuntikan.
Cara pemberian obat secara intramuskuler adalah Obat disuntikkan pada
paha posterior dengan jarum suntik.

4. Pemberian obat secara intravena (i.v)


Pemberian obat secara intravena adalah cara pemberian obat yang paling
cepat dan paling pasti.semua dosis yang diberikan masuk kedalam sirkulasi
sistemik,tetapi hal ini tidak mungkin terjadi pada obat obat yang diberikan
dengan oral. Pemberian obat dengan cara intravena yaitu pemberian obat
dengan penyuntikan didalam pembuluh darah vena. Efek yang timbul lebih
cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberiansecara oral karena tidak
mengalami tahap absorpsi maka kadar obat dalam darah diperoleh secara
cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons mencit
Cara pemberian obat secara intravena adalah Mencit dimasukkan ke dalam
kandang restriksi mencit, dengan ekornya menjulur keluar. Ekornya
dicelupkan ke dalam air hangat (28-30 ºC) agar pembuluh vena ekor
mengalami dilatasi, sehingga memudahkan pemberian obat ke dalam

5
pembuluh vena. Pemberian obat dilakukan dengan menggunakan jarum
suntik no. 24.

5. Pemberian obat secara Intra peritoneal (i.p)


Pemberian obat secara intra peritoneal memberikan hasil
kedua paling cepat setelahi intravena. Pemberian obat dengan cara
intraperitoneal yaitu pemberian obat kedalam rongga peritoneum
Rongga peritoneum mempunyai permukaan absorpsi yang sangat luas
sehingga obat dapat masuk ke sirkulasi sistemik secara cepat. Cara ini banyak
digunakan di laboratorium tetapi jarang digunakan di klinik karena adanya
bahaya infeksi dan perlengketan peritoneu. Keuntungannya adalah obat yang
disuntikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi cepat, sehingga reaksi
obat akan cepat terlihat.
Cara pemberian obat secara intra peritoneal adalah Pada saat penyuntikan,
posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut
sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah,
agar jarum suntik tidak mengenai kandung kemih. Penyuntikan tidak di
daerah yang terlalu tinggi untuk menghindari terjadinya penyuntikan pada
hati.

B. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Rute Obat


Dalam hal pemberian rute obat ini tergantung dari tujuan terapi dan
kondisi hewan cobanya. Seperti perlu diperhatikan :
1. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik
2. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya
lama
3. Stabilitas obat di dalam lambung atau usus
4. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute
5. Rute yang tepat bagi hewan coba
6. Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui
bermacam-macam rute

6
7. Cepatnya obat bereaksi sampai ke tempat tujuan rute pemberian obat lebih
bagus diberikan secara intra peritoneal .

Hal ini dikarenakan bahwa pemberian obat secara intraperitoneal diberikan


melalui pemberian injeksi pada bagian abdomen. Dimana pada bagian ini,
terdapat banyak pembuluh darah sehingga obat lebih mudah diserap ke dalam
sistem peredaran darah. Sedangkan jika dibandingkan pemberian obat secara
oral, obat harus melalui tahap absorpsi yakni di lambung dan di usus. Jika
dibandingkan secara intamuskular obat secara tidak langsung masuk ke dalam
aliran darah sebagai gantinya masuk terlebih dahulu ke dalam jaringan otot di
mana ia dapat diabsorbsikan oleh aliran darah yang berlebih-lebihan melalui
kapiler yang melayani otot. Rute ini kurang cepat dibandingkan intra
peritoneal. Sedangkan jika dibandingkan dengan rute secara sub kutan yaitu
memasukkan obat ke dalam jaringan penghubung, di bawah permukaan kulit
dimana absorpsi lebih lambat.Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan rute
pemberian obat yang paling baik jika dilihat dari efektifitas obatnya diberikan
secara intraperitoneal dimana obat langsung disuntikkan ke dalam rongga
perut. Penyerapan cepat terjadi karena penyerapan langsung ke pembuluh
darah usus yang memiliki luas permukaan besar.

C. Keuntungan Dan Kerugian Masing-Masing Cara Pemberian Obat


1. Cara Pemberian Obat peroral
a. Keuntungan
1) Tidak diperlukan latihan khusus
2) Mudah, ekonomis,
3) tidak perlu steril
b. Kerugian
1) Rasa yang tidak enak dapat mengurangi kepatuhan (mual)
2) Dapat mengiritasi lambung dan usus, menginduksi mual
3) Hewan coba harus dalam keadaan sadar.
4) Banyak faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya

7
2. Cara Pemberian Obat Subkutan
a. Keuntungan
1) Diperlukan latihan sederhana
2) Absorbsi cepat obat larut dalam air
3) Mencegah kerusakan sekitar saluran cerna
b. Kerugian
1) Rasa sakit dan kerusakan kulit
2) Tidak dapat dipakai jika volume obat besar
3) Bioavibilitas bervariasi, sesuai lokasi

3. Cara pemberian Obat Intra Peritoneal


a. Keuntungan
1) Obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi
cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat
b. Kerugian
1) Resiko kesalahan penyuntikan menyebabkan kerusakan organ

4. Cara Pemberian Obat Intra muskuler


a. Keuntungan
1) Absorpsi berlangsung dengan cepat, dapat diberikan pada pasien
sadar atau tidak sadar
b. Kerugian
1) Rasa sakit
2) Tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah
3) Bioavibilitas berfariasi.
4) Obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan

5. Cara Pemberian Obat Intra vena


a. Keuntungan
1) Cepat mencapai konsentrasi
2) Dosis tepat
3) Mudah mentitrasi dosis

8
b. Kerugian
1) Konsentrasi awal tinggi
2) Toksik invasive
3) Risiko infeksi
4) Memerlukan tenaga ahli

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan ini dapt disimpulkan bahwa:
4. Pemberian obat pada hewan percobaan seperti mencit dan tikus dapat
dilakukan dengan cara peroral, subcutan, intramaskuler, intravena dan
intra peritoneal
5. Pemberian obat dengan cara peroral yaitu pemberian obat dengan sonde
oral pada langit-langit atas mulut lalu secara perlahan dimasukan sampai
ke osofagus
6. Pemberian obat dengan cara subcutan yaitu penyuntikan yang dilakukan
di bawah jaringan kulit dimana biasanya diberikan atau di sutikan di
daerah tengkuk
7. Pemberian obat dengan cara intramaskuler yaitu dilakukan dengan
memasukkan jarum tegak lurus dengan kulit (90 derajat Celcius ) untuk
memastikan jarumnya mengenai otot yang dimaksud.
8. Pemberian obat dengan cara intravena yaitu pemberian obat dengan
penyuntikan didalam pembuluh darah vena
9. Pemberian obat dengan cara intraperitoneal yaitu pemberian obat
kedalam rongga peritoneum

B. Saran
Bedasarkan keterangan di atas kami menyarankan untuk praktikan agar
melakukan praktikum dengan sungguh sungguh dan penuh tanggung jawab
agar dapat tercipta keadaan yang baik pada saat di ruangan laboratorium dan
tenag pada saat melakukan praktikum hal ini mencegah supaya hewan uji
tidak steres pada saat akan di uji.
Dan pada saat melakukan praktikum praktikan harus paham tentang teknik
pemberiaan obat pada hewan uji serta memahami konsep konsep nya dan
sudah tahu apa yang harus di lakukan agar tidak terjadi kesalahan pada saat
melakukan praktikum hal ini perlu di lakukan agar pemberian obat dengan

10
tehnik tehnik telah di pelajari dapat berjalan dengan efektif dan sesuai dengan
hasil yang di ingin kan
Sebaik nya jika praktikan kurang memahami tentang penagan hewan uji
dan rute pemberiaan praktikan dapat meminta bantuan kepada pembim bing
masing masing.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Munaf, Syamsuir. 1994. Catatan Kuliah Farmakologi Bagian III. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Stevani, Hendra. 2016. Praktikum Farmakologi. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan
3. Aida. 2015. Pengenalan cara pemberian Obat Pada Hewan Uji. Univeritaas
Negeri Semarang

12

Anda mungkin juga menyukai